Latar Belakang 1
Masalah Yang
Dihadapi 2
3 Solusi
Implementasi
4
Eksperimen 5
Pengujian
6
7 Kesimpulan
Saran
8
Bahasan
Latar Belakang
K
o
n
su
m
iIk
a
d
e
02
04
02
04
https://www.mongabay.co.id/2019/08/06/sebesar-apa-potensi-ekonomi-ikan-hias-di-indonesia/
Latar Belakang
02
04
Ikan Koi sangat rentan terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan di
Keseluruhan sistem
berhasil
diimplementasikan
baik dari segi
perangkat keras
maupun perangkat
lunak.
Implementasi Perangkat Keras
Instalasi dan pemasangan komponen-komponen pada setiap subsistem.
Subsistem Subsistem
Kontrol Pakan Antarmuka Pengguna
A E
Subsistem Deteksi PH B D Subsistem Manajemen
C Baterai
Subsistem Kontrol
Larutan Buffer
A KOMPONEN SUBSISTEM DETEKSI PH
Subsistem kontrol
DO tersusun dari
beberapa
komponen antara
lain sensor dan
modul Dissolved
Oxygen, dimmer,
aerator, selang,
dan batu aerator.
Sensor DO
B
Modul DO
B
Dimmer merupakan alat yang
dirancang untuk mengontrol tegangan arus
bolak - balik. Kegunaan dimmer dalam
alat ini adalah, untuk mengatur kecepatan
dari aktuator dengan cara mengatur
tegangan arus bolak - balik. Sebagai
perumpamaan sebuah tegangan adalah
pipa, kemudian air yang mengalir adalah
arus, kita bisa mengatur aliran air yang
mengalir ke dalam pipa dengan
menggunakan sumbatan yang kita
masukan ke pipa tersebut..
B
Aerator adalah sebuah mesin penghasil gelembung
udara yang berfungsi untuk menggerakkan air di dalam
kolam agar airnya kaya akan oksigen terlarut yang mana
sangat dibutuhkan oleh semua ikan air tawar. Prinsip kerja
alat ini adalah membuat permukaan air sebanyak mungkin
bersentuhan dengan udara. Tujuannya adalah agar kandungan
oksigen dalam air itu cukup dan gas serta kotoran yang
biasanya menimbulkan busuk dapat terusir dari air.
Aerator dapat dikontrol kecepatannya menggunakan
dimmer sehingga kecepatan aerator dapat disesuaikan
penggunaanya sesuai dengan yang kita inginkan, sedangkan
aerator hanya berupa sebuah pompa udara.
B Selang dan batu aerator
merupakan penghubung udara
yang telah dipompa oleh
aerator. Udara yang dipompa
akan dialirkan melalui selang
yang kedap udara sehingga
nantinya aliran udara tidak
akan bocor kemana - mana.
Setelah dialirkan, udara
dipecah menggunakan batu
aerator. Batu aerator terbuat
dari pasir kuarsa yang
dilekatkan sedemikian rupa
sehingga mempunyai pori yang
mampu dilewati udara dan
berfungsi untuk memecah
gelembung dengan jumlah
yang sangat banyak.
C KOMPONEN SUBSISTEM KONTROL SALINITAS
Subsistem kontrol salinitas tersusun dari beberapa komponen, antara lain sensor
TDS, modul sensor TDS, dan motor servo. Berikut penjelasan implementasi masing -
masing komponen beserta gambarnya.
B Sensor TDS
Modul TDS
B
Motor servo berfungsi
sebagai keran yang
membuka dan menutup
aliran garam yang berasal
dari tempat penyimpanan
garam. Motor servo
bergerak menyesuaikan
pembacaan salinitas yang
berasal dari sensor TDS.
Eksperimen
Berdasarkan data yang telah diperoleh, akan dicari persamaan untuk mencari nilai
keluaran sensor pH menggunakan metode regresi linier dengan mengkonversi nilai
keluaran sensor pH menjadi nilai pH dengan mengacu pada nilai pH yang terbaca
dari pH meter. Persamaan ini diperoleh dengan melakukan perhitungan secara
manual dengan menggunakan nilai maksimum dan nilai minimum dari nilai pH yang
telah diperoleh.
Eksperimen Subsistem Kontrol DO
Pada subsistem ini, terlebih dahulu dilakukan pengkalibrasian sensor DO
agar dapat melakukan pembacaan nilai DO pada akuarium ikan koi.
Prosedur pengkalibrasian sensor dimulai dengan melakukan
pengukuran pada satu ember air, dimana dilakukan beberapa
percobaan dengan mengubah-ubah nilai DO menggunakan aerator dan
pengukuran menggunakan sensor DO dan DO meter, yang kemudian
nilainya dicatat berapa nilai ADC yang terbaca dari sensor DO dan nilai
DO yang terbaca dari DO meter.
Data Perbandingan DO meter dan sensor DO
DO meter (ppm) Sensor DO (ADC) Respon waktu (s)
5 436 19
5.5 489 10
6 503 16
7 547 14
8 613 10
8.5 658 9
Rata-rata 13
Berdasarkan data yang telah diperoleh, akan dicari persamaan untuk mencari nilai
keluaran sensor DO dalam satuan ppm menggunakan metode regresi linier dengan
mengkonversi nilai keluaran sensor DO menjadi satuan ppm dengan mengacu pada
nilai DO yang terbaca pada DO meter.
Persamaan yang telah didapatkan tersebut,
selanjutnya dapat diimplementasikan ke dalam
program. Untuk pengontrolan kecepatan aerator
digunakan fungsi mapping dimana persentase nilai
kecepatan antara 0% hingga 100% dipetakan dengan
persentase kecepatan aerator antara 15% hingga
75%.
Pembagian kecepatan yang telah ditentukan untuk
kontrol DO menggunakan aerator sebagai berikut :
Fast = keadaan oksigen terlarut <5 ppm, Kecepatan
aerator 100%
Normal = keadaan oksigen terlarut ≥5 ppm dan <8
Berdasarkan grafik, diperoleh persamaan ppm, Kecepatan aerator 65%
kalibrasi sensor DO sebagai berikut. Slow = keadaan oksigen terlarut ≥8 ppm dan <10
ppm, Kecepatan aerator 45%
OFF = keadaan oksigen terlarut ≥10 ppm, Kecepatan
DO = (ADC - 388.4) / 43.6 aerator 0%
Eksperimen Subsistem Kontrol Salinitas
Pada subsistem ini, terlebih dahulu dilakukan pengkalibrasian sensor
TDS agar dapat melakukan pembacaan nilai salinitas pada akuarium
ikan koi. Prosedur pengkalibrasian sensor dimulai dengan melakukan
pengukuran terhadap 4 sampel larutan garam menggunakan sensor TDS
dan refraktometer, yang kemudian nilainya dicatat berapa nilai ADC
yang terbaca dari sensor TDS dan nilai salinitas yang terbaca dari
refraktometer.
Data Perbandingan Refraktometer dan sensor TDS
Refraktometer Sensor TDS (ADC) Respon waktu (s)
(ppt)
1 429 2
2 451 2
3 475 2
4 493 2
Berdasarkan data yang telah diperoleh, akan dicari persamaan untuk mencari nilai keluaran sensor
TDS dalam satuan ppt menggunakan metode regresi linier dengan mengkonversi nilai keluaran
sensor TDS menjadi satuan ppt dengan mengacu pada nilai salinitas yang terbaca pada
refraktometer.
Selain itu, terdapat pengkonversian posisi
dan sudut motor servo untuk mendapatkan
massa garam yang dikeluarkan. Prosedur
pengkonversian motor servo, yaitu dengan
melakukan tiga kali percobaan untuk setiap
nilai sudut dan durasi waktu yang
ditentukan, kemudian dilakukan pencatatan
berapa massa garam yang diperoleh
dengan menggunakan timbangan dan
Berdasarkan grafik, diperoleh persamaan mengambil nilai rata-rata dari tiga
kalibrasi sensor TDS sebagai berikut.
percobaan yang dilakukan. Berikut tabel
Salinitas = (ADC - 408) / 21.6 dan grafik percobaan
Massa garam Waktu (s)
(gram)
0.5 1 1.5 2
Prinsip kerja dari pengontrolan pH, yaitu mengatur nilai pH di akuarium agar
sesuai dengan yang telah diinginkan dengan nilai pH 6 - 8, jika nilai pH akuarium
di bawah dari nilai pH yang diinginkan, maka pompa pH UP akan menyala dan
akan berhenti, jika sudah sesuai dengan pH yang diinginkan, sedangkan jika nilai
pH akuarium di atas nilai pH yang ditentukan, maka pompa pH DOWN akan
menyala sampai pH akuarium sesuai dengan pH yang diinginkan.
Dari pengujian yang dilakukan, dapat dilihat rentang waktu perubahan jumlah oksigen
terlarut dalam air dan kecepatan aeratornya. Perubahan DO terbilang cepat.
Dapat dilihat bahwa kondisi ekstrim dimana jumlah oksigen terlarut sangat rendah
merupakan hal yang susah dicapai, dikarenakan sebelum oksigen terlarut mencapai titik
rendah, aerator akan menyala terlebih dahulu meskipun dengan kecepatan yang pelan atau
normal.
UJI KONTROL SALINITAS 3
Dari pengujian yang dilakukan, dapat dilihat bahwa jumlah garam yang keluar
mendekati jumlah garam yang ingin diberikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengujian pengontrolan salinitas berjalan dengan baik.
KESIMPULAN
1. Pengujian yang dilakukan terhadap alat terbagi menjadi tiga, yaitu pengujian terhadap
pengontrolan pH, DO, dan salinitas air.
2. Pengujian kontrol pH dilakukan dengan membandingkan nilai pH akuarium sebelum
dan sesudah dikontrol dengan alat. Hasil yang didapatkan dari pengujian adalah nilai pH
setelah dikontrol berada pada kondisi pH normal dengan range berkisar 6-8.
3. Pengujian kontrol DO dilakukan dengan membandingkan nilai DO akuarium sebelum
dan sesudah dikontrol dengan alat. Hasil yang didapatkan dari pengujian adalah nilai
DO setelah dikontrol berada pada kondisi DO normal dengan nilai DO sudah diatas 5
ppm.
4. Pengujian kontrol salinitas dilakukan dengan membandingkan nilai salinitas akuarium
sebelum dan sesudah dikontrol dengan alat. Hasil yang didapatkan dari pengujian
adalah nilai akuarium setelah dikontrol berada pada kondisi mendekati salinitas normal
dengan nilai salinitas mendekati 4 ppt.
Saran