Anda di halaman 1dari 9

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada Jenis data yang digunakan pada penelitian
bulan September-Oktober 2019 merupakan ini adalah data primer dan data sekunder.
air laut di Kota Makassar yang mencakup Parameter yang diukur dilakukan secara
3 lokasi pengambilan sampel. Analisis Insitu dan Exsitu. Analisa dilakukan di
kualitas air akan dilakukan di Laboratorium. Parameter-parameter fisika
Laboratorium Penguji BBIHP. dan kimia yang diukur ditera pada Tabel 1.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Tabel Parameter yang Diukur dengan Alat atau Metode yang Digunakan Dalam
Pengukuran Kualitas Air laut di Makassar

1. Kebauan
Hasil pengamatan dan analisis pada sampel masih bersih dari benda-benda
3 (tiga) lokasi pengambilan sampel air laut terapung, walaupun ada benda terapung
menunjukan baik warna, kebauan dan rasa masih merupakan benda- benda alami
air secara organoleptis memberikan yang berasal dari perairan itu sendiri dan
gambaran yang baik, masing-masing tidak bersifat berbahaya dengan jumlah
terlihat jernih, tidak berbau dan tidak yang sedikit. Hasil analisis kebauan masih
berasa (alami). Lokasi pengambilan memenuhi baku mutu air laut untuk
perairan berdasarkan Surat keputusan tanaman bentik dan hewan tidak bertulang
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor belakang dapat mengakibatkan angka
51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air kematian yang tinggi. Sedangkan pengaruh
Laut, yaitu alami atau tidak berbau yang berbahaya pada ikan, zooplankton,
(Kementrian Lingkungan Hidup RI, 2004). dan makhluk hidup lainnya pada
prinsipnya adalah penyumbatan insang
2. Kekeruhan oleh partikel. Nilai rata-rata TSS yang
Kekeruhan air umumnya dipengaruhi diperoleh di ketiga lokasi pengambilan
oleh nilai padatan tersuspensi, semakin sampel air laut ialah berkisar antara 8-9
tinggi kandungan padatan tersuspensi mg/L. Namun konsentrasi TSS di ketiga
semakin tinggi pula kekeruhan dan lokasi berada dibawah standar baku mutu
semakin rendah tingkat kecerahan perairan. biota laut menurut KepMen LH No. 51
Hasil analisa kekeruhan pada 3 lokasinair Tahun 2004 yakni 80 mg/L.
laut menunjukkan masing-masing nilai <
0,01 NTU (Tabel 1), keadaan ini 4. Suhu
menunjukan sifat kekeruhan air pada Suhu merupakan indikator yang
lokasi pengamatan masih di bawah baku penting untuk menentukan efek
mutu yang ditetapkan yaitu 5 NTU. selanjutnya terhadap nilai parameter air
lainnya, seperti mempercepat terjadinya
3. Padatan Tersuspensi Total (TTS) reaksi kimia, reduksi kelarutan gas-gas
Padatan tersuspensi adalah padatan dalam air atau dapat memperbesar bau
yang mengakibatkan kekeruhan air, tidak atau rasa. Suhu alami untuk perairan tropis
larut dan tidak mengendapkan langsung. yang layak untuk kehidupan organisme
Padatan tersuspensi juga merupakan salah berkisar antara 28oC-32oC. Hasil
satu unsur material dalam sedimen selain pengukuran suhu di lokasi studi berkisar
batuan, material biologi, endapan zat kimia, antara 28,6oC-30,6oC dengan rata-rata
kumpulan debu dan partikel sampah, 30oC. Dari hasil pengukuran masih
tumbuhan, material daun, logam berat dan memenuhi mutu yang ditetapkan yaitu 28-
unsur jejak (Bent, 2001). Menurut US- 32oC. Hal ini menunjukan suhu air di
EPA pengaruh padatan tersuspensi sangat lokasi pengamatan tergolong baik dan
beragam, tergantung pada sifat kimia berada di dalam kisaran suhu air normal
alamiah bahan tersuspensi tersebut, yang umumnya terdapat di wilayah
khususnya bahan toksik. Untuk zat padat perairan.
tanpa bagian toksik yang nyata pada
5. Lapisan Minyak Evans (1984) bahwa daerah estuaria
Berdasarkan pengamatan secara adalah daerah dimana kadar salinitasnya
langsung dari ketiga titik lokasi berkurang karena adanya pengaruh air
pengambilan sampel air laut menunjukkan tawar yang masuk dan juga disebabkan
lapisan minyak nihil dan memenuhi oleh terjadinya pasang surut di daerah itu.
