Anda di halaman 1dari 14

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

PH merupakan potensi hydrogen atau bisa dikatakan sebagai tingkat


keasaman atau kebasaan suatu zat. pH meter adalah alat yang digunakan untuk
mengukur tingkat keasaman atau juga kebasaan yang terkandung dalam suatu zat.
Skala pH yang diukur oleh alat ukur pH meter dimulai dari 0 hingga 14.
Electrical Conductivity (EC) merupakan karakteristik penting dari air atau
air limbah karena DHL merefleksikan tingkat ketidakmurnian atau tingkat
pencemarannya. EC dapat dikatakan sama dengan DHL karena memiliki arti yang
sama. Pengukuran DHL didasarkan pada kemampuan kation dan anion untuk
menghantarkan arus listrik yang dialirkan ke dalam air. Energi yang dihasilkan
dapat dibaca langsung pada alat dengan satuan yang sesuai.
TDS = Total Dissolved solids , atau jumlah padatan terlarut. TDS satuannya
adalah PPM atau part per million ( bagian per sejuta ), biasa diukur menggunakan
TDS meter. Untuk para pelaku hidroponik ada yang menggunakan Ppm sebagai
acuan dalam menanam secara hidroponik namun ada juga yang menggunakan EC
meter sebagai acuan dalam berkebun hidroponik. Dalam satu literature ada yang
menyebutkan bahwa EC 1 mS/cm = 700 Ppm. Namun angka ini bukan pathokan
baku karena tergantung pada kualitas dan kemurnian bahan kimia yang
digunakan. Prinsip kerja   EC meter dan TDS meter sama yaitu mengukur
penghantaran listrik antara katoda dan anoda. Kedua parameter diatas menjadi hal
yang sangat penting untuk kesuksesan dalam budidaya tanaman secara
hidroponik.
B. Tujuan

Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini yaitu:


1. Mampu mengetahui dan menggunakan alat pengukur pH, EC, dan TDS.
2. Mampu mengetahui cara kalibrasi alat pengukur pH, EC, dan TDS.
3. Mampu mengetahui perbedaan pH, EC, dan TDS.
4. Mampu mengetahui fungsi pH, EC dan TDS.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Power of Hydrogen (pH)

Potential of Hydrogen (pH) adalah salah satu parameter penting yang


terdapat pada nutrisi tanaman hidroponik. Setiap tanaman memerlukan nutrisi
dengan pH sesuai kebutuhannya, agar dapat tumbuh dengan baik. pH nutrisi akan
berubah setiap saat, sehingga perlu sering dipantau. pH merupakan parameter
yang dapat digunakan untuk memperkirakan mobilitas unsure-unsur kimia dalam
tanah. Dengan demikian satuan pH dapat dipergunakan untuk mengukur
ketersediaan nutrient dan logam berat berkaitan dengan tingkat toksisitas dan
pencemaran tanah. (Widyatmoko, 2011). Terdapat kendala pada pH meter yang
digunakan saat ini, misalnya perlu kalibrasi ulang jika digunakan lebih dari 24
Jam karena elektroda sensor pH rentan terhadap larutan yang diukurnya
(Hardiatna, dkk., 2019). Derajat keasaman (pH) merupakan saIah satu faktor yang
mempengaruhi proses adsorpsi. Keasaman (pH) mempengaruhi muatan situs aktif
yang terdapat pada adsorben. (Safrianti, 2012). Parameter keberhasilan budidaya
tanaman hidroponik tergantung pada pH dan densitas (kekentalan) dari cairan
nutrisi yang diberikan. (Mujadin, dkk., 2018).

B. Electrical Conductivity (EC)

Conductivity meter adalah alat untuk mengukur nilai konduktivitas listrik


(electric conductivity) suatu larutan atau cairan. Nilai konduktivitas listrik sebuah
zat cair menjadi referensi atas jumlah ion serta konsentrasi padatan (total
dissolved Solid, TDS) yang terlarut di dalamnya (Mujadin, dkk., 2018). Kation
dalam nutrisi akan mencari kutub negatif anoda, sedangkan anion dalam nutrisi
akan mencari kutub positif anoda. Semakin pekat larutan maka daya hantar listrik
anoda dan katoda semakin tinggi. Sehingga nilai EC dalam nutrisi merupakan
gambaran banyaknya unsur hara yang terlarut dalam air dengan indikator
penghantaran listrik. Semakin tinggi nilai EC maka semakin pekat larutan nutrisi
(Sesanti, dkk., 2016). EC meter digunakan untuk mengetahui kualitas larutan
nutrisi yang terdapat pada tanah. Semakin tinggi nilai EC suatu larutan hara
maka semakin besar arus listrik yang dapat dihantarkan. Adapun nilai pH
mempengaruhi ketersediaan unsur hara. Salinitas adalah tingkat kepekatan suatu
garam atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada
kandungan garam dalam tanah. Salinitas merupakan salah satu parameter
dalam mengidentifikasi tingkat kesuburan suatu tanah atau tanaman.
Semakin tinggi nilai salinitas maka salah satu akibatnya terjadi degradasi
lahan. Oleh karena itu,salinitas merupakan ancaman bagi produktivitas
pertanian (Azhari, dkk., 2017).

C. Total Dissolve Solid (TDS)

Kualitas air dapat diidentifikasi secara fisika yaitu dengan cara mengukur
daya hantar listrik dalam larutan menggunakan alat ukur konduktivitas larutan dan
jumlah zat terlarut yang disebut Total Dissolved Solid (TDS ) (Wiono,2014). TDS
merupakan parameter fisik air baku dan ukuran zat terlarut, baik zat organik
maupun anorganik yang terdapat pada larutan. TDS mencakup jumlah material
dalam air, material ini dapat berupa karbonat, bikarbonat, klorida, sulfat, fosfat,
nitrat, kalsium, magnesium, natrium, ion-ion organik, dan ion-ion lainnya.
Kandungan TDS dalam air juga dapat memberi rasa pada air yaitu air menjadi
seperti garam, sehingga jika air yang mengandung TDS terminum, maka akan
terjadi akumulasi garam di dalam ginjal manusia, sehingga lama-kelamaan akan
mempengaruhi fungsi fisiologis ginjal (Afrianita, dkk., 2017).
Pengukuran TDS dilakukan dengan menggunakan alat TDS meter. Cara
kerja alat ini adalah sampel air yang berada dalam gelas ukur diukur
menggunakan probe TDS meter. Pengukuran dilakukan sebelum pemurnian dan
setelah pemurnian air gambut. Hasil yang diperoleh merupakan nilai TDS air
gambut murni dan nilai TDS air gambut hasil pemurnian. (Rasidah, dkk., 2017) .
III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

B. Prosedur Kerja
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3. Jurnal pH, EC, dan TDS.

Power of Hydrogen (pH)

Electrical Conductivity
(EC)

Total Dissolve Solid


(TDS)
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Afrianita, R., Edwin, T., & Alawiyah, A. (2017). Analisis Intrusi Air Laut dengan
Pengukuran Total Dissolved Solids (TDS) Air Sumur Gali di Kecamatan
Padang Utara. Jurnal Dampak, 14(1), 62-72.

Azhari, A. S., Agustine, E., & Fitriani, D. (2017, October). Identifikasi Tingkat
Pencemaran Pada Lahan Pertanian Menggunakan Metode Kemagnetan
Batuan. In  Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) (Vol. 6, pp.
SNF2017-ERE).

HADIATNA, F., & SUSANA, R. (2019). Rancang Bangun Smart pH Meter


Sebagai Alat Ukur Pemantau Larutan Nutrisi. ELKOMIKA: Jurnal
Teknik Energi Elektrik, Teknik Telekomunikasi, & Teknik
Elektronika, 7(2), 404.

Mujadin, A., Astharini, D., & Samijayani, O. N. (2018). Prototipe Pengendalian


pH dan Elektro Konduktivitas Pada Cairan Nutrisi Tanaman
Hidroponik. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi, 4(1),
1-6.

Rasidah, R., Lapanporo, B. P., & Nurhasanah, N. (2017). Peningkatan Kualitas


Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode
Elektrokoagulasi. PRISMA FISIKA, 5(2).

Safrianti, I., Wahyuni, N., & Zaharah, T. A. (2012). Adsorpsi timbal (II) oleh
selulosa limbah jerami padi teraktivasi asam nitrat: pengaruh pH dan
waktu kontak. Jurnal Kimia Khatulistiwa, 1(1).

Sesanti, R. N., & User, S. (2016). Pertumbuhan dan Hasil Pakchoi (Brasicca rapa
L.) Pada Dua Sistem Hidroponik dan Empat Jenis Nutrisi. Inovasi
Pembangunan: Jurnal Kelitbangan, 4(01), 1-9.

Widyatmoko, H. (2011). Akurasi pH sebagai Parameter Tingkat


PencemaranLogam Berat dalam Tanah. Indonesian Journal of Urban
and Environmental Technology, 5(5), 173-178.

Wiono, A. (2014). Perancangan Dan Pembuatan Alat Ukur Konduktivitas Larutan


Berbasis Mikrokontroler. Inovasi Fisika Indonesia, 3(02).
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai