INSTRUMEN
PENGENALAN ALAT pH METER,
KONDUKTOMETER, SPEKTROFOTOMETER
Disusun oleh :
Kelompok 9
Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial elektro kimia yang
terjadi antara larutan yang terdapat didalam elektroda gelas (membrane gelas) yang telah diketahui
dengan larutan yang terdapat diluar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan
lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hydrogen yang ukurannya relative
kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektro kimia dari ion hydrogen.
𝑝𝐻 = −log[𝐻+]
Keuntungan dari penggunaan pH-meter dalam penentuan tingkat keasaman suatu senyawa adalah:
• pemakaiannya bisa berulang-ulang
• nilai pH yang terukur relatif cukup akurat
Instrument yang digunakaan dalam pH-meter dapat bersifat analog maupun digital
sebagaimana alat yaang laian, untuk mendapatkan hasil pengukuran yang baik, maka diperlukan
perawatan dan kalibrasi pH-meter. Pada penggunaan pH-meter, kalibrasi alat harus diperhatikan
sebelum dilakukan pengukuran. Seperti diketahui prinsip utama ph-meter adalah pengukuran arus
listrik yang tercatat pada sensor pH akibat suasana ionik dilarutan. Stabilitas sensor harus selalu
dijaga dan caranya adalah dengan kalibrasi alat. Kalibrasi terhadap pH-meter dilakukan dengan
larutan buffer standart dengan pH 4, pH 7, dan pH 10.
Jenis pH meter ada dua :
1. pH meter untuk sampel cair, untuk laboratorium air dan industri.
2. pH meter untuk sampel tanah. Digunakan petani disawah atau kebun.
pH meter adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mengukur beda potensial diantara
dua elektroda yang dicelupkan ke dalam larutan, dimana salah satu elektroda merupakan elektroda
penunjuk ion hydrogen. Elektroda lainnya yaitu elektroda pembanding serta beda potensial yang
dihasilkan dikonfersikan oleh alat menjadi besaran pH.
Sebuah sistem pH meter tersusun atas beberapa komponen penting yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Berikut adalah komponen-komponen utama dari
peralatan potensiometer :
a. Sumber arus
Sebagai sumber arus yang digunakan arus searah (DC). Sumber arus searah digunakan karena
agar terjadi suatu perubahan kimia dalam larutan tersebut. b. Elektroda
Pada umumnya digunakan elektroda yang disebut dengan elektroda kombinasi. Elektroda
kombinasi terdiri dari tiga sensor yang terendam di dalam larutan yakni elektrode kaca,
elektrode referensi, dan sensor temperatur, dapat digabungkan menjadi satu komponen probe
saja sehingga didapatkan bentuk sensor pH meter yang lebih praktis. Di dalam beberapa
penggunaan analisis elektrokimia, diperlukan suatu elektrode dengan harga potensial setengah
sel yang diketahui, konstan, dan sama sekali tidak peka terhadap komposisi larutan yang
sedang diselidiki. Suatu elektrode yang memenuhi persyaratan diatas disebut elektrode
pembanding (refference electrode).
Elektroda Kombinasi
c. Tahanan geser
Digunakan untuk menstandarisasi peralatan dengan menggunakan larutan buffer (penyangga)
yang pH nya telah diketahui.
d. Recorder
Digunakan untuk membaca atau mencatat besaran pH larutan maupun beda potensial larutan
dinyatakan dalam satuan mV (Millivolt).
Alat pH Meter
Alat pH Meter
Bagian-Bagian pH Meter
Berikut bagian-bagian pH meter, anda dapat memperhatikan pada gambar diatas :
1. Layar pH meter berfungsi untuk menampilkan hasil pengukuran/pembacaan dari pH. Selain pH,
juga ditampilkan suhu dari sampel dan jam analisa.
2. Tombol fungsi ini ada beberapa macam berfungsi untuk mengatur/membuka menu dari pH
meter.
3. Gagang berfungsi untuk sebagai tempat bersandar probe pH meter.
4. Gelas kimia untuk perendaman probe pH meter. Probe harus tetap direndam agar tetap sensitif
terhadap sampel dan tidak mengalami kekeringan, ini akan menyebabkan probe/elektrode
rusak.
