Anda di halaman 1dari 45

SEMINAR HASIL

(Capstone Design Project)

“Kontrol Pakan dan pH Air pada Kolam Budidaya Benih


Ikan Nila Berbasis Internet of Things (IoT) ”
Disusun Oleh :

Rahmadwati, ST., MT., Ph.D Eka Maulana, ST., MT., M. Eng.


197711022006042003 2012018411301001
Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Bayu Rahmat Akbar Farrel Satya P. M. Muhammad Ali Mahdi


17506030011016 17506030111013 175060300111024
Bahasan

Latar Belakang 1
Masalah Yang
Dihadapi 2
3 Solusi

Implementasi
4
Eksperimen 5
Pengujian
6
7 Kesimpulan

Saran
8

Bahasan
Latar Belakang
K
o
n
su
m
iIk
a
d
e

02

04

Sumber Gambar : Rencana Strategis 2020-2024 DIrektorat Jendral Perikanan Budidaya


Latar Belakang

02

04

https://www.mongabay.co.id/2019/08/06/sebesar-apa-potensi-ekonomi-ikan-hias-di-indonesia/
Latar Belakang

02

04

Sumber Gambar: kkp.go.id


Masalah yang Dihadapi
Dalam budidaya ikan koi ada banyak sekali masalah yang dihadapi, baik dari faktor

eksternal, maupun dari kondisi ikan itu sendiri

Ikan Koi sangat rentan terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan di

sekitarnya. Diantaranya dipengaruhi oleh kualitas air.

DO Suhu pH NH3 TDS


Solusi
Solusi alat yang dapat mengontrol

kondisi air yang diperlukan oleh ikan

koi itu sendiri Sistem ini dapat

mengontrol keperluan kehidupan ikan

koi dari pH, Salinitas, dan jumlah

oksigen terlarut dalam air


Prinsip Kerja Alat
Pengontrolan ph air kolam
dengan menambahkan
larutan asam / basa kepada
Akuarium agar selalu berada pada
kondisi yang diinginkan
Pengontrolan DO air kolam
dengan mengatur kecepataan aerator
Akuarium agar selalu berada pada
kondisi yang diinginkan

Pengontrolan salinitas akuarium


dengan menambahkan Garam ikan kepada
akuarium agar selalu berada pada kondisi
yang diinginkan
Diagram Keseluruhan Sistem
Alat terbagi menjadi dua bagian
Implementasi
Melihat apakah
implementasi
keseluruhan sistem
sesuai dengan
desain yang
dicanangkan.

Keseluruhan sistem
berhasil
diimplementasikan
baik dari segi
perangkat keras
maupun perangkat
lunak.
Implementasi Perangkat Keras
Instalasi dan pemasangan komponen-komponen pada setiap subsistem.

Subsistem Subsistem
Kontrol Pakan Antarmuka Pengguna

A E
Subsistem Deteksi PH B D Subsistem Manajemen

C Baterai

Subsistem Kontrol
Larutan Buffer
A KOMPONEN SUBSISTEM DETEKSI PH

Subsistem kontrol tersusun dari beberapa


komponen, yaitu sensor pH, pompa DC 12V, sensor
ultrasonik, dan driver motor BTS 7960.
Sensor pH
B
Alat ukur derajat keasaman (pH meter)
adalah sebuah alat elektronik yang
digunakan untuk mengukur pH
(derajat keasaman) dari suatu cairan.
Prinsip dasar pengukuran pH dengan
menggunakan pH meter adalah
potensial elektrokimia yang terjadi
antara larutan yang terdapat di dalam
elektroda gelas yang telah diketahui
dengan larutan yang terdapat di luar
elektroda gelas yang tidak diketahui.
Sensor pH digunakan untuk mengukur
tingkat keasaman di akuarium yang
nantinya digunakan untuk
menentukan jumlah larutan yang akan
Modul pH diberikan ke akuarium agar tingkat
keasaman di akuarium sesuai dengan
yang diinginkan
B Sensor ultrasonik merupakan sensor
yang mengeluarkan gelombang ultrasonik
dan akan menangkap gelombang
ultrasonik yang telah dipancarkan. Sensor
ultrasonik biasanya digunakan untuk alat
pengukur jarak.
Prinsip kerja dari sensor ultrasonik
adalah pin Trigger akan membuat sensor
ultrasonik untuk mentransmisikan
gelombang ultrasonik dengan frekuensi 10
kHz, pin Echo bekerja saat gelombang
ultrasonik dipancarkan dan akan bernilai
HIGH untuk membentuk awal sinyal
gema, jika ada sinyal pantul yang diterima
receiver, maka Echo bernilai LOW. Lebar
waktu dari sinyal Echo ini yang digunakan
untuk mengukur jarak.
Sensor ultrasonik digunakan untuk
mengukur ketinggian larutan buffer yang
dapat dikonversi menjadi jumlah larutan
yang akan diberikan ke akuarium.
B Pompa air adalah sebuah alat atau
mesin yang digunakan untuk memompa
air dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Pompa DC yang digunakan
merupakan pompa peristaltik. Prinsip kerja
pompa peristaltik ini menggunakan
semacam selang elastis sebagai aliran
fluidanya. Kemudian ditekan oleh baling-
baling dengan ujung berupa roller,
sehingga membentuk gerakan dorongan.
Pompa yang dirancang merupakan pompa
peristaltik yang memanfaatkan energi
mekanik.

Pompa peristaltik digunakan untuk


memompa larutan buffer asam maupun basa
yang dibutuhkan untuk menstabilkan tingkat
keasaman pada akuarium..
B
Driver motor BTS7960
digunakan untuk
mengendalikan kecepatan dari
motor DC, pada alat ini
digunakan untuk
mengendalikan motor
peristaltik, agar kecepatannya
sesuai dengan kebutuhan untuk
menyalurkan larutan buffer ke
akuarium.
B KOMPONEN SUBSISTEM KONTROL DO

Subsistem kontrol
DO tersusun dari
beberapa
komponen antara
lain sensor dan
modul Dissolved
Oxygen, dimmer,
aerator, selang,
dan batu aerator.
Sensor DO
B

Sensor oksigen terlarut (dissolved


oxygen) atau dikenal juga sebagai
sensor DO digunakan sebagai istilah
atau ungkapan proses pengukuran
jumlah konsentrasi oksigen yang
terlarut di dalam satuan unit volume
air. Sensor ini berguna sebagai input
bagaimana kondisi kadar oksigen
terlarut dalam air yang nantinya akan
digunakan sebagai syarat atau
parameter berjalannya aktuator
nantinya.

Modul DO
B
Dimmer merupakan alat yang
dirancang untuk mengontrol tegangan arus
bolak - balik. Kegunaan dimmer dalam
alat ini adalah, untuk mengatur kecepatan
dari aktuator dengan cara mengatur
tegangan arus bolak - balik. Sebagai
perumpamaan sebuah tegangan adalah
pipa, kemudian air yang mengalir adalah
arus, kita bisa mengatur aliran air yang
mengalir ke dalam pipa dengan
menggunakan sumbatan yang kita
masukan ke pipa tersebut..
B
Aerator adalah sebuah mesin penghasil gelembung
udara yang berfungsi untuk menggerakkan air di dalam
kolam agar airnya kaya akan oksigen terlarut yang mana
sangat dibutuhkan oleh semua ikan air tawar. Prinsip kerja
alat ini adalah membuat permukaan air sebanyak mungkin
bersentuhan dengan udara. Tujuannya adalah agar kandungan
oksigen dalam air itu cukup dan gas serta kotoran yang
biasanya menimbulkan busuk dapat terusir dari air.
Aerator dapat dikontrol kecepatannya menggunakan
dimmer sehingga kecepatan aerator dapat disesuaikan
penggunaanya sesuai dengan yang kita inginkan, sedangkan
aerator hanya berupa sebuah pompa udara.
B Selang dan batu aerator
merupakan penghubung udara
yang telah dipompa oleh
aerator. Udara yang dipompa
akan dialirkan melalui selang
yang kedap udara sehingga
nantinya aliran udara tidak
akan bocor kemana - mana.
Setelah dialirkan, udara
dipecah menggunakan batu
aerator. Batu aerator terbuat
dari pasir kuarsa yang
dilekatkan sedemikian rupa
sehingga mempunyai pori yang
mampu dilewati udara dan
berfungsi untuk memecah
gelembung dengan jumlah
yang sangat banyak.
C KOMPONEN SUBSISTEM KONTROL SALINITAS

Subsistem kontrol salinitas tersusun dari beberapa komponen, antara lain sensor
TDS, modul sensor TDS, dan motor servo. Berikut penjelasan implementasi masing -
masing komponen beserta gambarnya.
B Sensor TDS

Sensor ini berfungsi


sebagai pendeteksi tingkat
salinitas pada air. Sensor
ini sudah dikalibrasi agar
sensor dapat memudahkan
pengguna dalam membaca
nilai salinitas yang terbaca
pada sensor TDS. Sensor
ini juga dilengkapi dengan
modul.

Modul TDS
B
Motor servo berfungsi
sebagai keran yang
membuka dan menutup
aliran garam yang berasal
dari tempat penyimpanan
garam. Motor servo
bergerak menyesuaikan
pembacaan salinitas yang
berasal dari sensor TDS.
Eksperimen

Percobaan yang dilakukan pada alat adalah proses pemasangan dan


instalasi alat pada akuarium mengacu pada rancangan yang telah dibuat
di dokumen sebelumnya. Bagian detector yang berisi sensor pH, DO,
dan salinitas terpasang di dekat sisi akuarium, sedangkan bagian main
control terpasang agak jauh dari sisi akuarium. Alat dihubungkan
dengan sumber catu listrik terdekat dan baterai 12 Volt DC.
Eksperimen Subsistem Kontrol pH
Pada subsistem ini, terlebih dahulu dilakukan pengkalibrasian sensor pH
agar dapat melakukan pembacaan nilai pH pada akuarium ikan koi.
Prosedur pengkalibrasian sensor dimulai dengan melakukan
pengukuran terhadap 2 sampel larutan menggunakan sensor pH dan pH
meter. Modul sensor pH di-short menggunakan kabel, kemudian
mengatur nilai tegangan menjadi 2,5 Volt pada pH 7. Setelah itu, modul
dan probe dihubungkan dan probe dimasukkan ke dalam larutan, yang
kemudian nilainya dicatat berapa nilai tegangan yang terbaca dari
sensor pH dan nilai pH yang terbaca dari pH meter.
Data Perbandingan pH meter dan sensor pH
pH larutan pH meter Sensor pH (V)
4 3.7 2.91
6.86 6.7 2.34
9 8.5 2.1

Berdasarkan data yang telah diperoleh, akan dicari persamaan untuk mencari nilai
keluaran sensor pH menggunakan metode regresi linier dengan mengkonversi nilai
keluaran sensor pH menjadi nilai pH dengan mengacu pada nilai pH yang terbaca
dari pH meter. Persamaan ini diperoleh dengan melakukan perhitungan secara
manual dengan menggunakan nilai maksimum dan nilai minimum dari nilai pH yang
telah diperoleh.
Eksperimen Subsistem Kontrol DO
Pada subsistem ini, terlebih dahulu dilakukan pengkalibrasian sensor DO
agar dapat melakukan pembacaan nilai DO pada akuarium ikan koi.
Prosedur pengkalibrasian sensor dimulai dengan melakukan
pengukuran pada satu ember air, dimana dilakukan beberapa
percobaan dengan mengubah-ubah nilai DO menggunakan aerator dan
pengukuran menggunakan sensor DO dan DO meter, yang kemudian
nilainya dicatat berapa nilai ADC yang terbaca dari sensor DO dan nilai
DO yang terbaca dari DO meter.
Data Perbandingan DO meter dan sensor DO
DO meter (ppm) Sensor DO (ADC) Respon waktu (s)
5 436 19
5.5 489 10
6 503 16
7 547 14
8 613 10
8.5 658 9
Rata-rata 13

