Anda di halaman 1dari 22

PRAKTIKUM DASAR ANALISIS

INSTRUMEN
PENGENALAN ALAT pH METER,
KONDUKTOMETER, SPEKTROFOTOMETER

Disusun oleh :
Kelompok 9

INCA PRITONASYA M (4301418006)


NEILY NUR IZZA (4301418018)
RIZKA WAKHIDATUL M (4301418040)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2020
Pengenalan pH Meter
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion
hidrogen (H+) yang terlarut. Air Murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan
sebagai 7,0. Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam dan larutan dengan
pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali. Pengukuran pH sangatlah penting
dalam bidang yang terkait dengan kehidupan atau industri pengolahan kimia seperti kimia, biologi,
kedokteran, pertanian, ilmu pangan, rekayasa(keteknikan), dan oseanografi. Harga pH dapat
ditentukan dengan 2 cara, yaitu:
1) Pengukuran pH secara elektrometrik

2) Pengukuran pH secara indikator warna

Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial elektro kimia yang
terjadi antara larutan yang terdapat didalam elektroda gelas (membrane gelas) yang telah diketahui
dengan larutan yang terdapat diluar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan
lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hydrogen yang ukurannya relative
kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektro kimia dari ion hydrogen.

Instrumentasi pH-meter adalah peralatan laboratorium yang digunakan untuk menentukan


pH atau tingkat keasaman dari suatu sistem larutan. Tingkat keasaman dari suatu zat ditentukan
berdasarkan keberadaan jumlah ion hidrogen dalam larutan. Yang dapat dinyatakan dengan
persamaan :

𝑝𝐻 = −log⁡[𝐻+]

Keuntungan dari penggunaan pH-meter dalam penentuan tingkat keasaman suatu senyawa adalah:
• pemakaiannya bisa berulang-ulang
• nilai pH yang terukur relatif cukup akurat
Instrument yang digunakaan dalam pH-meter dapat bersifat analog maupun digital
sebagaimana alat yaang laian, untuk mendapatkan hasil pengukuran yang baik, maka diperlukan
perawatan dan kalibrasi pH-meter. Pada penggunaan pH-meter, kalibrasi alat harus diperhatikan
sebelum dilakukan pengukuran. Seperti diketahui prinsip utama ph-meter adalah pengukuran arus
listrik yang tercatat pada sensor pH akibat suasana ionik dilarutan. Stabilitas sensor harus selalu
dijaga dan caranya adalah dengan kalibrasi alat. Kalibrasi terhadap pH-meter dilakukan dengan
larutan buffer standart dengan pH 4, pH 7, dan pH 10.
Jenis pH meter ada dua :
1. pH meter untuk sampel cair, untuk laboratorium air dan industri.
2. pH meter untuk sampel tanah. Digunakan petani disawah atau kebun.

pH meter adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mengukur beda potensial diantara
dua elektroda yang dicelupkan ke dalam larutan, dimana salah satu elektroda merupakan elektroda
penunjuk ion hydrogen. Elektroda lainnya yaitu elektroda pembanding serta beda potensial yang
dihasilkan dikonfersikan oleh alat menjadi besaran pH.
Sebuah sistem pH meter tersusun atas beberapa komponen penting yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Berikut adalah komponen-komponen utama dari
peralatan potensiometer :
a. Sumber arus
Sebagai sumber arus yang digunakan arus searah (DC). Sumber arus searah digunakan karena
agar terjadi suatu perubahan kimia dalam larutan tersebut. b. Elektroda
Pada umumnya digunakan elektroda yang disebut dengan elektroda kombinasi. Elektroda
kombinasi terdiri dari tiga sensor yang terendam di dalam larutan yakni elektrode kaca,
elektrode referensi, dan sensor temperatur, dapat digabungkan menjadi satu komponen probe
saja sehingga didapatkan bentuk sensor pH meter yang lebih praktis. Di dalam beberapa
penggunaan analisis elektrokimia, diperlukan suatu elektrode dengan harga potensial setengah
sel yang diketahui, konstan, dan sama sekali tidak peka terhadap komposisi larutan yang
sedang diselidiki. Suatu elektrode yang memenuhi persyaratan diatas disebut elektrode
pembanding (refference electrode).

Elektroda Kombinasi

c. Tahanan geser
Digunakan untuk menstandarisasi peralatan dengan menggunakan larutan buffer (penyangga)
yang pH nya telah diketahui.
d. Recorder
Digunakan untuk membaca atau mencatat besaran pH larutan maupun beda potensial larutan
dinyatakan dalam satuan mV (Millivolt).
Alat pH Meter

Alat pH Meter

Bagian-Bagian pH Meter
Berikut bagian-bagian pH meter, anda dapat memperhatikan pada gambar diatas :
1. Layar pH meter berfungsi untuk menampilkan hasil pengukuran/pembacaan dari pH. Selain pH,
juga ditampilkan suhu dari sampel dan jam analisa.
2. Tombol fungsi ini ada beberapa macam berfungsi untuk mengatur/membuka menu dari pH
meter.
3. Gagang berfungsi untuk sebagai tempat bersandar probe pH meter.
4. Gelas kimia untuk perendaman probe pH meter. Probe harus tetap direndam agar tetap sensitif
terhadap sampel dan tidak mengalami kekeringan, ini akan menyebabkan probe/elektrode
rusak.
Perlu digaris bawahi bahwa, sebelum menggunakan pH meter, pH meter harus dikalibrasi terlebih
dahulu minimal satu kali sehari. Hal ini bertujuan untuk keakuratan dari pembacaan pH suatu
sampel. Penentuan kalibrasi dapat dilakukan dengan cara: a. Teknik satu titik
Pada sekitar pH yang akan diukur, yakni kalibrasi dengan buffer standart pH 4 untuk sistem asam,
buffer standart pH 7 untuk sistem netral, dan buffer standart pH 10 untuk sistem basa b. Teknik
dua titik (diutamakan)
Apabila sistem bersifat asam, maka digunakan 2 buffer standart berupa buffer pH 4 dan pH 7,
apabila sistem bersifat basa maka digunakan 2 buffer standart berupa buffer pH 7 dan pH 10. c.
Teknik multi titik
Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan 3 buffer standart. Untuk sistem dengan pH < 2 atau pH
> 12, sering terjadi ketidaknormalan elektroda, kelemahan ini dipengaruhi oleh jenis alat yang
digunakan. Untuk pengukuran yang dilakukan dalam waktu yang lama, maka diperlukan proses
klaibrasi secara periode selang 1,5 – 2 jam. Hal ini untuk menjaga kestabilan dari alat ph meter
yang digunakan, sehingga tetap dapat diperoleh hasil pengukuran yang bagus. Untuk keperluan
kalibrasi ini dapat menggunakan buffer pH yang ada dipasaran, skala yang biasa digunakan
adalah pH 4 (merah), pH 7 (hijau), dan pH 10 (biru).

Akurasi dari nilai pH untuk setiap buffer ditentukan sebagai fungsi temperatur. Kenaikan
satu derajat temperatur menyebabkan perubahan nilai pH berkisar antara 0,01 sampai 0,02. Koreksi
nilai pH dari buffer standart pada kondisi temperatur ruang pengukuran dapat dilihat pada tabel
yang tertera dilabel botol. Pemilihan jenis pH buffer mana yang harus dipilih dalam suatu
pengukuran, tergantung kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Prinsip yang harus diperhatikan
dalam penggunaan pH buffer standart ini adalah sebisa mungkin dalam keadaan segar. Sensor pH
meter harus selalu dicuci untuk menjaga kontaminasi pada pH buffer. Selain itu untuk lebih
menjaga keawetan sensor, maka perlakuan sensor apabila tidak dipakai harus direndam dalam
aquadest. Proses kalibrasi dan perlakuan pH meter seperti yang diterangkan diatas akan dapat
memberikan hasil pengukuran pH yang akurat dan presisi.

Faktor yang mempengaruhi pengukuran, yang dapat mengakibatkan pada hasil


pengukuran. Menurut Miller tipe kesalah dalam pengukuran analitik dapat dibagi menjadi 3: a.
Kesalah Serius
Tipe kesalahan ini sangat fatal, sehingga konsekuensinya pengukuran harus diulang. Contoh
dari kesalahan ini adalah kontaminasi reagent yang digunakan, peralatan yang digunakan
memang rusak total. Sampel yang terbuang dan lain-lain indikasi dan kesalahan ini cukup
jelas dari gambaran data yang sangat menyimpang, data tidak dapat memberikan pula hasil
yang jelas, tingkat reprodusibilitas yang sangat rendah dan lain-lain.
b. Kesalah Acak
Golongan kesalahan ini merupakan bentuk kesalahan yang menyebabakan hasi dari suatu
pengulangan menjadi relative berbeda satu sama lain, dimana hasil secara individual berbeda
disekitar harga rata-rata. Kesalahan ini member efek pada tingkat akurasi dan kemampuan
dapat terulang (reprodusibilitas). Keasalahan ini bersifat wajar dan tidak dapat dihindari,
hanya bisa direduksi dengan kehati-hatian dan konsentrasi dalam bekerja
c. Kesalahan Sistematik
Kesalahan sistematik merupakan jenis kesalahan yang menyebabkan semua hasil data salah
dengan suatu kemiripan. Hal ini dapat diatasi dengan :
• Standarisasi Prosedur
• Standarisasi Bahan
• Standarisasi Instrumen

1.1. Bahan-bahan:
• Larutan buffer pH 4, pH 7, dan pH 10
• Aquadest
• H2SO4 • NaOH
1.2.Alat- alat:
• Seperangkat alat pH-meter elektroda
• Beaker glass
• Kertas pH
• Tissue
• Pipet volum
• Timbangan dan kertas timbang
• Spatula
• Labu ukur 250 ml

1.3. Prosedur Kerja


• Hubungkan elektroda kealat pH meter
• Hidupkan alat pH meter pada posisi ON
• Bilas terlebih dahuli elektroda dengan aquadest, lap dengan tissue
• Masukkan elektroda kedalam larutan buffer yang telah diketahui nilai pH nya, tunggu
sampai pembacaan stabil
• Bilas kembali dengan aquadest, lap dengan tissue
• Masukkan kembali elektroda kedalam sampel yang ingin kita coba, tunggu sampai
pembacaan stabil. Catat pH yang terbaca, ulangi sampai 5 kali.
• Bilas kembali dengan larutan aquadest, lap dengan tissue
• Coba dengan menggunakan sampel yang sama dengan yang diatas sebanyak 5 kali
pengulangan juga, tunggu stabil dan catat pH yang terbaca.
• Bilas kembali dengan aquadest, lap dengan tissue
• Untuk keakuratan tes, coba sampel dengan kertas pH, catat pH yang terbaca agar dapat
mengetahiu selisih antara pH meter dengan kertas pH.
KONDUKTOMETER

Konduktometri adalah salah satu metode analisis kimia berdasarkan daya hantar listrik
suatu larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi
ion di dalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam
larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar.
Konduktansi adalah kemampuan suatu zat untuk menghantarkan listrik, sama dengan
konduktivitas, tetapi bergantung pada luas penampang larutan, jadi nilai konduktansi akan berbeda
sesuai dengan lingkungan sekitar, volume, dan wadah yang digunakan. Menurut Hukum Ohm,
arus (I) berbanding lurus dengan gejala listrik (E) yang digunakan tetapi berbanding terbalik
dengan hantaran listrik (R).
𝐸 G=𝑅
1
I=
𝑅

Keterangan :

G : Konduktansi (ohm-1)

R : hambatan (ohm)
I : Panjang material (meter)
Daya hantar listrik (G) adalah kebalikan dari tahanan (R), sehingga daya hantar
-1
listrik mempunyai satuan ohm .
Prinsip Konduktometri :

1. Daya hantar listrik adalah fungsi konsentrasi larutan analit yang diukur
2. Semakin mudah larutan analit terionisasi , maka daya hantar listrik semakin besar
3. Daya hantar listrik muncul karena adanya pergerakan ion-ion dalam larutan analit.
Adapun faktor-faktor yang berpengaruh pada daya hantar yakni konsentrasi dan suhu. Suhu
memiliki pengaruh pada daya hantar, jika semakin besar suhunya maka daya hantar akan semakin
besar dan jika semakin kecil suhunya maka daya hantar yang dihasilkan semakin kecil juga.
Berdasarkan sifat daya hantar listriknya, larutan dibagi menjadi dua yaitu :
1. Larutan elektrolit
Larutan yang mampu menghantarkan listrik karena memiliki ion-ion yang bergerak bebas di
dalam larutan yang nantinya akan menjadi penghantar. Larutan elektrolit dibagi menjadi dua
yakni:
a. Larutan elektrolit kuat : zat yang dapat mudah mengalirkan arus listrik karena ionisasinya
sangat cepat dan derajad disosianya tinggi. Contoh: asam kuat (HCl, H2SO4, H3PO4, HNO3,
HF); basa kuat (NaOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2, Li(OH)2), garam NaCl.
b. Larutan elektrolit lemah: larutan yang dapat mengalirkan arus listrik tetapi terlalu baik
dalam konduktivitasnya. Contoh: asam lemah (CH3COOH, HCN, H3PO4), basa lemah
{Al(OH)3, NH4OH}, garam NH4CN.
2. Larutan non elektrolit
Zat yang tidak memiliki konduktivitas sehingga tidak menghantarkan listrik, karena zat
tersebut solutnya tidak mengion dalam larutan. Contoh larutan non elektrolit adalah larutan
berikatan kovalen yang stabil seperti glukosa, hidrokarbon, lemak dan urea. Arus listrik yang
dihasilkan pada larutan ini hampir tidak ada, sehingga diklasifikasikan 0 A
Perbedaan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Larutan Elektrolit Larutan Non Elektrolit
Dapat menghantarkan listrik Tidak dapat menghantarkan listrik
Zat terlarut dapat terionisasi Zat terlarut tidak dapat terionisasi
Derajat ionisasi 𝛼 = 1 atau 0< 𝛼 < 1 Derajat ionisasi 𝛼 = 0
Lampu dapat menyala terang atau redup dan ada Lampu tidak menyala dan ada
gelembung gas tidak gelembung gas
Contoh : NaCl , CH3COOH, H2SO4 Contoh : C2H5OH, C6H12O6 , CO(NH2)2

Jika arus listrik dialirkan dalam suatu larutan memiliki dua elektroda, maka yang terjadi
daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan luas permukaan elektroda (A) dan berbanding
terbalik dengan jarak kedua elektroda (l).

𝐴
G= =k 𝐴
𝑙 = tetapan sel
𝑙

Keterangan :
G : daya hantar listrik (siemens atau ohm-1)
-1
k : Konduktivitas(ohm-1cm )

A : luas penampang elektroda


l : jarak kedua elektroda

Konduktivitas larutan elektrolit pada suhu yang konstan, tergantung pada jenis ion
dan konsentrasinya. Jika larutan semakin encer, maka konduktivitasnya akan menurun. Hal
ini terjadi karena jumlah ion persatuan luas semakin sedikit. Namun, kemampuan tiap ion
dalam meneruskan muatan akan semakin besar karena tidak adanya hambatan antar ion pada
larutan encer.
Pada umumnya konsentrasi larutan dinyatakan dalam satuan molar (mol/liter), maka
pada konduktometri terdapat istilah konduktivitas molar (Λ), yang memiliki hubungan dengan
konsentrasi secara :

Λo= ΛoKation+ Λoanion

Λo adalah konduktivitas molar ion pada larutan sangat encer (konsentrasi mendekati
nol. Faktor-faktor yang mempengaruhi Konduktivitas adalah :
a. Luas permukaan elektroda
Semakin luas permukaan elektroda, semakin banyak ion yang dapat berinteraksi dengan
permukaan elektroda sehingga konduktivitas semakin besar.
b. Jarak kedua elektroda
Semakin jauh jarak kedua elektroda, semakin besar energi yang dibutuhkan ion-ion untuk
sampai ke elektroda sehingga konduktivitas semakin kecil.
c. Konsentrasi larutan
Semakin besar konsentrasi larutan, semakin banyak jumlah ion- ion yang berada dalam larutan
sehingga konduktivitas semakin besar.
d. Suhu
Kenaikan suhu meningkatkan pergerakan ion-ion dalam larutan sehingga konduktivitas
larutan meningkat.
e. Mobilitas ionik
Semakin mudah ion-ion bergerak, konduktivitas semakin besar.
Titrasi konduktometri dapat dilakukan dengan 2 cara, bergantung arus yang digunakan. Jika
frekuensi arus bertambah besar, maka pengaruh kapasitan dan induktif akan semakin besar. Oleh
sebab itu, peralatannya perlu dimodifikasi untuk menghitung pengaruh-pengaruh tersebut.
Adapun titrasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Titrasi konduktometri yang dilakukan dengan frekuensi arus rendah (maksimum 300 Hz)
2. Titrasi yang dilakukan dengan menggunakan frekuensi arus tinggi disebut titrasi frekuensi
tinggi.
a. Titrasi Konduktometri frekuensi rendah
Penambahan suatu elektrolit ke elektrolit lain pada keadaan yang tidak ada perubahan
volume yang begitu besar akan mempengaruhi konduktivitas larutan terjadi reaksi ionik atau
tidak. Jika tidak terjadi reaksi ionik, maka perubahan konduktivitas sedikit sekali atau hampir
tidak ada. Bila terjadi reaksi ionik akan terjadi perubahan konduktivitas yang relatif besar dan
dapat diamati, seperti pada titrasi asam kuat oleh basa kuat. Dalam titrasi ini terjadi penurunan
konduktivitas karena penggantian ion hidrogen, yang mempunyai konduktivitas tinggi dengan
kation lain yang mempunyai konduktivitas rendah.
Pada titrasi penetralan, pengendapan dan lain-lain, penentuan titik akhir titrasi ditentukan
berdasarkan perubahan konduktivitas (hantaran) dari reaksi kimia yang terjadi. Hantaran
diukur pada setiap penambahan sejumlah pereaksi dan titik pengukuran tersebut bila dialurkan
memberikan dua garis lurus yang saling berpotongan. Titik perpotongan dinamakan titik
ekivalen titrasi.
Ketepatan metode ini bergantung pada sudut perpotongan dan kerapatan titik pengukuran.
Secara praktek konsentrasi penitran 20-100 kali lebih pekat dari larutan yang di titrasi.
Kelebihan titrasi ini, baik untuk asam yang sangat lemah seperti asam borat dan fenol yang
secara potensiometri tidak dapat dilakukan. Selain itu, pada titrasi konduktometri tidak
diperlukan kontrol suhu.
b. Titrasi Konduktometri Frekuensi Tinggi
Metode ini sesuai untuk sel yang terdiri atas sistem kimia yang dipasangkan dengan sirkuit
osilator beresonansi pada frekuensi beberapa mega Hertz. Keuntungan cara ini yaitu elektroda
ditempatkan di luar sel dan tidak langsung kontak dengan larutan uji. Kerugiannya adalah
respon tidak spesifik karena bergantung pada konduktivitas dan tetapan dielektrik dari sistem.
Selain itu tidak dipengaruhi oleh sifat kimia dari komponen-komponen sistem.
Berikut kelebihan dan kekurangan titrasi konduktometri :
Kelebihan titrasi konduktometri
a. titrasi tidak menggunakan indikator, karena pada titik keivalen sudah dapat ditentukan dengan
daya hantar dari larutan tersebut.
b. Dapat digunakan untuk titrasi yang berwarna
c. Dapat digunakan untuk titrasi yang dapat menimbulkan pengendapan d. Lebih praktis
e. Lebih cepat atau waktu yang diperlukan lebih sedikit
f. Untuk persen kesalahanya lebih kecil jika dibandingkan dengan titrasi volumetri

Kekurangan titrasi konduktometri


a. Hanya dapat diterapkan pada larutan elektrolit saja
b. Sangat dipengaruhi suhu
c. Dapat ditunjukkan dengan tidak langsung
d. Peralatan cukup mahal
e. Jika tidak hati – hati maka akan cepat rusak
f. Tidak bisa digunakan pada larutan yang sangat asam atau basa karena akan meleleh.
Pengertian Konduktometer
Pada tahun 1874, seorang fisikawan dari Jerman bernama Georg Friedrich Wilhelm
Kohlrausch menyelidiki konduktif sifat elektrolit. Penyelidikan yang dilakukan menunjukkan
bahwa elektrolit memiliki jumlah yang pasti dan konstan hambatan listrik. Dengan mengamati
ketergantungan konduktivitas pada pengenceran , ia dapat menentukan kecepatan transfer dari ion
(atom bermuatan atau molekul) dalam larutan. Dia menggunakan arus bolak-balik untuk mencegah
deposisi produk elektrolisis, hal ini memungkinkan dia untuk mendapatkan hasil yang sangat tepat.
Dari 1875-1879, ia memeriksa banyak garam solusi, asam dan solusi dari bahan lain. Usahanya
menghasilkan hukum migrasi independen ion, yaitu, setiap jenis ion bermigrasi memiliki spesifik
hambatan listrik tidak peduli apa kombinasi asli molekul mungkin telah, dan karena itu hambatan
listrik solusi itu hanya disebabkan migrasi ion dari zat tertentu. Kohlrausch menunjukkan untuk
yang lemah (tidak lengkap terdisosiasi) elektrolit bahwa lebih encer solusi, semakin besar yang
konduktivitas molar karena ionik meningkat disosiasi.
Konduktometer merupakan salah satu instrument yang berfungsi dalam penentuan daya
hantar listrik yang diakibatkan oleh gerakan partikel pada suatu larutan serta pengukuran derajat
ionisasi suatu larutan elektrolit dalam air dengan menggunakan cara penetapan hambatan suatu
kolom cairan. Di dalam laboratorium, konduktometer sebagai alat untuk mengukur daya hantar
larutan zat elektrolit secara langsung.

Gambar 1. Konduktometer

Ada 3 komponen penting pada konduktometer :


a. Sumber listrik merupakan sel untuk menyimpan larutan. Hantaran arus listrik DC melalui
larutan merupakan proses faraday, yaitu oksidasi dan reduksi terjadi pada kedua elektroda.
Arus AC tidak memerlukan reaksi elektrokimia pada elektroda-elektrodanya.
b. Tahanan Jembatan berfungsi untuk mengukur daya hantar
b. Alat ukur arus (Amperemeter) adalah alat untuk mengukur kuat arus yang dihasilkan oleh
larutan yang solutnya terionisasi.
Prinsip kerja konduktometer adalah sel hantaran di celupkan ke dalam larutan ion positif dan
larutan ion negatif yang ada dalam larutan menuju sel hantaran menghasilkan sinyal listrik berupa
hambatan listrik larutan. Hambatan listrik dikonversikan oleh alat menjadi hantaran listrik larutan.
Semakin banyak konsentrasi dalam larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya karena
semakin banyak ion-ion dari larutan yang menyentuh konduktor dan semakin tinggi suhu suatu
larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya, hal ini karena saat partikel berada di lingkungan
yang suhunya semakin bertambah maka pertikel tersebut secara tidak langsung akan mendapat
tambahan energi dari luar dan dari sinilah energi kinetik yang dimiliki suatu partikel semakin tinggi
(gerakan molekul semakin cepat). Sehingga semakin sering suatu konduktor menerima sentuhan
dari ion-ion larutan.

2.1 Alat
Jenis alat : Konduktometer

Merk : EUTECH Con 6


2.2 Skema Kerja Kalibrasi
Kalibrasi elektroda dan konduktometer
Hubungkan steker alat dengan kontak listrik

Tekan tombol ON untuk menghidupkan alat

Bilas elektroda dengan air suling, kemudian diseka dengan tisu

Masukkan elektroda ke dalam larutan standar 1,413 𝜇 s

Lalu tekan tombol ON, tunggu sesaat sampai muncul angka


berapapun dengan satuan 𝜇 s

Tekan tombol CAL pada layar monitor ca, lalu tekan ENTER maka
akan muncul angka dengan satuan 𝜇 s, kemudian muncul tulisan DONE

Elektroda dibilas dengan air suling dan diseka dengan tisu

Siapkan larutan sampel yang akan digunakan

Masukkan elektroda ke dalam larutan sampel, tunggu sampai muncul


angka pada layar kemudian catat hasil pengukuran tersebut.
Setelah selesai pengukuran, bilas elektroda dengan air suling dan
diseka dengan tisu

Tutup kembali elektroda dengan penutup berisi larutan penyimpanan

Tekan tombol OFF untuk mematikan alat

Lepaskan steker alat dari kontak listrik


Menurut (Irawan, 2019), Kalibrasi menentukan perbedaan (deviasi) antara pembacaan alat
ukur denganbahan ukur (sebagai standar) dengan (taksiran) nilai benar. Tujuan kalibrasi
spektrofotometer adalah untuk mengetahui nilai perbedaan dari pembacaan alat dengan
membandingkan nilai standar, sehingga dapat menjamin data yang benar dan valid.
Menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology (VIM),
kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan
olehinstrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-
nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu.
Dengan kata lain kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai
penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang
mampu telusur (traceable) ke standar nasional maupun internasional untuk satuan ukuran dan/atau
internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. Manfaat kalibrasi adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri pada peralatan
laboratorium dan produksi yang dimiliki.
2. Dengan melakukan kalibrasi, bisa diketahui seberapa jauh perbedaan (penyimpangan)antara
harga benar dengan harga yang ditunjukkan oleh alat ukur.
Spektrofotometer UV-VIS

Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum panjang dan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah
alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diartrosis pada umumnya ada beberapa
jenis spektrofotometri yang sering digunakan dalam analisa secara kimiawi antara lain adalah
spektrofotometri vis (visible), spektrofotometer UV (UltraViolet) dan vektor fotometer UV Vis.
Akan tetapi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah spektrofotometri uv-vis.
Spektrofotometri uv-vis merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan visible.
Spektrofotometri ini menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber daya UV dan sumber
cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber
sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator. Untuk
sistem speltrofotometri Uv-Vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan
metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sampel berwarna juga untuk sampel yang tak
berwarna.
Spektrofotometri uv-vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur transmitansi,
reflektansi, dan absorpsi dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang serta untuk
pengukuran di daerah UltraViolet dan di daerah tampak. Spektrofotometri uv-vis
(UltravioletVisible) merupakan satu dari sekian banyak instrumen yang biasa digunakan dalam
menganalisa suatu senyawa kimia. Spektrofotometer umum digunakan karena kemampuannya
dalam menganalisa begitu banyak senyawa kimia serta kepastiannya dalam hal preparasi sampel,
apabila dibandingkan dengan beberapa metode analisa. Spektrofotometri Uv-Vis melibatkan
energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisa sehingga spektrofotometri UvVis
lebih banyak digunakan untuk analisis kuantitatif dibanding kualitatif.

Prinsip dan Cara Kerja Spektrofotometer Uv-Vis


Prinsip kerja spektrofotometer uv-vis spectrophotometer uv-vis mengacu pada hukum
lambert-beer apabila cahaya monokromatik memulai suatu media atau larutan maka sebagian
cahaya tersebut akan diserap sebagian dipantulkan dan sebagian lagi akan dipancarkan. Cara kerja
spektrofotometri uv-vis berasal dari sumber radiasi yang bersifat polikromatis di teruskan melalui
lensa menuju ke monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer.
Monokromatorkemudian akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahayamonokromatis
(tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentukemudian akan dilewatkan pada sampel
yang mengandung suatu zat dalamkonsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang
diserap(diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan inikemudian di terima
oleh detector. Detector kemudian akan menghitungcahaya yang diterima dan mengetahui cahaya
yang diserap oleh sampel.Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang
terkandungdalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif.
Agar sampel dapat menyerap foton pada daerah UV-VIS (panjang gelombang foton
200nm –700nm), biasanya sampel harus diperlakukan atau derivatisasi. Misalnya, dengan
penambahan reagen dalam pembentukan garam kompleks dan lain sebagainya. Unsur
diidentifikasi melalui senyawa kompleksnya. Persyaratan kualitas dan validitas kinerja hasil
pengukuran spektrofotometer dalam analisis kimia didasarkan pada acuan ISO 17025, Good
Laboratory Practice (GLP) atau rekomendasi dari Pharmacopeia (EP, DAB, USP).
Dalam ISO 17025 (2005) butir 5.5 di nyatakan bahwa alat uji yang menentukan
hasil pengukuran harus dikalibrasi. Spektrofotometer UV-VIS merupakan alat utama maka harus
di kalibrasi. Kalibrasi instrumen spektrofotometer meliputi : akurasi panjang gelombang, akurasi
fotometri, resolution, Kebocoran sinar atau stray light, base line stability, base line flatnest, dan
akurasi detektor.

Gambar 1. Bagian Alat Spektrofotometri Uv-Vis

Bagian-Bagian dan Fungsi dari Spektrofotometer Uv-Vis


1. Sumber radiasi
Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan berbagai
macam rentang panjang gelombang Untuk Spektrofotometer. Sumber cahaya untuk
Spektrofotometri yaitu : a.
Lampu Deuterium
Lampu ini digunakan pada panjang gelombang 190-380 nm .Spektrum energy
radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukursampel yang terletak pada daerah uv.
Memiliki waktu 500 jam pemakaian.
b. Lampu Tungsten (Wolfram)
Lampu ini berfungsi untuk mengukur sampel pada daeraht ampak. Bentuk lampu ini
mirip dengan bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang gelombang antara 350-2200 nm.
Spektrumradiasianya berupa garis lengkung. Umumnya memiliki waktu 1000 jam
pemakaian.
2. Kompartemen sampel (cuvet)
Kompartemen ini digunakan sebagai tempat diletakkannya kuvet.Kuvet merupakan wadah
yang digunakan untuk menaruh sampel yangakan dianalisis. Kuvet yang baik harus memenuhi
syarat sebagai berikut:a.
• Permukaannya harus sejajar secara optis
• Tidak berwarna sehingga semua cahaya dapat di transmisikan
• Tidak ikut bereaksi terhadap bahan-bahan kimia
• Tidak rapuhe
• Bentuknya sederhana
Spektrofotometer Uv, Vis dan Uv-Vis menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet
biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika
memiliki kualitas yang lebih baik. Karena, kurva yang terbuat dari kaca dan plastik dapat
menyerap Uv sehingga penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar tampak (Vis). Cuvet
biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm. IR, untuk sampel cair dan padat (dalam
bentuk pasta) biasanya dioleskan pada dua lempengnatrium klorida. Untuk sampel dalam
bentuk larutan dimasukan ke dalamsel natrium klorida. Sel ini akan dipecahkan untuk
mengambil kembalilarutan yang dianalisis, jika sampel yang dimiliki sangat sedikit
danharganya mahal.
3. Monokromator
Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombangyaitu mengubah cahaya
yang berasal dari sumber sinar polikromatismenjadi cahaya monaokromatis. Jenis
monokromator yang saat ini banyakdigunakan adalan gratting atau lensa prisma dan filter optik.
Jikadigunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya.Sedangkan filter
optik berupa lensa berwarna sehingga cahaya yangditeruskan sesuai dengan warnya lensa yang
dikenai cahaya. Ada banyaklensa warna dalam satu alat yang digunakan sesuai dengan jenis
pemeriksaan. Adanya pendispersi, maka hanya satu jenis cahaya atau cahaya dengan panjang
gelombang tunggal yang mengenai sel sampel. Proses dispersi atau penyebaran cahaya dapat
dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1. Proses Dispersi

Adapun bagian-bagian dari Monokromator serta fungsinya antara lain :


1. Prisma, berfungsi untuk mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya di
dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.
2. Kisi difraksi, berfungsi menghasilkan penyebaran dispersi sinar secara merata, dengan
pendispersi yang sama, hasil dispersi akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat digunakan
dalam seluruh jangkauan spektrum.
3. Celah optis, berfungsi untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan dari sumber
radiasi. Apabila celah berada pada posisi yangtepat, maka radiasi akan dirotasikan melalui
prisma, sehingga diperoleh panjang gelombang yang diharapkan.

