Anda di halaman 1dari 26

Tugas Makalah Bab 1

Sejarah dan Perkembangan Rumah Sakit

Mata Kuliah
Organisasi dan Manajemen RS dan Manajemen Unit Pelayanan RS

ANGGOTA KELOMPOK :
 ANGGUN PRAWIYA P (20220309184)
 NITA ANGGRAENI P (20220309185)
 FA’IDH HUSNAN (20220309186)
 RIZQI KARTIKA WARDANI (20220309212)

PRODI MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH


SAKIT FAKULTAS ILMU-ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL,
JAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan bagian dari kebutuhan manusia yang paling mendasar.
Kesehatan dapat dikatakan sebagai salah satu faktor yang dapat menentukan
indeks pembangunan sumber daya manusia atau Human Development Index
di samping pendidikan dan pendapatan (Depkes RI, 2002). Di dalam
pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan
mempunyai peran penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber
daya manusia Indonesia. Untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut,
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang,
dan terpadu (depkes RI, 2006). Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat antara lain dengan
peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif), dan
pemulihan (rehabilitatif).

Rumah sakit merupakan salah satu institusi perbaikan kesehatan yang


melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan
tenaga kesehatan dan juga untuk penelitian. Rumah sakit memiliki peran
penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tujuan dari
didirikannya rumah sakit yaitu untuk melayani dan memenuhi kebutuhan
pasien dan keluarganya dalam pelayanan kesehatan. Beberapa pelayanan
yang diberikan oleh rumah sakit dalam peningkatan kesehatan antara lain
pelayanan rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik,
dan pelayanan non medik.

Berdirinya rumah sakit tidak luput dari sejarah dan perkembangannya. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui alasan akan berdirinya rumah sakit dan tetap
berpegang teguh pada pendirian awal terbentuknya rumah sakit. Sejarah
rumah sakit juga dapat menjadi acuan maupun pertimbangan terhadap rumah
sakit yang akan berdiri dikemudian hari sehingga inovasi baru akan terus
berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Tidak hanya sejarah,
pembangunan rumah sakit memiliki aspek regulasi sebagai acuan dalam
pembangunannya yaitu UU no. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit. Hal ini
juga didukung oleh sapek-aspek didalamnya salah satunya managemen
keuangan rumah sakit yang dibentuk dan direncanakan guna mencapai
efisiesi dan efektifitas dalam penggunaannya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimanakah sejarah berdirinya rumah sakit dan lembaga rumah
sakit?
1.2.2 Bagaimanakah klasifikasi rumah sakit?
1.2.3 Bagaimanakah aspek regulasi rumah sakit?
1.2.4 Bagaimanakah konsep managemen keuangan rumah sakit?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapum tujuan penulisan paper ini adalah sebagai berikut.
1.2.5 Untuk mengetahui sejarah berdirinya rumah sakit dan lembaga rumah
sakit
1.3.1 Untuk mengetahui klasifikasi rumah sakit
1.3.2 Untuk mengetahui aspek regulasi rumah sakit
1.3.3 Untuk mengetahui konsep managemen keuangan rumah sakit

1.4 Manfaat Penulisan


Adapum manfaat penulisan paper ini adalah sebagai berikut.
1.4.1 Dapat mengetahui sejarah berdirinya rumah sakit dan lembaga rumah
sakit
1.4.2 Dapat mengetahui klasifikasi rumah sakit
1.4.3 Dapat mengetahui aspek regulasi rumah sakit
1.4.4 Dapat mengetahui konsep managemen keuangan rumah sakit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Rumah Sakit


Rumah sakit memiliki arti yang cukup luas. Secara umum rumah sakit
merupakan tempat penyelenggaraan kegiatan di bidang kesehatan,
termasuk pelayanan pemeriksaan dan pengobatan. Beberapa acuan
menyebutkan bahwa rumah sakit merupakan :
 Sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan
kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tentang
kesehatan dan penelitian (Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
986/MENKES/PER/XI/1992 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit)
 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rumah sakit merupakan
rumah tempat merawat orang sakit, tempat menyediakan dan
memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah
kesehatan.
 Menurut WHO, rumah sakit merupakan keseluruhan dari organisasi dan
medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada
masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif, di mana output
layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan, rumah
sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk
penelitian biososial.

Batasan rumah sakit adalah organisasi tenaga medis profesional yang


terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen dalam
menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan perawatan yang
berkesinambungan, diagnosa, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh
pasien.
2.2 Klasifikasi Rumah Sakit
Berdasarkan sistem pengelolaannya, rumah sakit dibagi atas :
 Rumah sakit pemerintah, yaitu rumah sakit yang sistem organisasi dan
operasionalnya diselenggarakan oleh pemerintah
 Rumah sakit swasta, yaitu rumah sakit yang sistem organisasi dan
operasionalnya diselenggarakan oleh swasta yang berbadan hukum
yang bertujuan membantu pemerintah di bidang penyediaan fasilitas
medis
Berdasarkan jenis pelayanan medis dan tujuan pengadaannya, rumah sakit
dibagi menjadi :
 Rumah sakit umum, yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan
medis terhadap segala macam penyakit, termasuk pelayanan bersalin.
 Rumah sakit pendidikan, yaitu rumah sakit yang dihubungkan dengan
pendidikan yang lengkap spesialisasinya dan digunakan secara
menyeluruh oleh satu fakultas kedokteran bagi pendidikan dan riset di
bidang kedokteran tanpa mengganggu kepentingan penderita.
 Rumah sakit khusus, yaitu tempat pelayanan yang menyelenggarakan
pelayanan medik spesialisasi tertentu, pelayanan penunjang medik,
pelayanan perawatan secara rawat jalan, dan rawat inap.
Berdasarkan permenkes RI No. 159b/Menkes/PER/II/1988 mengenai
klasifikasi rumah sakit umum pemerintah, dapat digolongkan sebagai
berikut.
 Kelas A mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik luas dan sub spesialistik luas.
 Kelas B II mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik luas
dan sub spesialistik terbatas.
 Kelas B I mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik sekurang-kurangnya 11 jenis spesialistik.
 Kelas C mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik sekurang-kurangnya 4 jenis spesialistik.
 Kelas D mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
sekurang-kurangnya pelayanan medik dasar.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 SEJARAH DAN KELEMBAGAAN RUMAH SAKIT


Pelayananan rumah sakit di Indonesia dimualai sejak awal abad XVII pada
awal keberadaan VOC (Purwanto dalam Trisnantoro, 2005). Tujuan
pembangunan rumah sakit saat itu untk mengatasi persoalan akibabt
pelayaran jauh dari eropa ke Indonesia. Rumah sakit saat itu tidak
didukung oleh fasilitas medis yang baik, adaptasi klimatis dan
ketidakmampuan mengadaptasi serta mengobati penyakit tropis. Masa
awal berdirinya rumah sakit di Indonesia hanya diperuntukan bagi orang-
orang eropa. Selanjutnya orang Non-Eropa yang bekerja dengan VOC
mendapatkan kesempatan menggunakan rumah sakit, namun dengan
fasilitas dan pelayanan yang berbeda. Selain itu orang Cina diizinkan
mendirikan rumah sakit dengan ilmu kedokteran dan pengobatan
tradisional tanpa pengaruh ilmu kedokteran barat.

Pada awal abad XX rumah sakit yang dikelola orang cina mendapatkan
pengaruh pengobatan barat. Pada akhir abad XVII penduduk pribumi baru
mendapatkan pelayanan kesehatan dari misionaris kristen namun dengan
pelayanan yang terbatas. Baru pada akhir abad XIX upaya pemberian
pelayanan rumah sakit diberikan kepada penduduk pibumi oleh misionaris
Kristen. Secara garis besar sampai akhir abad XIX rumah sakit di
Indonesia merupakan rumah sakit militer untuk anggota militer dan
pegawai VOC serta orang-orang eropa.

Pada pertengah abad XIX muncul pendidikan Dokter Jawa untuk melayani penduduk
pribumi dan didirikan rumah sakit untuk penduduk pribumi. Sejak akhir abad XIX
berkembang rumah sakit swasta yang dikelola oleh pihak perkebunan dan
pertambangan . pada akhir abad XX terjadi pergeseran kelembagaan rumah sakit dari
bersifat non-profit menjadi bersifat profit.
Dari uraian sejarah rumah sikt tersebut menunjukan bahwa rumah sakit di
Indonesia berasal dari sistem berbasis rumah sakit militer, diikuti rumah
sakit keagamaan yang selanjutnya berkembang menjadi rumah sakit
pemerintah setelah masa kemerdekaan.
Kelembagaan Rumah Sakit
Terdapat dua jenis kelembagaan rumah sakit, yaitu rumah sakit for profit
dan rumah sakit non profit. namun ada rumah sakit yang memiliki sistem
kelembagaan diantara kedua sistem kelembagaan tersebut. Menurut Dees
(dalam Trisnantoro, 2005) rumah sakit tersebut memiliki sistem campuran
antara for profit dan don profit. kelembagaan rumah sakit dapat dibedakan
dengan beberapa indikator, yaitu:
Indikator Non Profit Campuran For Profit
Motivasi Demi Motivasi Untuk maksud
kebaikan campuran sendiri
Metode Dipandu oleh Dipandu oleh Dipandu oleh
misi misi dan nilai- nilai pasar
nilai pasar
Tujuan Nilai-nilai Nilai-nilai sosial Nilai-nilai
sosial dan ekonomi ekonomi
Pengguna Tidak Mempunyai Membayar tarif
membayar subsidi bedasarkan nilai
sama sekali berdasarkan pasar
kemampuan dan
mereka yang
tidak membayar
sama sekali
Modal Sumbangan Campuran antara Modal yang
dana sumbangan dana berddasarkan nilai
kemanusiaan kemanusiaan dan pasar
dan hibah modal yang
dinilai
berdasarkan pasar
Tenaga kerja Sukarela Dibayar dibawah Kompensasi
nilai pasar, atau berdasarkan nilai
campuran antara pasar
sukarela dengan
yang dibayar
penuh
Pasokan Diberikan Ada potongan Pasokan bahan
bahan pasokan khusus, atau dibayar
bahan campuran antara berdasarkan nilai
berdasarkan sumbangan pasar
sumbangan dengan pasokan
kemanusiaan yang full-price

Menurut Folland batasan nonprofit secara hukum tidak boleh ada pihak
yang menerima sisa hasil usaha. Di amerika terdapat dua ciri yang
membedakan kelembagaan bersifar profit dengan non profit, yaitu
lembaga non profit tidak perlu membayar pajak dan sumbangan ke
lembaga non profit akan mengurangi pajak bagi pihak yang menyumbang.
Definisi kelembagaan rumah sakit non profin di Amerika sulit untuk di
terapkan di Indonesia. Hal ini karenan di Indonesia rumah sakit for profit
dan non profit mendapatkan perlakuaan pajak yang sama.

3.2 JENIS-JENIS RUMAH SAKIT


A. Jenis Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang rumah sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan
dan pengelolaannya.
1. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit
dikategorikan dalam rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.
a. Rumah sakit umum, memberikan pelayanan kesehatan pada semua
bidang dan jenis penyakit.
b. Rumah sakit khusus, memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
2. Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi rumah
sakit publik dan rumah sakit privat.
a. Rumah sakit publik sebagaimana dimaksud dapat dikelola oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat
nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola pemerintah dan
pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan
Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah sakit
publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah
sebagaimana dimaksud tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit
privat.
b. Rumah sakit privat sebagaimana dimaksud dikelola oleh badan
hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau
persero. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit dapat ditetapkan
menjadi rumah sakit pendidikan setelah memenuhi persyaratan dan
standar rumah sakit pendidikan.
B. Klasifikasi Rumah Sakit Di Indonesia
Dalam rangka penyelenggaraan kesehatan secara berjenjang dan fungsi
rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan
berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
rumah sakit, rumah sakit umum diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Rumah Sakit umum kelas A
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis
dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis
lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.
b. Rumah Sakit umum kelas B
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis
dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis
lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.
c. Rumah Sakit umum kelas C
Adalah Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum
yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang
medik.
d. Rumah Sakit umum kelas D.
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.
Klasifikasi Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud terdiri atas :
a. Rumah Sakit khusus kelas A
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap.
b. Rumah Sakit khusus kelas B
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang terbatas.
c. Rumah Sakit khusus kelas C.
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang minimal.
Untuk rumah sakit swasta dibagi lagi menjadi :
a. Rumah sakit umum tingkat utama, rumah sakit tipe ini memiliki
pelayanan medic umum, spesialistik, dan subspesialistik
b. Rumah sakit umum tingkat madya, rumah sakit tipe ini minimal
memiliki 4 (empat) macam pelayanan medic spesialistik
c. Rumah sakit umum tingkat pratama, rumah sakit tipe ini memiliki
pelayanan medic umum
3.3 ASPEK REGULASI RUMAH SAKIT
Perizinan rumah sakit untuk rumah sakit pemerintah maupun swasta
merupakan aktivitas regulasi, dimana pemerintah mempunyai peranan penting
dalam aspek regulasi rumah sakit yang bertujuan untuk menjamin keselamatan
pasien. Perizinan merupakan mekanisme regulasi mutu pelayanan yang
bertujuan untuk menjamin bahwa lembaga pelayanan atau individu tenaga
kesehatan tersebut, yang dalam konteks ini merupakan pelayanan rumah sakit,
dapat memenuhi standar kompetensi minimal untuk melindungi keselamatan
publik.

Dengan adanya desentralisasi di bidang kesehatan, dimana pemerintah


mempunyai tiga peran utama yaitu sebagai regulator, pemberi dana, dan
pelaksana kegiatan, maka peran pemerintah sebagai pelaksana kegiatan dapat
dilakukan oleh rumah sakit pemerintah maupun poliklinik kesehatan
pemerintah, peran pemberi dana dapat dilakukan oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah, serta peran regulasi dapat dilakukan oleh
Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, fungsi dinas kesehatan tingkat kabupaten
atau kota sebagai penetap kebijakan dan regulator bidang kesehatan harus
semakin dikembangkan. Sebagai regulator, maka dinas kesehatan berperan
untuk melakukan pengawasan dan regulasi terhadap berbagai jenis fasilitas
pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit, baik rumah sakit milik pemerintah
ataupun milik swasta.

Perizinan atau lisensi rumah sakit merupakan suatu proses pemberian izin oleh
pemerintah kepada lembaga pelayanan kesehatan, yang dalam konteks ini
adalah rumah sakit, untuk menjalankan misinya. Regulasi lisensi dilakukan
untuk menjamin bahwa rumah sakit tersebut telah memnuhi standar minimal
untuk melindungi keselamatan publik dan tenaga kesehatan. Perizinan rumah
sakit merupakan regulasi yang diterapkan bagi seluruh rumah sakit baik itu
rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta, yang bertujuan untuk
melindungi keselamatan masyarakat, melalui penerapan standar minimal yang
harus dipenuhi sejak pendirian, penyelenggaraan sampai monitoring rumah
sakit, serta untuk menetapkan bahwa pihak yang mengajukan izin pendirian
rumah sakit mempunyai kualifikasi, latar belakang dan sumber daya yang
memadai untuk memenuhi standar tersebut.

Pemerintah sendiri telah mengesahkkan Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, dimana di dalam undang-
undang tersebut telah diatur persyaratan rumah sakit, jenis dan klasifikasi
rumah sakit, serta perizinan rumah sakit.
Bab V mengatur tentang persyaratan rumah sakit, diantaranya :
➢ Pasal 7
(1) Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana,
sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan.
(2) Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
atau swasta.
(3) Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus berbentuk Unit Pelaksana
Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi tertentu,
atau Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan Badan Layanan
Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (2) harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya
hanya bergerak di bidang perumahsakitan.
➢ Pasal 8 yang mengatur lokasi rumah sakit
(1) Persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus
memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan
tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan
penyelenggaraan Rumah Sakit.
(2) Ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyangkut Upaya Pemantauan
Lingkungan, Upaya Pengelolaan Lingkungan dan/atau dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(3) Ketentuan mengenai tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, Rencana Tata Ruang
Kawasan Perkotaan dan/atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
(4) Hasil kajian kebutuhan penyelenggaraan Rumah Sakit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus didasarkan pada studi kelayakan dengan
menggunakan prinsip pemerataan pelayanan, efisiensi dan efektivitas,
serta demografi.
➢ Pasal 9 yang mengatur bangunan rumah sakit
Persyaratan bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus
memenuhi :
a. persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung pada
umumnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
b. persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi,
kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang
cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut.
➢ Pasal 10 yang mengaur bangunan rumah sakit
(1) Bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 harus
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang
paripurna, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.
(2) Bangunan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit terdiri atas ruang:
a. rawat jalan;
b. ruang rawat inap;
c. ruang gawat darurat;
d. ruang operasi;
e. ruang tenaga kesehatan;
f. ruang radiologi;
g. ruang laboratorium;
h. ruang sterilisasi;
i. ruang farmasi;
j. ruang pendidikan dan latihan;
k. ruang kantor dan administrasi;
l. ruang ibadah, ruang tunggu;
m. ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit;
n. ruang menyusui;
o. ruang mekanik;
p. ruang dapur;
q. laundry;
r. kamar jenazah;
s. taman;
t. pengolahan sampah; dan
u. pelataran parkir yang mencukupi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis bangunan Rumah
Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
Peraturan Menteri.
➢ Pasal 11 yang mengatur prasarana rumah sakit
(1) Prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
dapat meliputi:
a. instalasi air;
b. instalasi mekanikal dan elektrikal;
c. instalasi gas medik;
d. instalasi uap;
e. instalasi pengelolaan limbah;
f. pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
g. petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat;
h. instalasi tata udara;
i. sistem informasi dan komunikasi; dan
j. ambulan.
(2) Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi standar
pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja
penyelenggaraan Rumah Sakit
(3) Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dalam keadaan
terpelihara dan berfungsi dengan baik.
(4) Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai
kompetensi di bidangnya.
(5) Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus didokumentasi dan dievaluasi secara
berkala dan berkesinambungan.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai prasarana Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (5) diatur
dengan Peraturan Menteri.
➢ Pasal 12 yang mengatur sumber daya manusia
(1) Persyaratan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1) yaitu Rumah Sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputi
tenaga medis dan penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga
kefarmasian, tenaga manajemen Rumah Sakit, dan tenaga nonkesehatan.
(2) Jumlah dan jenis sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus sesuai dengan jenis dan klasifikasi Rumah Sakit.
(3) Rumah Sakit harus memiliki data ketenagaan yang melakukan praktik
atau pekerjaan dalam penyelenggaraan Rumah Sakit.
(4) Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga tidak tetap dan konsultan
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan.
➢ Pasal 13
(1) Tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran di Rumah Sakit wajib
memiliki Surat Izin Praktik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di Rumah Sakit wajib memiliki
izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja
sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit, standar
prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak
pasien dan mengutamakan keselamatan pasien.
(4) Ketentuan mengenai tenaga medis dan tenaga kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
➢ Pasal 14
(1) Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga kesehatan asing sesuai
dengan kebutuhan pelayanan.
(2) Pendayagunaan tenaga kesehatan asing sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) hanya dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan alih
teknologi dan ilmu pengetahuan serta ketersediaan tenaga kesehatan
setempat.
(3) Pendayagunaan tenaga kesehatan asing sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) hanya dilakukan bagi tenaga kesehatan asing yang telah memiliki
Surat Tanda Registrasi dan Surat Ijin Praktik.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan tenaga kesehatan asing
pada ayat (1) ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
➢ Pasal 15 yang mengatur tentang kefarmasian
(1) Persyaratan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
bermutu, bermanfaat, aman dan terjangkau.
(2) Pelayanan sediaan farmasi di Rumah Sakit harus mengikuti standar
pelayanan kefarmasian.
(3) Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai di
Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi farmasi sistem satu pintu.
(4) Besaran harga perbekalan farmasi pada instalasi farmasi Rumah Sakit
harus wajar dan berpatokan kepada harga patokan yang ditetapkan
Pemerintah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan kefarmasian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
➢ Pasal 16 yang mengatur tentang peralatan
(1) Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
meliputi peralatan medis dan nonmedis harus memenuhi standar
pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai.
(2) Peralatan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diuji dan
dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan
dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.
(3) Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan
dan harus diawasi oleh lembaga yang berwenang.
(4) Penggunaan peralatan medis dan nonmedis di Rumah Sakit harus
dilakukan sesuai dengan indikasi medis pasien.
(5) Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah Sakit harus
dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya.
(6) Pemeliharaan peralatan harus didokumentasi dan dievaluasi secara
berkala dan berkesinambungan
(7) Ketentuan mengenai pengujian dan/atau kalibrasi peralatan medis,
standar yang berkaitan dengan keamanan, mutu, dan manfaat
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
➢ Pasal 17
Rumah Sakit yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal
15, dan Pasal 16 tidak diberikan izin mendirikan, dicabut atau tidak
diperpanjang izin operasional Rumah Sakit.

Bab VI mengatur tentang jenis dan klasifikasi rumah sakit, diantaranya :


➢ Pasal 18
Rumah Sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.
➢ Pasal 19
(1) Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit
dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.
(2) Rumah Sakit Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
(3) Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan
pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau
kekhususan lainnya.
➢ Pasal 20
(1) Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah
Sakit publik dan Rumah Sakit privat.
(2) Rumah Sakit publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikelola
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat
nirlaba.
(3) Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah
diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau
Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat dialihkan menjadi
Rumah Sakit privat.
➢ Pasal 21
Rumah Sakit privat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dikelola
oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas
atau Persero.
➢ Pasal 22
(1) Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit pendidikan setelah
memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan.
(2) Rumah Sakit pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan Menteri yang
membidangi urusan pendidikan.
➢ Pasal 23
(1) Rumah Sakit pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
merupakan Rumah Sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan
penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran,
pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan
lainnya.
(2) Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan dapat dibentuk
Jejaring Rumah Sakit Pendidikan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah Sakit pendidikan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
➢ Pasal 24 yang mengatur tentang klasifikasi rumah sakit
(1) Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang
dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus
diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah
Sakit.
(2) Klasifikasi Rumah Sakit umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas :
a. Rumah Sakit umum kelas A;
b. Rumah Sakit umum kelas B
c. Rumah Sakit umum kelas C;
d. Rumah Sakit umum kelas D.
(3) Klasifikasi Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas :
a. Rumah Sakit khusus kelas A;
b. Rumah Sakit khusus kelas B;
c. Rumah Sakit khusus kelas C.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Bab VII mengatur tentang perizinan rumah sakit, diantaranya :


➢ Pasal 25
(1) Setiap penyelenggara Rumah Sakit wajib memiliki izin.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari izin mendirikan
dan izin operasional.
(3) Izin mendirikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan
untuk jangka waktu 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 (satu)
tahun.
(4) Izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali selama
memenuhi persyaratan.
(5) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan setelah memenuhi
persyaratan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
➢ Pasal 26
(1) Izin Rumah Sakit kelas A dan Rumah Sakit penanaman modal asing atau
penanaman modal dalam negeri diberikan oleh Menteri setelah
mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang
kesehatan pada Pemerintah Daerah Provinsi.
(2) Izin Rumah Sakit penanaman modal asing atau penanaman modal dalam
negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah mendapat
rekomendasi dari instansi yang melaksanakan urusan penanaman modal
asing atau penanaman modal dalam negeri.
(3) Izin Rumah Sakit kelas B diberikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi
setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang berwenang di
bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
(4) Izin Rumah Sakit kelas C dan kelas D diberikan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota setelah mendapat rekomendasi dari pejabat yang
berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
➢ Pasal 27
Izin Rumah Sakit dapat dicabut jika:
a. habis masa berlakunya;
b. tidak lagi memenuhi persyaratan dan standar;
c. terbukti melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan;
dan/atau
d. atas perintah pengadilan dalam rangka penegakan hukum.
➢ Pasal 28
Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan diatur dengan Peraturan Menteri.

3.4 KONSEP DASAR MANAGEMENT KEUANGAN


Manajemen keuangan ialah bagaimana merencanakan dan memperoleh biaya
atau dana, kemudian mempergunakannya dengan efisien, dengan tujuan untuk
mencegah meningkatnya pembiayaan dan mencegah kebocoran yang tidak
berguna.

Secara operasional manajemen keuangan di Rumah Sakit harus dapat


menghasilkan data, informasi dan petunjuk untuk membantu pimpinan Rumah
Sakit dalam merencanakan, mengendalikan dan mengawasi seluruh kegiatan
agar mutu pelayanan dapat dipertahankan atau ditingkatkan pada tingkat
pembiayaan yang wajar.

Manajemen keuangan terdiri dari penganggaran, akuntansi, dan pengawasan.


Berikut penjelasan masing-masing bagian dari manajemen keuangan.

1. Penganggaran
Penganggaran adalah proses kegiatan yang menghasilkan anggaran sebagai
suatu hasil kerja (out-put), serta berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi
anggaran, yaitu fungsi pedoman kerja, alat pengkoordinasian kerja dan
pengawasan kerja.

Sebagai pedoman kerja, anggaran memberikan arah serta sekaligus


memberikan target yang harus dicapai oleh kegiatan rumah sakit pada waktu
yang akan datang. Sebagai alat koordinasi, anggaran mengkoordinasikan
semua bagian yang ada di rumah sakit sehingga saling menunjang, saling
bekerja sama dengan baik untuk menuju sasaran yang telah ditetapkan.
Demikian juga anggaran sebagai tolok ukur maupun pembanding untuk
menilai realisasi kegiatan rumah sakit, kelemahan maupun kekuatan yang
dimiliki oleh rumah sakit. Hal ini menunjukkan bahwa anggaran dapat pula
berfungsi sebagai alat pengawasan kerja.
2. Akutansi
Akuntansi ialah suatu sistem yang merupakan salah satu pokok kegiatan
dalam manajemen keuangan yang terdiri dari kegiatan mencatat,
mengklasifikasikan dan menyimpulkan semua transaksi dan kejadian-
kejadian dalam suatu organisasi yang menyangkut keuangan, sehingga
didapatkan suatu data atau informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan.
Hasil akhir dari akuntansi adalah laporan keuangan yang berbentuk :
a. Neraca (Balance sheet)
b. Laporan keuangan (Income statement)
c. Laporan perubahan keuangan.

Fungsi utama akuntansi di Rumah sakit adalah sebagai sumber informasi


yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dalam pemecahan masalah
dan perencanaan untuk keberhasilan pengembangan Rumah Sakit. Secara
umum akuntansi tidak lepas dari biaya (cost), dengan perhitungan biaya
yang berbeda akan menghasilkan akuntansi biaya yang berbeda pula serta
berdampak pada pengambilan keputusan yang berbeda. Dengan demikian
untuk pengambilan keputusan yang tepat serta keberhasilan perencanaan
diperlukan sistem dan pelaksanaan akuntansi Rumah Sakit secara optimal.

3. Pengawasan
Pengawasan manajemen keuangan hampir sama dengan manajemen pada
umumnya yaitu suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar
pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem
informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar
yang telah diterapakan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang
diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan
digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
perusahaan.
Tiga tipe dasar pengawasan yang dapat dilakukan sebagai berikut:
 Pengawasan pendahuluan (feedforward control), atau sering disebut
steering controls, dirancang untuk mengantisipasi masalahmasalah
atau penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan dan
memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu
diselesaikan.
 Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
kegiatan (concurrent control), sering disebut pengawsan Ya-Tidak ,
screening controls atau Berhenti-Terus, dilakukan selama suatu
kegiatan berlangsung.
 Pengawasan umpan balik (feedback control), sering dikenal sebagai
past-action controls, mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang
telah diselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan dari rencana atau
standar ditentukan, dan penemuam-penemuan diterapkan untuk
kegiatan-kegiatan serupa dimasa yang akan datang. Pengawasan
bersifat historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN

Menurut WHO, rumah sakit merupakan keseluruhan dari organisasi dan


medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada
masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif, di mana output layanannya
menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan, rumah sakit juga
merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian
biososial. Tujuan dari didirikannya rumah sakit yaitu untuk melayani dan
memenuhi kebutuhan pasien dan keluarganya dalam pelayanan kesehatan.
sejarah rumah sakit penting diketahui sebagai acuan dasar untuk
mengembangkan inovasi dalam pembangunan rumah sakit sesuai dengan
perkembangan zaman. Selain itu rumah sakit juga dibentuk atas dasar
aspek regulasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan mengacu
pada UU no 44 tahun 2009. Selain itu dalam membangun rumah sakit
diperlukan managemen dalam keuangan sesuai dengan kebutuhan dari
rumah sakit tersebut.

4.2 SARAN
- Dalam pembangunan rumah sakit harus melihat acuan dalam UU no.
44 tahun 2009.
- Diperlukan perencanaan dalam memanagement keuangan untuk
mencapai efektif dan efisien dalam penggunaannya.
DAFTAR PUSTAKA
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25391/4/Chapter%20II.pdf)

Hikmatin, Inni dkk. 2006. Studi Kasus Deskriptif Efektivitas Pelaksanaan


Regulasi Perizinan Rumah Sakit Umum. Tersedia di
http://www.journal.ugm.ac.id/index.php/jmpk/article/download/2745/2467.
9 April 2014.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah


Sakit

Anonim. 2013. Managemen, Pengertian dan Fungsinya. http://www.indonesian-


publichealth.com/2013/03/manajemen-pengertian-dan-fungsinya.html
(diakses pada tanggal 4 April 2014)

Djunaeni, Henni. Tanpa Tahun. Akutansi Rumah Sakit tersedia di


Http://pustaka.unpad.ac.id. (diakses pada tanggal 4 April 2014)

Djunaedi, Henni. Tanpa Tahun. Sistem Penggangguran Rumah Sakit. Tersedia di


http://pustaka.unpad.ac.id (diakses pada tanggal 4 April 2014)

Trisnantoro,Laksono . 2005. Aspek Strategis Manajemen Rumah Sakit Antara


Misi Sosial Dan Tekanan Pasar. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai