Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MATERNITAS

“PARTUS PREMATURUS”

MELSI YUNANDA SELLA

I4051181022

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
1. Konsep Dasar
a. Pengertian
Partus prematurus atau persalinan prematur dapat diartikan sebagai dimulainya
kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan/atau dilatasi serviks serta
turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu
(kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid terakhir (Oxorn & Forte, 2010).  
Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada
kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang
dari 2500 gram (Nugroho, 2010). Partus preterm adalah kelahiran setelah 20 minggu
dan sebelum kehamilan 37 minggu dari  hari pertama menstruasi terakhir (Benson,
2012).
Persalinan premature adalah kontraksi uterus yang teratur setelah kehamilan 20
minggu dan sebelum 37 minggu, dengan interval kontraksi 5 hingga 10 atau kurang dan
disertai dengan satu atau lebih tanda yaitu perubahan serviks yang progresif, dilatasi
serviks 2 sentimeter atau lebih, dan penipisan serviks 80% atau lebih (Wibowo, 1997).
Dapat disimpulkan bahwa partus preterm adalah persalinan pada umur kehamilan
antara 20-37 minggu . Kontraksi uterus mulai dilatasi serviks dan kepala bayi mulai
turun pada usia kehamilan antara 20-37 minggu. Ditandai berat janin kurang dari 2500
gram.
b. Etiologi
Ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan partus prematurus yaitu
(Nugroho, 2010; Wiknjosastro, 2010) :
1. Faktor resiko mayor : Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks
terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar/memendek
kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih
dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada
kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.
2. Faktor resiko minor : Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam setelah
kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari,
riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.
3. Janin dan plasenta : perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum, KPD,
pertumbuhan janin terhambat, cacat bawaan janin, gemeli, polihidramnion
4. Ibu : DM, pre eklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan bentuk uterus,
riwayat partus preterm atau abortus berulang, inkompetensi serviks, pemakaian obat
narkotik, trauma, perokok berat, kelainan imun/resus
c. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada partus prematurus iminen ditandai dengan :
1. Kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit
2. Rasa berat dipanggul
3. Kejang uterus yang mirip dengan dismenorea
4. Keluarnya cairan pervaginam
5. Nyeri punggung
Gejala diatas sangat mirip dengan kondisi normal yang sering lolos dari
kewaspadaan tenaga medis.
Menurut Manuaba (2009), jika proses persalinan berkelanjutan akan terjadi tanda
klinik sebagai berikut :
1. Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu jam
2. Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm, perlunakan
sekitar 75-80 % bahkan terjadi penipisan serviks.
d. Patofisiologi
Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan kondisi tenang uterus selama kehamilan
atau adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan atau membebani jalur
persalinanan normal sehingga memicu dimulainya proses persalinan secara dini. Empat
jalur terpisah, yaitu stress, infeksi, regangan dan perdarahan (Norwintz, 2007).
Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran darah
ke plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas yang
menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur.
Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada ibu. Pada janin,
menyebabkan kelahiran yang belum pada waktunya sehingga terjailah imaturitas
jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjadilah maturitas paru yang menyebabkan
resiko cidera pada janin. Sedangkan pada ibu, resiko tinggi pada kesehatan yang
menyebabkan ansietas dan kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan
kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga kesehatan saat kehamilan.
e. Pathway

- Faktor mayor
- Faktor monor
- Faktor ibu
- Faktor janin & plasenta
-

Kehamilan < 37 minggu

Partus Prematurus

Rangsangan pada Kontraksi Krisis situasional


uterus Uterus ↑

Kurang informasi Ansietas

Kehilangan energi Prostaglandin ↑


berlebihan Kurang pengetahuan

Dilatasi Serviks
Intoleransi
Aktivitas

Nyeri
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2500
gram)
2) Tes nitrazin : menentukan KPD
3) Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan, maka itu menandakan
adanya infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin terhadap sfingomielin (L/S)
mendeteksi fofatidigliserol (PG) untuk maturitas paru janin, atau infeksi amniotic
4) Pemantauan elektronik : memfalidasi aktifitas uterus/status janin.
g. Penatalaksanaan
1) Rehidrasi dan tirah baring
Untuk mempertahankan keadaan umum ibu dan mengurangi frekuensi kontraksi
yang bisa timbul karena aktifitas pasien.
2) Terapi Kortikosteroid
Terapi kortikosteroid diberikan bila usia kehamilan <35 minggu.
Diberikan untuk mempercepat pematangan paru janin
- Betamethasone 12 mg 1 M tiap 24 jam selama 48 jam
- Dexamethasone 6 mg 1 M tiap 12 jam selama 48 jam
Efek optimal terjadi setelah 24 jam pemberian terakhir mencapai puncak dalam
48 jam dan bertahan sampai 7 hari.
Pemberian ulang kortikosteroid tidak berguna, bahkan dapat mengganggu
perkembangan motorik dan psikomotorik janin.
3) Tokolitik
Berikan tokolitik bila : kehamilan <35 minggu, dilatasi serviks <3cm, tidak ada
amnionitis, pre-eklampsia, atau perdarahan aktif, tidak ada gawat janin.
- Betamimetik (ritrodine, terbutaline)
- Magnesium Sulfat
Pemberian harus diawasi dengan ketat melalui pemeriksaan reflek patela,
frekuensi pernapasan, produksi urine.
Harus tersedia antidotium kalsium glukonat 10 ml dalam larutan 10%.
4) Indomethacine
Pemberian dapat peroral atau perektal. Dosis 50 – 100 mg diikuti dengan
pemberian selama 24 jam yang tidak melebihi 200 mg. Pemberian
Indomethacine selama 7 hari atau lebih pada kehamilan < 33 minggu tidak
meningkatkan resiko medis pada neonatus (A.B S yaifuddin, 2002).
5) Calcium Charel Bloker
Aktifitas miometrium bereaksi langsung dengan kalsium bebas dalam sitoplasma
dan penurunan kadar kalsium menyebabkan terhambatnya konstraksi uterus.
6) Nifedipine
Nifedipine adalah tokolitik yang lebih aman dan efektif disbanding betamimetik.
Pemberian Nifedipine jaringan digunakan bersama dengan MgSO4 karena akan
memperkuat efek blokade neuromuskuler yang dapat mengganggu fungsi
jantung dan paru. Dosis Nifedipine 20 mg peroral setipa 6 jam sampai konstraksi
uterus menghilang.
2. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Biodata
Adalah identitas untuk mengetahui status klien secara lengkap sehingga sesuai
dengan sasaran. Identitas meliputi:
a) Nama: untuk mengetahui dan mengenal pasien
b) Umur: untuk mengetahui faktor resiko dan tingkat kesuburan.
c) Agama: untuk mengetahui kepercayaan yang dianut oleh pasien
d) Suku bangsa: dikaji untuk mengetahui lebih jauh tentang sosial budaya pasien.
e) Pendidikan: untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nantinya
penting dalam pemberia KIE (kongseling informasi dan edukasi).
f) Pekerjaan: untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi keluarga.
g) Alamat: dikaji untuk mengetahui keadaan sosial dan budaya di
lingkungan tempat tinggal budaya.
2) Data Subjektif
Adalah data yang di dapat dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi data klien. Data tersebut tidak dapat di tentukan
oleh petugas kesehatan secara independen tapi melalui suatu interaksi
atau komunikasi.

a) Keluhan utama: ibu mengeluh perutnya terasa kenceng dan keluar darah atau
lender dari kemaluan dengan usia kehamilan 20-34 minggu.
b) Riwayat Kehamilan Ini
TM I : Pusing, mual muntah berlebihan, kurang darah, anemia meningkatkan
faktor resiko terjadinya partus prematurus iminen.
TM II : Keluhan perdarahan pada UK 20 minggu< merupakan salah satu faktor
terjadinya partus prematurus
TM III : Keluhan pengeluaran darah/lendir/air ketuban merupakan penyebab
persalinan preterm. Dapat disertai kenceng-kenceng yang semakin sering.
c) Riwayat Kesehatan
Pernah / sedang menderita penyakit diabetes, hipertensi, penyakit jantung atau
paru, penyakit infeksi kelamin (oleh trichomonas, streptococcus, gonococcus).
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya infeksi menular dalam keluarga dapat menyebabkan persalinan preterm
apabila ibu hamil tertular infeksi. Seperti TBC, pneumonia, dll.
3) Data objektif
Adalah menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik pasien yang meliputi:
a) Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah
baik, sedang, buruk.
- Kesadaran: untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu apakah
komposmentis, apatis, samnolen atau koma
- Tanda vital
 Tekanan darah: untuk mengetahui atau mengukur batas
normal tekanan darah antara sistolik 90-130 mmHg,
diastolik 70-90 mmHg.
 Suhu: untuk mengetahui suhu basal pada ibu, suhu badan
yang normal 36,50c -37,50c.
 Nadi: untuk mengetahui denyut nadi pasien.
 Respirasi: untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam
menit.
 Tinggi badan: untuk mengetahui tinggi badan pasien.
 Lingkar lengan atas: untuk mengetahui status gizi atas pasien.
- Kepala : hygiene rambut, keadaan rambut
- Mata : sclera: ikterik/tidak, konjungtiva: anemis/tidak, mata: simetris/tidak
- Leher : pembengkakan kelenjar tiroid, tekanan vena jugularis
- Dada : pernafasan: jenis pernafasan, bunyi nafas, penarikan sela iga.
- Abdomen : nyeri tekan pada abdomen, teraba massa/ tidak pada abdomen
- Ekstremitas : nyeri /tidak pada ekstremitas atas ataupun bawah, tidak ada
kelemahan
- Eliminasi / urinasi: ada/tidak konstipasi/ BAB dan susah BAK
b) Pemeriksaan persistem
- Status nutrisi dan penggunaan kimia :
Mengukur Berat Badan dan Tinggi Badan, Mengukur lipat kulit trisep,
Mengukur lingkar lengan atas, Mengkaji kadar protein darah dan
keseimbangan kadar elektrolit dalam darah, Pengobatan lokal dan alkohol
- Status pernafasan
Latihan napas dan penggunaan spinometri intensif, Pemeriksaan fungsi paru
dan AGD, riwayat sesak napas.
- Status kardiovaskuler
Penyakit kardiovaskuler, Kebiasaan merubah posisi secara mendadak,
Riwayat imobilisasi berkepanjangan, Hipotensi dan hipoksia, Kelebihan
cairan atau darah, Riwayat perdarahan
- Fungsi imunologi
Kaji adanya alergi, Riwayat transfuse darah, Riwayat asthma bronchial,
Riwayat transplantasi ginjal.
- Perkembangan gerontology
Penyakit kronis, Ketakutan lansia, Fungsi jantung, ginjal, Aktivitas GI,
Dehidrasi, konstipasi, malnutrisi, Penurunan penglihatan dan sensasi, Penyakit
pribadi, Keadaan mulut
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d agen cedera biologis (kontraksi uterus)
2) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
3) Ansietas b.d kurangnya informasi tentang penyakit
4) Kurang pengetahuan b.d tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
c. Perencanaan
Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1) Nyeri akut b.d Kriteia hasil: 1) Lakukan pengkajian nyeri
agen cedera a. Mampu secara komprehensif termasuk
biologis mengontrol nyeri lokasi, karakteristik, durasi,
(tahu penyebab frekuensi, kualitas dan faktor
nyeri, mampu presipitasi
menggunakan tehnik 2) Observasi reaksi nonverbal
nonfarmakologi dari ketidaknyamanan
untuk mengurangi 3) Bantu pasien dan keluarga
nyeri, mencari untuk mencari dan menemukan
bantuan) dukungan
b. Melapo 4) Kontrol lingkungan yang dapat
rkan bahwa nyeri mempengaruhi nyeri seperti
berkurang dengan suhu ruangan, pencahayaan
menggunakan dan kebisingan
manajemen nyeri 5) Kurangi faktor presipitasi nyeri
c. Mampu 6) Kaji tipe dan sumber nyeri
mengenali nyeri untuk menentukan intervensi
(skala, intensitas, 7) Ajarkan tentang teknik non
frekuensi dan tanda farmakologi: napas dala,
nyeri) relaksasi, distraksi, kompres
d. Menyat hangat/ dingin
akan rasa nyaman 8) Berikan analgetik untuk
setelah nyeri mengurangi nyeri: ……...
berkurang 9) Tingkatkan istirahat
e. Tanda 10) Berikan informasi tentang
vital dalam rentang nyeri seperti penyebab nyeri,
normal berapa lama nyeri akan
f. Tidak berkurang dan antisipasi
mengalami gangguan ketidaknyamanan dari prosedur
tidur 11) Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
2) Intoleransi Kriteria Hasil : 1) Observasi adanya pembatasan
aktivitas b.d a. Berpart klien dalam melakukan
kelemahan isipasi dalam aktivitas
aktivitas fisik tanpa 2) Kaji adanya faktor yang
disertai peningkatan menyebabkan kelelahan
tekanan darah, nadi 3) Monitor nutrisi dan sumber
dan RR energi yang adekuat
b. Mampu 4) Monitor pasien akan adanya
melakukan aktivitas kelelahan fisik dan emosi
sehari hari (ADLs) secara berlebihan
secara mandiri 5) Monitor respon kardivaskuler
c. Keseim terhadap aktivitas (takikardi,
bangan aktivitas dan disritmia, sesak nafas,
istirahat diaporesis, pucat, perubahan
hemodinamik)
6) Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat pasien
7) Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan progran terapi
yang tepat.
8) Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
9) Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual
3) Ansietas b.d kriteria hasil : Coping Enhancement
kurangnya a. Memiliki 1) Jelaskan pada pasien tentang
informasi tentang informasi untuk proses penyakit
penyakit mengurangi takut 2) Jelaskan semua tes dan
b. Menggunakan pengobatan pada pasien dan
tehnik relaksasi keluarga
c. Mempertahankan 3) Sediakan reninforcement
hubungan sosial dan positif ketika pasien
fungsi peran melakukan perilaku untuk
d. Mengontrol mengurangi takut
respon takut 4) Sediakan perawatan yang
berkesinambungan
5) Kurangi stimulasi lingkungan
yang dapat menyebabkan
misinterprestasi
6) Dorong mengungkapkan
secara verbal perasaan,
persepsi dan rasa takutnya
7) Perkenalkan dengan orang
yang mengalami penyakit yang
sama
8) Dorong klien untuk
mempraktekan tehnik relaksasi
4) Kurang Kriteria hasil: 1) Kaji tingkat pengetahuan
pengetahuan b.d a. Pasien pasien dan keluarga
tidak mengetahui dan keluarga 2) Jelaskan patofisiologi dari
sumber-sumber menyatakan penyakit dan bagaimana hal ini
informasi. pemahaman tentang berhubungan dengan anatomi
penyakit, kondisi, dan fisiologi, dengan cara yang
prognosis dan tepat.
program pengobatan 3) Gambarkan tanda dan gejala
b. Pasien yang biasa muncul pada
dan keluarga mampu penyakit, dengan cara yang
melaksanakan tepat
prosedur yang 4) Gambarkan proses penyakit,
dijelaskan secara dengan cara yang tepat
benar 5) Identifikasi kemungkinan
c. Pasien penyebab, dengan cara yang
dan keluarga mampu tepat
menjelaskan kembali 6) Sediakan informasi pada
apa yang dijelaskan pasien tentang kondisi, dengan
perawat/tim cara yang tepat
kesehatan lainnya 7) Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
8) Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
9) Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
10) Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
Benson, Ralph C dan Pernoll, Martin L. (2012). Buku Saku Obsetri dan Ginekologi. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Manuaba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta : EGC
Nugroho, Taufan. (2010). Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Oxorn, H & Forte, W. R. (2010). Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan (Human
Labor and Birth). Yogyakarta : YEM.
Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. (2010). Asuahan Kebidanan Patologi. Jakarta : Trans Info Media
Saifuddin, A.B. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wiknjosastro, H. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, Sarwono
Prawirohardjo.
Singkawang, Oktober 2018

Pembimbing Klinik Mahasiswi

Aprisipa, S. ST Melsi Yunanda Sella


NIP. 19880508 201101 1 010 I4052181022

Anda mungkin juga menyukai