Anda di halaman 1dari 9

Analisis Penentuan Kadar Kimia Air pada Berbagai Spot

Aliran Sungai Krese Kota Kediri Jawa Timur

1Defrin Setyawan, 2Denny Ayu Prima, 3Nur Afni Dwi Fitriani, 4Nur Ihda Noviarini,
5Uswatun Khasanah

1
Program Studi D3 Teknologi Laboratorium Medis Fakultas Sains, Teknologi dan
Analisis Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
2
Laboratorium Kimia Amami Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
Email: afninur160@gmail.com

Abstrak

Kata kunci: Air Sungai, Standart Mutu Air, Kualitas Air, Pencemaran Air

Sungai krese sangat rentan terhadap terjadinya pencemaran air. Karena terletak dengan Industri
gula Pesantren, Pabrik bekicot, SMK Pawiyatan Dhoho, belakang Makam Pahlawan, dan belakang
Stadion Brawijaya kualitas air yang telah diteliti, perlu dilakukan pengujian laboratorium. Pengujian
ini dilakukan pada bulan Oktober – Desember tahun 2017, metode penentuan kadar DO dengan
metode titrasi iodometri, kadar COD dengan metode bikromatometri, kadar CO2 Bebas dengan
metode alkalimetri, penentuan kadar ammonia dengan menggunakan spektrofotometri UV VIS
dengan panjang gelombang 400 – 500 nm, penentuan kadar zat organik dengan metode
permanganometri, dan pada penetapan kesadahan dengan metode kompleksometri. Dengan
pengambilan sampel pada aliran sungai Krese Kota Kediri Jawa Timur di berbagai tempat. Hasil yang
didapat dari penentuan kadar DO yang diperoleh antara 0,045-0,715 mg/L, COD antara 616,0-5852
mg/L, CO2 Bebas antara 0,930-27,050 mg/L, Amonia antara 0,019-0,081 mg/L dengan absorbansi
antara 0,023-0,0373, Zat Organik antara 49,46-68,94 mg/L, dan Kesadahan antara 40,300-49,335
mg/L. Hal ini dikatakan bahwa Air Sungai Krese masih layak di konsumsi karena tidak melebihi
ambang batas yang dianjurkan.
Abstract
Keywords: River Water, Water Quality Standards, Water Quality, Water Pollution

The river of krese is very susceptible because the located near of Industry. So that conducted
water quality analysis, laboratory testing needs to be done. The test was performed in October -
December of 2017, the method of determining the levels of DO with iodometric titration method,
COD concentration by bychromatometry method, CO2 levels Free with alkalimetry method,
determination of ammonia level using UV VIS spectrophotometry with wavelength 400 - 500 nm,
levels of organic substances by the method of permanganometri, and on the determination of hardness
by the method of spectrofotometry UV VIS. Quality water analysis of Krese had been investigated
with samples at the river flow Kresek Kediri East Java in various places. Results obtained from the
determination of DO levels obtained between 0.045-0.715 mg/L, COD between 616.0-5852 mg/L,
CO2 Free between 0.930-27.050 mg/L, Ammonia between 0.019-0.081 mg/L with absorbance
between 0.023 -0,0373, Organic Substance between 49,46-68,94 mg/L, and Hardness between
40,300-49,335 mg/L. It is said that Krese River Water is still feasible in consumption because it does
not exceed the recommended threshold.
1. PENDAHULUAN pada manusia. Produk - produk dari
Sungai Krese merupakan salah satu badan air yang tercemar yang
sungai kecil yang berada di Kota Kediri. dikonsumsi manusia akan
Sungai ini sangat rentan terhadap mengakibatkan pada mewabahnya
terjadinya pencemaran air. Hal ini beberapa jenis penyakit. Wabah
dikarenakan Sungai Krese mengalir penyakit hepatitis bisa timbul akibat
melewati daerah pemukiman yang padat konsumsi makanan laut yang
penduduk dan sejumlah industri seperti teracuni polutan, wabah kolera
pabrik gula dan industri rumah tangga timbul karena pengolahan air
pengolahan bekicot. Sebagai upaya untuk minum yang buruk dari sumber
mengurangi pencemaran lingkungan perairan yang tercemar, dan masih
perairan, maka perlu dilakukan evaluasi banyak lagi.
terhadap kualitas air Sungai Krese, Kota 4) Kerusakan Ekosistem
Kediri. Dampak pencemaran air pada
Adapun beberapa dampak tahap selanjutnya akan terjadi pada
pencemaran air misalnya kematian biota ekosistem. Pencemaran air
air, kerusakan rantai makanan, timbulnya mengakibatkan kerusakan
wabah penyakit, dan kerusakan ekosistem ekosistem yang berarti interaksi
perairan. antar makhluk hidup di suatu tempat
1) Kematian Biota Air. akan berubah. Banyak daerah yang
Masalah utama yang sekarang jadi terkena pencemaran
disebabkan oleh dampak air karena kelalaian manusia dalam
pencemaran air adalah terbunuhnya menjaga kelestarian lingkungannya,
kehidupan yang tergantung pada dan di masa yang akan datang
badan air tersebut. Ikan, kepiting, daerah-daerah yang tercemar ini
burung camar dan banyak hewan tentu akan membuat manusia
lain terbunuh karena adanya polutan mengalami banyak kesulitan.
berbahaya yang meracuni habitat Hefni Effendi (2003) Mengemukakan