Perlu digaris bawahi bahwa, sebelum menggunakan pH meter, pH meter harus dikalibrasi terlebih
dahulu minimal satu kali sehari. Hal ini bertujuan untuk keakuratan dari pembacaan pH suatu
sampel. Penentuan kalibrasi dapat dilakukan dengan cara: a. Teknik satu titik
Pada sekitar pH yang akan diukur, yakni kalibrasi dengan buffer standart pH 4 untuk sistem asam,
buffer standart pH 7 untuk sistem netral, dan buffer standart pH 10 untuk sistem basa b. Teknik
dua titik (diutamakan)
Apabila sistem bersifat asam, maka digunakan 2 buffer standart berupa buffer pH 4 dan pH 7,
apabila sistem bersifat basa maka digunakan 2 buffer standart berupa buffer pH 7 dan pH 10. c.
Teknik multi titik
Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan 3 buffer standart. Untuk sistem dengan pH < 2 atau pH
> 12, sering terjadi ketidaknormalan elektroda, kelemahan ini dipengaruhi oleh jenis alat yang
digunakan. Untuk pengukuran yang dilakukan dalam waktu yang lama, maka diperlukan proses
klaibrasi secara periode selang 1,5 – 2 jam. Hal ini untuk menjaga kestabilan dari alat ph meter
yang digunakan, sehingga tetap dapat diperoleh hasil pengukuran yang bagus. Untuk keperluan
kalibrasi ini dapat menggunakan buffer pH yang ada dipasaran, skala yang biasa digunakan
adalah pH 4 (merah), pH 7 (hijau), dan pH 10 (biru).
Akurasi dari nilai pH untuk setiap buffer ditentukan sebagai fungsi temperatur. Kenaikan
satu derajat temperatur menyebabkan perubahan nilai pH berkisar antara 0,01 sampai 0,02. Koreksi
nilai pH dari buffer standart pada kondisi temperatur ruang pengukuran dapat dilihat pada tabel
yang tertera dilabel botol. Pemilihan jenis pH buffer mana yang harus dipilih dalam suatu
pengukuran, tergantung kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Prinsip yang harus diperhatikan
dalam penggunaan pH buffer standart ini adalah sebisa mungkin dalam keadaan segar. Sensor pH
meter harus selalu dicuci untuk menjaga kontaminasi pada pH buffer. Selain itu untuk lebih
menjaga keawetan sensor, maka perlakuan sensor apabila tidak dipakai harus direndam dalam
aquadest. Proses kalibrasi dan perlakuan pH meter seperti yang diterangkan diatas akan dapat
memberikan hasil pengukuran pH yang akurat dan presisi.
1.1. Bahan-bahan:
• Larutan buffer pH 4, pH 7, dan pH 10
• Aquadest
• H2SO4 • NaOH
1.2.Alat- alat:
• Seperangkat alat pH-meter elektroda
• Beaker glass
• Kertas pH
• Tissue
• Pipet volum
• Timbangan dan kertas timbang
• Spatula
• Labu ukur 250 ml
Konduktometri adalah salah satu metode analisis kimia berdasarkan daya hantar listrik
suatu larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi
ion di dalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam
larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar.
Konduktansi adalah kemampuan suatu zat untuk menghantarkan listrik, sama dengan
konduktivitas, tetapi bergantung pada luas penampang larutan, jadi nilai konduktansi akan berbeda
sesuai dengan lingkungan sekitar, volume, dan wadah yang digunakan. Menurut Hukum Ohm,
arus (I) berbanding lurus dengan gejala listrik (E) yang digunakan tetapi berbanding terbalik
dengan hantaran listrik (R).
𝐸 G=𝑅
1
I=
𝑅
Keterangan :
G : Konduktansi (ohm-1)
R : hambatan (ohm)
I : Panjang material (meter)
Daya hantar listrik (G) adalah kebalikan dari tahanan (R), sehingga daya hantar
-1
listrik mempunyai satuan ohm .
Prinsip Konduktometri :
1. Daya hantar listrik adalah fungsi konsentrasi larutan analit yang diukur
2. Semakin mudah larutan analit terionisasi , maka daya hantar listrik semakin besar
3. Daya hantar listrik muncul karena adanya pergerakan ion-ion dalam larutan analit.
Adapun faktor-faktor yang berpengaruh pada daya hantar yakni konsentrasi dan suhu. Suhu
memiliki pengaruh pada daya hantar, jika semakin besar suhunya maka daya hantar akan semakin
besar dan jika semakin kecil suhunya maka daya hantar yang dihasilkan semakin kecil juga.
Berdasarkan sifat daya hantar listriknya, larutan dibagi menjadi dua yaitu :
1. Larutan elektrolit
Larutan yang mampu menghantarkan listrik karena memiliki ion-ion yang bergerak bebas di
dalam larutan yang nantinya akan menjadi penghantar. Larutan elektrolit dibagi menjadi dua
yakni:
a. Larutan elektrolit kuat : zat yang dapat mudah mengalirkan arus listrik karena ionisasinya
sangat cepat dan derajad disosianya tinggi. Contoh: asam kuat (HCl, H2SO4, H3PO4, HNO3,
HF); basa kuat (NaOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2, Li(OH)2), garam NaCl.
b. Larutan elektrolit lemah: larutan yang dapat mengalirkan arus listrik tetapi terlalu baik
dalam konduktivitasnya. Contoh: asam lemah (CH3COOH, HCN, H3PO4), basa lemah
{Al(OH)3, NH4OH}, garam NH4CN.
2. Larutan non elektrolit
Zat yang tidak memiliki konduktivitas sehingga tidak menghantarkan listrik, karena zat
tersebut solutnya tidak mengion dalam larutan. Contoh larutan non elektrolit adalah larutan
berikatan kovalen yang stabil seperti glukosa, hidrokarbon, lemak dan urea. Arus listrik yang
dihasilkan pada larutan ini hampir tidak ada, sehingga diklasifikasikan 0 A
Perbedaan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Larutan Elektrolit Larutan Non Elektrolit
Dapat menghantarkan listrik Tidak dapat menghantarkan listrik
Zat terlarut dapat terionisasi Zat terlarut tidak dapat terionisasi
Derajat ionisasi 𝛼 = 1 atau 0< 𝛼 < 1 Derajat ionisasi 𝛼 = 0
Lampu dapat menyala terang atau redup dan ada Lampu tidak menyala dan ada
gelembung gas tidak gelembung gas
Contoh : NaCl , CH3COOH, H2SO4 Contoh : C2H5OH, C6H12O6 , CO(NH2)2
Jika arus listrik dialirkan dalam suatu larutan memiliki dua elektroda, maka yang terjadi
daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan luas permukaan elektroda (A) dan berbanding
terbalik dengan jarak kedua elektroda (l).
𝐴
G= =k 𝐴
𝑙 = tetapan sel
𝑙
Keterangan :
G : daya hantar listrik (siemens atau ohm-1)
-1
k : Konduktivitas(ohm-1cm )
Konduktivitas larutan elektrolit pada suhu yang konstan, tergantung pada jenis ion
dan konsentrasinya. Jika larutan semakin encer, maka konduktivitasnya akan menurun. Hal
ini terjadi karena jumlah ion persatuan luas semakin sedikit. Namun, kemampuan tiap ion
dalam meneruskan muatan akan semakin besar karena tidak adanya hambatan antar ion pada
larutan encer.
Pada umumnya konsentrasi larutan dinyatakan dalam satuan molar (mol/liter), maka
pada konduktometri terdapat istilah konduktivitas molar (Λ), yang memiliki hubungan dengan
konsentrasi secara :
Λo adalah konduktivitas molar ion pada larutan sangat encer (konsentrasi mendekati
nol. Faktor-faktor yang mempengaruhi Konduktivitas adalah :
a. Luas permukaan elektroda
Semakin luas permukaan elektroda, semakin banyak ion yang dapat berinteraksi dengan
permukaan elektroda sehingga konduktivitas semakin besar.
b. Jarak kedua elektroda
Semakin jauh jarak kedua elektroda, semakin besar energi yang dibutuhkan ion-ion untuk
sampai ke elektroda sehingga konduktivitas semakin kecil.
c. Konsentrasi larutan
Semakin besar konsentrasi larutan, semakin banyak jumlah ion- ion yang berada dalam larutan
sehingga konduktivitas semakin besar.
d. Suhu
Kenaikan suhu meningkatkan pergerakan ion-ion dalam larutan sehingga konduktivitas
larutan meningkat.
e. Mobilitas ionik
Semakin mudah ion-ion bergerak, konduktivitas semakin besar.
Titrasi konduktometri dapat dilakukan dengan 2 cara, bergantung arus yang digunakan. Jika
frekuensi arus bertambah besar, maka pengaruh kapasitan dan induktif akan semakin besar. Oleh
sebab itu, peralatannya perlu dimodifikasi untuk menghitung pengaruh-pengaruh tersebut.
Adapun titrasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Titrasi konduktometri yang dilakukan dengan frekuensi arus rendah (maksimum 300 Hz)
2. Titrasi yang dilakukan dengan menggunakan frekuensi arus tinggi disebut titrasi frekuensi
tinggi.
a. Titrasi Konduktometri frekuensi rendah
Penambahan suatu elektrolit ke elektrolit lain pada keadaan yang tidak ada perubahan
volume yang begitu besar akan mempengaruhi konduktivitas larutan terjadi reaksi ionik atau
tidak. Jika tidak terjadi reaksi ionik, maka perubahan konduktivitas sedikit sekali atau hampir
tidak ada. Bila terjadi reaksi ionik akan terjadi perubahan konduktivitas yang relatif besar dan
dapat diamati, seperti pada titrasi asam kuat oleh basa kuat. Dalam titrasi ini terjadi penurunan
konduktivitas karena penggantian ion hidrogen, yang mempunyai konduktivitas tinggi dengan
kation lain yang mempunyai konduktivitas rendah.
Pada titrasi penetralan, pengendapan dan lain-lain, penentuan titik akhir titrasi ditentukan
berdasarkan perubahan konduktivitas (hantaran) dari reaksi kimia yang terjadi. Hantaran
diukur pada setiap penambahan sejumlah pereaksi dan titik pengukuran tersebut bila dialurkan
memberikan dua garis lurus yang saling berpotongan. Titik perpotongan dinamakan titik
ekivalen titrasi.
Ketepatan metode ini bergantung pada sudut perpotongan dan kerapatan titik pengukuran.
Secara praktek konsentrasi penitran 20-100 kali lebih pekat dari larutan yang di titrasi.
Kelebihan titrasi ini, baik untuk asam yang sangat lemah seperti asam borat dan fenol yang
secara potensiometri tidak dapat dilakukan. Selain itu, pada titrasi konduktometri tidak
diperlukan kontrol suhu.
b. Titrasi Konduktometri Frekuensi Tinggi
Metode ini sesuai untuk sel yang terdiri atas sistem kimia yang dipasangkan dengan sirkuit
osilator beresonansi pada frekuensi beberapa mega Hertz. Keuntungan cara ini yaitu elektroda
ditempatkan di luar sel dan tidak langsung kontak dengan larutan uji. Kerugiannya adalah
respon tidak spesifik karena bergantung pada konduktivitas dan tetapan dielektrik dari sistem.
Selain itu tidak dipengaruhi oleh sifat kimia dari komponen-komponen sistem.
Berikut kelebihan dan kekurangan titrasi konduktometri :
Kelebihan titrasi konduktometri
a. titrasi tidak menggunakan indikator, karena pada titik keivalen sudah dapat ditentukan dengan
daya hantar dari larutan tersebut.
b. Dapat digunakan untuk titrasi yang berwarna
c. Dapat digunakan untuk titrasi yang dapat menimbulkan pengendapan d. Lebih praktis
e. Lebih cepat atau waktu yang diperlukan lebih sedikit
f. Untuk persen kesalahanya lebih kecil jika dibandingkan dengan titrasi volumetri
Gambar 1. Konduktometer
2.1 Alat
Jenis alat : Konduktometer
Tekan tombol CAL pada layar monitor ca, lalu tekan ENTER maka
akan muncul angka dengan satuan 𝜇 s, kemudian muncul tulisan DONE
Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum panjang dan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah
alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diartrosis pada umumnya ada beberapa
jenis spektrofotometri yang sering digunakan dalam analisa secara kimiawi antara lain adalah
spektrofotometri vis (visible), spektrofotometer UV (UltraViolet) dan vektor fotometer UV Vis.
Akan tetapi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah spektrofotometri uv-vis.
Spektrofotometri uv-vis merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan visible.
Spektrofotometri ini menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber daya UV dan sumber
cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber
sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator. Untuk
sistem speltrofotometri Uv-Vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan
metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sampel berwarna juga untuk sampel yang tak
berwarna.
Spektrofotometri uv-vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur transmitansi,
reflektansi, dan absorpsi dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang serta untuk
pengukuran di daerah UltraViolet dan di daerah tampak. Spektrofotometri uv-vis
(UltravioletVisible) merupakan satu dari sekian banyak instrumen yang biasa digunakan dalam
menganalisa suatu senyawa kimia. Spektrofotometer umum digunakan karena kemampuannya
dalam menganalisa begitu banyak senyawa kimia serta kepastiannya dalam hal preparasi sampel,
apabila dibandingkan dengan beberapa metode analisa. Spektrofotometri Uv-Vis melibatkan
energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisa sehingga spektrofotometri UvVis
lebih banyak digunakan untuk analisis kuantitatif dibanding kualitatif.
4. Detektor
Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya menjadi
arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :. a. Kepekaan yang tinggi
b. Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
c. Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
d. Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
Macam-macam detector :
a. Detektor foto (Photo detector)
b. Photocell
c. Phototube
d. Hantara Foto
e. Dioda Foto
f. Detektor Panas
5. Read Out
Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnyaisyarat listrik yang
berasal dari detector
Hubungan dari ketiga parameter dirumuskan oleh Planck yang dikenal dengan persamaan Planck.
Hubungan antara panjang gelombang frekuensi dirumuskan sebagai berikut :
Sedangkan untuk Persamaan Planck: hubungan antara energi tiap foton dengan frekuensi atau
disebut dengan interaksi antara energi cahaya dan molekul gambar di digambarkan sebagai berikut
:
Gambar di atas merupakan proses penyerapan cahaya oleh zat dalam sel sampel. Pada
gambar terlihat bahwa zat sebelum melewati sel sampel lebih terang atau lebih banyak dibanding
cahaya setelah melewati sel sampel. Cahaya yang diserap diukur sebagai observasi (A) sedangkan
cahaya yang dihamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum lambert-
beer atau hukum bel berbunyi:
“Jumlah radiasi cahaya tampak atau (UltraViolet, inframerah, dan sebagainya) yang diserap
atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan
tebal larutan”.
Pada video, nilai absorbansi yang diukur yaitu CuSo4. Cara penggunaan dan cara mengukur
nilai absorbansi yaitu sebagai berikut :
1. Sebelum penggunaan, sebaiknya alat dipanaskan terlebih dahulu selama kurang lebih 15-30
menit sebelum penggunaan alat spektrofotometer uv-vis.
2. Untuk menyalakan alat spektrofotometri uv-vis maka tekan tombol on off pada belakang alat
spektrofotometri uv-vis.
3. Sebelum kuvet dimasukkan ke dalam spektrofotometri uv-vis, kuvet blanko, sampel dan stan
disterilkan terlebih dahulu dengan etanol dan ditotolkan dengan tisu atau kertas lensa agar
tidak tergores. Kuvet yang berisi dengan aquades merupakan blangko.
4. Cara memegang kuvet yang benar yaitu dengan memegang janga sampai bagian yang
bertanda segitiga terkena. Karena dapat mengurangi nilai absorbansi
5. Kuvet kemudian dmasukkan ke dalam spektrofotometri. Blangko diletakkan pada posisi B
dengan tanda segitiga yang dihadapkan pada lubang spektrofotometri. Sebelum dimasukkan
dalam alat spektrofotometri, pastikan sisi luar kuvet bersih dan kering.
6. Tutup perlahan kemudian siapkan kuvet yang berisi sampel. Pada video, sampel yang
digunakan adalah CuSO4.
7. Sampel dimasukkan ke spektofotometri pada bagian 1. Kemudian tekan tun testdan pilih
scanning. Nama dapat diatur dengan menekan enter dan mengetik nama sesuai yang
diinginkan.
8. Kemudian pilih measurement mode pilih absorbansi dan di ganti ke 200 nanometer, stop
wavelength ubah ke 400 nanometer. sample positiometer auto 6, scan speed pilih fast, interval
1,0 nanometer. tekan run test.
9. Kemudian tunggu beberapa saat dan pilih collect baseline, tunggu hingga 100%.
10. Setelah itu, pilih measure sample dan tunggu hingga 100%. Untuk mengetahui lebih jelas,
absorbansi sampel yang ada, maka kita edit graph dengan cara klik match, peaks & valleys.
Label peaks diubah ke on, label valleys tetap off, features diubah menjadi 1, entar lalu esc.
Setelah itu akan muncul nilai absorbansi sampel.
DAFTAR PUSTAKA
ISO.International Standart Operational., (2005), ISO/IEC 17025 (VersiBahasa Indonesia)
Persyaratan Umum Kompetensi LaboratoriumPengujian dan Laboratorium Kalibrasi.
Sastrohamidjojo, H., (2001), Spektroskopi, 4 – 5, Liberty Press, Yogyakarta.
https://www.academia.edu/38752568/Makalah_Analisis_Instrumen_Spektrofotometri_UV_VIS_