Anda di halaman 1dari 50

BAB II

KERANGKA BERFIKIR DAN METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Kajian Teori

A. Konsep Rumah Sakit

1. Pengertian Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun

2009 pasal 1 tentang Rumah Sakit.

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.
Menurut PerMenKes Nomor 159b/MEN.KES/PER/II/1988,

“Rumah Sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan

kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk

pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian”.

Berdasarkan bentuk pelayanannya, Rumah Sakit dapat

dibedakan :

a. Rumah Sakit Umum.

b. Rumah Sakit Khusus.

2. Tugas Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Pasal 4 Tentang

Tugas Rumah Sakit yang berbunyikan” rumah sakit mempunyai tugas

memberika pelayanan secara paripurna”

7
8

3. Fungsi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Pasal 5 Tentang

Fungsi Rumah Sakit,sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, rumah

sakit mempunyai fungsi ,diantaranya:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga

sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia

dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian

Pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang

kesehatan.

4. Tujuan Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Pasal 3,Tentang

Tujuan Rumah Sakit,diantaranya:

a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan.
9

b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,

masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di

rumah sakit.

c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan

rumah sakit.

d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber

daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.

5. Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut Permenkes No.340 Tahun 2010 Klasifikasi Rumah

Sakit adalah, sebagai berikut:

a. Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah sakit umum kelas A harus memiliki fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 pelayanan medik

spesialis dasar,5 pelayanan medik spesialis penunjang medik,12

pelayanan medik spesialis lain,dan 13 pelayanan medik

subspesialis. Kreteria,fasilitas, dan kemampuan rumah sakit umum

kelas A meliputi :

1) Pelayanan medik umum

2) Pelayanan gawat darurat

3) Pelayanan medik spesialis dasar

4) Pelayanan spesialis penunjang medik

5) Pelayana medik spesialis lain

6) Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut


10

7) Pelayanan keperawatan dan kebidanan

8) Pelayanan penunjang klinik,dan

9) Pelayanan non klinik

b. Rumah Sakit Kelas B

Rumah sakit kelas B harus memiliki fasilitas kemampuan

pelayana medis paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar,4

pelayanan medik spesialis penunjang medik, 8 pelayanan medik

spesialis lain,dan 2 pelayanan medik subspesialis. Kreteria,fasilitas,

dan kemampuan rumah sakit umum kelas B meliputi :

1) Pelayanan medik umum

2) Pelayana gawat darurat

3) Pelayanan medik spesialis dasar

4) Pelayaanan spesialis penunjang medik

5) Pelayanan medik spesialis lain

6) Pelayanan spesialis gigi dan mulut

7) Pelayanan keperawatan dan kebidanan

8) Pelayanan penunjang klinik,dan non klinik

c. Rumah Sakit Kelas C

Rumah sakit kelas C harus memiliki fasilitas kemampuan

pelayana medis paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar,

dan 4 pelayanan medik spesialis penunjang medik.

Kreteria,fasilitas, dan kemampuan rumah sakit umum kelas C

meliputi :
11

1) Pelayanan medik umum

2) Pelayana gawat darurat

3) Pelayanan medik spesialis dasar

4) Pelayaanan spesialis penunjang medik

5) Pelayanan spesialis gigi dan mulut

6) Pelayanan keperawatan dan kebidanan

7) Pelayanan penunjang klinik,dan non klinik

d. Rumah Sakit Kelas D

Rumah sakit kelas C harus memiliki fasilitas kemampuan

pelayana medis paling sedikit 2 pelayanan medik spesialis dasar,

Kreteria,fasilitas, dan kemampuan rumah sakit umum kelas C

meliputi :

1) Pelayanan medis umum

2) Pelayanan gawat darurat

3) Pelayanan medis spesialis dasar

4) Pelayanan keperawatan dan kebidanan

5) Pelayanan penunjang klinik dan non klinik

e. Rumah Sakit Khusus

Jenis rumah sakit khusus antara lain: rumah sakit khusus ibu

dan anak,rumah sakit khusus jantung, rumah sakit khusus paru,

rumah sakit khusus gigi dan mulut, rumah sakit khusus mata,

rumah sakit khusus kusta,rumah sakit khusus kejiwaan, rumah

sakit khusus THT.


12

6. Rumah Sakit Khusus Gigi Dan Mulut

Menurut Permenkes RI No. 1173/ Menkes/PER /X/2004,

Tentang Rumah Sakit Gigi Dan Mulut (RSGM) pasal 1 ayat (1).

sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan


kesehatan gigi dan mulut perorangan atau pengobatan dan pemulihan
tanpa mengabaikan pelayanan peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit yang dilaksanakan melalui pelayana rawat jalan, gawat
darurat dan elayanan tindakan medis.

a. Tugas RSGM

Menurut Permenkes RI No. 1173/ Menkes/PER /X/2004, Pasal

7 Menerangkan Tugas RSGM adalah melaksanakan pelayanan

kesehatan gigi dan mulut dengan mengutamakan kegiatan

pengobatan dan pemulihan pasien yang dilaksanakan secara

terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta

melaksanakan upaya rujukan.

b. Fungsi RSGM

Menurut Permenkes RI No. 1173/ Menkes/PER /X/2004, Pasal

8 Ayat (1), Fungsi RSGM adalah untuk menyelanggarakan:

1) Pelayanan medik gigi dasar, spesialistik, dan sub spesialistik

2) Pelayana penunjang

3) Pelayananan rujukan

4) Pelayanan gawat darurat kesehatan gigi dan mulut

5) Pendidikan

6) Penelitian dan pengembangan


13

Ayat (2) pelayanan penunjang sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) meliputi:

1) Pelayanan kefarmasian.

2) Pelayan laboraturium yang meliputi laboraturium klinik

dan laboraturium teknik gigi.

3) Pelayanan radiologi gigi.

4) Pelayanan anastesi gigi.

c. Kewajiban RSGM

Pada pasal 13 ayat (1) berisikan setiap RSGM dalam

memberikan pelayanan harus mempunyai kewajiban, diantaranya:

1) Melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan

RSGM dan standar profesi kedokteran gigi yang ditetapkan.

2) Memberikan pertolongan pertama kepada pasien gawat darurat

tanpa memungut biaya pelayanan terlebih dahulu.

3) Menyelenggarakan pelayanan selama 24 (dua puluh empat)jam.

4) Melaksanakan fungsi rujukan

d. Tenaga Pelayanan RSGM

menurut pasal 11 ayat 1, RSGM harus mempunyai tenaga

pelayanan yang meliputi:

1) tenaga medis kedokteran gigi

meliputi:

1. Dokter gigi

2. Dokter spesialis yang meliputi:


14

a. Bedah mulut

b. Meratakan gigi(orthodonsi)

c. Penguat gigi(konservasi)

d. Gigi tiruan( prostodonsi)

e. Kedokteran gigi anak( pedodonsi)

f. Penyakit gigi(periodonsi)

g. Penyakit mulut

2) Dokter spesialis lainnya:

1. Dokter dengan pelatihan PPGD

2. Dokter anastesi

3. Dokter penyakit dalam

4. Dokter spesialis anak.

3) Tenaga keperawatan

1. Perawat gigi

2. Perawat

4) Tenaga kefarmasian

1. Apoteker

2. Asisten apoteker

3. Analisi farmasi

5) Tenaga keteknisian medis:

1. Radiografer

2. Teknisi gigi

3. Analisis kesehatan
15

4. Perekam medis

6) Tenaga non kesehatan:

1. Administrasi

2. Petugas kebersihan

B. Konsep Rekam Medis

1. Pengertian Rekam Medis

Menurut Direktorat jendral bina pelayanan medik (2006:11):

Rekam Medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun


yang terekam tentang identitas,anamnesa,pemeriksaan fisik
laboraturium,diagnosis,serta segala pelayanan dan tindakan medis
yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat
inap,rawat jalan,maupun yang mendapat pelayanan gawat darurat.

Menurut Permekes RI No.269 /MENKES /PER/III /2008

Tentang Rekam Medis,menjelaskan bahwa Rekam Medis adalah

berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang

pasien,pemeriksaan ,pengobatan,tindakan,dan pelayanan lain yang

telah diberikan kepada pasien.Catatan merupakan tulisan-tulisan yang

dibuat oleh dokter atau dokter gigi mengenai tindakan –tindakan yang

dilakukan kepada pasien dalam rangka pelayanan kesehatan.Bentuk

rekam medis dalam berupa manual yaitu tertulis lengkap dan jelas dan

dalam elektronik sesuai ketentuan.

Rekam Medis terdiri dari catatan-catatan data pasien yang

dilakukan dalam pelayanan kesehatan. catatan-catatan tersebut sangat

penting untuk pelayanan bagi pasien karena dengan data yang lengkap

dapat memberikan informasi dalam menentukan keputusan baik


16

pengobatan,penanganan,tindakan medis dan lainnya. dokter atau

dokter gigi diwajibkan mengisi rekam medis sesuai aturan yang

berlaku.

Menurut Gemala R Hatta(2011:23), “Rekam Medis

dirumuskan sebagai kumpulan segala kegiatan yang dilakukan oleh

para pelayan kesehatan yang ditulis ,digambarkan,atas aktivitas

terhadap pasien”.

2. Tujuan Rekam Medis

Menurut Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik (2006:13),

tujuan dibuatnya rekam medis yaitu “untuk menunjang tercapainya

tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan

kesehatan di Rumah Sakit”.

3. Kegunaan Rekam Medis

Menurut Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik (2006:13),

tentang kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa

aspek,diantarany:

a. Aspek Administrasi

Di dalam berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi,karena

isinya menyangkut tindakan bedasarkan wewenang dan tanggung

jawab sebagi tenaga medis dan paramedis dalam mencapai

pelayanan kesehatan.
17

b. Aspek Medis

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis karena catatan

tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan

pengobatan/perawatan yang harus dberikan kepada seorang pasien.

c. Aspek Hukum

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum karena isinya

menyangkut maslah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar

keadilan,dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan

bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan.

d. Aspek Keuangan

Suaru rekam medis mempunyai nilai uang karena isinya

mengandung data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai

aspek keuangan.

e. Aspek Penelitian

Suatu rekam medis mempunayai nilai penelitian karena isinya

menyangkut data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek

penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang

kesehatan.

f. Aspek Pendidikan

Suatu rekam medis mempunyai nilai pendidikan ,karena isinya

menyangkut data/informasi tentang perkembangan kronologis dan

kegiatan pelayanan medik yan diberikan kepada pasien. Informasi


18

tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan /referensi pengajaran

profesi si pemakai.

g. Aspek Dokumentasi

Suatu rekam medis mempunyai nilai karena isinya menyangkut

sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai

bahan pertanggung jawaban dan laporan rumah sakit.

4. Isi Rekam Medis

Menurut PERMEKES RI No.269 /MENKES /PER/III /2008

Tentang Rekam Medis pasal 2 ayat satu(1) menenai isi rekam medis

”Rekam Medis harus dibuat secara tertulis,lengkap dan jelas atau

secara elektronik.”

Dalam Undang-Undang No.29 Tahun 2004 Pasal 1 Tentang

Praktik Kedokteran menjelaskan bahwa :

Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah


kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan
baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter
gigi.
Setiap pelayanan baik pelayana pasien rawat jalan , rawat inap

dan gawat darurat dapat membuat rekam medis dengan data-data.

Data-data yang harus dimasukkan dalam rekam medis dibedakan

untuk pasien yang diperiksa di unit rawat jalan,rawat inap dan gawat

darurat,sebagai berikut:
19

a. Rekam Medis Pasien Rawat Jalan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(2005:806):“Rawat

jalan (ambulatory)adalah pelayaanan kedokteran yang disediakan

untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap(hospitalization)”.

Data pasien rawat jalan yang dimasukkan dalam rekam

medis menurut Permenkes Nomor :269/MENKES/PER/III/2008,

pasal 3 ayat 1 sekurang-kurangnya memuat:

1) Identitas pasien .

2) Tanggal dan waktu.

3) Anamnesis(sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat

penyakit).

4) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis.

5) Diagnosis.

6) Rencana penatakasanaan.

7) Pengobatan dan atau tindakan.

8) Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

9) Untuk kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.

10) Persetujuan tindakan bila perlu.

b. Rekam Medis Pasien Rawat Inap

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(2005:935):

“Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses

perawatan pasien dimana pasien diinapkan di rumah sakit”.


20

Data pasien rawat inap yang dimasukkan dalam rekam

medis menurut Permenkes Nomor :269/MENKES/PER/III/2008,

pasal 3 ayat 2 sekurang-kurangnya memuat:

1) Identitas pasien.

2) Tanggal dan waktu.

3) Hasil amnamnesis, mengcangkup sekurang-kurangnya

keluhan dan riwayat penyakit.

4) Haisl pemeriksaan fisik dan penunjang medic.

5) Diagnosis.

6) Rencana penatalaksanaan.

7) Pengobatan dan atau tindakan.

8) Persetujuan tindakan bila diperlukan.

9) Catatan observai klinis dan hasil pengobatan.

10) Ringkasan pulang.

11) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga

kesehatan tertentu yang emmberikan pelayanan kesehatan.

12) Pelayaana lain yang dilakuakn oleh tenaga kesehatan

tertentu.

c. Rekam Medis Pasien Gawat Darurat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(2005:406):

Instalasi gawat darurat atau (IGD) ialah pertolongan


pertama pada kasus penyakit yang tergolong emergency (keadaan
darurat),dengan melakukan diagnosis dan pengobatan pada
penyakit akut dan cedera yang memerlukan tindakan segera.
21

Data pasien gawat darurat yang dimasukkan dalam rekam

medis menurut Permenkes Nomor :269/MENKES/PER/III/2008,

pasal 3 ayat (3) sekurang-kurangnya memuat:

1) Identitas pasien.

2) Kondisi saat pasien tiba di rumah sakit.

3) Identitas pengantar.

4) Tanggal dan waktu.

5) Hasil amnamnesis, sekuarang-kuarangnya mencangkup

keluahan dan riwayat penyakit serta diagnosis.

6) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis

7) Pengobatan dan atau tindakan.

8) Ringkasan kondisi pasien sebelum meningalkan pelayanan

di unit gawat darurat dan rencana tindak lanjut.

9) Nama dan tanda tangan dokter,dokter gigi atau tenaga

kesehatan tertentu yang memberi pelayanan kesehatan.

5. Manfaat Rekam Medis

PERMENKES RI NO.269/MENKES/PER/III/2008 menyebutkan

bahwa rekam medis memiliki 5 manfaat yaitu:

a. Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien

b. Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum

c. Sebagai bahan untuk kepentingan penelitian

d. Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan

e. Sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan


22

6. Dasar Hukum Rekam Medis

a. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2004 Tentang Kesehatan.

b. Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik

Kedokteran.

c. Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1996 Tentang Tenaga

Kesehatan (Bab II Pasal 2).

d. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1996 Tentang Wajib Simpan

Rahasia Kedokteran .

e. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.749a/Menkes/Per/XIII/1989

Tentang Rekam Medis /Medical Records. Sejak 12 Maret 2008

Diganti Dengan Permenkes No. 269/Menkes/Per/III/2008 Tentang

Rekam Medis.

f. SK. Menteri Kesehatan No.034 Tahun 1972 Tentang Perencanaan

Dan Pemeliharaan Rumah Sakit.

g. Pedoman Penyelenggaraan Prosedur Medis Di Rumah Sakit.

7. Kegiatan Rekam Medis

Menurut Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik(2006:6)

mengenai kegiatan rekam medis meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Penerimaaan Pasien

Penerimaan pasien dilakukan pada pasien baru dan pasien

lama, baik iru rawat jalan,rawat inap, ataupun gawat darurat. Di

tempat pendaftaran dilakukan pencatatan tentang identitas pasien.


23

b. Perekaman Kegiatan Pelayanan Medis

Penanggung jawab pengisisan berkas medis Menurut

Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik(2006:35) adalah sebagai

berikut:

1) Dokter umum, dokter spesialis dan dokter gigi yang melayani

pasien di rumah sakit.

2) Dokter tamu yang melayani pasien di rumah sakit.

3) Residen yang melakukan penitraan klinik.

4) Tenaga paramedis dan tenaga paramedis non perawatan.

c. Pengelolaan Data Rekam Medis

Menurut Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik(2006:35)

terdiri dari:

1) Perakitan rekam medis(assembling)

Suatu kegiatan merakit, menyusun formulir-formulir rekam

medis yang kososng dan menyimpannya ke sampyl rekam

medis,sehingga rekam medis tersebut siap digunakan ,tertata

rapi baik dari segi kualitas maupun dari segi kualitas.

2) Pemberian kode(coding)

Pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf atau

angka atau kombinasi huruf dalam angka yang mewakili

komponen data. Kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang

ada di dalam rekam medis harus diberi kode dan selanjutnya di

indeks agar memudahkan pelayana pada penyajian informasi


24

untuk menunjang fungsi perencanaan,manajemen, dan riset

bidang kesehatan.

3) Tabulasi(indexing)

Membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah dibuat ke

dalam indeks-indeks(dapat menggunankan kartu indek atau

dengan komputerisasi).

d. Penyimpanan Rekam Medis

Menurut Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik(2006:35)

ketentuan pokok yang harus ditaati di tempat penyimpanan adalah:

1) Tidak satupun rekam medis boleh keluar dari ruangan rekam

medis tanpa kartu peminjaman/kartu keluar. Peratuaran ini

tidak hanya berlaku bagi orang-orang di luar rekam medis

tetapi juga berlaku bagi orang-orang rekam medis.

2) Seorang yang menerima /meminjam rekam medis berkewajiban

untuk mengembalikan dalam keadaan baik dan tepat waktu .

harus dibuat ketentuan berapa lama jangka waktu satu rekam

medis diperbolehkan tidak berada di tempat rak penyimpanan.

3) Rekam medis tidak dibenarkan diambil dari rumah sakit

kecuali permintaan pengadilan.

4) Dokter-dokter atau pegawai rumah sakit diperbolehkan

membawa berkas rekam medis ke ruangan kerjanya selama jam

kerja, dan berkas rekam medisnya harus dikembalikan keruang

rekam medis pada akhir jam kerja.


25

e. Pelaporan Rumah Sakit

Menurut Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik(2006:65)

pelaporan rumah sakit merupakan suatu alat organisasi yang

bertujuan untuk dapat menghasilkan laporan secra tepat,tepat, dan

akurat. Secara garis besar jenis pelaporan rumah sakit terbagi

menjadi dua kelompok yaitu laporan ekstern dan laporan intern

rumah sakit.

8. Alur Rekam Medis Pasien Rawat Jalan

Alur rekam medis pasien rawat jalan Menurut Direktorat

Jendral Bina Pelayanan Medik(2006:37) diantaranya sebagai berikut:

a. Pasien mendaftar ke tempat pendaftaran rawat jalan (TPP RJ).

b. Apabila pasien baru: pasien mengisi formulir pendaftaran pasien

baru yang telah disediakan.

c. Apabila pasien lama( pasien yang pernah berobat sebelumnya):

pasien menyerahkan kartu pasien(kartu berobat) kepada petugas di

TTPRJ.

d. Di TTP :

1) Untuk pasien baru ,petugas TTPRJ terlebih dahulu menginput

identitas sosial dan uantuk pasien lama pentuga menginput data

anatara lain:

a) Nama pasien.

b) Nomor rekam medis.

c) Nomor registrasi.
26

d) Poliklinik yang dituju.

e) Keluhan yang dialami.

2) Petugas TPP membuat kartu berobat ( kartu pasien)untuk

diberikan kepada pasien baru yanh harus dibawa apabila pasien

tersebut berobat ulang.

3) Untuk pasien baru , petugas TTPRJ akan menyiapkan berkas

rekam medis pasien baru.

4) Bagi pasien kunjungan ulang atau pasien lama, harus

memperlihatkan kartu berobat kepada petugas penerimaan

pasien. Selanjutnya petugas akan menyiapkan berkas rekam

medis pasien lama tersebut.

5) Apabila lupa membawa kartu berobat maka berkas rekam

medis pasien lama dapat ditemukan dengan mengetahui nomor

rekam medis pasien melalui pencarian di KIUP atau pada

rumah sakit yang telah menggunakan komputerisi dengan

mudah Nomor pasien dapat ditemukan melalui pencarian

databese.

e. Berkas rekam medis pasien dikirimkan ke poliklinik oleh petuga

rekam medis yang telah diberi kewenangan untuk membawa

berkas rekam medis pasien.

f. Petugas poliklinik mencatat pada buku register pasien rawat jalan

poloklinik anatara lain: tanggal kunjungan, nama pasien, nomor


27

rekam medis, jenis kunjungan,tindakan/pelayanaan yang

diberikasn,dan sebagainya.

g. Dokter pemeriksa harus mencatat riwayat penyakit ,hasil

pemeriksaan ,diagnosis,terapi yang ada relevansinya dengan

penyakitnya pada kartu/lembaran rekam medis (catatan dokter

poliklinik).

h. Petugas di poliklinik (perawat /bidan) membuat laporan

rekapitulasi harian pasien rawat jalan.

i. Setelah pemberian pelayanaan kesehatan dipoliklinik selesai

dilaksanakan ,petgas poliklinik mengirimkan seluruh berkas medis

pasien rawat jalan berikut rekapitulasi harian pasien rawat jalan ke

instalasi rekam medis paling lambat 1jam sebelumn berakhir jam

kerja.

j. Petugas instalasi rekam medis mengolah rekam medis yang sudah

lengkap, dimasukkan ke dalam kartu indeks penyakit, kartu indeks

operasi dan sebagaianya sesuai dengan penyakitnya.

k. Petugas instalasi rekam medis membuat rekapitulasi setiap akhir

bulan,untuk membuat laporan dan statistik rumah sakit.

l. Berkas rekam medis pasien disimpan bedasarkan nomor rekam

medisnya(apabila menganut sistem desentralisasi) kemudian

disimpan ke rak penyimpanan.


28

C. Konsep Pasien Rawat Jalan

1. Pengertian Pasien

Menurut Permenkes No. 269/Menkes/Per/III/2008

pasien adalah setiap orang yang melakuakan konsultasi masalah


kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan
baik secara langsung maupun secara tidak langsung kepada dokter atau
dokter gigi.

2. Pengertian Rawat Jalan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(2005:806):“Rawat jalan

(ambulatory)adalah pelayaanan kedokteran yang disediakan untuk

pasien tidak dalam bentuk rawat inap(hospitalization)”.

D. Konsep Kodifikasi(Coding)

1. Pengertian Kodifikasi (Coding)

Pengertian koding Menurut Direktorat Jendral Bina Pelayanan

Medik(2006:59) adalah “pemberian penetapan kode dengan

mengguankan huruf atau angka atau kombinasi huruf dalam angka

yang mewakili komponen data”. Kegiatan dan tindakan serta diagnosis

yang ada didalam rekam medis harus diberi kode selanjutnya di indeks

agar memudahkan pelayanan pada penyajian informasi untuk

menunjang fungsi perencaaan,manajemen, dan riset dibidang

kesehatan.

Kode klasifikasi penyakit oleh WHO(World Health

Organization) bertujuanu ntuk menyeragamkan nama dan golongan

penyakit,cedera,gejala dan faktor yang mempengaruhi kesehatan.


29

Sejak tahun 1993 WHO mengharuskan negara anggotanya termasuk

indonesia menggunakan kalsifikasi penyakit revisi 10,

(ICD-10, Internasional Statistical Classification Of Disease And

Related Health Problems,Tenth Revision).

Kecepatan dan ketepatan pemberian kode dari suatu diagnosis

sangat tergantung kepada pelaksana yang menangani berkas rekam

medis tersebut seperti: tenaga medis dalam menetapkan diagnosis,

tenaga tekam medis sebagai pemberi kode,dan tenaga kesehatan

lainnya.

2. Tujuan Kodifikasi (Coding)

Menurut WHO (2004:3), kodifikasi bertujuan untuk

menyeragamkan nama dan golongan penyakit,cedera, gejala, dan

faktor yang mempengaruhi kesehatan.

Pemberian kode prosedur atau tindakan disepakati dengan

menggunakan ICD-9 CM(International Classification Disease Ninth

Edition Clinical Modification) sedangkan untuk mengkode diagnosis

penyakit disepakati dengan mengguankan ICD-10 (Internasional

Statistical Classification Of Disease And Related Health

Problems,Tenth Revision) .
30

E. Konsep ICD-10(Internasional Statistical Classification Of Disease And

Related Health Problems,Tenth Revision)

1. Pengertian ICD-10

Menurut WHO(2004:1),dijelaskan bahwa ICD-10 merupakan

singkatan dari Internasional Statistical Classification Of Disease And

Related Health Problems,Tenth Revision yang merupakan buku

pedoman revisi kesepuluh klasifikasi penyakit yang digunakan secara

internasional yang disusun bedasarkan sistem kategori dan

dikelompokkan dalam satuan penyakit menurut kreteria yang telah

disepakati pakar internasional.

2. Fungsi ICD-10

Sebagaimana dikemukanan oleh Gemala Hatta(2011:134)

fungsi ICD-10 adalah sebgai sistem klasifikasi penyakit dan masalah

terkait kesehatan digunakan untuk kepentingan informasi statistik

morbiditas dan mortalitas. Penerapan pengkodean sistem ICD-10

digunakan sebagai berikut:

a. Mengindeks pencatatan penyakit dan tindakan disarana pelayanan

kesehatan.

b. Masukan bagi sistem pelaporan diagnosis medis, bahan dasar

dalam pengelompokan INA CBG’s(Indonesia Case Base Groups)

untuk sistem penagihan biaya pelayanan.

c. Pelaporan nasional dan internasional morbiditas dan mortalitas.


31

3. Struktur ICD-10

Menurut gemala hatta(2011:135), dalam ICD-10 terdiri dari 3

volume yang terdiri dari:

a. Volume 1 terdiri atas:

1) Pengantar.

2) Pernyataan.

3) Pusat-pusat kolaborasi WHO untuk klasifikasi penyakit.

4) Laporan Konferensi Internasional yang menyetujui revisi

mengenai ICD-10

5) Daftar kategori tiga karakter.

6) Daftar tabulasi penyakit dan daftar kategori termasuk sub

kategori empat karakter.

7) Daftar morfologi.

8) Daftar tabulasi khusus morbiditas dan mortalitas.

9) Definisi-definisi.

10) Regulasi-regulasi nomenklatur.

b. Volume 2 Terdiri Atas:

Buku ICD volume 2 merupakan buku petunjuk penggunaan

ICD-10 yang berisikan:

1) Pengantar.

2) Penjelasan tentang ICD(Internasional Statistical Classification

Of Disease And Related Health Problems).

3) Cara menggunakan ICD-10.


32

4) Aturan dan petunjuk pengkodean morbiditas dan mortalitas.

c. Volume 3, Terdiri Atas:

ICD-10 disebut juga Alphabetical Index (indek abjad) yang

terdiri dari:

1) Susunan indeks secar umum.

2) Seksi I: indek abjad penyakit,bentuk cedera.

3) Seksi II: penyebab luar penyakit.

4) Seksi III: tabel obat dan zat kimia.

5) Perbaikan terhadap volume 1 ,2,3


33

Tabel 2.1

ICD-10 (Bab Alfabet ICD)

BAB ALFABET KETERANGAN

I A00-B99 Penyakit-Penyakit Parasitik Dan Infeksi Tertentu

II C00-D48 Neoplasma Ganas ,Neoplasma In Situ Dan Jinak

III D50-D89 Penyakit Darah Dan Organ Pembentuk Darah

IV E00-E90 Penyakit Endokrin ,Nutrisi,Dan Metabolik

V F00-F99 Penyakit Mental Dan Perilaku

VI G00-G99 Penyakit Sistem Saraf

VII H00-H59 Penyakit Mata Dan Organ Mata

VIII H60-H95 Penyakit Telinga Dan Prosesus Mastoid

IX I00-I99 Penyakit Sistem Sirkulasi

V J00-J99 Penyakit Sistem Pernafasan

XI K00-K93 Penyakit Sistem Cerna(Degestif)

XII L00-L99 Penyakit Kulit Dan Subkutan

XIII M00-M99 Penyakit Otot,Kerangka Tulang Dan Jaringan Ikat

XIV N00-N99 Penyakit Sistem Kemih Kelamin

XV O00-O99 Kehamilan ,Persalinan, Dan Nifas

XVI P00-P96 Kondisi Tertentu Yang Bermula Pada Masa

Perinatal

XVII Q00-Q99 Malformasi Kongenital,Deformitas Dan Kelainan

Kromosom

XVIII R00-R99 Gejala ,Tanda Dan Hasil Pemeriksaan


34

Laboraturium,Klinik Tidak Normal,Yang Tak

Diklasifikasikan Ditempat Lain.

XIX S00-T98 Cedera,Keracunan,Dan Akibat Lain Penyebab

Luar

XX V01-Y98 Penyebab Luar Penyakit Dan Kematian

XXI Z00-Z99 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan

Yang Berhubungan Dengan Pelayanana

Kesehatan

XXII U00-U99 Kode Untuk Tujuan Khusus

Sumber: W.A. Rahayu(2013:17)

4. Konvensi Dan Tanda Baca Yang Digunakan Dalam ICD-10

Menurut WHO(2004:22),dijelaskan bahwa dalam ICD-10

terdapat konvensi dan tanda baca yang dapat digunakan untuk

mendapatkankode yang lebih tepat. Berikut ini merupakan penggunaan

konvensi dan tanda baca yang sering dipergunakan dalam buku

ICD-10 ,diantaranya:

a. Inclusion Term

Menurut rahayu(2013:2) Kategori 3 karakter maupun 4

karakter biasanya terdiri dari beberapa diagnosis yang diketahui

daro inclusion term selain sebagai tambahan pada judul,seperti

diagnosis yang diklasifikasi di dalamnya.


35

Hal ini biasanya menujuk pada daftar yang terperinci

tentang tempat atau produk farmasi pada judul yang sesuia dengan

kata-kata di dalam judul.

Contoh: -malignant neoplasma of.......

-injury to........

-poisening by...........

Gambaran diagnosis secara umum dimasukkan dalam

katagori atau sub bab kategori dalam kategori 3 karakter yang

ditemukan dalam include mengikuti chapter,blok atau judul

kategori.

b. Exclusion Term

Rubrik tertentu berisi daftar kondisi yang didahului dengan

kata”excludes” meskipun judul menunjukkan istilah tersebut

diklasifikasikan ditempat lain. Contoh pada kategori :A09

diarrhoea and gastroenteritis ofpresumed infection origin exludes

due to bacterial,protozoal,viral and other specified infection

agent(A00-A08).

c. Sistem Dagger (†) Dan Asterisk (*)

Kode primer untuk penyebab penyakit (underlaying

disease) diberi tanda dagger (†) dan koe tambahan untuk

manifestasinya diberi kode asterisk (*). Untuk tanda asterisk (*)

tidak pernah digunakan tersendiri.

Contoh :catarac diabetic : E14.3† H28.0 *.


36

d. Ketentuan Khusus

Ketentuan yang digunakan dalam daftar tabulasi pada inclucion

dan exclusion term, ICD-10 mencantumkan beberapa ketentuan

yang menghubungkan dengan pengguanaan ICD-10 sebagai

berikut:

1) Parentheses /Tanda Kurung “( )”

Fungsi dari parentheses/ tanda kurung “( )” adalah

untuk membatasi kata supplemen setelah suatu istilah diagnosis

tanpa mempengaruhi kode kata diluar

tandakurung ,misalkannya pada “ hypertantion ( Accelerated )

(Benign) (Primary) (Systemic)”. Menunjukan bahwa : I10

adalah kode untuk penyakit “hypertantion” atau apabila

ditentukan beberapa kombinasi kata dalam kurung.

2) Square Brackets “[ ]”

Fungsi dari square brackets “[ ]” adalah untuk membatasi

sinonim kata alternatif atau kalimat keterangan , contoh: A30

leprosy [hansen disease].

3) Colon/ Titk Dua” : ”

Tanda Colon/titik dua” : ”ini digunakan untuk menjelaskan

bahwa kita didepannya baru lengkap bila ditambah dengan kata

dibelakangnya. Contoh: K36 “other appendicitis” appendicitis:

cronic,recurrent.
37

4) Brace /Tanda Kurung Kurawal “ }”

Tanda Brace /tanda kurung kurawal “ }” digunakan

pada daftar inclucion dan exclucion term untuk menunjukkan

kata-kata yang mendahuluinya atau sesudah bukan istilah yang

lengkap.

Contoh : O71.6 obstetric demage to pelvic joint and ligament.

Avulsion of inner sympyseal cartilage }

Demage to coccyx } obstetric

Traumatic separatin of symphysis (pubis)}

5) “ NOS”

“ NOS” singkatan dari “not otherwise speccified” yang

digunakan berarti” unspeccified” atau “unqualified”, tidak

spesifik atau tidak jelas. Contoh: A03.9 shigellosis,unspecified

bacillary dysentry NOS.

6) “ NEC”

“NEC” singkatan dari” not elsewhere clasified”,

apabila digunakan judul pada kategori karakter , NEC

merupakan sebagai peringatan bahwa beberapa jenis tertentu

dari kondisi yang tercantum dalam rubrik tersebut bisa saja

tercantum pada klasifikasi lain. Contoh:J16 pneumonia due to

other infection organism ,not elsewhere clasified.


38

7) “And”

“And” dalam judul pada ICD-10 ‘dan” berarti

“dan/atau”. Contoh: S49.9 .unspecified injury of shoulder and

upper arm berarti cedera yang tidak spesifik dari bahu ata

cedera lengan atas.

8) Point Dash/Titik Strip (.-)

Tanda Point dash/titik strip (.-) digunakan sebagai

pengganti karakter keempat dari suatu kategori,titik strip (.-)

menunjukkan pada pemberi kode bahwa satu karakter keempat

dan sebaliknya dicari dalam kategori yang cocok pada daftar

tabulasi. Contoh : G03 meningitis due to other and unspecified

cause, excludes: meningoencephalitis (G03.-).

5. Aturan dalam menyeleksi diagnosis utama

Dalam menuliskan diagnosis tidak menutup kemungkinan

dokter menulis diagnosis utama tidak sesuai dengan aturan ICD-10,

maka dari itu seorang coder harus mampu menyeleksi ulang diagnosa

utama, berikut ini adala aturannya anatara lain WHO ICD-10

Volume 2 ( 2004:113).
39

a. Rule MB1

Rule MB 1:kondisi minor dicatat sebagai “ kondisi utama”,

Sedangakan kondisi yang lebih bermakna dicatat sebagai “ kondisi

lain”.

Dimana kondisi minor atau yang sudah berlangsung lama ,

dicatat sebagai “kondisi utama”, dan kondisi yang lebih penting

yang berkaitan dengan pengobatan yang diberikan atau perawatan

terhadap pasien, adalah catatan kelengkapan suatu “kondisi lain”

yang , pilihlah kondisi tersebut atau pilih kondisi terakhir disebut,

sebagai “kondisi utama”.

Contoh:

Kondisi utama : epilepsy

Kondisi lain: otomycosis(otot telinga mikosis jamur)

Bidang khusus: THT(telinga, hidung, tenggorokan)

Reselesksi kembali epilepsy sebagai “kondisi utama” dengan kode

B36.9 † dan H62.2*.

b. Rule MB2

Rule MB2: beberapa kondisi sekaligus tercatat sebagai

“kondisi utama”.

Bila tercatat beberapa kondisi yang tidak dapat digabungkan

dalam satu kode sebagai kondisi utama, sedangkan rincia-rincian

lain dalam catatan mengacu pada salah satu diantaranya sebagai


40

kondisi utama yang menyebabkan seorang pasien dirawat , pilihlah

kondisi tersebut atau pilih kondisi pertama kali disebut.

Contoh:

Kondisi Utama: cronic gastritis

Secondary malignancy in axillary lymph node

Carcinoma of breast

Kondisi Lain: -

Bidang Khusus: mastectomy

Maka pilihlah “ carcinoma of breast” sebagai kondisi utama

dengan kode C50.9

c. Rule MB3

Rule MB3 : kondisi yang tercatat sebagi kondisi utama

berisikan gejala dari kondisi yang di diagnosis dan dirawat.

Dalam kasus ini apabila gejala atau tanda-tanda penyakit

yang biasanya di klasifikasi di Bab 18 atau masalah lainnya di Bab

21 tercatat sebagai diagnosis utama maka seleksi ulang kembali

kondisi tersebut dan tentukan kode untuk diagnosa utama.

Contoh:

Kondisi utama: coma

kondisi lain: Ischaemic heart disease

Ostosclerosis

Diabetes mellitus, insulin-dependent

Bidang khusus: Endocrinologi


41

Maka pilihlah diabetes mellitus insulin dependent

sebagai”kondisi utama” dengan kode E10.0. informasi yang

menunjukkan bahwa koma itu akibat dari diabetes mellitus.

d. Rule MB 4

Rule MB 4: Spesifik dimana diagnosis dicatat sebagai “kondisi

utama”

Yang mendeskripsikan sebuah kondisi dalam istilah yang

memberikan informasi yang lebih tepat mengenai tempat atau sifat

dasar kondisi dicatat ditempat lain , reseleksi yang terakhir ini

sebgai kondisi utama.

Contoh:

Kondisi utama: dystocia

Kondisi lain : Hydrocephalic fetus

Fetal distres

Tindakan: cesarean section

Maka pilihlah Hydrocephalic fetus sbagai “kondisi utama”

dengan kode 0 66.3.

e. Rule MB 5

Rule MB 5: kode alternatif.

Bila mana suatu tanda atau gejala tercatat sebagai “ kondisi

utama” dengan indikasi disebabkan oleh suatu kondisi lain, pilihlah

gejala tersebut sebagai pilihan diagnosis untuk “ kondisi

utama”,pilihlah kondisi pertama yang dicatat.


42

Contoh:

Kondisi utama: Gastroenteritis due to infection or food

Poisoning

Kondisi lain: -

Maka pilihlah Gastroenteritis due to infection or food

sebagai “kondisi utama” dengan kode A09.

F. Konsep Diagnosis

1. Pengertian Diagnosis

Diagosisi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2005:261).

Merupakan” proses penentuan jenis penyakit bedasarkan tanda dan gejala

dengan menggunakan cara dan alat sepeerti laboraturium , CT-Scan dan

klinik”.

Sedangkan Menurut Kamus Kedokteran Dorlan Edisi Ke 25

(2005:310), diagnosis terdiri terdiri dari:

a. Clinical Diagnostic, yaitu diagnosis bedasarkan tanda dan gejala

dan pemeriksaan laboraturium selam hidup.

b. Differential Diagnostic, yaitu penentuan satu dari beberapa

penyakit yang dihasilkan oleh suatu gejala.

c. Physcial Diagnostic, yaitu dignosis bedasarkan iformai yang

didapat dengan infeksi,palpasi, perkusi dan auskultasi.


43

2. Macam-Macam Diagnosis

Macam-macam diagnosisi dibedakan menjadi dua, menurut gemala

hatta(2011:140) , yaitu:

a. Diagnosisi utama atau kondisi utama

Diagnosis utama atau kondisi utama adalah diagnosis yang

relevan dengan treatment dan ivestigasi selama berda dalam

pelayanan kesehatan tersebut.

b. Diagnosis sekunder atau kondisi sekunder/tambahan

Diagnosis sekunder atau kondisi tambahan adalah diagnosis

atau kondisi yang menyertai diagnosis utama pada saat pasien

masuk atau yang terjadi selama episode pelayanan.

G. Konsep Analisis

Menurut Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik (2006:76):

Analisis adalah segenap rangkaian pembuatan pikiran yang mencegah


sesuatu hal secara mendalam , terutama mempelajari dari bagian-bagian dari
mutu kebutuhan mengetahui ciri,hubungan, dan peranan dalam kebutuhan yang
dibuat.

H. Konsep Sistem Informasi Rumah Sakit

Menurut peraturan menteri kesehatan nomer 1171/MenKes/PER/VI/2011

tentang sistem informasi rumah sakit, pasal 1ayat (1) “Setiap Rumah Sakit

Wajib Melaksanakan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)”. SIRS

merupakan aplikasi sistem pelaporan rumah sakit kepada kementrian kesehatan

yang meliputi:

1. Data identitas pasien rumah sakit.

2. Data ketenagaan yang bekerja dirumah sakit.


44

3. Data rekapitulasi kegiatan pelayanan.

4. Data kompilasi penyakit/ morbiditas pasien rawat inap dan

5. Data kompilasi penyakit/ morbiditas pasien rawat jalan.

Penyelenggaraan SIRS sebagaimana dijelakan pada pasal 3 bertujuan

untuk merumuskan kebijakan dibidang perumahsakitan,menyajikan informasi

rumah sakit secara nasional, dan melakukan pemantauan ,pengendalian, dan

evaluasi sakit secara nasional.

I. Konsep Pelaporan Rumah Sakit

1. Pengertian Pelaporan Rumah Sakit

Menurut Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik (2006:65),

“pelaporan rumah sakit merupakan suatu alat organisasi yang bertujuan

untuk dapat menghasilkan laporan secara cepat , tepat, dan akurat”.

2. Jenis Pelaporan Rumah Sakit

Menurut Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik (2006:65)

secara garis besar jenis pelaporan rumah sakit dapat dibedakan menjadi

dua yaitu:

a. Laporan Internal Rumah Sakit

Laporan internal rumah sakit merupakan laporan yang dibuat

sebagai masukan untuk menyusun konsep rancangan dasar sistem

informasi manajemen rumah sakit , biasanya laporan internal ini

disesuaikan denga kebutuhan rumah sakit.


45

Adapun indikasi laporan internal adalah sebagai berikut:

1) Sensus harian,yang meliputi:

a) Pasien masuk rumah sakit.

b) Pasien keluar rumah sakit.

c) Pasien meninggal rumah sakit.

d) Lamanya pasien dirawat.

e) Hari perawatan.

2) Persentase pemakaian tempat tidur.

3) Kegiatan persalinan.

4) Kegiatan pembedahan dan tindakan medis lainnya.

5) Kegiatan rawat jalan penunjang.

a. Laporan Ekternal Rumah Sakit

Menurut Direktorat Jendral Bina Pelayana Medik(2006: 68):

Laporan ekternal merupakan pelaporan yang wajib dibuat oleh


rumah sakit sesuai dengan peraturan yang berlaku,ditujukkan
kepada Departemen Kesehatan Republik Indonesia,Dinas
Kesehatan Provinsi,Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Bedasarkan ketentuan yang tercantum dalam Permenkes No

1171/ MenKes/PER/VI/2011 tentang sistem informasi rumah

sakit. Sifat pelaporan SIRS sebagaimana dimaksud pada

Permenkes No 1171/ MenKes/PER/VI/2011ditetapkan oleh

Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan, formulir pelaporan

SIRS revisi VI terdiri dari 5(lima) Rekapitulasi

Laporan(RL),diantaranya yaitu:
46

1) RL 1 berisikan data rumah sakit yang dilaporkan setiap waktu

apabila terdapat perubahan data dasar dari suatu rumah sakit

sehingga data ini dapat dikatakan data yang bersifat terbarukan

setiap saat (update) yang terdiri dari:

a) RL 1.1 data dasar rumah sakit.

b) RL 1.2 indikator pelayanan rumah sakit.

c) RL 1.3 fasilitas tempat tidur.

2) RL 2 berisikan data ketenagaan yang dilaporkan setiap tahun.

3) RL 3 berisikan data kegiatan pelayanan rumah sakit yang

dilaporkan periodik setiap tahun, RL 3 Terdiri dari:

a) RL 3.1 kegiatan pelayanan rawat inap.

b) RL 3.2 kegiatan pelayanan gawat darurat.

c) RL 3.3 kegiatan kesehatan gigi dan mulut.

d) RL 3.4 kegiatan kebidanan

e) RL 3.5 kegiatan perinatologi.

f) RL 3.6 kegiatan pembedahan.

g) RL 3.7 kegiatan radiologi.

h) RL 3.8 pemeriksaan laboraturium.

i) RL 3.9 pelayanan rehabilitas medik.

j) RL 3.10 kegiatan pelayanan khusus.

k) RL 3.11 kegiatan kesehatan jiwa.

l) RL 3.12 kegiatan keluarga berencana.


47

m) RL 3.13 pengadaan obat, penulisan, dan pelayanan

resep.

n) RL 3.14 kegiatan rujukan.

o) RL 3.15 cara bayar

4) RL 4 berisikan data morbiditas dan data mortalitas pasien yang

dilaporkan periodik setiap tahun . RL 4 terdiri dari:

a) RL 4a data keadaan morbiditas pasien rawat inap

b) RL 4b data keadaan morbiditas pasien rawat jalan

5) RL 5 yang merupakan data bulanan yang dilaporkan secara

periodik setiap bulan, berisikam tentang data kunjungan dan

data 10 besar penyakit. RL 5 terdiri dari:

a) RL 5.1 pengunjung rumah sakit

b) RL 5.2 kunjungan rawat jalan

c) RL 5.3 daftar 10 besar penyakit rawat inap

d) RL 5.4 daftar 10 besar penyakit rawat jalan

b. Jadwal Pengiriman Laporan

Adapun jadwal yang ditetapkan oleh kementerian kesehatan

indonesia adalah sebagai berikut:

1) Untuk pelaporan bulanan /triwulan dikirim ke instansi depkes

paling lambat tanggal 15 pada bulan berikutnya.

2) Untuk laporan tahunan dikirim paling lambat tanggal 15 januari

tahun berikutnya.
48

3) Untuk memnuhi hal tersebut, maka pengumpulan laporan dari

masing-masing unit terkait ditetapkan paling lambat setiap

tanggal 5 pada bulan berikutnya.

J. Konsep Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan (RL 4B)

Menurut permenkes no 1171/menkes/PER/VI/2011 tentang sistem

informasi rumah sakit.

1. Penjelasan

a. Formulir RL 4B Adalah formulir standar untuk data keadaan

morbiditas pasien rawat jalan yang merupakan formulir

rekapitulasai dari jumlah kasus baru dan jumlah kunjungan yang

terdapat pada unit rawat jalan sumah sakit.

b. Data dikumpulkan dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31

Desember setiap tahunnya.

c. Data jumlah kasus baru untuk setiap jenis penyakit diperinci

menurut golongan umur dan jenis kelamin dari kasus baru tersebut.

2. Cara Pengisian Formulir

a. Cara pengisisan formulir RL 4B untuk setiap jenis penyakit

adalaha sama yaitu diisi dengan jumlah banyaknya kasus baru

(menurut golongan umur dan kelamin) serta kunjungan yang

terdapat pada unit rawat jalan.

b. Jika terdapat kasus baru atau kunjungan untuk suatu jenis

penyakit, maka kolom yang tersedia diisi dengan angka nol(0).


49

c. Kolom 5 sampai dengan kolom 22 untuk setiap jenis penyakit diisi

dengan banyakn ya kasus barudi Rumah Sakit yang sesuai antara

umur, jenis kelamin dengan penyakitnya.

Contoh bentuk formulir RL4B telampir pada tugas akhir ini.

K. Konsep Kualitas

1. Pengertian Kualitas dan Kualitas Pelaporan

Menurut kamus besar bahasa indonesia (2005:603)

menjelaskan bahwa” kualitas adalah tingkat baik buruknya suatu kadar

,derajat, atau taraf”. Menurut sarbaguna (2004:95) laporan yang

berkualitas adalah :

a. Akurat,berarti informasi harus bebas dari kesalaha-kesalahan dan

tidak menyesatkan.

b. Tepat pada waktunya berarti informasi yang datang pada

penerimaan tidak boleh terlambat.

c. Relevan berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk

pemakainya.
50

2.2 Metodelogi Penelitian Dan Teknik Pengumpulan Data

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu kualitatif dengan

pendekatan deskriptif. Menurut sugiono (2012:8) ” metode penelitian

kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada

suatu objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument

kunci”.

Sedangkan penelitian deskriptif menurut notoadmodjo (2010:35)

yaitu” suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan fenomena yang terjadi dalam masyarakat”.

B. Definisi Operasional Variabel

Menurut Notoadmodjo (2010:85) menjelaskan bahwa:

“Definisi Operasional Variabel adalah uraian tentang batasan ruang

lingkup atau pengertian variabel-variabel yang dimaksud, atau tentang apa

yang diukut oleh variabel yang bersangkutan serta perkembangan

instrumen”.

Agar variabel dapat diukur dengan menggunakan instrumen atau alat

ukur , maka variabel diberi batasan atau definisi operasional.

Variabel penelitian yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari dua

variabel yaitu variabel(x) yaitu ketepatan kodifikasi diagnosisi berkas

rekam medis pasien jalan ,dan variabel (y) adalah meningkatkan kualitas

laporan RL4B.
51

Tabel 2.2

Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Sub Variabel Indikator


Kodifikasi Pemberian kode pada 1. Diagnosa Pasien Pemberian
Diagnosis data-data diagnosis Rawat Jalan Kode Secara
Rekam penyakit yang terdapat 2. Rekam Medis Pasien Tepat Sesuai
Medis dalam rekam medis Rawat Jalan Dengan
Pasien pasien rawat 3. ICD-10 Volume Kaidah ICD -
Rawat Jalan jalan ,dengan kode yan 1,2,dan 3 10
terangkum dalam 4. PERMENKES
sebuah buku pedoman No.269/Menkes/Per/I
yang diakui secara II/2008 Tentang
nternasional yaitu ICD Rekam Medis
revisi X
Kulitas Formulir standar untuk PERMENKES 1 Akurat
Laporan data keadaan no.1171 2.Tepat
Morbiditas morbiditas pasien /Menkes/Per/VI/2011/ Waktu
RL4b rawat jalan yang Tentang Sistem 3 Relevan
merupakan formulir Informasi Rumah Sakit
rekapitulasi dari
jumlah kasus baru dan
jumlah kunjungan yang
terdapat pada unit
rawat jalan rumah sakit
untuk periode yang
sudah ditetapkan
Sumber: Permenkes No.1171/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Sistem Informasi
Rumah Sakit dan PERMENKES No.269/Menkes/Per/III/2008 Tentang Rekam
Medis,dan WHO.
52

Gambar 2.1

Kerangka Berfikir

Pengolahan data Kualitas Laporan


penyakit Morbiditas Pasien
Rawat Jalan
KODIFIKASI a. Akurat
Sesuai dengan b. Tepat
aturan ICD-10 Waktu
volume 1,2 dan 3 c. Relevan

Sumber: Permenkes No.1171/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Sistem


Informasi Rumah Sakit dan PERMENKES No.269/Menkes/Per/III/2008
Tentang Rekam Medis,dan WHO.

C. Populasi Dan Sampel Penelitian

1. Pengertian Populasi

Selama pelaksanaan praktek kerja lapangan dari tanggal 15

maret 2017 sampai tanggal 13 mei 2017. Penulis mendapatkan jumlah

populasi sebanyak 3.321 rekam medis, periode tanggal 1 maret 2017

sampai dengan 31 maret 2017.

Adapun pengertian pupulasi Menurut notoadmodjo (2010:115).

“populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti”.


53

2. Pengertian Sampel

Menurut Notoadmodjo(2010:115). “sampel adalah objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi”.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam pembuatan

tugas ahkir ini yaitu secara random(acak) yang dilakukan dengan

menghitung jumlah sampel (n) dari populasi yang akan diteliti.

Bedasarkan data yang diperoleh penulis dari tanggal 1 maret sampai 31

maret 2017 total kunjungan pasien rawat jalan mencapai pasien 3.321

yang terbagi ke beberapa poliklinik yang tersedia Di Rumah Sakit Gigi

Dan Mulut Maranatha, diantaranya sebagai berikut:

Tabel 2.3

Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Jalan Di Setiap Poliklinik Rumah

Sakit Gigi Dan Mulut Maranatha bulan maret 2017

No Poliklinik Jumlah pasien

1 Poli Umum 1560

2 Klinik Gigi Umum 1088

3 Orthodonsi 196

4 Bedah Mulut 101

5 Konservasi 142

6 Prostodentic 15

7 Penyakit Mulut 36

8 Periodentic 8
54

9 Kedokteran Gigi Anak 16

10 IGD Umum 98

IGD Gigi 61

Total = 3.321 pasien

Sumber: Petugas Pengolahan Data Rekam Medis Rumah Sakit Gigi Dan

Mulut Maranatha Dan Olahan Penulis

Dari data tersebut penulis menggunakan rumus slovin yang dikutip dari

Wiratna Sujarweni (2014:16) untuk menghitung sampel yang terdapat di rumah

sakit gigi dan mulut maranatha adalah sebagai berikut:

Keterangan : n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = nilai kritis (10%)

Bedasarkan rumus diatas , maka dapat ditentukan:

N
n=
1+ N ( e)2

3321
n= =¿
1+3321(0.10) 2

3321
n= =¿
1+33.21

3321
n= =97.07 ≈ 97 rekam medis
34.21
55

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan tugas akhir ini,penulis menggunakan beberapa

teknik pengumpulan data,Menurut Notoadmodjo(2010:131), pengumpulan

data dapat dilakukan dengan teknik sebagai berikut:

1. Pengamatan(Observasi)

Pengamatan adalah suatu prosedur yang terencana, yang antara

lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat jumlah dan taraf

aktifitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data kodifikasi

diagnosis menurut masing-masing unit poliklinik yang tersedia di

Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Maranatha melalui arahan petugas coder

serta melihat langsung ketepatan kodifikasi pada rekam medis pasien

rawat jalan serta pelaksaan pelaporan morbiditas RL 4B dari mulai

diinputkannya data ke formulir RL4B.

2. Wawancara(Interview)

Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau

informasi secara lisan dari seorang sasaran penelitian(responden)

Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan

petugas rekam medis, petugas coder dan petugas pelaporan pengolahan

data RL4B di Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Maranatha.


56

3. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah segala hal usaha yang dilakukan oleh

peneliti untuk menghimpum informasi yang relevan dengan topik atau

masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi tersebut dapat

diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan

ilmiah,tesis, dan lain-lain.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik studi

pustaka dengan cara mengambil dan mempelajari dari buku-buku

ilmiah, laporan penelitian juga dokumen-dokumen yang berkaitan

dengan permasalahan yang diteliti.

Anda mungkin juga menyukai