mereka. Contoh sederhana dari bahwa pengelolaan sumber daya air
dampak ini adalah hilangnya sangat penting, agar dapat dimanfaatkan
populasi ikan di badan sungai secara berkelanjutan dengan tingkat mutu
daerah perkotaan. yang diinginkan, salah satu langkah
2) Kerusakan Rantai Makanan. pengelolaan yang dilakukan adalah
Dampak pencemaran air juga pemantauan dan interpretasi data kualitas
merusak tatanan rantai makanan air, mencakup kualitas fisika, kimia, dan
alami yang selama ini berlangsung biologi.
dalam ekosistem air. Polutan seperti Penelitian bertujuan untuk
timbal yang dimakan oleh ikan menetukan analisis kadar kimia air,
kecil, akan terbawa pada tingkat dengan MetodeIodometri, Refluks
trofik selanjutnya. Ikan-ikan besar, Terbuka,Alkalimetri, Spektrofotometri
kerang, dan tingkat trofik di atasnya UV VIS, Permanganometri dan Metode
juga akan ikut merasakan dampak Kompleksometri.
dari polutan yang dimakan oleh si
ikan kecil. 2. METODE PENELITIAN
3) Wabah Penyakit 2.1 Bahan
Kerusakan rantai makanan pada Bahan yang digunakan dalam
tahap selanjutnya akan berdampak penelitian ini ada 2 macam yaitu
bahan uji dan reagen, bahan uji N bebas zat organic, dan H2C2O4 0,01
meliputi sampel yang digunakan N (Riedel-de Haen, Germany). Untuk
yakni air Sungai Kresek yang diambil iji penetapan kesadahan reagen yang
dari 6 tempat berbeda. Reagen yang digunakan meliputi Na2- EDTA 0,03
yang digunakan dalam penelitian ini N (Riedel-de Haen, Germany), CaCl2
untuk uji DO (Dissolved Oxygen) 0,03 N (Riedel-de Haen, Germany),
meliputi, KI 15% (Emsure, NaOH 3 N, indikator EBT (Merck,
Germany), Na2S2O3 0,1 N (Riedel-de Germany), laruta buffer pH10, dan
Haen, Germany), H2SO4 pekat indikator murexide (Merck,
(Riedel-de Haen, Germany), reagen Germany).
O2, indikator amilum 1%, larutan 2.2 Alat
MnSO4 20%, KIO3 O,1 N (Riedel-de Alat - alat yang digunakan
Haen, Germany), H2SO4 4 N (Riedel- meliputi Erlenmeyer, beaker glass,
de Haen, Germany). Uji COD pipet volume, pipet tetes, gelas ukur,
meliputi Fe(NH4)2(SO4)2 0,25 N, buret, kondensor, neraca analitik,
HgSO4, K2Cr2O7 0,25 N (Riedel-de statif, klem, tabung nessler, selang
Haen, Germany), campuran H2SO4 – karet, push ball, spirtus, korek api,
Ag2SO4, indikator feroin (Merck, botol winkler dan oven.
Germany) dan H2SO4 pekat (Riedel- 2.3 Metode
de Haen, Germany). Uji CO2 bebas Pengukuran kualitas air
meliputi H2C2O4 0,01 N (Riedel-de dilakukan dengan menggunakan
Haen, Germany), NaOH 0,01 N beberapa parameter yaitu dengan
(Riedel-de Haen, Germany), dan Metode Iodometri, Refluks Terbuka,
indikator fenolftalein PP 1%. Uji Alkalimetri, Spektrofotometri UV
kadar ammonia meliputi reagen VIS, Permanganometri dan Metode
nessler, garam seignette, dan larutan Kompleksometri.
standar NH3 1000 ppm. Uji kadar zat
organik meliputi KMnO4 0,01 N
(Riedel-de Haen, Germany), H2SO4 8

2.3.1 Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel

Gambar 1. Tempat Pengambilan Sampel


Penentuan lokasi pengambilan H2SO4. Kemudian ditambah 1 ml
sampel dilakukan di Sungai Krese larutan KMnO4 lalu larutan sampel
berdasarkan air sungai yang terkena dipanaskan hingga mendidih.
buangan limbah pabrik bekicot, Selanjutnya dilakukan
yang mengalir melewati penambahan larutan asam oksalat
pemukiman penduduk lokasi 1 ml. Larutan yang terbentuk
pengambilan sampel, (Gambar 1) (bening) akan kelebihan asam
meliputi dari beberapa tempat yaitu oksalat. Kelebihan asam oksalat
depan pabrik bekicot (kode A), dititrasi kembali dengan KMnO4
pabrik gula Pesantren (kode B), atau kalium permanganat menjadi
belakang buangan pabrik bekicot warna merah muda.
(kode C), depan SMK Pawiyatan 2.3.2.3 Penentuan Kadar CO2 Bebas
Dhoho (kode D), belakang makam Penetapan CO2 Bebas
pahlawan (kode E), dan belakang dengan metode alkalimetri.
Stadion Brawijaya (kode F). Sampel air diambil dengan botol
2.3.2 Cara Kerja Winkler 250 ml, diambil 100 ml
2.3.2.1 Penentuan Kadar DO dengan menggunakan gelas ukur
Penentuan kadar DO dan dipindahkan kedalam labu
dilakukan dengan metode Erlenmeyer selanjutnya dilakukan
iodometri. Sebelum menentukan penitrasian. Ditambahkan 10
kadar DO, sampel ditambahkan tetesin dikator phenolptalein (PP).
MnSO4 terlebih dahulu. MnSO4 Penambahan indicator pp
ditambahkan ke sampel air laut tersebut bermaksud untuk
agar bisa mengikat O2. Setelah mengetahui ada tidaknya CO2
dimasukkan larutan MnSO4, bebas di dalam larutan sampel.
kemudian dimasukkan larutan Dimana apabila di dalam larutan
NaOH dan KI masing-masing sampel tersebut mengandung CO2
sebanyak 2 ml. Penambahan bebas maka tidak terjadi
NaOH dan KI dikarenakan perubahan warna pada saat
kemampuan untuk mengikat I2. ditambahkan indikator PP 1 %.
Sebelum dimasukkan larutan Sebaliknya apabila terjadi
NaOH+ KI, perubahan warna yang perubahan warna dari bening
terjadi akibat penambahan MnSO4 menjadi pink, maka larutan sampel
adalah gumpalan putih. Setelah tersebut tidak mengandung CO2
penambahan dua larutan tersebut, bebas. Maka tidak perlu di lakukan
menghasilkan larutan yang penitrasian. Penitrasian dengan
terpisah (terbentuk endapan yang larutan Na2CO3 0,01 N sampai
berwarna coklat susu). larutan berwarna merah muda tipis
2.3.2.2 Penentuan Kadar COD (pink). Hal tersebut bermaksud
Metode yang digunakan untuk mengetahui seberapa
Penetapan COD (Chemical banyak kadar CO2 bebas yang
Oxygen Disolve) yaitu metode terkandung di dalam sampel.
refluks terbuka. Sebelum 2.3.2.4 Penentuan Kadar Amonia (NH3)
menentukan kadar COD Penentuan kadar ammonia
dimasukkan 10 ml sampel air (NH3) dilakukan dengan
kedalam gelas kimia, kemudian menggunakan 2 metode yaitu
ditambahkan 0,5 ml larutan metode spektrofotometri dengan
menggunakan spektrofotometri baku asam oksalat 0,01 N kedalam
UV VIS dengan panjang larutan, Kemudian dititrasi dengan
gelombang 400 – 500 nm, dan KMnO4 0,01 N hingga warna
metode kolorimetri visual dimana merah muda.
ammonia direaksikan dengan 2.3.2.6 Penetapan Kesadahan
reagen nessler yang menghasilkan Penetapan tingkat kesadahan
senyawa HgO.Hg(NH3)I yang pada air sampel dilakukan dengan
bewarna kuning-oranye kemudian menggunakan metode
dibandingkan intensitas warna kompleksometri. Pada penetapan
yang terjadi secara visual dengan kesadahan dilakukan titrasi,
larutan standar. kemudian buret dibilas
2.3.2.5 Penentuan Kadar Zat Organik menggunakan Na2EDTA dan di isi
Penentuan kadar zat organik dengan Na2EDTA hingga skala 0.
dilakukan menggunakan metode Diambil 20 ml sampel air dan
permanganometri. Pada penentuan dimasukkan kedalam erlenmeyer
kadar zat organik dilakukan 125 ml, kemudian ditambahkan 1
pemipetan sebanyak 100 mL ml larutan buffer pH 10.0 dan 2
sampel dan dimasukan kedalam tetes indikator EBT. Larutan di
erlenmeyer 250 mL lalu ditambah dalam erlenmeyer dititrasi
3 butir batu didih. Beberapa tetes menggunakan Na2EDTA hingga
KMnO4 0,01 N juga ditambah mendekati titik terakhir kemudian
kedalam erlenmeyer hingga terjadi diturunkan laju penambahan titran
perubahan warna menjadi merah pada saat terjadi perubahan warna
muda. Setelah itu, asam sulfat 8 N menjadi biru langit secara
dicampur juga kedalam larutan, permanen. Titrasi pengambilan
lalu dihomogenkan. Larutan sampel air diulangi untuk larutan
dipanaskan diatas pemanas listrik sampel yang kedua (apabila
pada suhu 70o C. Lalu dipipet 10 dilakukan duplo). Titrasi
mL larutan baku KMnO4 0,01 N Na2EDTA menggunakan indikator
selanjutnya larutan dipanaskan EBT dan penyangga dengan pH
hingga mendidih. Setelah 10.
mendidih, tambah 10 mL larutan

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Tabel Hasil Penentuan Kadar Analisis Air dan Standar Deviasi
3.1 HASIL
3.1.1 Kadar Dissolved Oxygen (DO)
Kadar oksigen terlarut
(Dissolved Oxygen atau DO) di
sungai krese ditentukan
menggunakan metode Winkler
(Iodometri). Metode Winkler adalah
metode yang menggunakan mangan
(Mn), metode ini dingunakan untuk
konsentrasi DO ≥ 0,1 ppm. Gambar 4. Grafik Hasil Penetapan Kadar COD
(Sastrawijaya, 2000).
3.1.3 Kadar CO2 bebas
Dari hasil yang di dapat
penentuan kadar CO2 bebas pada
Sampel A sebesar 10.725 mg/L,
pada Sampel B sebesar 3.960 mg/L,
pada Sampel C sebesar 0.930 mg/L,
pada Sampel D sebesar 19.815
mg/L, pada Sampel E sebesar
Gambar 3. Grafik Hasil Penetapan Kadar DO 16.555 mg/L, pada Sampel F
dan Kadar Amonia (NH3) sebesar 27.050 mg/L. (Gambar 5)
Dari perhitungan menggunakan
rumus OT (oksigen terlarut),
dihasilkan oksigen terlarut pada air
sungai krese adalah pada Sampel A
sebesar 0.160 mg/L, pada Sampel B
sebesar 0.715 mg/L, pada Sampel C
sebesar 0.050 mg/L, pada Sampel D
sebesar 0.045 mg/L, pada Sampel E
sebesar 0.400 mg/L, pada Sampel F
Gambar 5. Grafik Hasil Penetapan Kadar CO2
sebesar 0.195 mg/L. (Gambar 2)
Bebas
3.1.2 COD
COD adalah ukuran kapasitas 3.1.4 Kadar Ammonia (NH3)
konsumsi oksigen anorganik dan Hasil yang di dapat ialah pada
bahan organik yang ada dalam air sampel air sungai krese yaitu pada
limbah. COD dinyatakan sebagai Sampel A sebesar 0.059 mg/L, pada
jumlah oksigen yang dikonsumsi Sampel B sebesar 0.044 mg/L, pada
dalam satuan mg / L. (Lee, 2005). Sampel C sebesar 0.038 mg/L, pada
Hasil perhitungan COD pada Sampel D sebesar 0.081 mg/L, pada
sampel air sungai krese yaitu pada Sampel E sebesar 0.019 mg/L, pada
Sampel A sebesar 616.0 mg/L, pada Sampel F sebesar 0.062 mg/L.
Sampel B sebesar 5852 mg/L, pada (Gambar 3).
Sampel C sebesar 792.0 mg/L, pada 3.1.5 Kadar Zat Organik
Sampel D sebesar 1408 mg/L pada Analisis bahan organik masing-
Sampel E sebesar 2992 mg/L, pada masing sampel air Sungai Krese
Sampel F sebesar 2553 mg/L. yang diambil di beberapa area yang
(Gambar 4). di dapat hasil ialah pada sampel
pada Sampel A sebesar 58.39 mg/L,
pada Sampel B sebesar 50.62 mg/L, boleh kurang dari 6 ppm. Kadar DO
pada Sampel C sebesar 49.46 mg/L, yang tertinggi didapatkan di sampel B
pada Sampel D sebesar 50.59 mg/L, yaitu sebesar 0.715 mg/L hal ini
pada Sampel E sebesar 58.94 mg/L, dikarenakan pengambilan sampel
pada Sampel F sebesar 66.13 mg/L. dekat dengan pabrik gula yang
menyebakan nilai kadar DO tinggi.
3.1.6 Kadar Kesadahan
Kadar yang terendah didapatkan di
sampel D yaitu sebesar 0.045 mg/L.
3.2.2 COD
Berdasarkan Perda Provinsi Jawa
Timur No. 2 Tahun 2008 adalah 10
mg/L untuk air Golongan I (air
minum), 25 mg/L untuk air Golongan
II (prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, pengairan), 50 mg/L
Gambar 6. Grafik Hasil Penetapan Kadar Zat untuk air Golongan III
Organik dan Kesadahan (pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, pengairan), dan 100 mg/L
Pada penetapan kadar
untuk air Golongan IV (pengairan).
kesadahan sampel pada Sampel A
Nilai konsentrasi COD Sungai Krese
sebesar 40.320 mg/L, pada Sampel
berkisar 616,0-5852 mg/L nilai ini
B sebesar 44.750 mg/L, pada
melebihi ambang batas kriteria mutu
Sampel C sebesar 49.335 mg/L,
air. Kadar COD yang tertinggi
pada Sampel D sebesar 40.300
didapatkan di sampel B yaitu sebesar
mg/L, pada Sampel E sebesar
5852 mg/L. dikarenakan pengambilan
43.720 mg/L, pada Sampel F
sampel dekat dengan pabrik gula
sebesar 42.500 mg/L. (Gambar 6)
sehingga nilai COD yang tinggi
menunjukkan semakin banyak
3.2 PEMBAHASAN
oksigen yang digunakan untuk
3.2.1 Kadar Dissolved Oxygen (DO)
mengurai senyawa - senyawa
Berdasarkan Peraturan
anorganik dalam cairan. Dan Kadar
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
yang terendah didapatkan di sampel
menegaskan bahwa kadar DO
A yaitu sebesar 616.0 mg/L.
minimum yang harus ada pada air
3.2.3 Kadar CO2 bebas
adalah Kelas I sebesar 6 mg /L, Kelas
Dari Hasil yang di dapat pada
II sebesar 4 mg /L, Kelas III sebesar 3
praktikum menunjukkan sampel F
mg /L, Kelas IV sebesar 0 mg /L.
melebihi batas maksimum sehingga
Sedangkan nilai konsentrasi DO
tidak baik untuk digunakan dalam
Sungai Krese berkisar 0,045-0,715
kehidupan makhluk hidup.
mg/L, nilai ini masih berada dalam
Sedangkan menurut Soeyasa
ambang kriteria mutu air sungai kelas
(2001) karbondioksida dalam air
IV. Sehingga air Sungai Krese masih
dapat dibedakan dalam bentuk bebas
dapat digunakan untuk sarana
dan terikat. Kandungan
rekreasi, pembudidayaan ikan air
karbondioksida (CO2) terlarut
tawar, peternakan dan pertanian.
maksimum 25 ppm. Hal ini
Menurut Fardiaz, konsentrasi DO
dikarenakan bahwa kandungan
minimal untuk kehidupan biota tidak
karbondioksida dalam air biasanya Pemerintah No. 82 Tahun 2001 batas
merupakan fungsi dari aktivitas maksimal kandungan zat organik
biologi dan laju respirasinya melebihi dalam air yaitu 50 mg/L. Sedangkan
laju fotosintesis. menurut PERMENKES RI nomor 32,
3.2.4 Kadar Ammonia (NH3) tahun 2017 ambang batas nilai Zat
Pengukuran kandungan Organik sebesar 10 mg/L . Kadar Zat
ammonia (NH3) dilakukan dengan Organik yang tertinggi didapatkan di
menggunakan spektrofotometer UV- sampel E yaitu sebesar 68.94 mg/L.
VIS. Panjang gelombang yang Nilai zat organik tinggi dikarenakan
digunakan 640 nm, dari kurva pengambilan sampel dekat dengan
kalibrasi dapat diketahui bahwa, industri rumah tangga pengolahan
persamaan garis yang menyatakan bekicot. Kadar yang terendah
hubungan antara konsentrasi dan didapatkan di sampel C yaitu sebesar
absorbansi yaitu y = 0,2329x - 0,0418 49.46 mg/L. Dengan adanya
dengan R²= 0,9815. Menurut Peraturan Pemerintah tersebut Sungai
Peraturan Menteri Perindustrian Krese telah tercemar dan tidak layak
Nomor 49 Tahun 2012 kandungan untuk digunakan.
ammonia (NH3) dalam air sungai 3.2.6 Kadar Kesadahan
yang tercemar sebesar 0.246-0.452 Kadar Kesadahan yang tertinggi
mg/L sudah tidak dapat digunakan didapatkan di sampel C yaitu sebesar
untuk sarana air pembudidayaan ikan 49.335 mg/L, dapat dipengaruhi oleh
air tawar namun masih dapat banyaknya jumlah batu kapur karena
digunakan sebagai air baku minum besarnya debid aliran air hujan dan
dengan kadar amnia dibawah 0.5 limbah sabun juga dapat
mg/L. Sedangkan menurut menyebabkan tingginya nilai
PERMENKES RI nomor 492, tahun kesadahan, dikarenakan pengambilan
2010 ambang batas nilai Amonia sampel dekat dengan pemukiman
sebesar 1.5 mg/L. dan menurut warga. Kadar yang terendah
Effendi (2003), kadar ammonia pada didapatkan di sampel D yaitu sebesar
perairan alami biasanya kurang dari 40.300 mg/L. Menurut (Achmad,
0.1 mg/L. Kadar Amonia (NH3) yang 2004) kadar kesadahan sebesar 50-
tertinggi didapatkan di sampel D 100 mg/L
yaitu sebesar 0.081 mg/L. kadar Sedangkan Berdasarkan standar
ammonia yang tinggi dapat kesadahan menurut PERMENKES
diindikasikan adanya RI, Nomor 32 Tahun 2017 batas
pencemaranbahan organic yang maksimum kesadahan air minum
berasal dari limbah domestik, limbah yang dianjurkan yaitu 500 mg/L
industri, maupun limpasan pupuk CaCO3 (Daud, Anwar. 2007), dapat
pertanian. Kadar yang terendah dikatakan bahwa air sungai krese
didapatkan di sampel E yaitu sebesar yang diteliti layak konsumsi karena
0.019 mg/L. tidak melebihi nilai ambang batas
3.2.5 Kadar Zat Organik yang dianjurkan.
Dari hasil yang didapatkan diatas
semua sampel yang diambil dari KESIMPULAN
aliran Sungai Krese mengandung Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
bahan organik yang tinggi. pada aliran Air Sungai Krese dapat dikatakan
Sedangkan menurut Peraturan bahwa Sampel B memiliki tingkat pencemaran
tertinggi dan tidak layak dikonsumsi sedangkan Indonesia (SNI) Air Minum Dalam
Sampel lainnya masih layak di konsumsi karena Kemasan (AMDK) Secara Wajib.
tidak melebihi ambang batas yang dianjurkan.
Sastrawijaya. 2000. Pencemaran Lingkungan.
SARAN Jakarta : Rineka Cipta

Upaya pengendalian air sungai krese akan Soeyasa. 2001. Ekologi Perairan. Departemen
berhasil jika dilakukan dengan memerhatikan Kelautan dan Perikanan Dirjen. Pendidikan
kondisi kualitas air sungai dan meningkatkan Menegah Atas, Jakarta
pengetahuan masyarakat yang berada disekitar
sungai krese.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan.
Jakarta : Erlangga

Daud, Anwar. 2007. Aspek Kesehatan


Penyediaan Air Bersih. CV.Healthy &
Sanilation ; Makasar

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi


Pengelolaan Sumber Daya dan lingkunan
Perairan. Penerbit Kanisnus: Yogyakarta.

Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi dan Udara.


Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2


Tahun 2008 Tentang Pengolahaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air di
Provinsi Jawa Timur.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 492 / MENKES / PER / IV / 2010
Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar
Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan
Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per
Aqua, dan Pemandian Umum.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor


82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air.
Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia Nomor 49/M-IND/PER/3/2012
Tentang Pemberlakuan Standar Nasional

Anda mungkin juga menyukai