Berdasarkan data yang telah diperoleh, akan dicari persamaan untuk mencari nilai
keluaran sensor DO dalam satuan ppm menggunakan metode regresi linier dengan
mengkonversi nilai keluaran sensor DO menjadi satuan ppm dengan mengacu pada
nilai DO yang terbaca pada DO meter.
Persamaan yang telah didapatkan tersebut,
selanjutnya dapat diimplementasikan ke dalam
program. Untuk pengontrolan kecepatan aerator
digunakan fungsi mapping dimana persentase nilai
kecepatan antara 0% hingga 100% dipetakan dengan
persentase kecepatan aerator antara 15% hingga
75%.
Pembagian kecepatan yang telah ditentukan untuk
kontrol DO menggunakan aerator sebagai berikut :
Fast = keadaan oksigen terlarut <5 ppm, Kecepatan
aerator 100%
Normal = keadaan oksigen terlarut ≥5 ppm dan <8
Berdasarkan grafik, diperoleh persamaan ppm, Kecepatan aerator 65%
kalibrasi sensor DO sebagai berikut. Slow = keadaan oksigen terlarut ≥8 ppm dan <10
ppm, Kecepatan aerator 45%
OFF = keadaan oksigen terlarut ≥10 ppm, Kecepatan
DO = (ADC - 388.4) / 43.6 aerator 0%
Eksperimen Subsistem Kontrol Salinitas
Pada subsistem ini, terlebih dahulu dilakukan pengkalibrasian sensor
TDS agar dapat melakukan pembacaan nilai salinitas pada akuarium
ikan koi. Prosedur pengkalibrasian sensor dimulai dengan melakukan
pengukuran terhadap 4 sampel larutan garam menggunakan sensor TDS
dan refraktometer, yang kemudian nilainya dicatat berapa nilai ADC
yang terbaca dari sensor TDS dan nilai salinitas yang terbaca dari
refraktometer.
Data Perbandingan Refraktometer dan sensor TDS
Refraktometer Sensor TDS (ADC) Respon waktu (s)
(ppt)
1 429 2
2 451 2
3 475 2
4 493 2

Berdasarkan data yang telah diperoleh, akan dicari persamaan untuk mencari nilai keluaran sensor
TDS dalam satuan ppt menggunakan metode regresi linier dengan mengkonversi nilai keluaran
sensor TDS menjadi satuan ppt dengan mengacu pada nilai salinitas yang terbaca pada
refraktometer.
Selain itu, terdapat pengkonversian posisi
dan sudut motor servo untuk mendapatkan
massa garam yang dikeluarkan. Prosedur
pengkonversian motor servo, yaitu dengan
melakukan tiga kali percobaan untuk setiap
nilai sudut dan durasi waktu yang
ditentukan, kemudian dilakukan pencatatan
berapa massa garam yang diperoleh
dengan menggunakan timbangan dan
Berdasarkan grafik, diperoleh persamaan mengambil nilai rata-rata dari tiga
kalibrasi sensor TDS sebagai berikut.
percobaan yang dilakukan. Berikut tabel
Salinitas = (ADC - 408) / 21.6 dan grafik percobaan
Massa garam Waktu (s)
(gram)
0.5 1 1.5 2

150 2.98 6.93 10.57 14.24

300 3.61 8.51 12.98 17.50


Sudut
450 4.30 9.90 15.83 20.73

Selain itu, terdapat pengkonversian posisi dan sudut


motor servo untuk mendapatkan massa garam yang Berdasarkan tabel, diperoleh persamaan konversi
dikeluarkan. Prosedur pengkonversian motor servo, motor servo, yaitu sebagai berikut:
yaitu dengan melakukan tiga kali percobaan untuk Sudut 150: massa garam = (7.51 * waktu) - 0.78
setiap nilai sudut dan durasi waktu yang ditentukan, Sudut 300: massa garam = (9.26 * waktu) - 1.02
kemudian dilakukan pencatatan berapa massa garam Sudut 450: massa garam = (10.95 * waktu) - 1.17
yang diperoleh dengan menggunakan timbangan dan dengan waktu merupakan durasi waktu servo terbuka.
mengambil nilai rata-rata dari tiga percobaan yang Persamaan yang telah didapatkan tersebut, selanjutnya
dilakukan. Berikut tabel dan grafik percobaan dapat diimplementasikan ke dalam program.
1 UJI KONTROL PH

Prinsip kerja dari pengontrolan pH, yaitu mengatur nilai pH di akuarium agar
sesuai dengan yang telah diinginkan dengan nilai pH 6 - 8, jika nilai pH akuarium
di bawah dari nilai pH yang diinginkan, maka pompa pH UP akan menyala dan
akan berhenti, jika sudah sesuai dengan pH yang diinginkan, sedangkan jika nilai
pH akuarium di atas nilai pH yang ditentukan, maka pompa pH DOWN akan
menyala sampai pH akuarium sesuai dengan pH yang diinginkan.

Pengujian pH dilakukan dengan mengukur nilai pH air dalam akuarium selama 4


jam dan mencatat waktu dan perubahan ketinggian air dalam storage setiap pH
berubah.
HASIL UJI KONTROL PH 1
Waktu Nilai pH Ketinggian larutan storage
(cm)
20.30 5,17 28
21.31 4,90 25
22.33 5,01 22
23.36 5,20 20

Dari pengujian kontrol pH di atas, dapat diketahui rentang waktu


perubahan pH air pada akuarium selama kurang lebih satu jam,
perubahan nilai pH ini terbilang lambat.
UJI KONTROL DO 2

Prinsip kerja dari pengontrolan DO, yaitu mengatur jumlah


gelembung udara dengan cara mengatur kecepatan dari aerator,
jika nilai DO di bawah takaran yang telah ditentukan maka
kecepatan aerator akan berubah - ubah sesuai dengan yang telah
diatur sebelumnya. Pengujian dilakukan dengan mengukur kadar
oksigen terlarut dalam air selama 10 jam dan mencatat waktu
setiap kecepatan aerator berubah - ubah
2 HASIL UJI KONTROL DO
Waktu Kadar DO Kecepatan Aerator
20:00 8.7 ppm SLOW
20:31 11.2 ppm OFF
23:29 9.8 ppm SLOW
01:15 7.6 ppm NORMAL
01:37 8.1 ppm SLOW
02:17 10.31 ppm OFF
04:08 9.2 ppm SLOW
04:52 10.88 ppm OFF

Dari pengujian yang dilakukan, dapat dilihat rentang waktu perubahan jumlah oksigen
terlarut dalam air dan kecepatan aeratornya. Perubahan DO terbilang cepat.
Dapat dilihat bahwa kondisi ekstrim dimana jumlah oksigen terlarut sangat rendah
merupakan hal yang susah dicapai, dikarenakan sebelum oksigen terlarut mencapai titik
rendah, aerator akan menyala terlebih dahulu meskipun dengan kecepatan yang pelan atau
normal.
UJI KONTROL SALINITAS 3

Prinsip kerja dari pengontrolan salinitas, yaitu pemberian garam


yang diberikan ke dalam akuarium, jika nilai salinitas di bawah 4
ppt, dengan perbedaan nilai sudut servo yang didasarkan
perbedaan antara salinitas 4 ppt dengan salinitas yang diukur.
Pemberian garam akan dilakukan setiap 3 jam, dengan melihat
perubahan salinitas yang terjadi pada air akuarium. Pengujian
dilakukan dengan membandingkan jumlah garam yang telah
dikeluarkan selama 3 detik sesuai dengan jumlah garam yang telah
dikalibrasi.
3 HASIL UJI KONTROL SALINITAS
Waktu Salinitas (ppt) Jumlah Garam yang Jumlah Garam yang
Dikalibrasi (gram) Keluar (gram)

20.35 1.84 32 31.74

23.36 2.52 27 26.81

02.37 3.26 22 20.88

Dari pengujian yang dilakukan, dapat dilihat bahwa jumlah garam yang keluar
mendekati jumlah garam yang ingin diberikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengujian pengontrolan salinitas berjalan dengan baik.
KESIMPULAN
1. Pengujian yang dilakukan terhadap alat terbagi menjadi tiga, yaitu pengujian terhadap
pengontrolan pH, DO, dan salinitas air.
2. Pengujian kontrol pH dilakukan dengan membandingkan nilai pH akuarium sebelum
dan sesudah dikontrol dengan alat. Hasil yang didapatkan dari pengujian adalah nilai pH
setelah dikontrol berada pada kondisi pH normal dengan range berkisar 6-8.
3. Pengujian kontrol DO dilakukan dengan membandingkan nilai DO akuarium sebelum
dan sesudah dikontrol dengan alat. Hasil yang didapatkan dari pengujian adalah nilai
DO setelah dikontrol berada pada kondisi DO normal dengan nilai DO sudah diatas 5
ppm.
4. Pengujian kontrol salinitas dilakukan dengan membandingkan nilai salinitas akuarium
sebelum dan sesudah dikontrol dengan alat. Hasil yang didapatkan dari pengujian
adalah nilai akuarium setelah dikontrol berada pada kondisi mendekati salinitas normal
dengan nilai salinitas mendekati 4 ppt.
Saran

Pengujian dilakukan dengan Pengujian tetap dilakukan


melakukan percobaan lebih dengan alat pembanding
banyak untuk dapat dikarenakan sensor yang
memperoleh hasil yang lebih digunakan sangat sensitif
baik. terhadap perubahan, agar
pengujian dilakukan secara
akurat dan teliti.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai