Klinik Pratama dan Klinik Utama dapat untuk mengkhususkan pelayanan pada
satu bidang tertentu yang berdasarkan terhadap disiplin ilmu, golongan umur,
organ atau jenis Penyakit tertentu. Jenis Klinik Pratama dan Klinik Utama
memiliki pedoman penyelenggaraan yang ditetapkan oleh Menteri. Klinik dapat
diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah atau masyarakat.
Klinik menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan kesehatan dilaksanakan dalam
bentuk rawat jalan, one day care, rawat inap dan/atau home care. Klinik yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan 24 (dua puluh empat) jam harus
menyediakan dokter serta tenaga kesehatan lain sesuai kebutuhan yang setiap
saat berada di tempat.
Kepemilikan Klinik Pratama yang menyelenggarakan rawat jalan dapat secara
perorangan atau berbentuk badan usaha. Kepemilikan Klinik Pratama yang
menyelenggarakan rawat inap dan Klinik Utama harus berbentuk badan usaha.
Klinik harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan dan ruangan, prasarana,
peralatan, dan ketenangan.
b. Puskesmas
Dalam (PMK, 2014) puskesmas di definisikan sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
1. Pelayanan Puskesmas didalam gedung (rawat jalan) Ruangan Kartu/Loket,
Poli Umum, Poli Gigi, Poli KIA-KB, Pojok Gizi, Ruangan Tundakan /
UGD, Apotek, Gudang Obat, Gudang Inventaris, Ruangan Tata Usaha,
Ruangan Imunisasi, Ruangan Laboratorium Sederhana, Ruangan Kepala
Puskesmas
2. Puskesmas Rawat Inap, pada umumnya mempunyai ruangan khusus untuk
Unit Gawat Darurat, perawatan umum dan ruang bersalin
3. Pelayanan Puskesmas di luar gedung : Posyandu Balita, Posyandu Lansia,
Penyuluhan Kesehatan, Pelacakan Kasus, Survey PHBS, Rapat Koordinasi
4. Program Pokok Puskesmas :
a. Promosi Kesehatan (Promkes)
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Sosialisasi Progra Kesehatan
b. Pencegahan Penyakit Menular (P2M) :
Surveilens Epidemiologi
Pelacakan Kasus : TBC, Kusta, DBD, Malari, Flu Burung, ISPA,
Diare, PM
c. Pengobatan :
Poli Umum
Poli Gigi
Unit Gawat Darurat
Puskesmas Keliling
d. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) – KB
ANC (Antenatal Care) , PNC (Post Natal Care), KB (Keluarga
Berencana),
Persalinan, Rujukan Resti, Kemitraan Dukun
e. Upaya Peningkatan Gizi
Penimbangan, Pelacakan Gizi Buruk, Penyuluhan Gizi
f. Kesehatan Lingkungan :
Pengawasan SPAL (saluran pembuangan air limbah), SAMI-
JAGA (sumber air minum-jamban keluarga), TTU (tempat umum),
Institusi
Survey Jentik Nyamuk
g. Pencatatan dan Pelaporan
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
h. Program Tambahan/Penunjang Puskesmas :
Kesehatan Mata
Kesehatan Jiwa
Kesehatan Lansia
Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan Olahraga
Program penunjang biasanya sebagai tambahan, sesuai kemampuan
puskesmas dalam melakukan pelayanan.
c. Rumah Sakit
Dalam (Peraturan Pemerintah, 2021) Rumah Sakit di definisikan sebagai
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.
Berdasarkan jenis pelayanannya Rumah Sakit memiliki dua jenis yaitu:
1. Rumah Sakit umum memiliki Klasifikasi sebagai berikut:
a. Rumah Sakit umum kelas A
b. Rumah Sakit umum kelas B
c. Rumah Sakit umum kelas C
d. Rumah Sakit umum kelas D.
Pelayanan kesehatan yang diberikan Rumah Sakit
umum meliputi:
a. Pelayanan medik dan penunjang medik
1) Pelayanan medik umum dalah pelayanan medik dasar.
2) Pelayanan medik spesialis terdiri atas:
a) Pelayanan Spesialis dasar meliputi: pelayanan penyakit dalam,
pelayanan anak, pelayanan bedah, pelayanan obstetri dan
ginekologi.
b) Pelayanan medik Spesialis lain.
3) Pelayanan medik subspesialis meliputi pelayanan subspesialis dasar
dan pelayanan sub spesialis lain.
b. Pelayanan keperawatan dan kebidanan
1) Pelayanan asuhan keperawatan meliputi pelayanan asuhan
keperawatan generalis dan pelayanan asuhan keperawatan spesialis.
2) Pelayanan asuhan kebidanan
c. Pelayanan kefarmasian terdiri atas pengelolaan alat kesehatan, sediaan
farmasi, bahan habis pakai yang dilakukan oleh instalasifarmasi sistem
satu pintu dan pelayanan farmasi klinik.
d. Pelayanan penunjang.
1) Pelayanan penunjang yang diberikan oleh tenaga
kesehatan yaitu pelayanan laboratorium, pelayanan rekarn medik,
pelayanan darah, pelayanan gtzi, pelayanan sterilisasi yang
tersentral dan pelayanan penunjang lain.
2) Pelayanan penunjang yang diberikan oleh tenaga
non kesehatan yaitu manajemen Rumah Sakit, informasi dan
komunikasi, pemeliharaan sarana prasarana dan alat kesehatan,
pelayananlaundry/binatu, pemulasaraan jenazaln dan pelayanan
penunjang lain.
2. Rumah Sakit khusus diklasifikasikan sebagai:
a. Rumah Sakit khusus kelas A
b. Rumah Sakit khusus kelas B
c. Rumah Sakit khusus kelas C.
Rumah Sakit khusus menyelenggarakan pelayanan lain
selain kekhususannya yang terdiri atas pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan kegawatdaruratan.
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah
Sakit khusus terdiri atas:
a. Pelayanan medik dan penunjang medik terdiri atas pelayanan medik
umum, pelayanan medik spesialis sesuai kekhususan, pelayanan medik
subspesialis sesuai kekhususan, pelayanan medik spesialis lain dan
pelayanan medik subspesialis lain.
b. Pelayanan keperawatan dan/atau kebidanan terdiri atas pelayanan asuhan
keperawatan generalis, pelayanan asuhan keperawatan spesialis dan/atau
pelayanan asuhan kebidanan sesuai kekhususannya.
c. Pelayanan kefarmasian terdiri atas pengelolaan alat kesehatan, sediaan
farmasi dan bahan habis pakai yang dilakukan oleh
instalasi farmasi sistem satu pintu dan pelayanan farmasi klinik.
d. Pelayanan penunjang terdiri atas;
1) Pelayanan penunjang yang diberikan oleh tenaga kesehatan terdiri
atas pelayanan laboratoriunr, rekam medik, pelayanan darah,
pengolahan gizi, pelayanan sterilisasi yang tersentral dan pelayanan
penunjang lain.
2) Pelayanan penunjang yarlg diberikan oleh tenaga non kesehatan
terdiri atas manajemen Rumah Sakit, informasi dan komunikasi,
pemeliharaan sarana prasarana dan alat kesehatan, pelayanan
laundry/binatu, pemulasaraan jenazah dan pelayanan penunjang lain.
C. INSTANSI KESEHATAN MASYARAKAT
1. Rumah Sakit
Menurut (Peraturan Pemerintah, 2021) Rumah Sakit di definisikan sebagai institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat
2. Puskesmas
Menurut (PMK, 2014) puskesmas di definisikan sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya.
3. Puskesmas Pembantu
Puskesmas Pembantu (Pustu) adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan
berfungsi menunjang dan membantu memperluas jangkauan Puskesmas dengan
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam ruang lingkup
wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan
dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia. Jumlah Puskesmas Pembantu
(pustu) Menurut Kondisi adalah informasi mengenai jumlah Puskesmas Pembantu
(pustu) yang dimiliki oleh Puskesmas yang bersangkutan yang dirinci menurut
kondisi fisik bangunannya. Dengan 3 fungsi utama yaitu:
a) Pusat penggerak pembanguanan berwawasan kesehatan
b) Pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat
c) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
4. Posyandu
Dalam (KEMENKES RI, 2012) Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan
salah satu bentuk UpayaKesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan
bagi ibu, bayi dan anak balita.
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan.
a) Kegiatan utama, mencakup: kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,
imunisasi gizi, pencegahan dan penanggulangan diare.
b) Kegiatan pengembangan/pilihan, masyarakat dapat menambah kegiatan baru
disamping lima kegiatan utama yang telah ditetapkan, dinamakan Posyandu
Terintegrasi. Kegiatan baru tersebut misalnya Bina Keluarga Balita (BKB),
Tanaman Obat Keluarga (TOGA), Bina Keluarga Lansia (BKL), Pos
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan berbagai program pembangunan
masyarakat desa lainnya.
5. Poskesdes
Pos Kesehatan Desa, selanjutnya disingkat dengan Poskesdes, adalah Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam
rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa
(Kemenkes, 2012).
Pelayanan Poskesdes meliputi upaya promotif, preventif, dan kuratif sesuai dengan
kewenangannya yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama bidan) dengan
melibatkan kader kesehatan.
Tujuan Poskesdes:
a) Terselenggaranya upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya di bidang kesehatan.
b) Terselenggaranya pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan (bidan) dan kader kesehatan.
c) Terselenggaranya pengamatan, pencatatan, dan pelaporan dalam rangka
meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap risiko dan
bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, terutama penyakit
menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) serta faktorfaktor risikonya (termasuk
status gizi dan ibu hamil yang berisiko).
Fungsi Poskesdes:
a) Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan guna lebih mendekatkan pelayanan
kesehatan dasar kepada masyarakat.
b) Sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko dan masalah
kesehatan.
c) Sebagai wahana pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
6. Bidan Praktek Swasta ( BPS )
Bidan praktek swasta merupakan bentuk pelayanan kesehatan dibidang kesehatan
dasar.
Praktek bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
bidan kepada pasien (individu, keluarga, dan masyarakat) sesuai dengan
kewenangan dan kemampuannya (Undang-undang RI, 2019).
Praktek pelayanan bidan perorangan (swasta), merupakan penyedia layanan
kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan pelayanan,
khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. Supaya masyarakat
pengguna jasa layanan bidan memperoleh akses pelayanan yang bermutu dari
pelayanan bidan, perlu adanya regulasi pelayanan praktek bidan secara jelas,
persiapan sebelum bidan melaksanakan pelayanan praktek, seperti perizinan, tempat,
ruangan, peralatan praktek, dan kelengkapan administrasi semuanya harus sesuai
dengan standar.
7. Polindes
Dalam (Agus Sammsudrajat, 2020) diketahui POLINDES atau Pondok bersalin desa
adalah Suatu tempat atau lembaga Unit Kegiatan Bersam Masyarakat
(UKBM) yang didirikan oleh masyarakat atas dasar musyawarah
sebagai kelengkapan dari pembangunan kesmas untuk memberikan
pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana
(KB) dikelola oleh bidan desa (bides) bekerjasama dengan dukun
bayi dibawah pengawasan dokter puskesmas setempat.
Tujuan Polindes:
a) Meningkatkan jangkauan yankes KIA dan Kesehatan Keluarga
b) Meningkatkan pembinaan dukun bayi melalui bidan di desa
c) Meningkatkan kesempatan konsultasi dan penyuluhan kesh bagi ibu dan
kelgnya, khususnya dlm program KIA, Kb, gizi, imunisasi dan penanggulangan
diare dan ISPA
d) Meningkatkan Mutu yankes bayi dan anak serta yankes lainnya oleh
bidan dengan kewenangannya.
Fungsi Polindes:
a) Sebagai tempat yankes ibu dan anak (tmsk KB).
b) Sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan
persalinan
c) Sebagai tempat konsultasi, penyuluhan dan pendidikan kesehatan bagi
masyarakat, dukun bayi, dan kader
Kegiatan Polindes
a) Pemeriksaan kehamilan, termasuk pemberian imunisasi pada ibu hamil, deteksi
dini pd kehamilan.
b) Menolong persalinan normal dan resiko sedang.
c) Memberikan yankes pada ibu nifas dan menyusui.
d) Memberikan yankes pada neonatal, bayi, balita, anak prasekolah, imunisasi dasar
pada bayi.
e) Memberikan pelayanan KB.
f) Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada kehamilan dan persalinan
yang resti baik bagi ibu maupun bayinya.
g) Menampung rujukan bagi dukun bayi dan kader kesehatan.
h) Merujuk kelainan ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu.
i) Melatih dan membina dukun bayi maupun kader.
j) Mencatat dan melaporkan kegiatan yang dilaksanakan pada puskesmas.
8. POB / WOD
Warung Obat Desa (WOD) merupakan masyarakat pedesaan dapat dengan mudah
mendapatkan obat bermutu dan terjangkau untuk pengobatan sendiri. WOD
diselenggarakan oleh kader kesehatan yang telah dilatih atau tenaga kesehatan.
Kader WOD minimal berpendidikan tamat SD/ sederajat yang ditentukan oleh
kepala desa.
Penyelenggaraan WOD mencakup pelayanan penggunaan obat dan pengelolaan
obat. Pembinaan Pelayanan penggunaan obat mengacu pada pedoman pengobatan
WOD, di bawah pengawasan dokter puskesmas. Pembinaan pengelolaan obat
mengacu pada pedoman pengelolaan obat WOD di bawah pengawasan apoteker/
asisten apoteker puskesmas. Pembinaan penyelenggaraan WOD dilakukan oleh
kepala desa dan pembinaan teknis dilakukan oleh puskesmas melalui bidan di
poskesdes. WOD dapat menarik keuntungan dari pelayanan obat sesuai dengan
kemampuan masyarakat setempat.
D. ORGANISASI DAN BADAN KESEHATAN MASYARAKAT GLOBAL
Agus Sammsudrajat (2020) “POLINDES,” STIKes Kapuas Raya Sintang Agus, hal. 1–10.
Kemenkes, R. (2012) “Petunjuk Teknis Pengembangan dan Penyelenggaraan Pos Kesehatan
Desa,” Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, hal. 1–40.
KEMENKES RI (2012) Ayo ke POSYANDU Setiap Bulan, www.promkes.depkes.go.id.
Tersedia pada: https://doi.org/10.1159/000317898.
Peraturan Pemerintah (2021) “Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan,” (086146).
PERMENKES (2014) “PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KLINIK,” hal. 1–18.
PMK (2014) “PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT,” hal. 139.
Undang-undang RI (2019) “Undang-undang RI No. 38 Tahun 2019,” Tentang Kebidanan,
(10), hal. 2–4.
UU NOMOR 36 (2009) “UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36
TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN,” hal. 12–42.