Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada
penyakit, yaitu hanya menunggu sampai ada yang sakit, barulah kemudian
yang bersangkutan diberi pengobatan. Dalam keadaan yang memerlukan, si
sakit dirawat di rumah sakit. Sesudah sembuh dipulangkan, ditimpa oleh
penyakit yang sama sehingga yang bersangkutan dirawat kembali di rumah
sakit. Demikian siklus ini berlangsung terus, sampai kemudian disadari,
bahwa sebenarnya untuk memelihara kesehatan masyarakat diperlukan
suatu rangkaian usaha yang lebih luas, di mana perawatan dan
pengobatan di rumah sakit hanyalah salah satu bagian kecil dari rangkaian
usaha tersebut.

Efektivitas suatu pengobatan, selain dipengaruhi oleh pola pelayanan


kesehatan yang ada serta sikap dan keterampilan para pelaksananya,
juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan, sikap, pola hidup pasien dan
keluarganya. Selain itu, tergantung juga pada kerja sama yang positif
antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarganya. Kalau pasien
dan keluarganya memiliki pengetahuan tentang cara-cara penyembuhan
dan pencegahan penyakit, serta keluarga pasien mampu dan mau
berpartisipasi secara positif, maka hal ini akan membantu peningkatan
kualitas kesehatan masyarakat pada umumnya.

Promosi Kesehatan di Rumah Sakit (PKRS) berusaha mengembangkan


pengertian pasien, keluarga, dan pengunjung rumah sakit tentang penyakit dan
peri'cegahannya. Selain itu, Promosi kesehatan di Rumah Sakit juga berusaha
menggugah kesadaran dan minat pasien, keluarga, dan pengunjung rumah
sakit untuk
berperan secara positif dalam usaha penyembuhan
dan
pencegahan
penyakit.
Oleh karena itu, Promosi Kesehatan
di Rumah
Sakit merupakan
bagian yang tidak terpisah
dari program pelayanan
kesehatan di rumah sakit.

Efektivitas suatu pengobatan, selain dipengaruhi oleh pola pelayanan


kesehatan yang ada serta sikap dan keterampilan para pelaksananya, jga
sangat dipengaruhi oleh lingkungan, sikap, poa hidup pasien dan
keluarganya.. selain itu, tergantung juga ada kerja sama yang positif antara

petugas kesehatan dengan pasien dan keluarganya. Kalau pasien dan


keluarganya memiliki pengetahuan tentang ccara-cara penyembuhan dan
pencegahan penyakit, serta keluarga pasien mampu dan mau berpartisipasi
secara positif, maka hal ini akan membantu peningkatan kualitas kesehatan
masyarakat pada umumnya. (Kemenkes RI, 2010).
Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2015 adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui
terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh
penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup
sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata diseluruh wilayah Republik
Indonesia (Depkes RI, 2010).
Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan

kesehatan

secara merata

dengan mengutamakan upaya

penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan secara


serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk
pendidikan tenaga dan penelitian. Rumah sakit juga merupakan institusi
yang dapat memberi keteladanan dalam budaya hidup bersih dan sehat serta
kebersihan lingkungan (Depkes RI. 2009).
Promosi kesehatan dirumah sakit (PKRS) berusaha mengembangkan
pengertian pasien, keluarga dan pengunjung rumah sakit tentang penyakit
dan pencegahannya. Selain itu promosi kesehatan dirumah sakit juga
berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien, keluarga dan pengunjung
rumah sakit untuk berperan secara positif dalam usaha penyembuhan dan
pencegaha penyakit. Oleh karena itu, promosi kesehatan dirumah sakit
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program pelayanan kesehatan
dirumah sakit. (Kemenkes RI, 2010)
Oleh karena itu, makalah ini membahas masalah hasil kunjungan
kerumah sakit untuk mengetahui masalah yang terjadi di rumah sakit, dan

membuat program promosi kesehatan dirumah sakit berdasarkan dengan


permasalahan yang telah ditemukan dirumah sakit tersebut.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan efektivitas media larangan merokok untuk menurunkan
prevalensi perokok dirumah sakit islam khususnya di paviliun Arafah
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah mengenai jumlah perokok yang terlihat
merokok didepan paviliun arafah
b. Mengusulkan rencana pembaharuan media cetak mengenai larangan
merokok yang ditempelkan didalam maupun diluar ruangan untuk
mengurangi masalah perokok yang merokok didepan paviliun arafah
c. Menganalisis keefektifan media cetak mengenai larangan merokok
dengan menurunnya perokok yang merokok didepan ruang paviliun
arafah
1.3 Manfaat Praktikum
1. Bagi keluarga yang menjaga pasien
Manfaat yang didapatkan bagi keluarga yang menjaga pasien dan atau
diri sendiri maupun pengunjung pasien untuk tidak merokok didalam
lingkungan rumah sakit terutama didepan ruang rawat inap
2. Bagi Instansi Rumah Sakit
untuk meningkatkan himbauan mengenai kawasan tanpa asap rokok dan
larangan merokok di ruangan lain bagi pengunjung pasien dan keluarga
pasien didalam lingkungan rumah sakit
3. Bagi Instansi Pendidikan
Menambah wawasan serta pengetahuan bagi mahasiswa kesehatan
khususnya dalam peminatan promosi kesehatan dan sebagai bahan
acuan untuk pelaksanaan praktikum selanjutnya

4. Bagi Mahasiswa yang melaksanakan praktikum sendiri


pelaksanaan praktikum ini dapat menambah pengalaman dalam
pengembangan ilmu juga dapat mengeal karakteristik dan perilaku
merokok keluarga pasien selama dirumah sakit

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Rumah Sakit


A. Definisi Rumah sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014 pasal 1
tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat
Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan:
1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan;
2. Memberikan

perlindungan

terhadap

keselamatan

pasien,

masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di


rumah sakit;
3. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan
rumah sakit; dan
4. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat,
sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.
B. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Dalam undang-undang tersebut juga
dijelaskan fungsi rumah sakit yaitu :
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis;

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia


dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan; dan
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan;
C. Bangunan Rumah Sakit
Bangunan rumah sakit seharusnya memenuhi persyaratan administratif dan
persayaratan teknis guna untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang
paripurna, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan. Bangunan yang dimaksud diatas terdiri
dari beberapa ruang, yaitu :
1. rawat jalan;
2. ruang rawat inap;
3. ruang gawat darurat;
4. ruang operasi;
5. ruang tenaga kesehatan;
6. ruang radiologi;
7. ruang laboratorium;
8. ruang sterilisasi;
9. ruang farmasi;
10. ruang pendidikan dan latihan;
11. ruang kantor dan administrasi;
12. ruang ibadah, ruang tunggu;
13. ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit
14. ruang menyusui;
15. ruang mekanik;
16. ruang dapur;
17. laundry
18. kamar jenazah;
19. taman;
20. pengolahan sampah; dan
21. pelataran parkir yang mencukupi.
Dengan prasarana yang dimiliki rumah sakit yaitu sebagai berikut :
a. instalasi air;
b. instalasi mekanikal dan elektrikal;

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

instalasi gas medik;


instalasi uap;
instalasi pengelolaan limbah;
pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat;
instalasi tata udara;
sistem informasi dan komunikasi; dan
ambulan.

D. Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit


Rumah sakit dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.
Berdasarkan

jenis

pelayanan

yang

diberikan,

Rumah

Sakit

dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.


1. Rumah Sakit Umum memberikan pelayanan kesehatan pada
semua bidang dan jenis penyakit.
2. Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin
ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan
lainnya.
Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi
Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit privat.
1. Rumah Sakit publik dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah Sakit
publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah
diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan
Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah Sakit publik
yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapat
dialihkan menjadi Rumah Sakit privat.
2. Rumah Sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan
profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.
E. Klasifikasi dan Struktur Organisasi Rumah Sakit
1. Klasifikasi Rumah Sakit
Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara
berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit

khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan


pelayanan Rumah Sakit. Rumah sakit umum diklasifikasikan
menjadi :
a. Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang
medik, 12 (dua belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas)
subspesialis.
b. Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang
medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.
c. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis
penunjang medik.
d. Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 2 (dua) spesialis dasar. (UU RI no. 44 tahun 2009)
2.2 PROMOSI KESEHATAN
Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh,
untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan.
Jika definisi itu diterapkan di rumah sakit, maka dapat dibuat
rumusan sebagai berikut: Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit (PKRS)
adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien,
klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri

dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan


kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan
kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan, dan mengembangkan
upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui pembelajaran
dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka,
serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
A. PELUANG PROMOSI KESEHATAN
Banyak sekali tersedia peluang untuk melaksanakan promosi
kesehatan di rumah sakit. Secara umum peluang itu dapat
dikategorikan sebagai berikut.
1. Di dalam gedung
Di dalam gedung rumah sakit, PKRS dilaksanakan seiring
dengan pelayanan yang diselenggarakan rumah sakit. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa di dalam gedung,
terdapat peluang-peluang:
a. PKRS di ruang pendaftaran/administrasi, yaitu di
ruang

di

mana

melapor/mendaftar

pasien/klien
sebelum

harus

mendapatkan

pelayanan rumah sakit.