4. Detektor
Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya menjadi
arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :. a. Kepekaan yang tinggi
b. Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
c. Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
d. Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
Macam-macam detector :
a. Detektor foto (Photo detector)
b. Photocell
c. Phototube
d. Hantara Foto
e. Dioda Foto
f. Detektor Panas

5. Read Out
Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnyaisyarat listrik yang
berasal dari detector

Kalibrasi Spektrofotometer UV-VIS


Spektrofotometer UV-Vis banyak digunakan untuk penentuan konsentrasi senyawasenyawa
yang dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet (200–400 nm) atau daerah sinartampak (400–
800 nm) (Sastrohamidjojo, 1991). Analisis dengan instrument ini dilakukan dengan penentuan
absorbansi dari larutan sampel yang diukur. Spektrofotometer mengukur transmitan atau absorban
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Pada spektro yang perlu dikalbrasi adalah
panjang gelombang dan absorbansi.
1. Kalibrasi panjang gelombang
Pada kalibrasi ini, menggunakan filter gelas helium oksida yang mempunyai panjang
gelombang acuan (nm), pasang filter gelas holium oksida pada kompartemen sampel dan
kompartemen pembanding dibiarkan kosong (udara), scan spektrum serapan holium oksida,
bandingkan panjang gelombang spektrum yang diperoleh dengan data panjang gelombang
acuan.
2. Kalibrasi absorbansi
Buat larutan kalium dikromat 50 + 0,5 mg dalam 11 liter 0,005 mol/L asam sulfat (larutan
A). Buat larutan kalium dikromat 100 + 1 mg dalam 1 liter 0,005 mol/L asam sulfat (larutan B).
Buat larutan 0,005 mol/L asam sulfat sebagai pembanding dan bandingkan hasilnya dengan
data acuan dalam kurung (+2%).
3. Cara pemeliharaan
Cara pemeliharaan spektrofotometri uv-vis adalah kompartemen sampul selalu dibersihkan,
suhu penyimpanan stabil, meja permanen, gunakan stabilizer masukkan kuvet tegak lurus, alat
harus selalu diperiksa, kuvet yang digunakan harus bersih. Sebelum digunakan, biarkan mesin
warming-up selama 15-20 menit. Spektrofotometer sebisa mungkin tidak terpapar sinar
matahari langsung karena akan dapat mengganggu pengukuran. Simpan spektrofotometer di
ruangan yang suhunya stabil dan di atas meja yang permanen pastikan. Kompartemen pastel
beri sampel bersih dari bekas sampel. Saat memasukkan kuvet, pastikan kuvet kering. Lakukan
kalibrasi panjang gelombang dan absorban secara teratur.
4. Aplikasi
Uv-Vis spektroskopi secara rutin digunakan dalam kuantitatif penentuan larutan dari logam
transisi ion dan sangat dikonjugasikan senyawa organik, studi fotoelektrokimia lapisan tipis
CdS hasil deposisi metode CBD, meneliti pengaruh kelembaban terhadap absorbansi optik
lapisan gelatin dan dalam penentuan konsentrasi suatu larutan yang belum diketahui
konsentrasinya menggunakan larutan standar.
Penyerapan sinar UV dan sinar tampak oleh molekul melalui 3 proses yaitu : a.
Penyerapan oleh transisi elektron ikatan dan elektron anti ikatan

b. Penyerapan oleh transisi elektron d dan elektron f dari molekul kompleks.


c. Penyerapan oleh perpindahan muatan interaksi.

Hubungan dari ketiga parameter dirumuskan oleh Planck yang dikenal dengan persamaan Planck.
Hubungan antara panjang gelombang frekuensi dirumuskan sebagai berikut :

Sedangkan untuk Persamaan Planck: hubungan antara energi tiap foton dengan frekuensi atau
disebut dengan interaksi antara energi cahaya dan molekul gambar di digambarkan sebagai berikut
:

E = energi tiap foton


h = tetapan Planck (6,6261 x 10-34 J.s),
v = frekuensi sinar c = kecepatan
cahaya (3 x 108 m.s-1).
Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa energi dan frekuensi suatu foton akan berbanding
terbalik dengan panjang gelombang tetapi energi yang dimiliki suatu foton akan berbanding lurus
dengan frekuensinya. Misalnya: energi yang dihasilkan cahaya UV lebih besar dari pada energi
yang dihasilkan sinar tampak. Hal ini disebabkan UV memiliki panjang gelombang (λ) yang lebih
pendek (100–400 nm) dibanding panjang gelombang yang dimiliki sinar tampak (400–800 nm).
Penyerapan sinar UV-Vis dibatasi pada sejumlah gugus fungsional atau gugus kromofor
(gugus dengan ikatan tidak jenuh) yang mengandung elektron valensi dengan tingkat eksitasi yang
rendah. Dengan melibatkan 3 jenis elektron yaitu : Sigma, phi, dan non bonding electron.
Kromosfer-kromosfer organik seperti karbonil, alken, azo, nitrat dan karboksil mampu menyerap
sinar ultraviolet dan sinar tampak. Panjang gelombang maksimal dapat berubah sesuai dengan
pelarut yang digunakan. Auksokrom adalah gugus fungsional yang mempunyai elektron bebas
seperti hidroksil, metoksi dan amina. Terikatnya gugus auksokrom pada gugus kromofor akan
mengakibatkan pergeseran pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih besar
(bathokromik) yang disertai dengan peningkatan intensitas (hiperkromik).
Proses absorbsi cahaya pada spektrofotometri uv-vis yaitu ketika cahaya dengan berbagai
panjang gelombang (cahaya polikromatis) mengenai suatu zat, maka cahaya dengan panjang
gelombang tertentu saja yang akan diserap. Di dalam suatu molekul yang memegang peranan
penting adalah elektron valensi dari setiap atom yang ada hingga terbentuk suatu materi.
Elektron-elektron yang dimiliki oleh suatu molekul dapat berpindah (eksitasi), berputar (rotasi),
dan bergetar (vibrasi) jika dikenai suatu energi.
Jika zat penyerap cahaya tampak dan uv, maka akan terjadi perpindahan elektron dari
keadaan dasar menuju keadaan tereksitasi. Perpindahan elektron ini disebut transisi elektronik.
Apabila cahaya yang diserap adalah cahaya inframerah maka elektron yang ada dalam atom atau
elektron ikatan pada suatu molekul, hanya akan bergetar. Sedangkan gerakan berputar elektron
terjadi pada energi yang lebih rendah lagi misalnya pada gelombang radio.
Zat yang ada dalam sampel disinari dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang
tertentu. Ketika cahaya mengalami sampel sebagian akan diserap sebagian akan dihamburkan, dan
sebagian lagi akan diteruskan. Pada spektrofotometri cahaya datang atau cahaya masuk atau
cahaya yang mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat tidak dapat diukur yang
dapat diukur adalah I1/I0 atau I0/I1 (perbandingan cahaya datang dengan cahaya setelah setelah
melewati materi atau sampel). Proses penyerapan cahaya oleh suatu zat dapat digambarkan sebagai
berikut :

Gambar 2. Proses Penyerapan Cahaya

Gambar di atas merupakan proses penyerapan cahaya oleh zat dalam sel sampel. Pada
gambar terlihat bahwa zat sebelum melewati sel sampel lebih terang atau lebih banyak dibanding
cahaya setelah melewati sel sampel. Cahaya yang diserap diukur sebagai observasi (A) sedangkan
cahaya yang dihamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum lambert-
beer atau hukum bel berbunyi:
“Jumlah radiasi cahaya tampak atau (UltraViolet, inframerah, dan sebagainya) yang diserap
atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan
tebal larutan”.

Pada video, nilai absorbansi yang diukur yaitu CuSo4. Cara penggunaan dan cara mengukur
nilai absorbansi yaitu sebagai berikut :
1. Sebelum penggunaan, sebaiknya alat dipanaskan terlebih dahulu selama kurang lebih 15-30
menit sebelum penggunaan alat spektrofotometer uv-vis.
2. Untuk menyalakan alat spektrofotometri uv-vis maka tekan tombol on off pada belakang alat
spektrofotometri uv-vis.
3. Sebelum kuvet dimasukkan ke dalam spektrofotometri uv-vis, kuvet blanko, sampel dan stan
disterilkan terlebih dahulu dengan etanol dan ditotolkan dengan tisu atau kertas lensa agar
tidak tergores. Kuvet yang berisi dengan aquades merupakan blangko.
4. Cara memegang kuvet yang benar yaitu dengan memegang janga sampai bagian yang
bertanda segitiga terkena. Karena dapat mengurangi nilai absorbansi
5. Kuvet kemudian dmasukkan ke dalam spektrofotometri. Blangko diletakkan pada posisi B
dengan tanda segitiga yang dihadapkan pada lubang spektrofotometri. Sebelum dimasukkan
dalam alat spektrofotometri, pastikan sisi luar kuvet bersih dan kering.
6. Tutup perlahan kemudian siapkan kuvet yang berisi sampel. Pada video, sampel yang
digunakan adalah CuSO4.
7. Sampel dimasukkan ke spektofotometri pada bagian 1. Kemudian tekan tun testdan pilih
scanning. Nama dapat diatur dengan menekan enter dan mengetik nama sesuai yang
diinginkan.
8. Kemudian pilih measurement mode pilih absorbansi dan di ganti ke 200 nanometer, stop
wavelength ubah ke 400 nanometer. sample positiometer auto 6, scan speed pilih fast, interval
1,0 nanometer. tekan run test.
9. Kemudian tunggu beberapa saat dan pilih collect baseline, tunggu hingga 100%.
10. Setelah itu, pilih measure sample dan tunggu hingga 100%. Untuk mengetahui lebih jelas,
absorbansi sampel yang ada, maka kita edit graph dengan cara klik match, peaks & valleys.
Label peaks diubah ke on, label valleys tetap off, features diubah menjadi 1, entar lalu esc.
Setelah itu akan muncul nilai absorbansi sampel.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa spektrofotometri uv-vis adalah


alat yang digunakan untuk mengukur transmitansi, reflektansi, dan absorpsi dari cuplikan sebagai
fungsi dari panjang gelombang serta untuk pengukuran daerah UltraViolet dan di daerah tampak.
Prinsip spektrofotometri uv-vis mengacu pada hukum lambert-beer, apabila cahaya monokromatik
melalui suatu media atau larutan maka sebagian cahaya tersebut akan diserang sebagian
dipantulkan dan sebagian lagi akan dipancarkan Sebagian. Kelebihan spektrofotometri uv-vis yaitu
panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih tereseleksi, caranya sederhana, dapat menganalisa
larutan dengan konsentrasi yang sangat kecil. Kekurangan spektrofotometri uv-vis yaitu absorpsi
dipengaruhi oleh pH larutan suhu dan adanya zat pengganggu dan kebersihan dari kuvet hanya
dapat dipakai pada pada daerah pada daerah ultra violet yang panjang gelombang >185 nm,
pakaian hanya pada gugus fungsional yang mengandung elektron valensi dengan energi eksitasi
rendah, dan sinar yang dipakai harus monokromatik.

DAFTAR PUSTAKA
ISO.International Standart Operational., (2005), ISO/IEC 17025 (VersiBahasa Indonesia)
Persyaratan Umum Kompetensi LaboratoriumPengujian dan Laboratorium Kalibrasi.
Sastrohamidjojo, H., (2001), Spektroskopi, 4 – 5, Liberty Press, Yogyakarta.
https://www.academia.edu/38752568/Makalah_Analisis_Instrumen_Spektrofotometri_UV_VIS_

Anda mungkin juga menyukai