Anda di halaman 1dari 21

Makalah Kesehatan Reproduksi

Infeksi Menular Seksual (IMS) Gonore dan Sifilis

Dosen Pengampu :
Mizna Sabilla, SKM, MKM

DISUSUN OLEH :
Kelompok 8
Felda Febriyanti 2017710017
Nur’afdini Putri 2017710020
Diah Kusumawidiastani 2017710031
Hana Nabila 2017710036
Mitha Kustiana 2017710042
Hanum Fathiyah 2017710058

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang. Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga kami dapatmenyelesaikan penyusunan makalah Kesehatan Reproduksi
dengan judul “Infeksi Menular Seksual (IMS) Gonore dan Sifilis” tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Kesehatan
Reproduksi yang berjudul “Infeksi Menular Seksual (IMS) Gonore dan Sifilis”.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi bahasa maupun aspek lainnya.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun demi memperbaiki makalah ini agar dapat menjadi lebih baik lagi.
Dari penyusunan makalah yang sederhana ini, kami harapkan agar pembaca dapat
mengambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah selanjutnya.

Jakarta, September 2018

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI……………………………….…………………...……………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN……………………………….………………….…………….…… 3
1.1 Latar Belakang……………………………….…………………….………………… 3
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………..……………4
1.3 Tujuan……………………………….……………………………………………….. 4
BAB II PEMBAHASAN…………….…………………………………………………………..5
2.1 Infeksi Menular Seksual
2.1.1 Pengertian Infeksi Menular Seksual ....................................................................5
2.2 Gonore (Kencing Nanah)
2.2.1 Pengertian Gonore ...............................................................................................5
2.2.2 Penyebab Gonore ................................................................................................5
2.2.3 Gejala Gonore ......................................................................................................6
2.2.4 Pencegahan Gonore ..........................................................................................6-7
2.2.5 Penanggulangan Gonore .....................................................................................8
2.3 Sifilis (Raja Singa)
2.3.1 Pengertian Sifilis .................................................................................................8
2.3.2 Penyebab Sifilis ...................................................................................................8
2.3.3 Gejala Sifilis ........................................................................................................9
2.3.4 Pencegahan Sifilis ................................................................................................9
2.3.5 Penanggulangan Sifilis .........................................................................................9
2.4 Kelompok Perilaku Resiko Tinggi IMS (Gonore & Sifilis) …………………….……9
2.5 Data Gonore dan Sifilis ...............................................................................................10
2.6 Dalil yang Berkaitan dengan IMS ...............................................................................10
2.7 Analisis Kaitan Budaya dan Gender dalam IMS ……………………………………11
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………… 14
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………..…14
3.2 Saran………………………………………………………………...…………….....14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….………………19

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan berbagai infeksi yang dapat menular dari satu
orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Infeksi Menular Seksual (IMS) atau dapat
disebut juga sebagai Penyakit Menular Seksual (PMS) dapat disebabkan oleh virus, bakteri,
dan parasit. Beberapa penyakit menular seksual di antaranya yaitu gonore dan sifilis.
Biasanya orang yang sering berganti-ganti pasangan dan homo seksual lebih beresiko untuk
terkena penyakit tersebut.
Angka kejadian IMS paling tinggi tercatat ada pada bagian Asia Selatan dan Asia
Tenggara, lalu diikuti dengan Afrika bagian Sahara, Amerika Latin, dan Karibean.
Prevalensi IMS di negara berkembang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi IMS
di negara maju.
Data dari World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahunnya
terdapat sekitar 350 juta penderita baru IMS di negara-negara berkembang seperti di Afrika,
Asia, Asia Tenggara, dan Amerika Latin. Di negara-negara berkembang, infeksi dan
komplikasi dari IMS sebagai salah satu dari lima alasan utama tingginya angka kesakitan.
Pada tahun 2005, terdapat sekitar 318 juta kejadian IMS di dunia dengan perkiraan 9.430.000
kasus gonore dan 2,54 juta kasus sifilis.
Di Indonesia, IMS merupakan masalah kesehatan utama yang cukup serius tetapi sulit
diketahui insidens dan prevalensinya. Penelitian yang di lakukan di tujuh kota yang ada di
Indonesia pada tahun 2003 menujukkan hasil dari prevalensi gonore berkisar 16-43% (WPS
lokasi), dan 9-31% (WPS tempat hiburan), 28-50% (WPS jalanan). Sedangkan berdasarkan
data dari Kemenkes RI, penelitian mengenai sifilis di lakukan pada 23 Kabupaten/Kota di 11
Provinsi di Indonesia pada tahun 2011 yang menghasilkan bahwa prevalensi sifilis pada
Wanita Penjaja Seks Langsung (WPSL) sebesar 10%, Wanita Penjaja Seks Tidak Langsung
(WPSTL) sebesar 3%.