b. PKRS dalam pelayanan rawat jalan bagi pasien,
yaitu di poliklinik-poliklinik seperti' poliklinik
kebidanan

dan

kandungan,

poliklinik

mata,

poliklinik

poliklinik
bedah,

anak,

poliklinik

penyakit dalam, poliklinik THT, dan lain-lain.


c. PKRS dalam pelayanan rawat inap bagi pasien,
yaitu di ruang-ruang rawat darurat, rawat intensif,
dan rawat inap.
d. PKRS dalam pelayanan penunjang medik bagi
pasien, yaitu terutama di pelayanan obat/apotik,
pelayanan laboratorium, dan pelayanan rehabilitasi
medik, bahkan juga kamar mayat.
e. PKRS dalam pelayanan bagi klien (orang sehat),
yaitu seperti di pelayanan KB, konseling gizi,

bimbingan senam, pemeriksaan kesehatan (check


up), konseling kesehatan jiwa, konseling kesehatan
remaja, dan lain-lain.
f. PKRS di ruang pembayaran rawat inap, yaitu di
ruang

di

mana

pasien

rawat

inap

harus

menyelesaikan pembayaran biaya rawat inap,


sebelum meninggalkan rumah sakit.
2. Di luar gedung
Kawasan luar gedung rumah sakit pun dapat dimanfaatkan
secara maksimal untuk PKRS, yaitu:
a. PKRS di Tempat Parkir, yaitu pemanfaatan ruang
yang ada di lapangan/gedung parkir sejak dari
bangunan gardu parkir sampai ke sudut-sudut
lapangan gedung parkir.
b. PKRS di Taman rumah sakit, yaitu baik tamantaman yang ada di depan, samping/sekitar maupun
di dalam/halaman dalam rumah sakit.
c. PKRS di dinding luar rumah sakit.
d. PKRS di tempat-tempat umum di lingkungan
rumah sakit misalnya tempat ibadah yang tersedia
di rumah sakit (misalnya masjid atau musholla) dan
di kantin/toko-toko/kios-kios.
e. PKRS di pagar pembatas kawasan rumah sakit.
B. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
Sebagaimana disebutkan dalam Keputusan Menteri
Kesehatan

Nomor

1193/Menkes/SK/X/2004

tentang

Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dan Keputusan


Menteri

Kesehatan

Nomor

1114/Menkes/SK/VIII/2005

tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah,


strategi dasar utama Promosi Kesehatan adalah:
1. Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah ujung tombak dari upaya
Promosi Kesehatan di rumah sakit. Pada hakikatnya
pemberdayaan

adalah

upaya

membantu

atau

memfasilitasi
pengetahuan,

pasien/klien,
kemauan,

sehingga

dan

memiliki

kemampuan

untuk

mencegah dan atau mengatasi masalah kesehatan yang


dihadapinya. Karena itu, pemberdayaan hanya dapat
dilakukan terhadap pasien/klien.
Dalam pelaksanaannya, upaya ini umumnya berbentuk
pelayanan konseling terhadap:
a. Bagi klien rawat jalan dapat dilakukan konseling,
baik untuk mereka yang menderita suatu penyakit
(misalnya konseling penyakit dalam) maupun untuk
mereka yang sehat (misalnya konseling gizi,
konseling KB). Bagi klien yang sehat dapat pula
dibuka kelompok-kelompok diskusi, kelompokkelompok senam, kelompok-kelompok paduan
suara, dan lain-lain.
b. Bagi pasien rawat inap dapat dilakukan beberapa
kegiatan, seperti: konseling di tempat tidur (disebut
juga

bedside

kelompok

health

(untuk

meninggalkan
(menyediakan

promotion),
penderita

tempat
atau

tidur),

membacakan

konseling

yang

dapat

biblioterapi
bahan-bahan

bacaan bagi pasien).


Dengan pemberdayaan diharapkan pasien berubah dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi mau, dan
dari mau menjadi mampu untuk melaksanakan
perilaku-perilaku yang dikehendaki guna mengatasi
masalah kesehatannya.
2. Bina Suasana
Pemberdayaan akan lebih cepat berhasil bila didukung
dengan kegiatan menciptakan suasana atau lingkungan
yang kondusif. Tentu saja lingkungan yang dimaksud

adalah lingkungan yang diperhitungkan memiliki


pengaruh terhadap pasien yang sedang diberdayakan.
Kegiatan menciptakan suasana atau lingkungan yang
kondusif ini disebut bina suasana.
a. Bagi pasien rawat jalan (orang yang sakit)
Lingkungan yang berpengaruh adalah keluarga atau
orang yang mengantarkannya ke rumah sakit.
Sedangkan bagi klien rawat jalan (orang yang
sehat), lingkungan yang berpengaruh terutama
adalah para petugas rumah sakit yang melayaninya.
Mereka

ini

diharapkan

untuk

membantu

memberikan penyuluhan kepada pasien dan juga


menjadi teladan dalam sikap dan tingkah laku.
Misalnya teladan tidak merokok, tidak meludah
atau membuang sampah sembarangan, dan lain
sebagainya.
b. Pengantar pasien (orang sakit)
Pengantar pasien tentu tidak mungkin dipisahkan
dari pasien untuk misalnya dikumpulkan dalam satu
ruangan dan diceramahi. Oleh karena itu, metode
yang tepat di sini adalah penggunaan media, seperti
misalnya
pembaangan

pembagian
poster,

selebaran
atau

(leaflet),

penayangan

video

berkaitan dengan penyakit dari pasien.


c. Klien yang sehat
Yang berkunjung ke klinik-klinik konseling atau ke
kelompok senam, petugas-petugas rumah sakit
yang melayani mereka sangat kuat pengaruhnya
sebagai panutan. Maka, di tempat-tempat ini
pengetahuan, sikap, dan perilaku petugas rumah
sakit yang melayani harus benar-benar konsisten
dengan pelayanan yang diberikannya. Misalnya:

tidak merokok, tidak meludah atau membuang


sampah sembarangan, dan lain sebagainya.
d. Bagi pasien rawat inap
Lingkungan yang berpengaruh terutama adalah
para penjenguk pasien (pembesuk). Pembagian
selebaran dan pemasangan poster yang sesuai
dengan penyakit pasien yang akan mereka jenguk
dapat dilakukan. Selain itu, beberapa rumah sakit
melaksanakan penyuluhan kelompok kepada para
pembesuk ini, yaitu dengan mengumpulkan mereka
yang menjenguk pasien yang sama penyakitnya
dalam satu ruangan untuk mendapat penjelasan dan
berdiskusi dengan dokter ahli dan perawat yang
menangani penderita. Misalnya, tiga puluh menit
sebelum jam besuk para penjenguk pasien penyakit
dalam diminta untuk berkumpul dalam satu
ruangan. Kemudian datang dokter ahli penyakit
dalam atau perawat mahir yang mengajak para
penjenguk ini berdiskusi tentang penyakit-penyakit
yang diderita oleh pasien yang akan dijenguknya,
Pada akhir diskusi, dokter ahli penyakit dalam atau
perawat mahir tadi berpesan agar hal-hal yang telah
di diskusikan disampaikan juga kepada pasien yang
akan dijenguk.
e. Ruang di luar gedung rumah sakit juga dapat
dimanfaatkan untuk melakukan bina suasana
kepada para pengantar pasien, para penjenguk
pasien, teman/pengantar klien, dan pengunjung
rumah sakit lainnya.
3. Advokasi
Advokasi perlu dilakukan,
memberdayakan

pasien

dan

bila
klien,

dalam
rumah

upaya
sakit

membutuhkan

dukungan

dari

pihak-pihak

lain.

Misalnya dalam rangka mengupayakan lingkungan


rumah sakit yang tanpa asap rokok, rumah sakit perlu
melakukan advokasi kepada wakil-wakil rakyat dan
pimpinan

daerah

untuk

diterbitkannya

peraturan

tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang mencakup


di rumah sakit. Advokasi merupakan proses yang tidak
sederhana.

Sasaran

advokasi

hendaknya

diarahkan/dipandu untuk menempuh tahapan-tahapan


sebagai berikut:
(1) memahami/menyadari persoalan yang diajukan
(2) tertarik untuk ikut berperan dalam persoalan yang diajukan
(3) mempertimbangkan sejumlah pilihan kemungkinan dalam berperan
(4) menyepakati satu pilihan kemungkinan dalam berperan
(5) menyampaikan langkah tindak lanjut
Jika kelima tahapan tersebut dapat dicapai selama waktu yang disediakan untuk
advokasi, maka dapat dikatakan advokasi tersebut berhasil. Langkah tindak
lanjut yang tercetus di ujung perbincangan (misalnya dengan membuat disposisi
pada usulan/proposal yang diajukan) menunjukkan adanya komitmen untuk
memberikan dukungan.
Kata-kata kunci dalam penyiapan bahan advokasi adalah Tepat, Lengkap,
Akurat, dan Menarik. Artinya bahan advokasi harus dibuat:
a. Sesuai dengan sasaran (latar belakang pendidikannya, jabatannya,
budayanya, kesukaannya, dan lain-lain).
b. Sesuai dengan lama waktu yang disediakan untuk advokasi.
c. Mencakup unsur-unsur pokok, yaitu Apa, Mengapa, Dimana, Bilamana,
Siapa Melakukan, dan Bagaimana lakukannya (5W + 1H).
d. Memuat masalah dan pilihan-pilihan kemungkinan untuk memecahkan
masalah.
e. Memuat peran yang diharapkan dari sasaran advokasi.