standar baku air laut untuk parameter Keragaman salinitas dalam air laut akan
lapisan minyak. mempengaruhi jasad hidup akuatik
berdasarkan kemampuan pengendalian
6. Salinitas berat jenis dan keragaman tekanan osmotik.
Salinitas air laut dapat mempengaruhi Berdasarkan baku mutu air laut dalam
tingkat kejenuhan oksigen terlarut perairan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
tersebut, dimana semakin tinggi salinitas Hidup No. 51 tahun 2004, sebagian besar
kapasitas kejenuhan oksigen di air semakin nilai salinitas pada lokasi pengamatan
menurun (Saeni, 1999). Salinitas yang tidak memenuhi baku mutu air laut untuk
terukur di ketiga lokasi menunjukkan nilai biota laut sehingga air laut tersebut tidak
salinitas yang sangat rendah dengan rata- cocok untuk pertumbuhan biota laut secara
rata 9,67 o/oo. Rendahnya salinitas di lokasi optimal, seperti karang dan lamun serta
air laut kemungkinan disebabkan kegiatan budidaya biota laut.
mendapat pengaruh langsung dari sungai.
Sebagaimana pernyataan (Chester, 1990) 7. Derjat Keasaman (pH)
bahwa salinitas air laut dapat berbeda Derajat keasaman (pH) dapat
secara geografis salah satunya disebabkan memberikan gambaran tentang
oleh banyaknya air sungai yang masuk ke keseimbangan asam dan basa yang secara
laut. Nilai salinitas sampel air laut tersebut mutlak ditentukan oleh besarnya
termasuk berada dibawah standar baku konsentrasi ion hidrogen [H+] dalam
mutu apabila dibandingkan dengan baku perairan. Perairan laut umumnya
mutu salinitas berdasarkan KepMen LH mempunyai pH berkisar antara 7-8,5.
No. 51 Tahun 2004 bahwa salinitas untuk Derajat keasaman sangat penting dalam
biota laut adalah 33 - 34 o/oo. menentukan nilai guna perairan untuk
Rendahnya salinitas pada air laut kehidupan organisme dan keperluan
tersebut juga bisa disebabkan karena lainnya, umumnya dipengaruhi oleh
adanya suplai air tawar melalui aliran beberapa faktor seperti aktifitas fotosintesa,
sungai yang bermuara di perairan laut. suhu dan adanya anion kation. Berubahnya
Seiring dengan pendapat Hutabarat dan nilai pH menimbulkan perubahan terhadap
keseimbangan kandungan karbon dioksida, 8,06 mg/L, di lokasi 2 terukur 6,03 mg/L,
bikarbonat dan karbonat di dalam air. Ikan dan di lokasi 3 terukur 6,57 mg/L
dan biota akuatik lainnya masih dapat (Tabel 1). Ketiga lokasi ini masih sesuai
mentoleransi lingkungan perairan yang baku mutu menurut Keputusan Menteri
mempenyuai nilai pH antara 4,0-11,0 Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun
(Jones, 1964 dan Swingle, 1968). Derajat 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut yaitu
keasaman (pH) yang ideal untuk >5 mg/L. Menurut Trihadiningrum dan
kehidupan akuatik adalah berkisar 6,5-8,5. Sudaryati (1996), dalam Wijayanti 2007)
Hasil pengukuran pH air Laut Pelabuhan bahwa perairan yang memiliki kadar
Umum Kalabahi pada lokasi 1 terukur oksigen rendah hanya dapat dihuni oleh
7,27; pada lokasi 2 terukur 7,21 dan pada benthos dari kelas Oligochaeta yang tahan
lokasi 3 terukur 7,64 (Tabel 1). Untuk terhadap kadar oksigen rendah. Hal ini
ketiga lokasi pengambilan sampel pH menjadikan oksigen sebagai faktor
masih memenuhi baku mutu yang pembatas dalam perairan.
ditetapkan yaitu 7-8,5. Hal ini memberikan
gambaran bahwa kondisi perairan tersebut 9. Biochemical Dissolved Oxygen
tergolong baik atau netral. (BOD)
Kebutuhan oksigen biologis atau
8. Oksigen terlarut lebih dikenal dengan BOD didefinisikan
Oksigen terlarut merupakan variabel sebagai banyaknya oksigen yang
kimia yang mempunyai peranan yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
sangat penting bagi kehidupan biota air menguraikan bahan organik (carboneous
sekaligus menjadi faktor pembatas bagi demand) dan senyawa nitrogen
kehidupan biota. Daya larut oksigen dapat (nitrogeneous demand). BOD pada setiap
berkurang disebabkan naiknya suhu air lokasi pengamatan terukur antara
dan meningkatnya salinitas. Konsentrasi 8-10 mg/L, dengan BOD terendah terdapat
oksigen terlarut dipengaruhi oleh proses pada lokasi 2 terukur 8,54 mg/L, dan
respirasi biota air dan proses dekomposisi tertinggi pada lokasi 1 yakni 9,92 mg/L,
bahan organik oleh mikroba. Pengaruh sedangkan pada lokasi 3 terukur 9,24 mg/L
ekologi lain yang menyebabkan (Tabel 1). Perairan yang mengandung
konsentrasi oksigen terlarut menurun BOD lebih dari 10 mg/L berarti perairan
adalah penambahan zat organik (buangan tersebut telah tercemar oleh bahan organik,
organik) (Connel dan Miller, 1995). sedangkan apabila dibawah 3 mg/L berarti
Oksigen terlarut di lokasi 1 terukur
perairan tersebut masih cukup bersih dalam lampirannya bahwa kadar amoniak
(Lee et.al (1978)). untuk kegiatan perikanan ≤ 0,3 mg/L,
Nilai BOD yang cocok untuk biota Hasil ini menunjukkan bahwa air laut
perairan berada dinilai 3-5 mg/L. Hasil masih cocok untuk biota perairan karena
pengamatan sampel air laut menunjukkan masih memenuhi baku mutu. Hanya saja
kualitas air laut ini tidak cocok untuk harus dilakukan pengawasan lebih agar
kegiatan dan kehidupan biota kadar amoniak total tidak melebihi standar
perairan/perikanan. Nilai BOD tinggi baku mutu.
dikarenakan kandungan bahan pencemar
(limbah cair atau padat) yang masuk ke 11. Fosfat (PO4-P)
dalam badan air laut dalam jumlah banyak, Terbentuknya fosfat dapat berasal dari
menyebabkan semakin banyak bahan limbah organik maupun limbah anorganik
organik membutuhkan oksigen untuk yang masuk ke dalam badan perairan.
proses dekomposisi. Kandungan DO Kandungan fosfat di badan perairan laut
menjadi rendah dan BOD semakin Makassar pengambilan sampel masih
meningkat. Nilai BOD5 yang diperoleh berada di bawah baku mutu perairan
menunjukkan indikasi tentang rendahnya berdasarkan PP no.82 tahun 2001 hasil
kadar bahan organik di dalam air, karena dapat dilihat pada tabel 1. Sehingga
nilai BOD merupakan nilai yang memiliki kategori aman dan cocok untuk
menunjukkan kebutuhan oksigen oleh kelangsungan biota laut.
bakteri aerob untuk mengoksidasi bahan
organik di dalam air sehingga secara tidak 12. Nitrat (NO3-N)
langsung menunjukkan keberadaan bahan Nitrat (NO3-N) adalah bentuk nitrogen
organik dalam air (Ginting, 2002). utama di perairan alami. Nitrat merupakan
salah satu nutrient senyawa yang penting
10. Amoniak Total (NH3-N) dalam sintesa protein hewan dan tumbuhan.
Amoniak Total Hasil Pengukuran Konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan
Amoniak Total yang terkandung diketiga dapat menstimulasi pertumbuhan dan
lokasi pengambilan sampel air laut terlihat perkembangan organisme perairan apabila
pada tabel 1. Lokasi 2 merupakan stasiun didukung oleh ketersedian nutrient.
yang tertinggi kandungan amoniak Nitrifikasi yang merupakan proses
totalnya dan lokasi 3 merupakan lokasi oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat
dengan kadar amoniak total yang rendah. adalah proses yang penting dalam siklus
Peraturan Pemerintah no.82 tahun 2001 nitrogen dan berlangsung pada kondisi
aerob. Oksidasi ammonia menjadi nitrit kematian yang sangat cepat jika dihirup
dilakukan oleh bakteri nitrosomonas, dalam konsentrasi tertentu. ASTDR (2006)
sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat mencatat bahwa konsentrasi HCN yang
dilakukan oleh nitrobacter (Effendi, 2003). fatal bagi manusia jika dihirup selama 10
Berdasarkan baku mutu kandungan nitrat menit adalah 546 ppm. Beberapa
di perairan dalam Keputusan Menteri gangguan pada sistem pernapasan, jantung,
Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun sistem pencernaan dan sistem peredaran
2004, maka kandungan nitrat di lokasi darah berhubungan dengan paparan
pengamatan perairan sebagian besar telah terhadap sianida pada manusia dalam
melebihi baku mutu, dimana standar baku konsentrasi tertentu telah terdeteksi
mutu konsentrasi nitrat untuk biota laut (Pitoi, 2015). Hasil analisis yang dilakukan
adalah 0,008 mg/L. Kondisi ini sangat di laboratorium penguji BBIHP
membahayakan biota laut, karena menurut menunjukkan bahwa kandungan Sianida
Effendi (2003) bahwa konsentrasi nitrat- yang diperoleh di setiap lokasi
nitrogen yang lebih dari 0,1 mg/L dapat pengambilan sampel air laut tidak ada
mengakibatkan terjadinya eutrofikasi yang melebihi dari nilai ambang batas
(pengayaan) perairan dan selanjutnya yang ditetapkan oleh KEPMENKESRI No.
menstimulir pertumbuhan algae dan 907/MENKES /SK/ VII/2002. Sehingga
tumbuhan air secara pesat (blooming). air laut tergolong aman untuk aktivitas dan
Cukup tingginya konsentrasi nitrat di kelangsungan hidup biota laut.
perairan dapat disebabkan oleh masukan
bahan organik yang tinggi dari aktivitas 14. Sufida (H2S)
daratan yang dapat berupa erosi daratan, Sulfida (H2S) merupakan gas yang
masukan limbah rumah tangga, limbah dihasil dari dekomposisi bahan organik
pertanian berupa sisa pemupukan dan yang dilakukan oleh bakteri anaerob dan
lainnya yang terbawa ke perairan laut. merupakan gas yang sangat berbahaya
Menurut Casali et al. (2007) bahwa bagi biota perairan serta menghasilkan bau
dampak dari kegiatan pertanian akan yang tidak enak. Penyumbang
menghasilkan limpasan, sedimen nitrat dan terbentuknya hidrogen sulfida berbesar
fosfat. yaitu kawasan pemukiman, pelabuhan dan
industri. Sulfida yang tidak terionisasi
13. Sianida (CN) bersifat toksik terhadap kehidupan biota
Sianida bersifat toksik berbentuk HCN perairan. Hasil analisis untuk konsentrasi
(hidrogen sianida) dapat menyebabkan sulfida pada lokasi perairan menunjukkan
kandungan sulfide mempunyai nilai yang fenol juga terdeteksi di instalasi
sama antar lokasi pengukuran yaitu pengolahan air limbah. Senyawa fenol
<0,001 mg/L dan masih sesuai dengan dapat juga dapa juga ditemukan jika
standar baku mutu air laut untuk biota laut terjadi tumpahan ketika pengangkutan dan
sebagaimana dalam Keputusan Menteri bongkar muat di pabrik dan juga dapat
Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun berasal dari lokasi penyimpanan limbah
2004, yaitu 0,01 mg/L. Rendahnya nilai B3 dan landfill.
tersebut menunjukkan masih sedikitnya Berdasarkan hasil pengukuran
limbah rumah tangga yang mengandung konsentrasi fenol di perairan Kota
sulfida yangterbuang ke perairan laut. Makassar berkisar antara 0,002 – 1,5 mg/L,
Selain itu, diduga juga karena rendahnya nilai ini telah melampaui standar baku
proses pembusukkan bahan-bahan organik mutu phenol untuk biota laut menurut
yang mengandung belerang oleh bakteri Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.
anaerob dan juga sebagai hasil 51 Tahun 2004 dengan nilai maksimal
reduksi dengan kondisi anaerob 0,002 mg/L. Fenol merupakan senyawa
terhadap sulfat oleh mikroorganisme yang dapat menimbulkan bau tidak sedap,
(Triana, 2005 dalam Apriliana et al., 2014). bersifat racun dan korosif terhadap kulit
(iritasi), menyebabkan gangguan
15. Senyawa Fenol Total kesehatan manusia dan kematian pada
Senyawa fenol merupakan polutan organisme yang terdapat pada air dengan
yang sering ditemukan diperairan laut. nilai konsentrasi tertentu (Qadeer&Rehan,
Sumber pencemar di laut berasal dari 1998). Air laut yang diamati perlu
tumpahan minyak mentah, tumpahan mendapatkan perhatian agar dampak buruk
bahan bakar kapal maupun pembuangan dari senyawa fenol tidak membahayakan
limbah industry minyak bumi. Dan manusia dan biota laut lainnya.
beberapa berasal dari batubara, kilang
minyak dan air limbah yang berasal dari 16. Surfaktan
industri resin, plastik, fiber, lem, besi, baja, Pencemaran surfaktan di perairan
aluminium, karet serta effluen industri terutama detergen dan sabun banyak
bahan bakar sintetik. Sedangkan sumber berasal dari limbah rumah tangga dimana
alamiah dari keberadaan fenol di air adalah penggunaan bahan ini semakin tinggi
dari kotoran binatang dan dekomposisi (Becker et al., 2008). Hasil analisis
bahan organic. Selain itu, sebagai konsentrasi surfaktan (detergen) di lokasi
metabolit dari benzena maka senyawa perairan pengambilan sampel
menunjukkan nilai yang masih rendah, 19. Kromiun Heksavalen (Cr+6)
yaitu berkisar <0,05 mg/L (Table 1.). Nilai Hasil penelitian analisis kandungan
yang diperoleh masih di bawah standar logam berat Kromium (Cr) pada
baku maksimum konsentarasi surfaktan pengambilan sampel air laut di Makassar
untuk biota laut sebagaimana dalam ini menunjukkan nilai yang sama pada
KEPMEN Negara Lingkungan Hidup No. masing-masing lokasi yaitu <0,0004 mg/L.
51 tahun 2004, yaitu sebesar 1 mg/L. Nilai Nilai tersebut menunjukkan bahwa
tersebut menunjukkan bahwa perairan kandungan logam berat di perairan sangat
lokasi pengambilan sampel dalam kondisi rendah dan belum terkontaminasi oleh
tidak tercemar oleh limbah surfaktan dan logam berat kromium. Dari hasil
masih aman untuk kehidupan biota laut pengamatan menunjukkan sampel air laut
aman di perairan karena tidak melewati
17. Minyak dan lemak batas baku yakni 0,005 mg/L sesuai
Parameter minyak dan lemak air Laut KepMen LH No. 51 Tahun 2004.
Makassar di 3 (tiga) lokasi pengambilan
sampel menunjukkan nilai yang sama yaitu 20. Arsen
<0.5 mg/L. Sehingga kadar minyak dan Arsen dalam air laut terbagi dalam dua
lemak pada daerah sampling masih di bentuk, yaitu bentuk tereduksi terbentuk
bawah baku mutu yang ditetapkan yaitu dalam kondisi anaerobik, sering disebut
1 mg/L. arsenit. Bentuk lainnya adalah bentuk
teroksidasi, terjadi pada kondisi aerobik,
18. Raksa (Hg) umum disebut sebagai arsenat. Arsen (As)
Hasil analisis kandungan logam berat merupakan unsur toxic metalloid yang ada
Raksa/merkuri (Hg) berdasarkan metode di udara, air dan tanah. Arsenik anorganik
uji SNI 06-6989.51.2005 dengan satuan cenderung lebih beracun daripada arsenik
mg/L, di dapatkan nilai kandungan raksa organik (Jomova et al., 2011). Kandungan
dalam air laut pengambilan di 3 titik lokasi Arsen pada setiap lokasi pengamatan
adalah <0,0003 mg/L (Tabel 1). terukur antara 0,009-0,04 mg/L, dengan
Berdasarkan kriteria baku mutu air yang arsen terendah terdapat pada lokasi 3
baik adalah tidak lebih dari 0,001 mg/L terukur 0,0094 mg/l, dan tertinggi pada
atau 0,0014 ppb maka dapat disimpulkan lokasi 1 yakni 0,04 mg/L, sedangkan pada
bahwa pada lokasi penelitian masih belum lokasi 2 terukur 0,01 mg/L (Tabel 1). Dari
tercemar oleh bahan logam berat hasil tersebut menunjukkan lokasi 1 adalah
merkuri (Hg). lokasi yang cukup berbahaya akibat
melebihi batas syarat mutu yang telah
ditetapkan yakni 0,012 mg/L, sedangkan
lokasi 2 dan 3 tergolong aman. Dugaan
lokasi 1 perairan adalah anggapan adanya
kandungan arsen yang cukup tinggi dalam
mineral sulfida pada kedalaman tertentu di
bawah laut dalam lapisan tanahnya. Arsen
yang sering ditemukan dalam bentuk
cebakan secara natural terurai dengan
bantuan pH yang tinggi. Pada pH tertentu
arsen mudah terurai dari cebakannya,
selanjutnya arsen akan larut dalam air
yang mengalir di sungai setempat. Arsen
yang larut dalam air juga meresap ke
dalam air tanah dan berbahaya jika
dikonsumsi oleh penduduk setempat.

Anda mungkin juga menyukai