Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Gangguan Mobilitas Fisik


1. Definisi
Adalah keadaan dimana pasien berbaring lama di tempat tidur, tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang menggangu pergerakan (aktifitas).
Immobilisasi pada pasien tersebut dapat disebabkan oleh penyakit yang
dideritanya, trauma, fraktur pada ekstremitas, atau menderita kecacatan. Suatu
keadaan hambatan mobilitas fisik yang dialami seseorang, immobilisasi
adalah ketidakmampuan untuk bargerak bebas yang disebabkan oleh kondisi
dimana gerakan terganggu atau dibatasi secara teraupetik.

2. Etiologi
a. Kelainan postur.
b. Gangguan perkembangan otot.
c. Kerusakan system saraf pusat.
d. Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular.
e. Kekakuan otot.

3. Patofisiologi
Infark iskemik cerebri sangat erat hubungannya dengan arterosklerosis dan
arteriosklerosis. Arteroskeloris dapat menimbulkan bermacam macam
manifestasi klinis dengan cara :
a. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufiensi aliran
darah.
b. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya trombus dan
perdarahan atterm.
c. Dapat terbentuk trombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.

1
d. Menyembabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau
menjadi lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.

Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak :


a. Keadaan pembuluh darah.
b. Keadaan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran
darah ke otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak
menjadi menurun.
c. Tekanan darah sistemim memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi otak
yaitu kemampuan intrinsik pembuluh darah otak uintuk mengatur agar
pembuluh darah otak tetap konstan wakaupun ada petrubahan tekanan
perfusi otak.
d. Kelainan janytung menyenbabkan turunnya curah jantung dan karena
lepasnya embolus sehingga menimbuklkan iskemia otak. Suplay darah ke
otak dapat berubah pada gangguan fokal ( trombus, emboli, perdarahan dan
spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena
gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis sering atau cenderung sebagai
faktor penting terhadap otak. Trombus dapat berasal dari flak
arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana
aliran darah akan lambat atau terjadi turbolensi.oklusi pada pembuluh
darah serebral oleh embolus menyebabkan odema dan nekrosis diikuti
trombosis dan hipertensi pembulu darah. Perdarahan intraerebral yang
sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan
penyakit cerebrovaskuler. Anoksia serebra dapat reversible untuk jangka
waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lbih dari 10 menit.
Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah
satunya kardiak arrest.

2
4. Manifistasi klinis
a. Respon fisiologis dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:
1) Muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot,
atropi dan abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolism
kalsium.
2) Kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja
jantung, dan pembentukan thrombus.
3) Pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah
beraktifitas.
4) Metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic, metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
ketidakseimbangan kalsium, dan gangguan pencernaan
(sepertikonstipasi).
5) Eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran
perkemihan dan batu ginjal.
6) Integument seperti ulkus dekubitus adalaha kibat ischemia dan anoksia
jaringan.
7) Neurosensori : sensori deprivation.
b. Respon psikososial antara lain meningkatkan respon emosional, intelektual,
sensori, dan sosiokultural. Perubahan emosional yang paling umum adalah
depresi, perubahan perilaku, perubahan dalam siklus tidur-bangun, dan
gangguan koping.
c. Keterbatasan rentan pergerakan sendi.
d. Pergerakantidakterkoordinasi.
e. Penurunanwaktureaksi (lambat).

3
5. Pemeriksaan penunjang
a. Sinar-X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan
hubungan tulang.
b. CT-scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu
tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau
cidera ligament atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan
panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
c. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus, non
invasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan
computer untuk memperlihatkan abnormalitas.

6. Penatalaksanaan
a. Lakukan perubahan posisi (ROM), yang sering membantu untuk mencegah
edema dependen dan merangsang sirkulasi, fungsi pernapasan, motilitas
gastrointestinal dan sensasi neurologi.
b. Perhatikan kebutuhan eliminasi dan toileting membantu mengurangi rasa
malu dan membantu BAK/BAB.
c. Konsultasikan dengan ahli terapi fisik jika pasien yang tidak mampu/ takut
bergerak yang membutuhkan latihan dan gerakan pasif.

4
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
1) Data biografi
Data pribadi dapat membantu untuk mengetahui klien serta individual
sehingga memungkinkan untuk menyusun rencana perawatan yang
tepat. Data ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, jenis
transportasi yang digunakan orang yang terdekat klien.
2) Riwayat social.
Data ini meliputi pendidikan klien dan pekerjaannya. Seseorang yang
terpapar terus pada agen tertentu dalam pekerjaannya akan dapat
mempengaruhi status kesehatan. Misalnya, seseorang yang bekerja
dengan memerlukan kekuatan otot/skeletal untuk mengangkat benda-
benda berat.
3) Riwayat kesehatan masa lalu
Data ini meliputi kondisi kesehatan individu. Data tantang adanya efek
langsung maupun tidak langsung terhadap muskuloskeletal, misal
riwayat trauma/kerusakan tulang rawan, riwayat artitis, osteomielitis.
Riwayat obat berikut efek sampaingnya misalnya krotikosteroid dapat
menimbulkan kelemahan otot.
4) Riwayat kesehatan sekarang
Sejak kapan timbul keluhan apakah ada riwayat trauma. Hal-hal yang
menimbulkan gejalan. Timbulnya gejala mendadak atau perlahan serta
timbul untuk pertama kalinya atau terulang. Perlu ditanya pula tentang
ada tidaknya gangguan pada sistem lain, masalah-maslaah lain. Adakah
alat bantu gerak, jika ada mencapat alat bantu ambulasi seperti kursi
roda, tongkat dan lain-lain serta mengkaji pola ambulasi.

5
5) Riwayat keluarga
Untuk menentukan hubungan genetik misalnya adanya predisposisi,
seperti artritis, spondilitis atritis, gout.
6) Riwayat diit
Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini dapat
mengakibatkan stress pada sendi sendi penyangga tubuh dan
predisposisi terjadinya intalibilitas ligamen, khususnya pada punggung
pada bagian bawah, kurangnya intake kalsium dapat menimbulkan
fraktur karena adanya dekalsefekasi.
7) Aktifitas kegiatan sehari-hari
Identifikasi pekerjaan pasien dan aktifitas sehari hari. Kebiasaan
membawa benda-benda berat yang dapat menimbulkan strain otot dan
jenis jenis trauma lainnya. Orang yang kurang aktifitas mengakibatkan
tonus otot menurun.

b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis. Bila mungkin gunakan
ruangan yang cukup luas sehingga pasien dapat bergerak bebas saat
dilakukan pemeriksaan gerak/berjalan
1) Pada saat klien duduk lakukan pengamatan secara umum dan tegaknya
tubuh.
2) Klien berdiri dan periksa dada punggung dan ilium observasi poistur
klien, kelurusan servikal, torakal dan lumbal. Observasi hubungan
antara bagian tubuh lain.
3) Mintalah klien untuk berjalan dan observasi mobilitas tumpuannya,
gerakan sendi, amati adanya ketidaknyamanan, kekakuan sendi dan
kelemahan otot, kurangnya koordinasi atau deformitas.

6
Menilai kemampuan keterbatasan dalam bergerak dengan cara:
1) Bangkit dari posisi berbaring ke posisi duduk.
2) Kemudian dari kuris ke posisi beridiri.
3) Menilai gaya berjalan.

2. Diagnosis keperawatan
a. Kerusakan mobilitas fisik
Keterbatasan dalam pergerakan fisik pada bagian tubuh tertentu atau pada
satu atau lebih extremitas.
Batasan karaktetistik
1) Postur tubuh tidak stabil selama melakukan aktivitas rutin.
2) Keterbatasan kemampuan melakukan ketrampilan motorik besar.
3) Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus.
4) Tidak ada koordinasi gerak atau gerakan tak ritmis.
5) Keterbatasan ROM.
6) Sulit berbalik.
7) Perubahan gaya berjalan.
8) Gerka lambat.
9) Gerak menyebabkan tremor.
Faktor yang berhubungan
1) Pengobatan.
2) Terapi pembatasan gerak.
3) Kurang pengetahuan mengenai pergerakan fisik.
4) IMT di atas 75% sesuaid engan usia.
5) Kerusakan sendori persepsi.
6) Nyeri, tidak nyaman.
7) Kerusakan muskuloskletal dan neuromuskuler.

7
b. Kerusakan mobilitas fisik di tempat tidur
Keterbatasan gerak dari posisi yang satu ke posisi yang lain di tempat tidur.
Kerusakan kemampuan dalam :
1) Membalikkan badan dari satu sisi ke sisi lain.
2) Bergerak dari posisi supinasi ke duduk atau sebaliknya.
3) Cepat kembali ke posisi semula secara mandiri
4) Berubah posisi dari pronasi ke supinasi atau dari supinasi ke pronasi.
5) Bergerak dari supinasi ke duduk yang lama atau sebaliknya.
Berhubungan dengan :
1) Kerusakan kognitif.
2) Kelemahan otot.
3) Kurang pengetahuan.
4) Obesitas.
5) Kerusakan muskolosletal.
6) Kerusakan neuromuskuler.
7) Pengobatan.
c. Kerusakan mobilitas di kursi roda
Keterbatasan dalam pengoperasian kursi roda secara mandiri di lingkungan
sekitarnya.
Batasan karakteristik :
1) Kerusakan kemampuan dalam mengapresiasikan secara manual atau
elektrik di tempat rata atau tak rata dan menanjak atau menurut.
2) Kerusakan kemampuan dalam mengoperasikan kursi roda.
Berhubungan dengan :
1) Kerusakan kognitif.
2) Kurang pengetahuan.
3) Kerusakan penglihatan.
4) Kerusakan muskoloskletal.
5) Kerusakan neuromuskuler.

8
6) Obesitas.
7) Nyeri.

d. Kerusakan kemampuan berpindah


Keterbatasan bergerak secara bebas antara dua tempat yang berdekatan.
Kerusakan kemampuan dalam berpindah:
1) Dari tempat tidur ke kursi dan sebalinya.
2) Pergi ke toilet.
3) Pergi ke kamar mandi.
4) Diantara tingkat yang berbeda.
5) Dari kursi ke mobil atau sebaliknya.
6) Dari kursi ke lantai atau sebaliknya.
Berhubungan dengan :
1) Berkurangnya kekuatan otot.
2) Kerusakan neuro muskuler.
3) Kerusakan muskuloskletal.
4) Nyeri.
5) Kerusakan kognitif.
6) Obesitas.
7) Kerusakan lingkungan.
8) Kerusakan penglihatan.

e. Kerusakan berjalan
Keterbatasan dalam bergerak di lingkungan dengan menggunakan kaki.
Kerusakan kemampuan dalam:
1) Naik tangga.
2) Berjalan memerlukan waktu.
3) Berjalan dalam keadaan miring atau bungkuk.
4) Berjalan di tempat rata.

9
5) Berjalan dituntun.
Berhubungan dengan :
1) Kerusakan kognitif.
2) Depresi.
3) Kerusakan keseimbangan.
4) Kerusakan penglihatan.
5) Kerusakan muskuloskletal.
6) Kerusakan neuromuskuler.
7) Obesitas.
8) Nyeri.
9) Takut untuk jatuh.

3. Perencanaa keperawatan
a. Diagnosa 1
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 × 24 jam
diharapkan klien mampu :
NOC (Nursing Outcomes Classification)
1) Mobility level, dengan kriteria hasil :
a) Posisi seimbang
b) Menggerakkan sendi (ROM)
c) Menggerakkan otot
d) Pindah posisi
e) Memposisikan penampilan tubuh
f) Ambulasi dengan kursi roda
2) Energi conservation, dengan kriteria hasil :
a) Keseimbangan aktivitas dan istirahat
b) Dapat membatasi penggunaan energi
c) Nutrisi yang adequat
3) Ambulation walking, dengan kriteria hasil :

10
a) Berjalan dengan pelan
b) Berjalan dengan langkah efektif
c) Dapat berjalan dalam jarak pendek
NIC (Nursing interventions Classification)
1) Terapi aktivitas : ambulasi
a) Bantu pasien dalam menggunakan alat bantu berjalan dan mencegah
injuri.
b) Konsultasikan/meminta bantuan pada terapi fisik untuk
merencanakan ambulasi.
c) Bantuan pasien untuk berpindah tempat.
d) Instruksikan pada pasien bagaimana alih posisi yang benar dan tepat
2) Energi management :
a) Menentukan pasien dalam membatasi pergerakan fisik.
b) Menentukan penyebab cepat lelah (nyeri, pengobatan, perilaku)
c) Monitor lokasi ketidaknyamanan nyeri selama aktivitas.
d) Batasi rangsangan dari lingkungan untuk teknik relaksasi.
3) Teaching: prescibed activity
a) Instruksikan pada pasien bagaimana cara pergerakan /aktivitas yang
benar/tepat.
b) Informasikan pada pasien tujuan dan manfaat aktifitas yang
benar/tepat
c) Instruksikan pada pasien bagaimana cara tolerance aktifitas.

4) Exercise teraphy: joint mobilitas


a) Menentukan atau batasi pergerakan sendi
b) Jelaskan pada pasien/keluarga tujuan dan rencana pergerakan sendi.
c) Bantu pasien untuk mengoptimalkan posisi tubuh dalam
menggerakkan sendi secara aktif maupun pasir.

11
b. Diagnosa 2
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 × 24 jam
diharapkan klien mampu:
NOC (Nursing Outcomes Classification)
1) Body position: self-initiated, dengan kriteria hasil :
a) Bangkit dari posisi tidur ke tidur, tidur ke duduk dan sebaliknya
b) Berlutut menuju duduk
c) Memiringkan pinggul saat akan bangun/berdiri
2) Mobility level, dengan kriteria hasil:
a) ROM aktif
b) Menggerakkan otot
c) Pindah posisi
NIC (Nursing interventions Classification)
1) Exercise teraphi: joint mobility
a) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang tujuan dan rencana ROM
b) Bantu pasien untuk mengoptimalkan posisi tubuh
c) Lindungi pasien dari trauma selama exercise
2) Exercise teraphy: ambulation
a) Motivasi untuk duduk di tempat tidur atau sisi tempat tidur sesuai
dengan kemampuan.
b) Tempatkan

c. Diagnosa 3
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 × 24 jam
diharapkan klien mampu :
NOC (Nursing Outcomes Classification)
1) Ambulation: wheelhair, dengan kriteria hasil :
a) pindah dari dan ke kursi roda
b) tidak cemas saat mendorong kursi roda

12
c) mendorong kursi roda dengan jarak yang jauh dengan dan sedang
2) Musele finction, dengan kriteria hasil :
a) kekuatan kontraksi otot
b) bunyi otot
c) mengontrol pergerakan
d) kecepatan bergerak
e) ketenangan dalam bergerak
3) Mobility level, dengan kriteria hasil :
a) ambulasi dengan kursi roda
b) menggerakkan sendi
c) menggerakkan otot
d) pindah tempat
NIC (Nursing interventions Classification)
1) Exercise teraphy ambulasi
a) tingkatkan bantuan pada pasien dalam menggunakan alat bantu
b) bantu pasien untuk pindah tempat
c) monitor pasien dalam menggunakan alat bantu
2) Positioning: Wheelehair
a) pilih kursi roda yang cocok untuk pasien/standar
b) cek posisi pasien dalam menggunakan kursi roda
c) instruksikan pada pasien bagaimana pindah dari tempat tidur ke kursi
roda, sesuai dengan kenyamanan pasien.
3) Musele control
a) gunakan tactil kecil untuk meminimalkan spasme otot
b) orientasi pasien dalam menggerakkan fungsi tubuh
c) bantu sedikit demi sedikit untuk aktifitas (ADL)
d) control nyeri selama aktivitas

13
d. Diagnosa 4
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 × 24 jam
diharapkan klien mampu:
NOC (Nursing Outcomes Classification)
1) Transfer performance, dengan kriteria hasil :
a) pindah dari tempat tidur ke kursi/sebaliknya
b) pindah dari kursi ke kursi
c) pindah dari kursi roda ke mobil/kendaraan
2) Balance, dengan kriteria hasil :
a) berdiri seimbangan
b) duduk seimbang
c) berjalan seimbang
NIC (Nursing interventions Classification)
1) Exercise teraphy: ambulation
a) bantu pasien untuk pindah tempat
b) instruksikan pada pasien tentang keselamatan berpindah dan teknik
ambulasi
c) gunakan tali pinggang untuk membantu pindah dan ambulasi.

e. Diagnosa 5
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 × 24 jam
diharapakan klien mampu :
NOC (Nursing Outcomes Classification)
1) Ambulation: walking, dengan kriteria hasil :
a) berjalan dengan langkah efektif
b) berjalan dengan jarak yang dekat (<1 block), sedang (>1 block > 5
block), jauh (5 block / > 5 blok)
c) berjalan dengan langkah truun/naik
d) berjalan dengan langkah yang cepat

14
2) Self care: activities of daily living (ADL), dengan kriteria hasil :
a) makan
b) berpakaian
c) toileting
d) istirahat
e) berhias
f) ambulation: berjalan
NIC (Nursing interventions Classification)
1) Exercise teraphy: ambulation.
a) bantu pasien menggunakan alas kaki yang memfasilitasi berjalan dan
mencegah injuri.
b) monitor pasien menggunakan tongkat atau alat bantu lain.
c) bantu pasien saat melawan ambulasi.
d) konsultasikan pada terapi fisik untuk merencanakan ambulasi.
2) Self care asisten .
a) monitor kemampuan pasien dalam perawatan diri.
b) tingkatkan kemampuan klien dalam ADL.
c) tentukan rutinitas aktifitas dalam perawatan diri.

4. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah gangguan mobilitas fisik dilakukan dengan menilai
kemampuan dalam merespon rangsangan dan melakukan pergerakan, respon
fisiologis yang baik dan pasien mampu melakukan aktifitas sehari-hari tanpa
keluhan dan hambatan menunjukkan bahwa klien tidak mengalami gangguan
dalam mobilitas fisik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba
Medika.

Perry & Potter. 2007. BukuAjar Fundal Mental Keperawatan Konsep, Proses Dan
Praktik. Edisi 4.Jakarta : EGC.

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta :


Prima Medika.

Wartonah, Tarwoto. 2007. Kebutuhan Dasar Manusiadan Proses Keperawatan Edisi


3. Jakarta : Salemba Medika.

Wilkinson M. Judith. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi


NIC dan Kriteria Hasil NOC Edisi 7. Jakarta : EGC.

16

Anda mungkin juga menyukai