PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada
penyakit, yaitu hanya menunggu sampai ada yang sakit, barulah kemudian
yang bersangkutan diberi pengobatan. Dalam keadaan yang memerlukan, si
sakit dirawat di rumah sakit. Sesudah sembuh dipulangkan, ditimpa oleh
penyakit yang sama sehingga yang bersangkutan dirawat kembali di rumah
sakit. Demikian siklus ini berlangsung terus, sampai kemudian disadari,
bahwa sebenarnya untuk memelihara kesehatan masyarakat diperlukan
suatu rangkaian usaha yang lebih luas, di mana perawatan dan
pengobatan di rumah sakit hanyalah salah satu bagian kecil dari rangkaian
usaha tersebut.
kesehatan
secara merata
BAB II
TINJAUAN TEORI
perlindungan
terhadap
keselamatan
pasien,
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
jenis
pelayanan
yang
diberikan,
Rumah
Sakit
di
mana
melapor/mendaftar
pasien/klien
sebelum
harus
mendapatkan
dan
kandungan,
poliklinik
mata,
poliklinik
poliklinik
bedah,
anak,
poliklinik
di
mana
pasien
rawat
inap
harus
Nomor
1193/Menkes/SK/X/2004
tentang
Kesehatan
Nomor
1114/Menkes/SK/VIII/2005
adalah
upaya
membantu
atau
memfasilitasi
pengetahuan,
pasien/klien,
kemauan,
sehingga
dan
memiliki
kemampuan
untuk
bedside
kelompok
health
(untuk
meninggalkan
(menyediakan
promotion),
penderita
tempat
atau
tidur),
membacakan
konseling
yang
dapat
biblioterapi
bahan-bahan
ini
diharapkan
untuk
membantu
pembagian
poster,
selebaran
atau
(leaflet),
penayangan
video
pasien
dan
bila
klien,
dalam
rumah
upaya
sakit
membutuhkan
dukungan
dari
pihak-pihak
lain.
daerah
untuk
diterbitkannya
peraturan
Sasaran
advokasi
hendaknya
f. Memuat data pendukung, bila mungkin juga bagan, gambar, dan lain-lain.
g. Dalam kemasan yang menarik (tidak menjemukan), ringkas, tetapi jelas,
sehingga perbincangan tidak bertele-tele.
4. Kemitraan
Baik dalam pemberdayaan, maupun dalam bina suasana dan advokasi, prinsipprinsip kemitraan harus ditegakkan. Kemitraan dikembangkan antara petugas
rumah sakit dengan sasarannya (para pasien/kliennya atau pihak lain) dalam
pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi. Di samping itu,
kemitraan juga dikembangkan karena kesadaran bahwa untuk meningkatkan
efektivitas PKRS, petugas rumah sakit harus bekerjasama dengan berbagai
pihak terkait, seperti misalnya kelompok profesi, pemuka agama, Lembaga
Swadaya Masyarakat, media massa, dan lain-lain.
Tiga prinsip dasar kemitraan yang harus diperhatikan adalah:
(1) kesetaraan
(2) keterbukaan
(3) saling menguntungkan.
a. Kesetaraan
Kesetaraan menghendaki tidak diciptakannya hubungan yang bersifat hirarkhis
(atas-bawah). Semua harus diawali dengan kesediaan menerima bahwa masingmasing berada dalam kedudukan yang sederajat. Keadaan ini dapat dicapai bila
semua pihak bersedia mengembangkan hubungan kekeluargaan, yaitu yang
dilandasi kebersamaan atau kepentingan bersama.
b. Keterbukaan
Dalam setiap langkah menjalin kerjasama, diperlukan adanya kejujuran dari
masing-masing pihak. Setiap usul/saran/komentar harus disertai dengan itikad
yang jujur, sesuai fakta, tidak menutup-tutupi sesuatu.
