Anda di halaman 1dari 9

PENGETAHUAN LINGKUNGAN

“Ekosistem Perairan”

Disusun oleh :
Glorya Stevani Br Prangin Angin
A221 21 047
E

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
LEMBAR ASISTENSI
NAMA : GLORYA STEFANI BR PERANGIN ANGIN
STAMBUK : A221 21 047
KELAS :E
KELOMPOK : 1 (SATU)
ASISTEN : SITTI NUR FADHILAH
MODUL :1
NO Hari / Tanggal Koreksi Paraf

1.

Asisten

Sitti Nur Fadhilah


BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Ekosistem perairan memiliki kontribusi dan keterlibatan yang sangat besar dalam
mengatur keseimbangan alam. Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat
penting bagi kehidupan. Secara ekologis perairan dapat berperan sebagai habitat bagi berbagai
jenis biota dan bagian dari berlangsungnya siklus materi serta aliran energi. Ekosistem perairan
yang terdapat di daratan secara umum terbagi atas 2 jenis, yaitu perairan lentik (menggenang)
dan perairan lotik (perairan berarus). Salah satu contoh perairan lotik adalah sungai. Berdasarkan
keberadaan airnya, sungai terdiri atas tiga tipe yaitu Sungai Permanen, Sungai Intermiten dan
Sungai Episodik. Sungai Permanen adalah sungai yang mengalir sepajang tahun, Sungai
Intermiten adalah sungai mengalir di musim hujan maupun musim kemarau, sedangkan Sungai
Episodik yang hanya mengalir saat terjadi hujan saja (Barus : 82). Pada umumnya tipe sungai
yang mengalir di kawasan karst adalah tipe Sungai Episodik, tetapi ada juga Sungai Permanen
yang mengalir sepanjang tahun.
Ekosistem perairan adalah satu kesatuan menyeluruh antara organisme dengan
lingkungannya yang saling mempengaruhi satu dengan lain. Berdasarkan perbedaan salinitasnya,
ekosistem perairan dapat digolongkan menjadi perairan laut, perairan estuari (payau) dan
perairan tawar (Muhtadi, 2016.hlm.5). Ekosistem perairan tawar merupakan lingkungan perairan
daratan yang terletak lebih tinggi dibandingkan permukaan laut (Utomo, 2014.hlm.18).
Ekosistem perairan tawar sangatlah tersebar di seluruh dunia, salah satunya Indonesia yang
tersebar di setiap provinsi. Indonesia merupakan wilayah yang sangat luas dimana terdapat
beberapa tipe perairan, salah satunya yaitu perairan tawar. Pada ekosistem perairan tawar,
berdasarkan tipe alirannya dibedakan menjadi dua yakni perairan tergenang (lentik) dan perairan
mengalir (lotik) (Muhtadi, 2016.hlm.7). Perairan tergenang merupakan salah satu bentuk
perairan umum yang masa airnya tenang sehingga disebut habitat lentik. Contoh perairan
tergenang adalah danau atau situ, kolam rawa, waduk, dan lain lain (Muhtadi, 2016.hlm.8).

1.1 Dasar Teori


a. Perairan Mengalir (lotik)
Perairan mengalir mempunyai corak tertentu yang secara jelas membedakannya dari
air menggenang walaupun keduanya merupakan habitat air tawar. Semua perbedaan itu tentu
saja mempengaruhi bentuk serta kehidupan tumbuhan dan hewan yang menghuninya. Satu
perbedaan mendasar antara danau dan sungai adalah bahwa danau terbentuk karena
cekungannya sudah ada dan air yang mengisi cekungan itu, tetapi danau setiap saat dapat
terisi oleh endapan sehingga menjadi tanah kering. Sebaliknya, sungai terjadi karena airnya
sudah ada sehingga air itulah yang membentuk dan menyebabkan tetap adanya saluran
selama masih terdapat air yang mengisinya (Ewusie, 1990:186)
b. Perairan Menggenang (Lentik)
Perairan menggenang dibedakan menjadi perairan alamiah dan perairan buatan.
Berdasarkan proses terbentuknya perairan alamiah dibedakan menjadi perairan yang
terbentuk karena aktivitas tektonik dan aktivitas vulkanik. Beberapa contoh perairan
lentik yang alamiah antara lain adalah danau, rawa, situ dan telaga, sedangkan perairan
buatan antara lain adalah waduk.

2.2 Tujjuan
Tujuan dari pengamatan system perairan adalah untuk mengetahui perbandingan sifat
fisik kimia dan biologi pada perairan
BAB 11
METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Alat dan Bahan
1. Mikroskop
2. Kepingsechi
3. Deometer
4. PH meter
5. Meteran
6. Termometer
7. Alat tu;is
2.2 Prosedur Kerja
1. Mengamati kondisi fisik kimia dan biologi air sungai, kolam, dan danau yang ada pada
lokasi pengamatan
2. Mengamati kondisi biologi bberupa tumbuhan air dan keberadaan hewannya
3. Mengukur kadar oksigen terlarut dengan menggunakan Dometer, kadar garam (salinitas)
dengan menggunakan Salinometer, keasamaan air dengan menggunakan PH meter, dan
suhu air dengan menggunakan thermometer.
4. Melakukan pengukuran kedalaman kolom air dan penetrasi cahaya matahari
5. Memasukkan data yang diperoleh pada table

Kondisi fisik kimia dan Kesdaan Perairan


No
Biologi Perairan Sungai Rawa Danau Kolam Laut
Warna :
Bening   
1 Coklat
Hitam
Kuning
Rasa :
Tawar   
Payau
2
Asin
Asam
Manis
Bau :
3 Berbau  
Tidak Berbau 
4 Kekeruhan :
Bening (tidak keruh)  
Agak keruh 
keruh
Keruh berlumpur
Erosi daerah pinggir
Erosi permukaan
5 Erosi alur  
Erosi parit 

Kondisi Biologi
1 Tumbuhan air :
Terapung
Akar terbenang
6 Akar mencuat
Seluruhnya terbenang 
2 Plankton   
3 Benthos  
4 Nekton  
Kegunaan air :
Air minum
MCK
7 Pertanian 
Industri
Peternakan
Fungsi ekologis  
Kadar garam 9
Kadar oksigen terlarut
8
Kadar keasamaan 5,67
Suhu air 17,42 18,82
Keadaan kolam air 0,005m 0,23m
9
Keseratan 0,005m 0,23m

3.2 Pembahasan
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak
terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu
tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling
memengaruhi
Ekosistem perairan adalah satu kesatuan menyeluruh antara organisme dengan
lingkungannya yang saling mempengaruhi satu dengan lain. Berdasarkan perbedaan salinitasnya,
ekosistem perairan dapat digolongkan menjadi perairan laut, perairan estuari (payau) dan
perairan tawar (Muhtadi, 2016.hlm.5). Ekosistem perairan tawar merupakan lingkungan perairan
daratan yang terletak lebih tinggi dibandingkan permukaan laut (Utomo, 2014.hlm.18).
Dari pengamatan yang dilakukan didapat beberapa perbedaan fisik Kimia dan Biologi
pada air sungai, kolam, dan danau. Pada air sungai tidak memiliki bau sedangkan danau dan
kolam memiliki bau seperti bau lumpur, terdapat perbedaan pada erosi yang terjadi pada perairan
tersebut pada sungai terjadi erosi parit sedangkan pada danau dan kolam terjadi erosi alur. Pada
setiap perairan terdapat plankton namun pada kolam tidak terdabat benthos dan pada sungai tidak
terdapat nekton. Kegunaan perairan tersebut juga berbeda-beda ada yang digunakan sebagai
perindrustrian, pertanian, dan fungsi ekologis. Kadar garam pada kolam adalah 9, dan kadar
leasaman pada kolam adalah sebesar 5,67. Suhu air pada sungai adalah 17,4 drajad celcius,
sedangakan pada kolam sebesar 18,9 drajat Celsius. Kedalaman air sungai adalah 0,005 meter
dan kecerahan sungai sama seperti kedalaman sungai tersebut, sedangkan kedalaman kolam
adalah sebesar 0,23m begitu juga dengan kecerahannya.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Segala keadaan di suatu perairan dipengaruhi oleh factor fisik kimia dan biologi pada
tempat atau perairan tersebut berada dan oleh karena itu setiap perairan pasti memiliki perbedaan
pada setiap unsur fisika kimia dan biologinya.
Berdasarkan hasil pengamatan dari kondisi fisik kimia dan biologi perairan ekosistem
lotik dengan kadar garam atau salinitas 2 kadar keasaman 6,63, suhu air 17,4 drajat celcius,
kedalaman air 0,32 meter dan terdapat plankton, benthos dan nekton.
Pada perairan ekosistem lontik dengan kadar keasaman 5,67 pH, suhu air 18,9 drajat
celcius dan kedalaman 0,23m.

4.2 Saran
Dalam melakukan penelitian sebaiknya menggunakan alat dengan kondisi yang baik dan
tidak terdapat kerusakan agar mendapat hasil yang lebuh akurat.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.dosenpendidikan.co.id/ekosistem-perairan/
https://eprints.uny.ac.id/8122/3/bab%202%20-%2005308144028.pdf
http://repository.unpas.ac.id/42933/3/BAB_I%20Fix.pdf

Dosen pendamping lapangan


Asisten dosen pendamping

Anda mungkin juga menyukai