A. Hakikat Bahasa
Tanpa Bahasa tidak mungkin terjadi interaksi antara manusia yang satu dengan yang
lain. Atas dasar kekuatan interaksi itu, kemudian Bahasa dapat mengikat dan menyatukan
orang menjadi satu komunitas, menjadi suku, dan bahkan menjadi bangsa.
Lambang-lambang di dalam bahasa itu ditetapkan berdasarkan kesepakatan
masyarakat penggunanya. Pada tahap lebih lanjut, kata atau lambang baru yang dibentuk
dari kata atau lambang yang telah ada ditetapkan secara gramatis dengan merokonstruksi
makna unsur-unsur yang membentuknya. Artinya, tidak ada alasan yang logis antara
meja dengan benda tertentu yang disebut meja dan pekerjaan menulis. Jadi, bahasa pada
hakikatnya adalah sebuah system lambang yang ditetapkan secara mana suka melalui
berdasarkan kesepakatan atau konvensi masyarakat penggunanya.
1
1. Bahasa Perdagangan
Karena sebarannya itu, bahasa Melayu kemudian juga mulai digunakan sebagai
alat komunikasi di ranah politik, pendidikan, kebudayaan, dankeagamaan. Memang pada
masa penggunaan bahasa Belanda di Indonesia sangatlah kuat. Pemerintah Hindia
Belanda bahkan menetapkan bahwa bahasa Belanda harus diajarkan kepada orang
Indonesia agar menguasai ilmu pengetahuan. Tahun 1890 didirikanlah Nederland
Verboom yang diberi tugas utama mempropagandakan plajaran bahasa Belanda.
Prediksi bahwa bahasa Belanda dapat mencerdaskan bangsa Indonesia memang
terbukti dengan lahirnya para cendikiawan Indonesia yang brilian. Akan tetapi,
tampaknya ada kesadaran Belanda untuk menegaskan perbedaan bangsa Belanda dan
pribumi yang mulai kabur karena pendidikan dalam bahasa Belanda yang berhasil. Dalam
kondis iitu, bahasa Melayu memperoleh kesempatan yang lebih baik. Bahasa Melayu
kemudian juga digunakan dalam rapat dan surat kabar. Posisi bahasa Melayu semakin
kuat karena kesadaran para cerdik cendekia Indonesia juga mulai sadar akan perlunya
membangun jati diri sebagai bangsa Indonesia.
2. Bahasa Persatuan
3. Bahasa Negara
2
Padatahun 1945, bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan mendapat kedudukan
yang lebih tinggi, yaitu sebagai bahasa Negara. Kepastian itu dinyatakan dalam pasal 36
UUD 1945 yang dinyatakan, “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Maka bahasa
Indonesia bukan saja menjadi media interaksi antar suku bangsa di Indonesia, melainkan
juga menjadi bahasa resmi dalam penyelenggaraan negara Indonesia.
Arah kebijakan pengembangan bahasa Indonesia ditetapkan dalam Politik Bahasa
Politik yang ditetapkan pada tahun 1975. Bahkan, UU itu juga mengamanatkan agar
pemerintah berupaya meningkatkan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa
internasional.