c. Saling menguntungkan
Solusi yang diajukan hendaknya selalu mengandung keuntungan di semua
pihak (win-win solution). Misalnya dalam hubungan antara petugas rumah sakit
dengan pasien, maka setiap solusi yang ditawarkan hendaknya juga berisi
Pemilihan
metode
harus
dilakukan
secara
cermat
dengan
Kompetensi Umum
- Membantu petugas rumah sakit lain
merancang pemberdayaan
Membantu/fasilitasi
pemberdayaan,
bina
pelaksanaan
suasana
dan
advokasi
Beberapa sarana/peralatan yang dipakai dalam kegiatan promosi kesehatan
rumah sakit diantaranya:
TV, LCD
VCD/DVD player
Amplifire dan Wireless Microphone
Computer dan laptop
Pointer
Public Address System (PSA)/Megaphone
Plypchart Besar/Kecil
Cassette recorder/player
Kamera foto
Untuk dana atau anggaran PKRS memang sulit ditentukan standar, namun
demikian diharapkan rumah sakit dapat menyediakan dana/anggaran yang
cukup untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan PKRS. (permenkes Ri, no.004
tahun 2012)
C. Tujuan dan Sasaran PKRS
1. Tujuan PKRS
Tujuan dari promosi kesehatan dirumah sakit adalah terciptanya
masyarakat rumah sakit yang menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat melalui perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku pasien/ klien
Rumah sakit serta pemeliharaan lingkungan rumah sakit dan
termanfaatkannya dengan baik semua pelayanan yang disediakan.
2. Sasaran PKRS
Sasaran dari promosi kesehatan dirumah sakit adalah masyarakat yang
berada dirumah sakit yang terdiri dari :
Petugas
Pasien
Keluarga Pasien
Masyarakat yang tinggal disekitar rumah sakit
Pengunjung/ pembesuk
2.3 Larangan Merokok
Rokok adalah salah satu Produk Tembakau yang
dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan/atau dihirup
asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana
tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau
sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar,
dengan atau tanpa bahan tambahan.
Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang
dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan
memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau
mempromosikan Produk Tembakau.
Tempat umum
Tempat kerja
Tempat ibadah
Tempat bermain atau tempat berkumpul anak-anak
Angkutan umum
Lingkungan pendidikan
Sarana kesehatan
BAB III
WAKTU, TEMPAT DAN TAHAPAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu Pelaksanaan Praktikum
Pelaksanaan praktikum ini dilakukan selama dua minggu yaitu pada
minggu pertama dan minggu kedua bulan Maret yang mana dalam
seminggu tersebut diambil hari Jumat dan Sabtu untuk melakukan
praktikum tersebut. Waktu pelaksanaan praktikum dirumah sakit sendiri
untuk kelompok 1 yaitu pada minggu pertama hari Jumat dan Sabtu
tanggal 4 dan 5 Maret 2016 dan minggu kedua hari Jumat dan Sabtu
tanggal 11 dan 12 Maret 2016.
3.2 Tempat Pelaksanaan Praktikum
Tempat pelaksanaan praktikum untuk kelompok satu pada waktu yang
diatas adalah di Rumah Sakit Islam Samarinda yang terletak di jalan
Gurami No. 18 Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Pada praktikum
ini mahasiswa ditempatkan diberbagai tempat dan penulis mendapat
tempat di ruang paviliun Arafah yang mana ruangan tersebut adalah ruang
rawat inap untuk pasien bedah.
Tahapan Pelaksanaan
1. Orientasi lapangan
2. Identifikasi Masalah
program
promosi kesehatan
Pelaksanaan
Program
Promosi
Program
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1
Identifikasi Masalah dan Prioritas Masalah
Ruang Arafah dikepalai oleh seorang perawat bernama
Pujiati Lestari. Dimana ruang arafah adalah ruang rawat inap
untuk pasien bedah sebelum dan sesudah operasi. Ruang rawat
inap arafah ini sendiri memiliki 8 (delapan) kamar yang terdiri
dari 2 kamar utama untuk laki-laki dan perempuan, 2 kamar kelas
1 untuk laki-laki dan 2 kamar kelas 1 untuk perempuan dan 3
kamar kelas 2 untuk laki-laki dan perempuan. Dimana
penempatan kamar dibedakan antara pasien laki-laki dan pasien
perempuan.
Didalam ruangan rawat inap arafah terdiri dari 2 tempat
tidur dikamar utama, 3 tempat tidur dikamar kelas 1 dan 4 kamar
tidur untuk kelas 2 dengan fasilitas kamar mandi, TV dan AC
disetiap ruangan. Didalam ruangan sendiri terdapat aturan rumah
sakit dan petunjuk tentang cara cuci tangan. Dengan penyakit
terbanyak ditahun 2015 yaitu DM dan Lipoma yang sampai saat
ini masih menjadi penyakit terbanyak diruangan tersebut. Didalam
ruang rawat inap arafah tidak ada penyuluhan dan untuk konseling
sendiri dilakukan oleh petugas gizi untuk pasiennya dimana
konseling tersebut dilakukan ketika petugas dari ruang arafah
meminta adanya konseling untuk pasien.
Lingkungan rumah sakit terutama diruang arafah sendiri
terlihat sangat bersih karena telah diberlakukannya pembuangan
sampah ditempat yang telah ditentukan dengan membedakan
sampah kertas dan sampah plastik. Diruang perawatpun juga
diberlakukan demikian, tetapi mereka lebih membedakan antara
sampah yang bersifat medis dan non medis. Jika dilihat dengan
seksama, didepan ruangan arafah tepatnya disela-sela tanaman
U
4
S
3
G
2
Total
9
dan Lipoma
Banyaknya perokok didepan ruang
10
No
Kegiatan
Tujuan
Sasaran
Pelaksana
.
1.
Waktu
Metode
Pelaksana
Pembaharuan
Menurunk
tulisan dilarang an
merokok
Penjaga
angka pasien,
di perokok
Seluruh
Minggu
Penempelan
masyarakat
kedua
media cetak
tentang
dan
di paviliun Maret
larangan
diluar
pegawai
arafah
merokok
ruang merokok
4.1.3
4.1.4
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dalam pelaksanaan yang dilakukan di rumah sakit islam Samarinda
didapatkan permasalahan yang ada dirumah sakit islam khususnya
diruangan paviliun arafah adalah banyaknya perokok yang merokok
didepan ruangan paviliun. Untuk mengurangi jumlah perokok tersebut,
dibuatlah perencanaan dengan menggunakan media cetak mengenai
larangan merokok dilingkungan rumah sakit. Setelah pelaksanaan program
tersebut, masih didapatkan perokok yang merokok didepan ruangan
paviliun arafah meskipun dua orang perokok lainnya merokok diluar rumah
sakit setelah membaca media cetak yang ditempel. Hal ini dapat diambil
kesimpulan bahwa kurang efektifnya media cetak mengenai larangan
merokok untuk mengurangi jumlah perokok yang merokok didepan
ruangan paviliun arafah, hal ini juga harus diimbangi dengan teguran halus
oleh petugas kesehatan yang ada dirumah sakit agar pengunjung rumah
sakit tidak lagi merokok dilingkungan rumah sakit.
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan yaitu agar rumah sakit islam semakin
memperketat larangan merokok dan menambah himbauan larangan
merokok disetiap ruangan dirumah sakit. Dan untuk mahasiswa selanjutnya
untuk membuat program promosi kesehatan yang lebih efektif untuk
mengurangi jumlah perokok didepan ruangan paviliun arafah.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI, 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta :
Kementrian Kesehatan RI
Kemenkes RI, 2015. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 20152019. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Notoatmodjo, S. 2005. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 004 Tahun 2012
tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun2014 tentang
Rumah Sakit
Pusat Promosi Kesehatan. 2010. Standar Promosi Kesehatan di Rumah Sakit.
Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 Tentang
Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk
Tembakau Bagi Kesehatan