f. Memuat data pendukung, bila mungkin juga bagan, gambar, dan lain-lain.
g. Dalam kemasan yang menarik (tidak menjemukan), ringkas, tetapi jelas,
sehingga perbincangan tidak bertele-tele.
4. Kemitraan
Baik dalam pemberdayaan, maupun dalam bina suasana dan advokasi, prinsipprinsip kemitraan harus ditegakkan. Kemitraan dikembangkan antara petugas
rumah sakit dengan sasarannya (para pasien/kliennya atau pihak lain) dalam
pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi. Di samping itu,
kemitraan juga dikembangkan karena kesadaran bahwa untuk meningkatkan
efektivitas PKRS, petugas rumah sakit harus bekerjasama dengan berbagai
pihak terkait, seperti misalnya kelompok profesi, pemuka agama, Lembaga
Swadaya Masyarakat, media massa, dan lain-lain.
Tiga prinsip dasar kemitraan yang harus diperhatikan adalah:
(1) kesetaraan
(2) keterbukaan
(3) saling menguntungkan.
a. Kesetaraan
Kesetaraan menghendaki tidak diciptakannya hubungan yang bersifat hirarkhis
(atas-bawah). Semua harus diawali dengan kesediaan menerima bahwa masingmasing berada dalam kedudukan yang sederajat. Keadaan ini dapat dicapai bila
semua pihak bersedia mengembangkan hubungan kekeluargaan, yaitu yang
dilandasi kebersamaan atau kepentingan bersama.
b. Keterbukaan
Dalam setiap langkah menjalin kerjasama, diperlukan adanya kejujuran dari
masing-masing pihak. Setiap usul/saran/komentar harus disertai dengan itikad
yang jujur, sesuai fakta, tidak menutup-tutupi sesuatu.
c. Saling menguntungkan
Solusi yang diajukan hendaknya selalu mengandung keuntungan di semua
pihak (win-win solution). Misalnya dalam hubungan antara petugas rumah sakit
dengan pasien, maka setiap solusi yang ditawarkan hendaknya juga berisi

penjelasan tentang keuntungannya bagi si pasien. Demikian juga dalam


hubungan antara rumah sakit dengan pihak donatur.
Terdapat tujuh landasan (dikenal dengan sebutan: tujuh saling) yang harus
diperhatikan dan dipraktikkan dalam mengembangkan kemitraan, yaitu:
(1) Saling memahami kedudukan, tugas, dan fungsi masing-masing
(2) Saling mengakui kapasitas dan kemampuan masing-masing
(3) Saling berupaya untuk membangun hubungan
(4) Saling berupaya untuk mendekati
(5) Saling terbuka terhadap kritik/saran, serta mau membantu dan dibantu
(6) Saling mendukung upaya masing-masing
(7) Saling menghargai upaya masing-masing
D. PENDUKUNG DALAM PELAKSANAAN PKRS
Dalam pelaksanaannya, strategi dasar tersebut diatas harus diperkuat dengan (1)
metode dan media yang tepat, serta tersedianya (2) sumber daya yang memadai.
1. Metode dan Media
Metode yang dimaksud di sini adalah metode komunikasi. Memang, baik
pemberdayaan, bina suasana, maupun advokasi pada prinsipnya adalah proses
komunikasi. Oleh sebab itu perlu ditentukan metode yang tepat dalam proses
tersebut.

Pemilihan

metode

harus

dilakukan

secara

cermat

dengan

memperhatikan kemasan informasinya, keadaan penerima informasi (termasuk


sosial budayanya), dan hal-hal lain seperti ruang dan waktu.
Media atau sarana informasi juga perlu dipilih dengan cermat mengikuti metode
yang telah ditetapkan. Selain itu juga harus memperhatikan sasaran atau
penerima informasi. Bila penerima informasi tidak bisa membaca misalnya,
maka komunikasi tidak akan efektif jika digunakan media yang penuh tulisan.
Atau bila penerima informasi hanya memiliki waktu yang sangat singkat, maka
tidak akan efektif jika dipasang poster yang berisi kalimat terlalu panjang.
2. Sumber Daya

Sumber daya utama yang diperlukan untuk penyelenggaraan PKRS adalah


tenaga (Sumber Daya Manusia atau SDM), sarana/ peralatan termasuk media
komunikasi, dan dana atau anggaran.
SDM utama untuk PKRS meliputi:
(1) Semua petugas rumah sakit yang melayani pasien (dokter, perawat, bidan,
dan lain-lain)
(2) Tenaga khusus promosi kesehatan (yaitu para pejabat fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat).
Semua petugas rumah sakit yang melayani pasien hendaknya memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam konseling. Jika keterampilan ini ternyata
belum dimiliki oleh para petugas rumah sakit, maka harus diselenggarakan
program pelatihan/kursus.
Standar tenaga khusus promosi kesehatan untuk rumah sakit adalah sebagai
berikut.
Kualifikasi

Kompetensi Umum
- Membantu petugas rumah sakit lain

S1 Kesehatan/ Kesehatan Masyarakat

merancang pemberdayaan

D3 Kesehatan ditambah minat & bakat di bidang promosi kesehatan

Membantu/fasilitasi

pemberdayaan,

bina

pelaksanaan
suasana

dan

advokasi
Beberapa sarana/peralatan yang dipakai dalam kegiatan promosi kesehatan
rumah sakit diantaranya:
TV, LCD
VCD/DVD player
Amplifire dan Wireless Microphone
Computer dan laptop
Pointer
Public Address System (PSA)/Megaphone
Plypchart Besar/Kecil
Cassette recorder/player

Kamera foto
Untuk dana atau anggaran PKRS memang sulit ditentukan standar, namun
demikian diharapkan rumah sakit dapat menyediakan dana/anggaran yang
cukup untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan PKRS. (permenkes Ri, no.004
tahun 2012)
C. Tujuan dan Sasaran PKRS
1. Tujuan PKRS
Tujuan dari promosi kesehatan dirumah sakit adalah terciptanya
masyarakat rumah sakit yang menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat melalui perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku pasien/ klien
Rumah sakit serta pemeliharaan lingkungan rumah sakit dan
termanfaatkannya dengan baik semua pelayanan yang disediakan.
2. Sasaran PKRS
Sasaran dari promosi kesehatan dirumah sakit adalah masyarakat yang
berada dirumah sakit yang terdiri dari :
Petugas
Pasien
Keluarga Pasien
Masyarakat yang tinggal disekitar rumah sakit
Pengunjung/ pembesuk
2.3 Larangan Merokok
Rokok adalah salah satu Produk Tembakau yang
dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan/atau dihirup
asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana
tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau
sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar,
dengan atau tanpa bahan tambahan.
Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang
dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan
memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau
mempromosikan Produk Tembakau.

Tempat-tempat yang merupakan kawasan tanpa asap rokok yaitu meliputi :


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Tempat umum
Tempat kerja
Tempat ibadah
Tempat bermain atau tempat berkumpul anak-anak
Angkutan umum
Lingkungan pendidikan
Sarana kesehatan

Ditempat-tempat tersebut seseorang dilarang untuk menjual, mengiklankan dan


mempromosikan produk rokok ataupun melakukan kegiatan merokok. Dalam
peraturan wali kota samarinda Nomor 51 Tahun 2012 disebutkan bahwa
hukuman bagi pelanggar yang merokok dikawasan tanpa rokok akan dikenakan
denda sebesar Rp. 50.000.000,2.4

BAB III
WAKTU, TEMPAT DAN TAHAPAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu Pelaksanaan Praktikum
Pelaksanaan praktikum ini dilakukan selama dua minggu yaitu pada
minggu pertama dan minggu kedua bulan Maret yang mana dalam
seminggu tersebut diambil hari Jumat dan Sabtu untuk melakukan
praktikum tersebut. Waktu pelaksanaan praktikum dirumah sakit sendiri
untuk kelompok 1 yaitu pada minggu pertama hari Jumat dan Sabtu
tanggal 4 dan 5 Maret 2016 dan minggu kedua hari Jumat dan Sabtu
tanggal 11 dan 12 Maret 2016.
3.2 Tempat Pelaksanaan Praktikum
Tempat pelaksanaan praktikum untuk kelompok satu pada waktu yang
diatas adalah di Rumah Sakit Islam Samarinda yang terletak di jalan
Gurami No. 18 Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Pada praktikum
ini mahasiswa ditempatkan diberbagai tempat dan penulis mendapat
tempat di ruang paviliun Arafah yang mana ruangan tersebut adalah ruang
rawat inap untuk pasien bedah.

3.3 Tahapan Pelaksanaan Praktikum


Waktu
Jumat, 04 Maret 2016

Tahapan Pelaksanaan
1. Orientasi lapangan
2. Identifikasi Masalah

Sabtu, 05 Maret 2016

3. Menyusun Prioritas Masalah


1. Perencanaan Program Promosi
kesehatan dirumah sakit
2. Persiapan Kebutuhan

program

Jumat, 11 Maret 2016

promosi kesehatan
Pelaksanaan
Program

Promosi

Sabtu, 12 Maret 2016

Kesehatan di Rumah Sakit


Evaluasi
Pelaksanaan

Program

Promosi Kesehatan di Rumah Sakit

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1
Identifikasi Masalah dan Prioritas Masalah
Ruang Arafah dikepalai oleh seorang perawat bernama
Pujiati Lestari. Dimana ruang arafah adalah ruang rawat inap
untuk pasien bedah sebelum dan sesudah operasi. Ruang rawat
inap arafah ini sendiri memiliki 8 (delapan) kamar yang terdiri
dari 2 kamar utama untuk laki-laki dan perempuan, 2 kamar kelas
1 untuk laki-laki dan 2 kamar kelas 1 untuk perempuan dan 3
kamar kelas 2 untuk laki-laki dan perempuan. Dimana
penempatan kamar dibedakan antara pasien laki-laki dan pasien
perempuan.
Didalam ruangan rawat inap arafah terdiri dari 2 tempat
tidur dikamar utama, 3 tempat tidur dikamar kelas 1 dan 4 kamar
tidur untuk kelas 2 dengan fasilitas kamar mandi, TV dan AC
disetiap ruangan. Didalam ruangan sendiri terdapat aturan rumah
sakit dan petunjuk tentang cara cuci tangan. Dengan penyakit
terbanyak ditahun 2015 yaitu DM dan Lipoma yang sampai saat
ini masih menjadi penyakit terbanyak diruangan tersebut. Didalam
ruang rawat inap arafah tidak ada penyuluhan dan untuk konseling
sendiri dilakukan oleh petugas gizi untuk pasiennya dimana
konseling tersebut dilakukan ketika petugas dari ruang arafah
meminta adanya konseling untuk pasien.
Lingkungan rumah sakit terutama diruang arafah sendiri
terlihat sangat bersih karena telah diberlakukannya pembuangan
sampah ditempat yang telah ditentukan dengan membedakan
sampah kertas dan sampah plastik. Diruang perawatpun juga
diberlakukan demikian, tetapi mereka lebih membedakan antara
sampah yang bersifat medis dan non medis. Jika dilihat dengan
seksama, didepan ruangan arafah tepatnya disela-sela tanaman

terdapat banyak puntung rokok yang membuktikan banyaknya


pengunjung yang merokok didepan ruangan rawat inap tersebut.
Serta kurangnya pengetahuan penjaga pasien rawat inap terhadap
perilaku hidup bersih sehat pada dirinya sendiri.
Dari hal diatas didapatkan bahwa permasalahan yang ada
diruangan tersebut adalah :
1. Penyakit terbanyak pada tahun 2015 hingga saat ini
adalah DM dan Lipoma
2. Banyaknya perokok didepan ruang rawat inap arafah
3. Kurangnya pengetahuan penjaga pasien rawat inap
terhadap PHBS pada dirinya sendiri
Penentuan priortas masalah dari permasalahan yang
didapatkan diruangan rawat inap arafah dengan menggunakan
metode USG sebagai berikut :
Masalah
Penyakit terbanyak pada tahun

U
4

S
3

G
2

Total
9

dan Lipoma
Banyaknya perokok didepan ruang

10

rawat inap arafah


Kurangnya pengetahuan penjaga

2015 hingga saat ini adalah DM

pasien rawat inap terhadap PHBS


pada dirinya sendiri
Jadi dari metode USG tersebut yang menjadi prioritas
masalah yaitu banyaknya perokok diruang rawat inap arafah, hal
ini dapat dilihat dari banyaknya puntung rokok yang tersebar
diselokan maupun disela tanaman didepan ruangan tersebut.
4.1.2

Perencanaan dan Persiapan Program Promosi Kesehatan


Perencanaan program promosi kesehatan yang akan dilakukan
yaitu :

No

Kegiatan

Tujuan

Sasaran

Pelaksana

.
1.

Waktu

Metode

Pelaksana
Pembaharuan

Menurunk

tulisan dilarang an
merokok

Penjaga

angka pasien,

di perokok

Seluruh

Minggu

Penempelan

masyarakat

kedua

media cetak

pengunjung, yang tinggal bulan

tentang

dalam maupun yang

dan

di paviliun Maret

larangan

diluar

pegawai

arafah

merokok

ruang merokok

paviliun arafah di paviliun rumah sakit


arafah

4.1.3

Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan


Pada pelaksanaan program promosi kesehatan dilakukan
penempelan media cetak mengenai larangan merokok beserta
peraturan yang membahasnya di pintu-pintu kamar diruang rawat
inap paviliun arafah. Media tersebut diletakkan diluar maupun
didalam ruangan yang memungkinkan pengunjung, penjaga
pasien maupun pasien sendiri untuk membacanya.

4.1.4

Evaluasi Program Promosi Kesehatan


Ketika evaluasi dilakukan pada hari Sabtu, 12 Maret 2016 yaitu
dengan cara observasi atau mengamati jumlah perokok yang
merokok di ruang paviliun arafah. Hal ini didapatkan hasil yaitu
terdapat 3 orang yang merokok dimana 1 orang merokok diluar/
didepan ruangan paviliun arafah sedangkan 2 orang lainnya keluar
dari rumah sakit untuk merokok setelah melihat tulisan yang ada

dimedia cetak yang telah ditempel.


4.2 Pembahasan
4.2.1 Identifikasi Masalah dan Prioritas Masalah
Dari hal diatas didapatkan bahwa permasalahan yang ada
diruangan tersebut adalah :
1. Penyakit terbanyak pada tahun 2015 hingga saat ini adalah
DM dan Lipoma
2. Banyaknya perokok didepan ruang rawat inap arafah

3. Kurangnya pengetahuan penjaga pasien rawat inap terhadap


PHBS pada dirinya sendiri
Dengan prioritas masalah yang didapatkan yaitu prioritas
masalah yaitu banyaknya perokok diruang rawat inap arafah, hal
ini dapat dilihat dari banyaknya puntung rokok yang tersebar
diselokan maupun disela tanaman didepan ruangan tersebut.
4.2.2 Perencanaan dan Persiapan Program Promosi Kesehatan
Perencanaan dari masalah tersebut yaitu pembuatan media
cetak mengenai larangan merokok dimana sasaran dari media
cetak tersebut adalah agar pengunjung, penjaga pasien, pasien
sendiri maupun petugas rumah sakit tidak merokok dilingkungan
rumah sakit terutama di depan ruang paviliun arafah.
4.2.3 Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan
Pelaksanaan program adalah penempelan media cetak
disetiap ruangan, yaitu didalam maupun diluar ruangan sehingga
memudahkan masyarakat untuk membaca tulisan tersebut karena
diletakkan dipintu.
4.2.4 Evaluasi Program Promosi Kesehatan
Penempelan media cetak saja tidak akan efektif jika tidak
disertai dengan teguran halus pada perokok yang merokok didepan
paviliun arafah yang membandel. Sehingga perlu adanya
peneguran dari petugas rumah sakit ketika ada pengunjung atau
masyarakat lain yang merokok didepan ruangan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dalam pelaksanaan yang dilakukan di rumah sakit islam Samarinda
didapatkan permasalahan yang ada dirumah sakit islam khususnya
diruangan paviliun arafah adalah banyaknya perokok yang merokok
didepan ruangan paviliun. Untuk mengurangi jumlah perokok tersebut,
dibuatlah perencanaan dengan menggunakan media cetak mengenai
larangan merokok dilingkungan rumah sakit. Setelah pelaksanaan program
tersebut, masih didapatkan perokok yang merokok didepan ruangan
paviliun arafah meskipun dua orang perokok lainnya merokok diluar rumah
sakit setelah membaca media cetak yang ditempel. Hal ini dapat diambil
kesimpulan bahwa kurang efektifnya media cetak mengenai larangan
merokok untuk mengurangi jumlah perokok yang merokok didepan
ruangan paviliun arafah, hal ini juga harus diimbangi dengan teguran halus
oleh petugas kesehatan yang ada dirumah sakit agar pengunjung rumah
sakit tidak lagi merokok dilingkungan rumah sakit.
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan yaitu agar rumah sakit islam semakin
memperketat larangan merokok dan menambah himbauan larangan
merokok disetiap ruangan dirumah sakit. Dan untuk mahasiswa selanjutnya
untuk membuat program promosi kesehatan yang lebih efektif untuk
mengurangi jumlah perokok didepan ruangan paviliun arafah.

DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI, 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta :
Kementrian Kesehatan RI
Kemenkes RI, 2015. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 20152019. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Notoatmodjo, S. 2005. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 004 Tahun 2012
tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun2014 tentang
Rumah Sakit
Pusat Promosi Kesehatan. 2010. Standar Promosi Kesehatan di Rumah Sakit.
Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 Tentang
Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk
Tembakau Bagi Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai