PENDAHULUAN
2.1 Inhibitor
Inhibitor merupakan suatu zat kimia yang dapat menghambat atau memperlambat
suatu reaksi kimia. Namun dalam konteks korosi, inhibitor merupakan suatu zat kimia yang
bila ditambahkan ke dalam suatu lingkungan, dapat menurunkan laju korosi lingkungan itu
terhadap suatu logam dengan tujuan untuk memperlambat reaksi korosi yang bekerja dengan
cara membentuk lapisan pelindung pada permukaan logam. Inhibitor dapat mempengaruhi
polarisasi anodik dan katodik jika dilihat berdasarkan sifat korosi logam secara elektrokimia.
Inhibitor dapat diklasifikasikan berdasarkan sumber dan cara kerjanya. Satu keuntungan unik
adalah bahwa menambahkan inhibitor dapat diimplementasikan tanpa mengganggu proses.
Penambahan inhibitor (setiap reagen yang mampu mengubah proses korosi aktif menjadi
proses pasif) menghasilkan penekanan yang signifikan dari korosi. Inhibitor korosi dipilih
berdasarkan kelarutan atau dispersibilitas dalam cairan yang akan dihambat. Inhibitor korosi
digunakan dalam minyak dan eksplorasi dan produksi gas, minyak bumi kilang, manufaktur
kimia, manufaktur berat, pengolahan air dan aditif produk industri.
(Ahmad, 2006: 352)
2.1.1 Klasifikasi Berdasarkan Sumber
Klasifikasi inhibitor berdasarkan sumbernya adalah sebagai berikut:
1. Inhibitor Organik
Inhibitor organik merupakan inhibitor yang terbuat dari bahan alami yang tersedia dia
alam. Inhibitor organik sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu inhibitor korosi organik
sintetis dan inhibitor korosi organik alami. N-Aminorhodanine memiliki efisiensi 99,7%, 2-
Thiohydantoin memiliki efisiensi inhibisi 93%, dan 3-[(2-Hydroxy-Benzylidene) Amino]-2-
Thioxo-Thiazolidin-4-one memiliki efisiensi inhibisi 99,8% merupakan beberapa contoh dari
inhibitor korosi organik sintetis yang sering digunakan pada saat ini. Sedangkan inhibitor
korosi organik alami merupakan inhibitor organik yang umumnya berasal dari ekstrak bahan
alami yang mengandung atom N, O, P, S dan atom-atom yang mempunyai pasangan elektron
bebas, contoh dari inhibitor ini ialah ekstrak daun jambu biji. Kelebihan dari inhibitor organik
adalah bersifat ramah lingkungan karena mudah larut dengan air, memiliki nilai ekonomi
yang terjangkau, mudah didapatkan, dapat diperbarui, dan dapat diproduksi dengan cara
sederhana. Sedangkan kekurangan dari inhibitor organik sintetis ialah memiliki kendala pada
penggunaannya karena masalah biaya serta belum teruji tingkat keamanannya.
(Priatna, 2015)
2. Inhibitor Anorganik
Inhibitor anorganik merupakan inhibitor yang terbuat dari bahan kimia dan tidak
mengandung unsur karbon dalam senyawanya. Ada berbagai jenis inhibitor sintetis yang
sekarang banyak digunakan untuk menggantikan inhibitor anorganik konvensional seperti
HBTT (Hydroxy-Banzylidine-amino-Thioxo-Thiazolidin), DHBTPH (Dihydroxybenzylidine-
trifluoromethylquinolin-Thio-Propano-Hydrazide), dan lain-lain. Kekurangan dari inhibitor
anorganik ialah memiliki sifat beracun, berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan dan biaya
yang kurang ekonomis.
(Handayani, 2021)
2.1.2 Klasifikasi Berdasarkan Cara Kerja
Klasifikasi inhibitor berdasarkan cara kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Inhibitor Anodik
Inhibitor anodik menurunkan laju korosi dengan memperlambat reaksi anodik.
Inhibitor anodik membentuk lapisan pasif melalui reaksi ion-ion logam yang terkorosi untuk
menghasilkan selaput pasif tipis yang akan menutupi anoda dan lapisan ini akan menghalangi
pelarutan anoda selanjutnya. Lapisan pasif yang terbentuk mempunyai potensial korosi yang
tinggi atau inhibitor anodik menaikkan polarisasi anodik. Contoh dari inhibitor anodik ialah
Kromat, Nitrit, Nitrat, Molibdat, Silikat, Fosfat, dan Borat.
(Butarbutar, S. L. & Sunaryo, G. R., 2011)
2. Inhibitor Katodik
Inhibitor katodik menurunkan laju korosi dengan cara memperlambat reaksi katodik.
Inhibitor katodik merupakan lapisan yang dapat menurunkan laju korosi dengan cara
memperlambat reaksi katodik. Inhibitor katodik akan bereaksi dengan OH⁻ untuk
mengendapkan senyawa-senyawa tidak larut pada permukaan logam sehingga masuknya
oksigen dapat terhalangi. Contoh dari inhibitor katodik ialah Zn, CaCO3, dan Polifosfat.
(Butarbutar, S. L. & Sunaryo, G. R., 2011)
3. Inhibitor Campuran
Inhibitor campuran ialah senyawa organik yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
golongan anodik dan katodik. Keefektifan inhibitor organik dikaitkan dengan luasnya daerah
adsorpsi yang melindungi permukaan logam dari korosi. Adsorpsi inhibitor bergantung pada
struktur inhibitor, muatan yang ada di permukaan logam dan jenis elektrolitnya. Physical
adsorption, chemisorption, dan pembentukan film merupakan cara inhibitor campuran untuk
melindungi permukaan logam. Contoh inhibitor campuran yaitu amino (-NH2), carboxyl (-
COOH), dan lain sebagainya.
(Saragih, 2017)
Reaksi ini menyumbangkan radikal bebas antioksidan (A*) dengan tingkat energi yang lebih
rendah dibandingkan RO* dan ROO*.
(Maidhah, 2018)
Penelitian terkait pemanfaatan paracetamol sebagai inhibitor korosi telah dilakukan
sebelumnya. Paracetmol dengan konsentrasi 10-50 ppm divariasikan dengan temperatur
lingkungan 30-60°C. Adsorpsi paracetamol terhadap logam adalah isotermal adsorpsi
freundlisch pada jarak temperatur tersebut. Proses adsorpsi menjadi lebih spontan sesuai
dengan pertambahan temperatur. Efisiensi mencapai 90.47% pada konsentrasi paracetamol 50
ppm di temperatur 60°C. Paracetamol tidak hanya teradsorpsi di permukaan logam, tetapi
juga membatasi mobilitas hidrogen dan klorida di lingkungan sehingga korosifitas lingkungan
menurun.
Baja karbon menengah dengan kadar karbon 0.4 % diproteksi dengan inhibitor
paracetamol pada lingkungan asam sulfat dan asam asetat. Hasilnya adalah paracetamol
mampu memproteksi baja karbon menengah dengan baik di lingkungan asam lemah (asam
asetat). Efisiensi yang didapatkan mencapai 85% untuk lingkungan tersebut.
(Maidhah, 2018)
Menghitung laju korosi dapat dilakukan dengan metode kehilangan berat (weight
loss). Metode kehilangan berat adalah metode yang digunkan untuk perhitungan laju korosi
dengan cara mengukur kekurangan berat pada logam akibat korosi yang terjadi. Rumus yang
digunakan sebagai berikut:
KW
Corrosion Rate= …………….………….. (2.1)
DAT
(ASTM, 2004: 7)
Keterangan: K : a constant
W : Weight loss (mg);
D : Density of specimen (g/cm3);
A : Area of specimen (sq.in);
T : Exposure time (hour);
Banyak unit yang berbeda digunakan untuk menghitung laju korosi. Menggunakan
satuan di atas seperti T, A, W, dan D. Untuk nilai K dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.2 Unit Laju Korosi Berdasarkan Nilai Konstanta (K) (ASTM, 2004)
Unit Laju Korosi Nilai K
Mils per year (mpy) 3.45 x 106
Inches per year (ipy) 3.45 x 103
Inches per month (ipm) 2.87 x 102
Millimetres per year (mm/y) 8.76 x 104
Micrometres per year (µm/y) 8.76 x 107
Picometres per second (pm/s) 2.78 x 106
Mulai
Studi literatur
Analisis data
Kesimpulan
Selesai
Gambar 3.1 Diagram Alir Praktikum Sel Galvanik