PENDAHULUAN
1
2
5
6
1. Tenaga medis;
a) 18 (delapan belas) dokter umum untuk pelayanan medik
dasar;
b) 4 (empat) dokter gigi umum untuk pelayanan medik
gigi mulut;
c) 6 (enam) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik spesialis dasar;
d) 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik spesialis penunjang;
e) 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik spesialis lain;
f) 2 (dua) dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik subspesialis; dan
g) 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik spesialis gigi mulut.
2. Tenaga kefarmasian;
a) 1 (satu) apoteker sebagai kepala instalasi farmasi
Rumah Sakit;
7
1. Tenaga medis;
a) 12 (dua belas) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;
b) 3 (tiga) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi
mulut;
c) 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis dasar;
d) 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis penunjang;
8
1. Tenaga medis;
a) 9 (sembilan) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;
b) 2 (dua) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi
mulut;
c) 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis dasar;
d) 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis penunjang; dan
e) 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik spesialis gigi mulut.
2. Tenaga kefarmasian;
a) 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi
Rumah Sakit;
b) 2 (dua) apoteker yang bertugas di rawat inap yang dibantu
oleh paling sedikit 4 (empat) orang tenaga teknis
kefarmasian;
c) 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh
paling sedikit 8 (delapan) orang tenaga teknis kefarmasian;
d) 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan,
distribusi dan produksi yang dapat merangkap melakukan
pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan
dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya
disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
Rumah Sakit.
1. Tenaga medis;
a) 4 (empat) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;
b) 1 (satu) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi
mulut;
c) 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis dasar.
2. Tenaga kefarmasian;
a) 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi
Rumah Sakit;
b) 1 (satu) apoteker yang bertugas di rawat inap dan rawat
jalan yang dibantu oleh paling sedikit 2 (dua) orang tenaga
teknis kefarmasian;
c) 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan,
distribusi dan produksi yang dapat merangkap melakukan
pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan
dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya
disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
Rumah Sakit.
a. Pelayanan;
c. Seralatan; dan
c. unsur keperawatan;
8. Transplantasi;
9. PKMRS; atau
h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman
(Evidence Based Medicines) yang paling dibutuhkan untuk
pelayanan dengan harga yang terjangkau.
b. Administrasi Farmasi
e. Manajemen mutu
h. Surat Izin Kerja selanjutnya disingkat SIK adalah surat izin yang
diberikan kepada Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian untuk
dapat melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada fasilitas produksi
dan fasilitas distribusi atau penyaluran.
A. Pemilihan
b. Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang telah ditetapkan;
c. Pola penyakit;
f. Mutu;
23
g. Harga; dan
h. Ketersediaan di pasaran.
B. Perencanaan Kebutuhan
b. Penetapan prioritas;
c. Sisa persediaan;
f. Rencana pengembangan.
C. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang
terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang
berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang
24
D. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin keseuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pemesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua
dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
E. Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan
penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat
menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian.
Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan
keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Komponen yang haus diperhatiakan antara lain:
Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi
label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama membuat
kemasan dibuka,tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.
26
F. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkansediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unitpelayanan/pasien
dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, dan ketepatan waktu. Rumah
Sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin
terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan.
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a) Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (Floor stock)
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola
oleh instalasi farmasi.
Sediaan farmasi,alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat
dibutuhkan.
Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang
mengelola (diatas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan
kepada penanggung jawab ruangan.
28
H. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai.
Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus
bersama dengan Komite/Tim Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit.
Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk:
a) Penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit;
b) Penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi; dan
c) Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan
dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan
serta pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai.
Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai adalah:
a) Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving);
b) Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga
bulan berturut-turut (death stock);
c) Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.
I. Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan
untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu.
Kegiatan administrasi pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
pendistribusian, pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan dan
penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi dalam
periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau pertahun).
31
Tanggal 1 Juli 1882 diresmikanlah RSJ Pusat Bogor dengan nama asli
”Krankzinnigengestich te Beuitenzorg” oleh Direktur P & K (Ex Onderwijs
Van Eeredienst En Nijverheid) dengan jumlah pekerja 35 orang Eropa dan 95
Pegawai Indonesia dan keturunan Cina diantaranya seorang dokter jiwa yang
bernama Dr. Sumeru, dengan kapasitas 400 tempat tidur.
31
32
a. Pelayanan Medis
d. Pelayanan Keperawatan
dan bersamaan dengan momen peringatan 120 tahun RSJP Bogor pada tanggal
1 Juli 2002 RSJP Bogor diresmikan menjadi Rumah Sakit Dr.H.Marzoeki
Mahdi. Sedangkan Surat Keputusan Resmi (SK)-nya sendiri baru terbit pada
tanggal 28 Juli 2002.
l. Instalansi 1.890,55 m2
:
II.3.1 Visi
Menjadi rumah sakit jiwa rujukan nasional dengan unggulan
layanan rehabilitasi psikososial pada tahun 2019
II.3.2 Misi
Mewujudkan layanan kesehatan jiwa dengan unggulan rehabilitasi
psikososial
II.3.3 Moto
SEHAT (Smart, Empati, Harmonis, Antusias dan Tertib)
C. Instalasi
Instalasi Penyuluhan Kesmas Rumah Sakit.
D. Kelompok Jabatan Fungsional
- Psikiatri : 12 Orang
Ruang Intermediate :
Ruang Utari (Wanita) dan Gatot Kaca (Pria), Ruang Subadra
(Ruang Spikiatri dengan Komorbiditas Fisik).
Ruang Tenang :
Ruang Srikadi, Sadewa, Antareja, Bratasena, Dewi Amba,
Arimbi, Saraswati, Abimayu, Drupadi.
CLP : Consultation Liason Psyhiatri (Paviliun Basudewa).
2) Misi
2. Unit Pelayanan
Tugasnya:
- Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.
- Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan
alat kesehatan.
- Mencegah dan mengatasi yang berkaitan dengan penggunaan obat dan
alat kesehatan
- Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan.
- Memberi informasi kepada pasien dan keluarga pasien.
- Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
42
b. Pemakaian
Penilaian secara berkala untuk menetukan masalah – masalah pelayan dan
berupa untuk memperbaiki.
c. Tindakan
Bila masalah – masalah sudah dapat ditentukan maka harus diambil
tindakan untuk memperbaikinya dan didokumentasikan.
d. Evaluasi
Efektifitas tindakan harus dievaluasi agar dapat diterapkan dalam program
jangka panjang.
e. Umpan balik
Hasil tindakan harus secara teratur diinformasikan kepada staf.
- Melalukan konsultasi obat dan PIO.
- Membuat laporan secara berkala.
44
d) Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai di gudang perbekalan RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi berdasarkan
kelompok barang (generik dan paten) serta sistem FIFO dan FEFO.
FIFO (First In First Out), yaitu barang yang keluar lebih dahulu
adalah barang yang lebih dahulu masuk, sedangkan FEFO (First
Expired First Out), yaitu obat yang mempunyai tanggal kadaluwarsa
cepat maka obat tersebut pula yang paling pertama keluar.
Penampilan dan penamaan yang mirip tidak ditempatkan berdekatan
harus diselang dengan 2(dua) sediaan yang berbeda dan diberi tanda
khusus (LASA, Look Alike Sound Alike)untuk mencegah terjadinya
keselahan pengambilan obat. Untuk obat tertentu yang harus
diwaspadai diberi penandaan khusus (Higt Alert) dan ditempatkan
dilemari yang khusus. Untuk obat narkotik, spikotropik, dan ARV
disimpan dilemari khusus terpisah dari obat – obat yang lain. Obat
Narkotik dan spikotropik disimpan dilemari yang terbuat dari besi
yang lengkapi dengan 2 (dua) pintu besi beserta kuncinya agar
terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian. Bentuk sediaan dan
suhu yang sudah ditentukan untuk masing – masing sediaan farmasi.
e) Distrubusi
Kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi seperti ke unit pelayanan rawat
jalan dan rawat inap dengan sistem floorstock. Jika unit pelayanan
mengalami kekurangan perbekalan farmasi dilakukan permintaan
perbekalan farmasi ke Gudang Farmasi
f) Administrasi
Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang meliputi
perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian,
46
c) Distrubusi
Distribusi perbekalan farmasi dari unit pelayanan ke pasien yaitu
pasien/keluarga pasien membawa resep dari dokter kemudian Tenaga
Teknik Kefarmasian melakukan skrining resep dan diberi harga, kasir
menerima uang dan resep diberi nomor resep, kemudian dilakukan
dispensing resep oleh Tenaga Teknik Kefarmasian dan pengecekan
ulang oleh Apoteker, setelah itu penyerahan obat kepada pasien dan
diberi informasi obat.
d) Administrasi
Administrasi dilakukan oleh petugas dengan cara menginput resep
berdasarkan sedian perbekalaan farmasi secara online, sehingga
pencatatan pemasukan dan pengeluaran sedian farmasi bisa terpantau
setiap bulannya.
Sistem distribusi obat daily dose ini dilakukan pada pasien rawat inap
jiwa dan NAPZA yang berada diruangan kresna pria, kesna wanita dan
subadra untuk rawat inap jiwa dan ruang jatayu untuk rawat inap NAPZA.
48
49
II.10.1 Perencanaan
Tujuan perencanaan farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan
jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutahan
pelayanan kesehatan rumah sakit. Perencanaan di Instalasi Farmasi RS. Dr.
H. Marzoeki Mahdi dilakukan atas dasar pola konsumsi dan morbiditas
(kasus).
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan
jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin
terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, dan efisien.
54
II.10.2 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan
yang telah direncanakan dan disetujui. Pengadaan perbekalan farmasi di
Instalasi Farmasi RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi dilakukan melalui
pengadaan E-Cataloc dan Non E-Cataloc, lelang, pembelian langsung, dan
penunjukan langsung. Pengadaan dilakukan oleh ULP (Unit Layanan
Pengadaan)
II.10.3 Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang
telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pengadaan E-
Cataloc dan Non E-Cataloc, pembelian langsung, penunjukan langsung
dan lelang. Penerimaan barang di Instalasi Farmasi RS. Dr. H. Marzoeki
Mahdi dilakukan oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) dan
petugas gudang perbekalan.
Penerimaan melakukan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
(sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai), jumlah,
spesifikasi, mutu, pengecekan expireddate, dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pemesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua
dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
Penerima barang disertai dengan faktur rengkap empat. Dua rangkap
diserahkan ke distributor dan dua rangkap lagi arsip gudang. Setelah
barang diterima dan diperiksa, kemudian barang disimpan di dalam
55
II.10.4 Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai di gudang perbekalan RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi
berdasarkan kelompok barang (generik dan paten) serta sistem FIFO dan
FEFO. FIFO (First In First Out), yaitu barang yang keluar lebih dahulu
adalah barang yang lebih dahulu masuk, sedangkan FEFO (First Expired
First Out), yaitu obat yang mempunyai tanggal kadaluwarsa cepat maka
obat tersebut pula yang paling pertama keluar.
Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai di gudang perbekalan RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi yang
penampilan dan penamaan yang mirip tidak ditempatkan berdekatan harus
diselang dengan 2(dua) sediaan yang berbeda dan diberi tanda khusus
(LASA, Look Alike Sound Alike)untuk mencegah terjadinya keselahan
pengambilan obat. Untuk obat tertentu yang harus diwaspadai diberi
penandaan khusus (Higt Alert) dan ditempatkan dilemari yang khusus.
Untuk obat narkotik, spikotropik, dan ARV disimpan dilemari khusus
terpisah dari obat – obat yang lain. Obat Narkotik dan spikotropik
disimpan dilemari yang terbuat dari besi yang lengkapi dengan 2 (dua)
pintu besi beserta kuncinya agar terhindar dari penyalahgunaan dan
pencurian.
Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai di gudang perbekalan RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi sesuai dengan
bentuk sediaan dan suhu yang sudah ditentukan untuk masing – masing
sediaan farmasi.
II.10.5 Distribusi
Kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi seperti ke unit pelayanan rawat jalan
dan rawat inap dengan sistem floorstock. Jika unit pelayanan mengalami
56
II.10.7 Pengendalian
Pengendalian penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai di Instalasi Farmasi RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi
dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan Tim Farmasi dan
Terapi di Rumah Sakit.
Tujuan pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai adalah untuk:
- Penggunaan obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit.
- Pengunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi.
- Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan
dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan
serta pengembalian pemesanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai.
Cara untuk mengendalikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi adalah:
- Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving),
stagnan, dan persediaan yang akan kadarluasa.
- Stock opname
II.10.8 Administrasi
Administrasi di Instalasi Farmasi RS. Dr. H.Marzoeki Mahdi
dilkukan secara tertib dan berkesinambungan untuk memudahkan
penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan administrasi terdiri
dari:
58
III.2 Saran
Berdasarkan pengalaman yang telah saya lalui selama 2 bulan di RS
Dr. H. Marzoeki Mahdi dilakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
ada beberapa saran untuk Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan untuk
pembaca, yaitu :
59
60
Depkes RI; 2016; Keputusan Menteri Nomor. 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Halaman : 3, 4, 15,16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25,
55, 57, 58, 59
Depkes RI; 2009; Undang-undang Nomor. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit:
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman : 3
Depkes RI; 2014; Keputusan Menteri Nomor . 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi
Dan Perizinan Rumah Sakit, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Halaman : 10, 11, 14, 15, 18, 19, 22
Depkes RI; 2015; Peraturan Presiden Nomor. 77 Tahun 2015 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit: Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Halaman : 2
Depkes RI; 2014; Keputusan Menteri Nomor . 58 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Halaman : 12, 13
Siregar, C.J.P., dan Amalia, L., Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan.
Jakarta: Penerbitan Buku Kedokteran EGC, 2004
61
62
62
63
Ka. Instalasi
Farmasi
Ka. Unit
Perencanaan
dan Distribusi
Lampiran 10. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi
DIREKTUR
MEDIK DAN
KEPERAWATAN
ADMINISTRASI
KEPALA
DAN
INSTALASI
PELAPORAN
UNIT UNIT
PERENCANAAN UNIT LAYANAN PENGENDALIAN
DAN DISTRIBUSI MUTU
73
Unit
Pelayanan
Farmasi
Permintaan
barang secara
online
Gudang
Farmasi
Bukti
Pengeluaran
Barang
Dikirim
74
Perencanaa
n&
Penentuan
Kebutuhan
Anggaran
Penghapusan
Pengendalia
n
Pengadaan
Distribusi
Penyimpana
n&
Penyaluran
75
Lampiran 13. Alur Pelayanan Resep Pasien Reguler Di Unit Pelayanan Farmasi
RESEP
DITERIMA
CEK
KETERSEDIAAN
OBAT
DISPENSING
OBAT OBAT
RACIKAN
JADI
PEMERIKSAAN
PENYERAHAN
OBAT DAN KONSELING
EDUKASI
SELESAI
76
Lampiran 14. Alur Pelayanan Resep Pasien JKN di Unit Pelayanan Farmasi
Syarat:
RESEP
1. SEP(Surat Eligibilitas Peserta)
DITERIMA 2. Lembar Verifikasi BPJS
3. Hasil Lab. (jika ada)
SKRINING
RESEP
ACC BPJS
Rawat Jalan SELESAI
CEK
KETERSEDIAAN Tidak Lengkap
OBAT
Hubungi
Rawat Inap
Dokter
DISPENSING
OBAT OBAT
RACIKAN
JADI
PEMERIKSAAN
PENYERAHAN KONSELING
OBAT DAN
EDUKASI
MONITORING
PENGGUNAAN OBAT
77
RIWAYAT HIDUP