3
1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini dibuat dengan rumusan masalah yang terdiri dari:Faktor penyebab IMS
gonore dan sifilis, gejala-gejala yang timbul dari gonore dan sifilis,cara untuk mencegah dan
menanggulangi gonore dan sifilis, serta adakah kaitannya antara budaya dan gender dengan
Infeksi Menular Seksual (IMS)?

1.2 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui definisi dari IMS (Infeksi Menular
Seksual) gonore dan sifilis, mengetahui penyebab gonore dan sifilis, mengetahui gejala-
gejala yang dapat timbul dari gonore dan sifilis, akibat sifilis dan gonore, mengetahui cara
mencegah maupun menanggulangi gonore dan sifilis, serta dapat mengetahui kaitan antara
budaya dan gender terhadap IMS.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Infeksi Menular Seksual


2.1.1 Pengertian Infeksi Menular Seksual
Infeksi Menular Seksual (IMS) kini dikenal dengan Penyakit Menular Seksual
(PMS) yaitu penyakit atau infeksi yang umumnya ditularkan melalu hubungan seksual
yang tidak aman. Infeksi menular seksual sering disebut juga penyakit kelamin
(venereal disease) dan saat itu baru dikenal dengan penyakit sifilis dan gonore.

2.2 Gonore (Kencing Nanah)


2.2.1 Pengertian Gonore
Gonore atau kencing nanah adalah salah satu penyakit menular seksual yang
umum dan disebabkan oleh bakteri bernama Neisseria gonorrhoeae atau gonococcus.
Pria maupun wanita bisa terjangkit penyakit ini. Bakteri gonococcus biasanya
ditemukan pada cairan penis dan vagina dari orang yang terinfeksi.
2.2.2 Penyebab Gonore
Penyakit Gonore (GO) disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Bakteri
Neisseria gonorrhoeae merupakan bakteri diplokokus gram negatif yang bersifat aerob
dan memiliki bentuk yang seperti biji kopi. Albert Ludwig Siegmund Neisser seorang
berkebangsaan Jerman adalah orang yang pertama kali menemukan penyebab dari
penyakit gonore yaitu bakteri yang kemudian diberi nama Neisseria gonorrhoeae.
Bakteri tersebut memiliki ukuran sekitar 1,6 μm x 0,8 μm. Bakteri Neisseria
gonorrhoeae dapat tumbuh secara optimal pada kisaran suhu 35°C-37°C dan pH
sekitar 7,2- 7,6.
Bakteri yang menyebabkan gonore tersebut dapat tumbuh dan berkembang biak
dengan mudah di selaput lendir tubuh. Bakteri tersebut dapat tumbuh di organ yang
lembab dan hangat seperti saluran reproduksi, termasuk leher rahim, uterus (rahim),
tuba falopi, dan di uretra. Bahkan, bakteri tersebut juga bisa tumbuh di mulut,
tenggorokan, dan anus.

5
2.2.3 Gejala Gonore
Gejala Gonore dibedakan berdasarkan gender.
 Pria : - Timbul dalam 2-7 hari setelah infeksi
- Rasa tidak nyaman pada daerah saluran kencing
- Rasa nyeri ketika berkemih
- Keluarnya nanah saat buang air kecil
- Penderita sering berkemih
- Merasakan desakan berkemih
- Lubang penis merah dan bengkak
 Wanita : - Timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi

- Desakan untuk berkemih


- Nyeri ketika buang air kecil
- Keluarnya cairan putih dari vagina
- Demam

Komplikasi Gonore:
1. Pembengkakan dan nyeri persendian yang berpindah-pindah
2. Bintik-bintik merah yang berisi nanah dikulit
3. Infeksi leher rahim, rahum, saluran telur, indung telur
4. Faringitis gonocokal
5. Gonore pada usus bagian bawah
6. Konjungtivitas gonore pada bayi

2.2.4 Pencegahan Gonore

Pencegahan utama gonore adalah dengan tidak melakukan hubungan seks bebas
atau hanya melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang tidak terinfeksi
dengan memperhatikan hal-hal berikut ini:

 Selalu menggunakan pengaman ketika melakukan hubungan seks. 

Menggunakan kondom berbahan lateks dapat menurunkan resiko terkena infeksi


menular seksual, termasuk infeksi gonore. Selalu gunakan pengaman ketika
melakukan hubungan seksual untuk mencegah terjadinya infeksi.

 Selalu setia pada satu pasangan.

6
Setia hanya pada satu pasangan yaitu tidak berganti-ganti pasangan merupakan
cara terbaik untuk menghindari terinfeksi gonore dan infeksi menular seksual
lainnya.

 Pelajari sejarah seksual pasangan. 

Komunikasikan kepada pasangan tentang sejarah hubungan seksual Anda


sebelumnya dan juga sebaliknya, minta pasangan untuk terbuka soal sejarah
seksualnya. Apabila di masa lalu Anda dan pasangan memiliki riwayat melakukan
hubungan seksual berisiko tinggi, maka sebaiknya lakukan pemeriksaan dini untuk
mendeteksi kemungkinan adanya infeksi gonore.

 Minta pasangan untuk melakukan tes penyakit menular seksual. 

Cari tahu apakah pasangan sudah melakukan tes atau tengah mengidap penyakit
menular seksual termasuk gonore. Jika pasangan belum dites, sebaiknya minta
dirinya untuk melakukan tes dini untuk pencegahan.

 Pertimbangkan tes gonore secara berkala.

Tes gonore berkala setiap satu tahun sekali sangat direkomendasikan untuk wanita
di bawah umur 25 tahun yang sudah aktif secara seksual. Wanita yang berumur
lebih dari 25 tahun mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap infeksi sehingga
juga perlu melakukan tes berkala. Pria juga disarankan melakukan tes gonore,
terlebih untuk pria penyuka sesama jenis atau yang berganti-ganti pasangan.

Khusus bagi wanita, dapat melakukan beberapa metode pencegahan sebagai berikut :

 Hindari mencuci vagina dengan antiseptik kuat terlalu sering.

Mencuci vagina dengan antiseptik kuat dapat membunuh bakteri normal yang
ditemukan pada vagina. Akibatnya, perlindungan alami terhadap bakteri penyebab
infeksi menular seksual menjadi tidak ada.

7
 Bersihkan vagina dengan air dan sabun setelah melakukan aktivitas seksual.

Teknik ini bisa membantu untuk mengurangi parasit dan bakteri yang sudah
masuk ke vagina.

 Buang air kecil setelah melakukan aktivitas seksual.

Hal ini dapat membantu mengeluarkan bakteri yang mungkin saja sudah
memasuki saluran kencing.

 Lakukan pemeriksaan alat kelamin secara mandiri dan berkala.

Hal ini bertujuan untuk mengetahui segala macam gejala dan kelainan yang
timbul.

 Jangan melakukan hubungan seks dengan pasangan yang menunjukkan gejala


infeksi menular seksual.

Hindari melakukan hubungan seks dengan pasangan yang memiliki gejala terkena
gonore karena penyakit gonore dapat ditularkan kapan saja.

2.2.5 Penanggulangan Gonore


Cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi gonore yaitu dapat melalui
suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot), antibiotik peroral (melalui
mulut) selama satu minggu serta antibiotik dengan infus di rumah sakit jika terjadi
penyebaran di pembuluh darah.

2.3 Sifilis (Raja Singa)


2.3.1 Pengertian Sifilis
Sifilis atau raja singa adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri bernama
Treponema pallidum. Sifilis adalah salah satu infeksi menular seksual (IMS).
Umumnya, infeksi ini menyebar melalui hubungan seksual dengan orang yang
terinfeksi. Selain melalui hubungan intim, bakteri penyebab sifilis juga bisa menyebar
melalui cairan tubuh penderitanya, misalnya melalui darah.

8
2.3.2 Penyebab Sifilis
Penyakit Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum subspecies
pallidum. Sifilis dapat bertransmisi melalui kontak langsung dengan lesi yang
infeksius atau dapat juga melalui transmisi vertikal (jalur trans-plasenta) selama
kehamilan. Transmisi secara vertikal ini dapat terjadi pada setiap stadium kehamilan.
Tetapi resiko dari transmisi ini tergantung dari stadium sifilis itu sendiri.
Treponema Palidum merupakan penyakit menahun dengan tingkat keadaan
penyakit yang dengan mudah dapat menyerang seluruh organ tubuh. Mempunyai
periode laten tanpa manifestasi jaringan yang abnormal pada bagian tubuh dan dapat
ditularkan dari Ibu kepada janinnya. Sifilis dapat dibagi menjadi sifilis akuisita (di
dapat) dan sifilis kongenital. Sifilis akuisita dibagi menjadi 3 stadium sebagai berikut:
1) Stadium I : Erosi yang menjadi ulkus durum.
2) Stadium II : Dapat berupa roseola, kondiloma lata, bentuk varisela atau bentuk
plak mukosa atau alopesia.
3) Stadium III : Bersifat destruktif, berupa guma di kulit atau alat-alat dalam dan
kardiovaskuler serta neurosifilis.
Diagnosis di tegakan dengan diagnosis klinis akan di konfirmasi dengan
pemeriksaan labolatorium berupa pemeriksaan lapangan gelap (pemeriksaan
lapangan gelap, mikroskop fluorensi) menggunakan bagian dalam lesi guna
menemukan Treponema pallidum. Selain itu menggunkan penentuan antibody dalam
serum (tes menentukan antibody nonspesifik, tes menentukan antibody spesifik,
antibody terhadap kelompok antigen yaitu Reiter Protein Complement Fixation).
2.3.3. Gejala Sifilis
 Gejala sifilis tahap 1:
Gejala raja singa tahap pertama muncul 2-4 minggu setelah terjadi infeksi, dalam
bentuk luka yang tidak terasa sakit (chancre) di mana bakteri masuk ke dalam
tubuh. Luka jenis ini sering terasa pada alat kelamin tetapi juga dapat dilihat di
mulut atau anus jika bagian-bagian ini terlibat dalam aktivitas seksual dengan
orang yang terinfeksi. Umumnya, gejala ini akan sembuh dengan sendirinya dalam
kurun waktu 1 hingga 5 minggu.
 Gejala sifilis tahap 2:

9
Jika infeksi tidak diobati, gejala raja singa tahap dua dimulai sejak 6-12 minggu
kemudian. Ciri-ciri sifilis tahap 2 adalah demam, sakit kepala, nyeri sendi,
kehilangan nafsu makan, muncul ruam (kecil, benjolan bersisik merah pada penis,
vagina, atau mulut, terutama pada telapak tangan dan kaki), sakit tenggorokan,
kelenjar limpa membengkak (pada ketiak, pangkal paha, leher), serta kelelahan.
Tahap laten (tersembunyi) ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun tanpa
adanya gejala.
 Gejala sifilis tahap 3:
Tahap 3 dari gejala sifilis muncul 10 sampai 40 tahun setelah infeksi awal.
Cirinya adalah timbulnya kerusakan pada otak dan jantung, daya ingat menurun,
mengalami kelumpuhan, dan terjadi masalah pada keseimbangan tubuh.
Beberapa penderita yang sudah berada pada stadium dua atau tiga
mungkin tidak menunjukkan adanya gejala penyakit sipilis.

2.3.4 Pencegahan Sifilis


Dalam upaya untuk mencegah sifilis dapat dilakukan seperti berikut ini:
 Berhenti melakukan kontak seksual dalam jangka waktu lama.
 Memiliki satu pasangan tetap untuk melakukan hubungan seksual.
 Menghindari alkohol dan obat-obat terlarang.
 Membicarakan mengenai riwayat penyakit kelamin yang dialami bersama
pasangan.
 Menggunakan kondom bila berhubungan seksual dengan orang yang tidak
dikenal.

Hal lain yang juga harus di hindari adalah jangan berhubungan seksual secara
oral, maupun anal hingga pengobatan sifilis selesai dilakukan dengan siapa pun.
Sifilis juga bisa menular tanpa melalui hubungan seks. Penyakit ini bisa menular
melalui jarum suntik.

2.3.5 Penanggulangan Sifilis

10
Sifilis dapat diobati dengan cara medis seperti melalui suntik, operasi,
kemoterapi, atau pengobatan dosis tinggi. Selain melalui cara medis, sifilis juga
dapat diobati dengan cara alternatif yaitu menggunakan obat herbal.
2.4 Kelompok Perilaku Resiko Tinggi IMS (Gonore & Sifilis)
Berikut ini merupakan kelompok perilaku resiko tinggi untuk terkena Infeksi Menular
Seksual (IMS) Gonore dan Sifilis:
1. Usia
a. Pria usia 20-34 tahun
b. Wanita usia 16-24 tahun
2. PSK (Pekerja Seks Komersial)
3. Pecandu narkotika
4. Homo seksual

2.5 Data Gonore dan Sifilis


Data dari World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahunnya
terdapat sekitar 350 juta penderita baru IMS di negara-negara berkembang seperti di Afrika,
Asia, Asia Tenggara, dan Amerika Latin. Di negara-negara berkembang, infeksi dan
komplikasi dari IMS sebagai salah satu dari lima alasan utama tingginya angka kesakitan.
Pada tahun 2005, terdapat sekitar 318 juta kejadian IMS di dunia dengan perkiraan
9.430.000 kasus gonore dan 2,54 juta kasus sifilis.
Di Indonesia, IMS merupakan masalah kesehatan utama yang cukup serius tetapi sulit
diketahui insidens dan prevalensinya. Penelitian yang di lakukan di tujuh kota yang ada di
Indonesia pada tahun 2003 menujukkan hasil dari prevalensi gonore berkisar 16-43% (WPS
lokasi), dan 9-31% (WPS tempat hiburan), 28-50% (WPS jalanan). Sedangkan berdasarkan
data dari Kemenkes RI, penelitian mengenai sifilis di lakukan pada 23 Kabupaten/Kota di
11 Provinsi di Indonesia pada tahun 2011 yang menghasilkan bahwa prevalensi sifilis pada
Wanita Penjaja Seks Langsung (WPSL) sebesar 10%, Wanita Penjaja Seks Tidak Langsung
(WPSTL) sebesar 3%.

Untuk saat ini mungkin belum ada program pemerintah secara khusus untuk mencegah gonore
dan sifilis. Bahkan di pelayanan kesehatan seperti puskesmas pun belum ada program khusus

11
gonore dan sifilis, namun yang sudah ada yaitu program IMS, dimana IMS sendiri mencakup
lebih luas lagi sampai ke HIV/AIDS. Pemerintah dapat melakukan penyuluhan ke daerah-daerah
mengenai gonore dan sifilis.

2.6 Dalil yang Berkaitan dengan IMS


Allah SWT telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk menundukkan pandangan dan

menjaga kemaluan mereka yang mana sebagai sebab munculnya hasrat. Seperti pada ayat-ayat

Al-Qur’an, yang berbunyi :

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan


pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".(Qs. An Nur 30).

Dan jika hasrat sudah tidak dapat ditahan lagi maka sebaiknya menyegerakan untuk
menikah seperti pada ayat-ayat Al-Quran yang berbunyi :
Surat Ar-Rum 30:21

Dan juga terdapat dalam Surat Al-Isra: 32

12
2.7 Analisis Kaitan Budaya dan Gender dengan IMS
Budaya berasal dari bahasa sansakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi
yang berarti “budi” atau “akal”. Jadi, Koentjaraningrat mendefinisikan budaya sebagai “daya
budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta,
karsa, dan rasa itu. Jadi, Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang
mana pun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu yaitu bagian yang oleh
masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan.
Istilah gender diperkenalkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan perbedaan
perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan dan yang bersifat
bentukan budaya yang dipelajari dan disosialisasikan sejak kecil . Kata “gender‟ dapat
diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status dan tanggungjawab pada laki-laki dan
perempuan sebagai hasil dari bentukan (konstruksi) sosial budaya yang tertanam lewat
proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian gender adalah
hasil kesepakatan antar manusia yang tidak bersifat kodrati. Oleh karenanya gender
bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dan dari satu waktu ke waktu berikutnya. Gender
tidak bersifat kodrati, dapat berubah dan dapat dipertukarkan pada manusia satu ke manusia
lainnya tergantung waktu dan budaya setempat.
Hubungan budaya dengan gender sangat erat kaitannya, seperti pada salah satu suku
pedalaman di Indonesia yang mempunyai tradisi berbagi pasangan ketika sang istri sedang
hamil maka suaminya akan berhubungan sekskual dengan wanita lain terutama saudara
perempuan dari istri.
Kaitan budaya terhadap infeksi menular seksual yaitu salah satunya dapat dilihat dari
Negara Indonesia yang menganut budaya ketimuran kini sudah mulai mendapat pengaruh

13
besar dari budaya barat, dimana budaya barat terkesan lebih independen. Orang Indonesia
yang terpengaruh dengan budaya barat tentu akan mencontoh bagaimana orang-orang barat
berperilaku dalam kesehariannya, salah satunya seks bebas. Di dunia barat seks bebas
seakan sudah menjadi hal yang lazim untuk di lakukan bahkan pada usia remaja sekalipun.
Hal tersebut yang membawa pengaruh besar terhadap remaja di Indonesia.
Sedangkan kaitan gender dalam infeksi menular seksual ini yaitu gonore dan sifilis
diakibatkan oleh seks bebas. Terjadinya seks bebas diantara kedua orang misalnya orang
yang berpacaran melakukan hubungan seksual di luar pernikahan biasanya orang lain akan
menilai bahwa penyebabnya adalah wanita. Karena wanita dianggap sebagai pengundang
nafsu laki-laki.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan berbagai infeksi yang dapat menular dari satu
orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Infeksi Menular Seksual khususnya gonore
dan sifilis biasanya disebabkan oleh kuman, bakteri, virus dan hubungan seksual yang tidak
sehat. Infeksi Menular Seksual dapat dicegah dengan cara memeriksakan diri ke dokter,
memakai kondom saat berhubungan seksual, tidak berganti-ganti pasangan dan menjaga
kebersihan organ kelamin. Penularan infeksi menular seksual tidak hanya dapat terjadi pada
pasangan normal (laki-laki dan perempuan), tetapi penularan IMS khususnya gonore dan
sifilis ini juga dapat terjadi pada homoseksual.

14
3.2 Saran
Untuk orang yang sudah terkena penyakit menular seksual terutama gonore dan sifilis
sebaiknya untuk memeriksakan diri dan berobat secara rutin. Dan jika berhubungan seksual
disarankan untuk memakai kondom supaya tidak menular pada pasangan tetapi apabila
pasangan sudah timbul gejala penyakit tersebut disarankan untuk mememeriksakan diri
sekaligus, tidak hanya yang terkena gejalanya saja tetapi pasangannya pun juga karena
dikhawatirkan sudah tertular namun belum muncul gejalanya.

15
Tanya Jawab

1. Ragillya Idza (Kel 1): Bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah dalam menangani
kasus gonore dan sifilis?
Jawab: Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menangani gonore dan sifilis yaitu mungkin
dengan cara melakukan penyuluhan ke daerah-daerah mengenai IMS khususnya
gonore dan sifilis. Serta mulai berkoordinasi pada layanan kesehatan untuk
mengadakan program IMS khususnya gonore dan sifilis.

2. Fajar Pamungkas (Kel 2): Jika sudah terkena gonore, apakah bisa sembuh total?
Jangka waktunya berapa lama untuk dapat sembuh dari gonore?
Jawab: Penyakit gonore bisa disembuhkan secara total jika si penderita benar-benar telaten
untuk minum obat dan mematuhi instruksi serta pantangan yang diberitahu oleh
dokter. Gonore bisa disembuhkan dengan pemberian antibiotic suntik (Ceftriaxone)
maupun antibiotic minum (Azithromycin). Lama waktu penyakit gonore untuk bisa
disembuhkan biasanya tergantung sudah berapa lama si penderita mengidap gonore
sebelum didiagnosis dan tergantung dengan tingkat keparahannya (dilihat dari gejala
dan risiko komplikasinya).

3. Elsa Sylvania (Kel 3): Jika ibu hamil terkena gonore, lalu ketika ia melahirkan secara
normal ataupun cesar maka akan berpengaruh tidak terhadap bayinya? Apakah si bayi
juga akan tertular gonore dari ibunya atau tidak? Dan, jika terkena kenapa kenanya
pada mata bayi?
Jawab: Sangat berpengaruh dan terdapat perbedaan antara melahirkan normal dan cesar. Saat
si ibu melahirkan normal kan kepala bayi duluan yang keluar sehingga sangat
memungkinkan bahwa bayi tersebut dapat terkena gonore juga terlebih lagi kenanya
pada mata si bayi karena saat bayi tersebut lahir dengan cara normal yaitu nanahnya
tersebut bisa mengenai mata si bayi. Jadi, untuk lebih amannya disarankan dengan
cesar untuk mengurangi risiko pada bayi.

16
4. Fidiya Sukawuni Puteri (Kel 4): Di Indonesia, daerah mana yang tingkat gonorenya
paling tinggi? Dan alasannya kenapa?
Jawab: Daerah di Indonesia yang memiliki tingkat kasus gonorenya paling tinggi yaitu
Bandung. Karena sekarang di Bandung sudah banyak terdapat club-club malam,
sehingga untuk terjadinya gonore melalui seks bebas sangat tinggi.

5. Oswin Yohsa Ibrahim (Kel 5): Apakah kondom dapat menjadi solusi utama dalam
pencegahan IMS seperti gonore dan sifilis?
Jawab: Menurut kami, kondom tidak bisa dijadikan sebagai solusi utama dalam pencegahan
IMS khususnya gonore dan sifilis karena dengan melakukan seks bebas meskipun
menggunakan kondom itu sendiri masih dapat memungkinkan kondom tersebut untuk
robek atau bocor, sehingga penularan masih dapat terjadi. Jadi untuk solusi utama
dalam pencegahan gonore dan sifilis yaitu dengan tidak melakukan seks bebas.

6. Raja Nurlinda (Kel 6): Apakah ada gejala sifilis yang lebih spesifik?
Jawab:  Gejala sifilis tahap 1:
Gejala raja singa tahap pertama muncul 2-4 minggu setelah terjadi infeksi, dalam
bentuk luka yang tidak terasa sakit (chancre) di mana bakteri masuk ke dalam
tubuh. Luka jenis ini sering terasa pada alat kelamin tetapi juga dapat dilihat di
mulut atau anus jika bagian-bagian ini terlibat dalam aktivitas seksual dengan
orang yang terinfeksi. Umumnya, gejala ini akan sembuh dengan sendirinya
dalam kurun waktu 1 hingga 5 minggu.
 Gejala sifilis tahap 2:
Jika infeksi tidak diobati, gejala raja singa tahap dua dimulai sejak 6-12 minggu
kemudian. Ciri-ciri sifilis tahap 2 adalah demam, sakit kepala, nyeri sendi,
kehilangan nafsu makan, muncul ruam (kecil, benjolan bersisik merah pada penis,
vagina, atau mulut, terutama pada telapak tangan dan kaki), sakit tenggorokan,
kelenjar limpa membengkak (pada ketiak, pangkal paha, leher), serta kelelahan.
Tahap laten (tersembunyi) ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun tanpa
adanya gejala.

17
 Gejala sifilis tahap 3:
Tahap 3 dari gejala sifilis muncul 10 sampai 40 tahun setelah infeksi awal.
Cirinya adalah timbulnya kerusakan pada otak dan jantung, daya ingat menurun,
mengalami kelumpuhan, dan terjadi masalah pada keseimbangan tubuh.

7. Vira Septyaningsih (Kel 7): Mengapa orang yang homoseksual bisa terkena sifilis?
Jawab: Karena biasanya homoseksual dapat berganti-ganti pasangan untuk melakukan
hubungan seksual (seks bebas) sehingga sangat memungkinkan homoseksual dapat terkena
sifilis. Dan, homoseksual itu kan dapat melakukan hubungan seksual melalui anal dan oral.
Apabila salah satunya memiliki riwayat penyakit sifilis, maka pasangannya pun akan tertular.

8. Lailatul Mafthuha (Kel 9): Apakah semprotan di toilet bisa mencegah penularan sifilis?
Jawab: Sebenarnya semprotan di toilet tidak bisa untuk mencegah penularan sifilis. Menurut
kami, fungsi semprotan di toilet tersebut hanya bisa untuk membersihkan sementara
tetapi tidak bisa untuk membunuh bakteri dengan tujuan mencegah penularan sifilis.
Jadi satu-satunya cara untuk mencegah penularan sifilis yaitu dengan cara tidak
melakukan seks bebas ataupun melakukan hubungan seks dengan pasangan yang
sudah positif terkena sifilis.

9. Rizka Afrianita (Kel 10): Bagaimana cara penularan gonore atau sifilis oleh orang yang
homoseksual?
Jawab: Untuk orang yang homoseksual cara penularan gonore atau sifilis ini sendiri dapat dari
hubungan seks melalui anal (dubur) maupun oral (mulut) yang kemudian luka
sehingga terjadi penularan gonore maupun sifilis. Karena untuk pasangan yang
homoseksual kan alat kelaminnya sama, jadi mereka hanya dapat melakukan
hubungan seksual melalui anal dan oral.

18
10. Claudia Fajriyanti (Kel 11): Mengapa pecandu narkotika dikatakan sebagai salah satu
perilaku risiko tinggi terkena IMS?
Jawab: Karena untuk narkotika sendiri juga ada yang jenisnya melalui suntikan, sehingga
jika salah satu penggunanya terkena penyakit IMS dapat menularkan melalui jarum
suntik yang dipakai secara bersama-sama.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Mahmudah U, Cahyati WH, Wahyuningsih AS. Jurnal Kesehatan Masyarakat. J Kesehat


Masy. 2013;8(2):113–20.

2. Puspita L. INFEKSI MENULAR SEKSUAL PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL.


2017;2(1):31–44.

3. Infeksi K, Seksual M, Pada IMS. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN WANITA PEKERJA SEKSUAL ( WPS ) USIA 20-24 TAHUN DI. 2014;

4. No Title. 2010;1–4.

5. Departemen M, Fkm E, Departemen D, Fkm E, Jl USU, No U, et al. Mahasiswa


Departemen Epidemiologi FKM USU 2 Dosen Departemen Epidemiologi FKM USU Jl.
Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155. 2013;

6. Ii BAB, Pustaka T. 10 2.1.2. :7–20.

7. Thungady E. Pengobatan terbaru pada sifilis. 2016;(November).

8. Ii BAB, Pustaka T. No Title. 1998;

9. 1 , 2 , 2 1. 2012;1–8.

10. Puspitawati S, Gender H, Konsep K. KONSEP , TEORI DAN ANALISIS GENDER


Oleh : Herien Puspitawati Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi
Manusia- Institut Pertanian Bogor Indonesia . PT IPB Press . Bogor . 2013;4:1–13.

20

Anda mungkin juga menyukai