Anda di halaman 1dari 20

Asuhan Keperawatan Pada Anak

1. IDENTITAS ANAK
Nama Pasien : An. H
Tempat dan Tanggal Lahir : 09-03-2020, Bandung
Jenis Kelamin : Laki-laki
Bangsa/Suku : Sunda
Alamat : Sukajadi
Diagnosa Medis : Diare
Tanggal Masuk Rumah Sakit : Maret-9-2022
Tanggal Pengkajian : Maret-9-2022
Sumber Informasi :
IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah : Tn. R
Umur : 26 tahun
Agama : Khatolik
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Sukajadi
Jenis Kelamin : Laki Laki
Nama Ibu : Ny. N
Umur : 25 tahun
Agama : Khatolik
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Sukajadi
Jenis Kelamin : Perempuan
A. Definisi
Diare merupakan pengeluaran feses yang sering, lunak, dan tidak
berbentuk (Tim Pokja SDKI PPNI, 2016). Diare adalah penyakit yang ditandai
dengan berubahnya bentuk feses dengan intensitas buang air besar secara
berlebihan lebih dari 3 kali dalam kurun waktu satu hari (Prawati & Haqi,
2019).
Menurut Pedoman dari Laboratorium/UPF Ilmu Kesehatan Anak,
Universitas Airlangga dalam Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan
menjadi:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling
lama 3-5 hari.
b. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
c. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan
suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan
patogenesisnya multikompleks. Mengingat banyaknya kemungkinan
penyakit yang dapat mengakibatkan diare kronik dan banyaknya
pemeriksaan yang harus dikerjakan maka dibuat tinjauan pustaka ini untuk
dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah.

B. Etiologi
Faktor penyebab diare dalam Ngastiyah (2014), antara lain :
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai
berikut :
2) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
3) Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Polomyelitis)
Adeno-virus, Rotavirus, Astovirus, dan lain-lain.
4) Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides);protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Trichomonas homini);jamur (Candida albicans).
5) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti
: otitis media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intolerasni laktosa, maltose, dan
sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa).
Pada bayi dan anak terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas, (jarang, tetapi dapat terjadi pada
anak yang lebih besar).
Selain kuman, ada beberapa prilaku yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya diare, yaitu :
a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari
kehidupan
b. Menggunakan botol susu
c. Menyimpanan makanan masak pada suhu kamar
d. Air minum tercemar dengan bakteri tinja
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja,
atau sebelum menjamaah makanan.

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala anak yang mengalami diare (Dewi, 2014):
a. Cengeng, rewel.
b. Suhu meningkat.
c. Gelisah.
d. Nafsu makan menurun.
e. Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan darahnya.
Kelamaan, feses ini akan berwarna hijau dan asam.
f. Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan
tekanan darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung,
penurunan kesadaran, dan diakhiri dengan syok.
g. Anus lecet.
h. Berat badan menurun.
i. Turgor kulit menurun.
j. Mata dan ubun-ubun cekung.
k. Selaput lender dan mulut serta kulit menjadi kering.
Manifestasi klinis dari diare (Mardalena, 2018), yaitu:
a. Nyeri perut (abdominal discomfort).
b. Mual, kadang-kadang sampai muntah.
c. Rasa perih di ulu hati.
d. Rasa lekas kenyang.
e. Nafsu makan berkurang.
f. Perut kembung, rasa panas di dada dan perut.
g. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).
h. Demam dan lemah.
i. Membran mukosa mulut dan bibir kering.
j. Diare.
k. Fontanel cekung.
D. Patofisiologi

Infeksi Makanan Psikologis Malabsorpsi


karbohidrat, lemak

Berkembang Toksik tak Ansietas (D0080)


di usus Meningkatkan
dapat diserap
tekanan osmotik
Hiperperistaltik
Hipersekresi air &
elektrolit Pergerseran air dan
Penyerapan elektrolit ke usus
makanan di usus
menurun
Isi usus

Diare (D0020)

Frekuensi BAB Mual muntah


meningkat

Nafsu makan
Kehilangan cairan &
Gg. Integritas Kulit (D0129) menurun
elektrolit berlebih

Defisit Nutrisi
Gangguan keseimbangan Asidosis metabolik
(D0019)
cairan & elektrolit

Sesak napas
Dehidrasi
Gg Pertukaran Gas (D0003)

Hipovolemi Risiko Syok


(D0023) (D0039)

Pathway Diare (Nurarif & Kusuma, 2016; PPNI, 2017)


E. Komplikasi
Menurut Suharyono dalam Nursalam (2008), komplikasi yang dapat
terjadi dari diare akut maupun kronis yaitu:
1) Kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi)
Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa
(Asidosis metabolik) karena:
a) kehilangan natrium bikarbonat bersama feses.
b) walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pencernaan dalam
waktu yang terlalu lama.
c) makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan
baik adanya hiperperstaltik.
2) Gangguan sirkulasi
Diare dengan atau tanpa disertai muntah dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa renjatan natau syok hipovolemik. Akibat perfusi
jaringan berkurang dan terjadinya hipoksia, asidosis bertambah berta
sehingga dapat mengakibatkan perdarahan di dalam otak, kesadaran
menurun, dan bila tidak segera ditolong maka penderita meninggal.
3) Hiponatremia
Anak dengan diare hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na < 130 mol/L).
Hiponatremi sering terjadi pada anakdengan Shigellosis dan pada anak
malnutrisi berat dengan oedema. Oralit aman dan efektif untuk terapi
darin hamper semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasi, koreksi
Na dilakukan berasama dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu: memakai
Ringer Laktat atau Normal.

2. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN


A. Keluhan Umum
1) Keluhan Utama : Seorang anak laki-laki usia 22 bulan dirawat di
rumah sakit dengan diagnosis Diare. Anak mengalami batuk BAB cair
sudah 2 hari dan muntah > 3 kali. Setelah dilakukan pengkajian
didapati anak lemas, turgor kulit tidak elastis, dan ubun-ubun teraba
cekung.
2) Tanda Vital : auskultasi didapati suara vesikuler. Suhu
38,2oC, RR 36x/menit, Nadi 117x/menit, SPO2 99%, BB 5,7 Kg, dan
TB 85,5 cm.
3) Kesadaran : Apatis
4) Riwayat Penyakit Sekarang : Saat dilakukan pengkajian pada hari
Rabu, tanggal 9 Maret 2022 hari rawatan 1, dengan kesadaran apatis,
tampak lemas, turgor kulit tidak elastis, dan ubun-ubun teraba cekung.
Penurunan BB 300 gram dari BB sebelum sakit.
 P : nyeri pada anus ketika BAB
 Q : anak lemas hingga mengalami penurunan nafsu makan
 R : nyeri yang dirasakan di bagian perut dan anus
 S : Keluarga Klien tidak menyebutkan Skala nyeri
 T : 2 hari terakhir

3. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU


A. Kehamilan
1. Gestasi : Full term
2. Penyakit Selama hamil: Tidak ada
3. Obat yang pernah dikonsumsi : Vitamin
4. Imunisasi TT : Iya
B. Intra Natal
1. Lama proses persalinan : Lebih dari 12 jam
2. Yang menolong persalinan : Dokter
3. Penyulit persalinan : Tidak ada
4. Kelainan/masalah: Tidak ada
C. Post Natal
1. Berat badan lahir : 3 Kg
2. Kondisi waktu lahir : langsung menangis
3. Kelainan konginental : tidak ada
D. Alergi : -
E. Obat-obatan terakhir didapatkan
-
F. Imunisasi
1. BCG
2. DPT I, II, III
3. Polio
4. Campak
4. Tumbuh Kembang
A. Berat Badan Sekarang : 5,7 Kg
B. Motorik halus : anak bisa bermain balok, menggunakan krayon
C. Motorik Kasar : anak sudah bisa jalan, lari, melompat, menendang bola, dan
lain-lain
D. Kemampuan Berbahasa : sudah bisa berbicara dengan bahasa indonesia
E. Perkembangan kognitif : sudah mengenal nama-nama benda, buah, warna, dan
lain-lain.
F. Perkembangan soaial : memiliki teman untuk bermain
5. Mental
A. Pola interaksi
Anak dapat berinteraksi dengan teman sebaya, dan orang lebih tua darinya
B. Pola emosi
Sudah bisa menunjukkan emosi yang dirasakan, seperti saat anak merasa
senang, sedih, ataupun kesal.
C. Konsep diri
Anak senang bermain dengan keluarga dan orang yang dikenal. Anak
cenderung diam pada orang yang baru ditemui.
D. Pola pertahanan keluarga
Memberikan bimbingan, memberi tahu kepada anak hal-hal yang baik untuk
dilakukan, melindungi anak dari bahaya.
6. Sosial
A. Kultural
Tinggal didaerah suku sunda
B. Pola interksi
Memiliki teman bermain
C. Lingkungan rumah
Berada pada lingkungan perkotaan
7. Spiritual
A. Anak
Ikut beribadah di gereja setiap hari minggu
B. Orangtua
Memperdengarkan ayat-ayat dalam al-kitab
8. Kebutuhan Dasar
Aktivitas kebutuhan sehari hari
A. Pola Nutrisi
1) Di Rumah Sebelum Sakit
Makan nasi tim, sayur dan lauk, susu formula, selera makan baik,
frekuensi 3x sehari menghabiskan 1 porsi yang disediakan.
2) Di Rumah Sakit
Makan bubur, sayur dan lauk, selera maka menurun, frekuensi makan
1-2 x/ hari. Klien menghabiskan 1/4 porsi makanan yang disediakan.
B. Pola Eliminasi
1) Di Rumah Sebelum Sakit
BAB 1 x sehari, konsistensi lembek, berbau khas
2) Di Rumah Sakit
BAB cair 6-7x sehari, berwarna kuning
C. Pola Tidur
1) Di Rumah Sebelum Sakit
Klien tidur nyenyak sekitar 12 jam sehari yang terbagi dengan tidur
malam dan tidur siang.
2) Di Rumah Sakit
Klien sulit tidur, rewel.
D. Personal hygiene
1) Di Rumah Sebelum Sakit
Mandi : Frekuensi 2x/ hari, dibantu oleh ibunya.
Cuci rambut : frekwensi 2 – 3 x/mgg, dibantu
Gunting kuku : setiap kali panjang, dibantu oleh orang tua
2) Di Rumah Sakit
Klien membersihkan badan dengan diseka badannya oleh orangtua,
tidak cuci rambut
E. Pola Aktivitas
1) Di Rumah Sebelum Sakit
Aktifitas sehari-hari klien hanya bermain, tidak ada latihan khusus.
2) Di Rumah Sakit
Klien berbaging tiduran dan kadang digendong ibunya
9. Data Biologis
A. Kulit
Warna: Sawo matang, temperatur: tinggi, kelembaban: kering.
B. Rambut
Warna: hitam, tidak mudah tercabut, cukup bersih
C. Kuku
Warna: agak pucat, permukaan kuku datar, tidak mudah patah, bersih.
D. Kepala
1) Mata
Kelopak mata tidak ada kemerahan ataupun ptosis, bulu mata ada
posisi agak lentik, alis tebal, Visus 6/6, Lapang pandang : Normal
2) Telinga
Keadaan daun telingan baik, tidak pernah operasi telinga, membran
tympani baik, fungsi pendengaran baik dapat mendengar bunyi
gesekan rambut.
3) Hidung
Penciuman baik dapat membedakan bau-bauan, tidak ada perih di
hidung, tidak ada cairan hidung berupan sekret, trauma hidung tidak
pernah, mimisan tidak pernah.
4) Mulut
Bibir pucat, gigi kotor, tidak ada lesi pada lidah
5) Leher
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran tiroid
E. Thorax
Dada : simetris
Paru : terdengar suara vesikuler, irama nafas tidak teratur, RR 36x/menit
Jantung : Tidak ada pembesaran jantung, tidak ada pembengkakan pada
Jaringan kaki, nadi: 117x/menit, irama regular, didapatkan bunyi S1-S2
tunggal
Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar
F. Abdomen
Bentuk dasar cekung
Tidak ada lesi pada kulit, tidak terdapat nyeri tekan, frekuensi bising usus
meningkat
G. Genitalia
Bentuk: bersih
Radang: tidak
Sekret: tidak
Pembengkakan lebia/skotum: tidak
H. Extremitas Bawah
1) Bentuk simetris, sensasi halus ada
2) Sensasi panas ada
3) Gerakan ROM dapat, reflex Patela ada
4) Refleks Babinsky ada, tidak ada pembengkakan lipat paha
5) Tidak ada varises
6) Tidak ada Thrombophlebitis, terasa kering
7) Tidak ada kelainan
I. Extremitas Atas
1) Bentuk simetris, ada sensasi halus
2) Ada sensasi panas
3) Ada Gerakan ROM, ada reflek bisep
4) Ada reflek trisep, tidak ada pembengkakan
10. DATA PSIKOLOGIS
Anak bebeicara secara lambat, terlihat sedih, rewel, emosi tidak stabil
11. DATA DIAGNOSTIK
-
12. THERAPI MEDIK
TERAPI FARMAKOLOGI
Penatalaksanaan diare yaitu dengan:
a. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah.
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida (NaCl),
kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat.
Aturan pemberian oralit menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat
dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur > 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
2) Dehidrasi ringan bia terjadi penurunan berat badan 2,5%-5%
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kgbb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa
dehidrasi.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
4) Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas.
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok
dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol
tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari
gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai
lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan
ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.
b. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan dosis sebagai berikut:
1) Balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg)/ hari
2) Balita umur ≥ 6 bulan: 1 tablet (20 mg)/ hari
c. Antibiotik Selektif
Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare
karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain.
TERAPI NONFARMAKOGI
Pemberian Makan selama diare kepada balita (usia 6 bulan ke atas). Oleh
karena perlu diperhatikan:
1) Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap menyusui bahkan
meningkatkan pemberian ASI selama diare dan selama masa penyembuhan
(bayi 0 – 24 bulan atau lebih).
2) Dukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi berusia 0- 6 bulan,
3) Anak berusia 6 bulan keatas, tingkatkan pemberian makan. Makanan
Pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6 – 24 bulan dan sejak
balita berusia 1 tahun sudah dapat diberikan makanan keluarga secara
bertahap.
4) Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu
untuk membantu pemulihan berat badan anak.
Asuhan Keperawatan
A. Analisis data

No Data Etiologi Masalah

1 Ds: Ny. N mengatakan Proses infeksi > berkembang Diare


bahwa anak mengalami BAB di usus > hipersekresi air dan
cair 6-7x sehari selama 2 hari elektrolit > feses cair
terakhir, BB anak turun
Do: An H tampak lemas,
turgor kulit tidak elastis,
ubun-ubun cekung, BB 5,7 kg
turun 300 gram (5% dari BB
sebelum sakit)

2 Ds: Ny. N mengatakan anak Diare > muntah > nafsu Defisit nutrisi
mengalami BAB cair dan makan menurun > defisit
muntah < 3x selama 2 hari nutrisi
terakhir, nafsu makan
menurun, BB menurun
Do: BB An H turun 300 gram
(5% dari BB sebelum sakit)

3 Ds: Ny. N mengatakan Diare > hilang cairan dan Hipovolemia


anaknya menjadi lemas, kulit elektrolit berlebih >
kering tidak elastis seperti dehidrasi > kekurangan
biasanya cairan
Do: konsistensi feses cair,
riwayat muntah, lemas, turgor
kulit tidak elastis, ubun-ubun
cekung.

4 Ds: Ny. N mengatakan Diare > frekuensi BAB Gangguan integritas


anaknya kesakitan di anus meningkat > hilang cairan kulit
ketika BAB dan elektrolit berlebih >
Do: terdapat kemerahan dan terjadi luka
nyeri pada anus

2. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan fisiologis (proses infeksi)
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake makanan
3. Hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanis (BAB sering)
3. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil

1 Diare Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Untuk mengetahui


berhubungan tindakan penyebab diare penyebab diare
dengan fisiologis keperawatan 2. Monitor warna, 2. Untuk mengetahui
(proses infeksi) selama 3x24 jam volume, frekuensi, perkembangan dari
diharapkan diare dan konsistensi BAB cair yang
berkurang dengan feses dialami pasien
KH : 3. Berikan asupan 3. Untuk mengganti
a. Konsistensi cairan oral (oralit) cairan dan elektrolit
feses dan intravena yang hilang
meningkat 4. Anjurkan makan 4. Untuk memenuhi
b. Frekuensi porsi kecil dan kebutuhan nutrisi
menurun sering secara 5. Untuk memadatkan
c. Peristaltik bertahap feses
usus 5. Kolaborasi
membaik pemberian obat
d. Nyeri pengeras feses
abdomen
menurun

2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan 1. Identifikasi status 1. Untuk mengetahui


berhubungan tindakan nutrisi pemenuhan nutrisi
dengan keperawatan 2. Identifikasi pada pasien
penurunan intake selama 3x24 jam kebutuhan kalori 2. Untuk mengetahui
makanan diharapkan dan nutrisi 3. Agar kebutuhan
kebutuhan nutrisi 3. Monitor asupan nutrisi pasien dapat
terpenuhi dengan makan terpenuhi
baik dengan KH : 4. Monitor berat 4. Agar dapat
a. Berat badan badan memenuhi target
pasien 5. Berikan makanan berat badan
meningkat secara menarik 5. Untuk
b. Diare 6. Berikan makanan meningkatkan minat
menurun tinggi kalori dan makan
c. Nafsu makan protein 6. Untuk memenuhi
membaik 7. Kolaborasi kebutuhan energi
d. Frekuensi pemberian dan mempercepat
makan antiemetik bila penyembuhan
membaik perlu 7. Untuk mencegah
e. Bising usus terjadinya muntah
membaik

3 Hipovolemia Setelah dilakukan 1. Observasi tanda 1. Mengetahui


berhubungan tindakan dan gejala perkembangan
dengan keperawatan hipovolemia kondisi hipovolemia
kehilangan cairan selama 3x24 jam 2. Monitor intake dan pada pasien
aktif diharapkan ibu output cairan 2. Untuk menjaga
pasien mengerti 3. Anjurkan keseimbangan
dengan KH : memperbanyak cairan
a. Turgor kulit asupan cairan oral 3. Untuk mengganti
membaik 4. Kolaborasi cairan yang hilang
pemberian cairan 4. Untuk
isotonis, kristaloid meningkatkan
cairan dan elektrolit

4 Gangguan Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Mengetahui


integritas kulit tindakan penyebab penyebab agar
berhubungan keperawatan gangguan mendapat
dengan faktor selama 3x24 jam integritas kulit penanganan yang
mekanis (BAB diharapkan 2. Bersihkan perineal tepat
sering) kebutuhan nutrisi dengan air hangat 2. Untuk
terpenuhi dengan 3. Gunakan meningkatkan
baik dengan KH : petroleum atau kenyamanan
1. Kemerahan minyak pada kulit 3. Untuk melumasi
menurun kering kulit kering
2. Nyeri 4. Anjurkan 4. Untuk memberikan
menurun menggunakan kelembaban
pelembab 5. Untuk mempercepat
5. Kolaborasi proses
pemberian obat penyembuhan
topikal

4. Implementasi Keperawatan

WAKTU (ta TINDAKAN WAKTU CATATAN PERKEMBANGA TT


nggal dan ja (tanggal d N WAT
m) an jam) (SOAP)
Rabu, 9 Mar Rabu, 9 M Dx 1:
et 2022 aret 2022 S: Ny. N mengatakan bahwa
07.00 Worship 14:00 anak mengalami BAB cair 6-7x
08.00 Operan sehari selama 2 hari terakhir. BB
08.30 Kontrak dengan anak turun
pasien O:
08.40 Melakukan Tinda a. Suhu 38,2oC, RR 36x/menit,
kan 5P Nadi 117x/menit, SPO2 99%
09.00 Mempersiapkan b. An H tampak lemas, turgor
obat yang akan di kulit tidak elastis, ubun-ubun
berikan ke pasien cekung, BB 5,7 kg
10.00 Carting segala ke c. Ny N kooperatif
giatan A: Masalah belum teratasi
11.00 Mengobservasi tt P: Lanjutkan intervensi
v
Suhu 38,2oC, RR Dx 2:
36x/menit, Nadi S: Ny. N mengatakan anak
117x/menit, BB mengalami BAB cair dan
5,7 Kg, dan TB muntah < 3x selama 2 hari
85,5 cm. terakhir, nafsu makan menurun,
11.05 Mengkaji BB menurun
penyebab diare, O:
status nutrisi, a. BB An H turun 300 gram
mengobservasi (5% dari BB sebelum sakit)
tanda b. Ny. N paham untuk
hipovolemia, senantiasa mendorong
mengkaji adanya pemenuhan kebutuhan
kerusakan kulit nutrisi anaknya
11.10 Memberikan A: Masalah belum teratasi
cairan infus RL P: Lanjutkan intervensi
kepada pasien
11.30 Menganjurkan Dx 3 :

ibu untuk bekerja S: Ny. N mengatakan anaknya

sama dalam menjadi lemas, kulit kering tidak

mengobservasi elastis seperti biasanya

intake dan output O:

cairan serta a. Ny N kooperatif

produk feses. b. Ny N paham untuk

11.45 Mengajurkan kep senantiasa mendorong

ada ibu pasien un pemenuhan kebutuhan cairan

tuk tetap menjaga anaknya

asupan nutrisi A: Masalah belum teratasi

oral secara P: Lanjutkan intervensi

bertahap dan
tetap Dx 4 :
memberikan ASI. S: Ny. N mengatakan anaknya
Menganjurkan kesakitan di anus ketika BAB
kepada ibu untuk O:
memenuhi c. Ny N kooperatif
kebutuhan d. Ny N paham untuk
asupan cairan membersihkan area perineal
pasien. dengan air hangat dan
11.50 Menganjurkan mengoleskan petroleum di
kepada ibu rektum/anus pasien
pasien untuk A: Masalah belum teratasi
membersihkan P: Lanjutkan intervensi
area perineal
dengan air
hangat, kemudian
memberikan
petroleum pada
rektum/anus
pasien
12.00 Mempersiapkan
obat
Memberikan obat
antiemetik untuk
dikonsumsi
sebelum makan
Memberikan
tablet zinc 20 mg
dan larutan
elektrolit.

5. Evaluasi Keperawatan
NO Diagnosa Evaluasi

1. Diare berhubungan dengan fisiologis Dx 1:


(proses infeksi) S: Ny. N mengatakan bahwa anak
mengalami BAB cair 6-7x sehari
selama 2 hari terakhir. BB anak turun
O:
a. Suhu 38,2oC, RR 36x/menit, Nadi
117x/menit, SPO2 99%
b. An H tampak lemas, turgor kulit
tidak elastis, ubun-ubun cekung,
BB 5,7 kg
c. Ny N kooperatif
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan Dx 2:


penurunan intake makanan
S: Ny. N mengatakan anak mengalami
BAB cair dan muntah < 3x selama 2
hari terakhir, nafsu makan menurun,
BB menurun
O:
c. BB An H turun 300 gram (5% dari
BB sebelum sakit)
d. Ny. N paham untuk senantiasa
mendorong pemenuhan kebutuhan
nutrisi anaknya
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

3. Hipovolemia berhubungan dengan Dx 3:


kehilangan cairan aktif S: Ny. N mengatakan anaknya menjadi
lemas, kulit kering tidak elastis seperti
biasanya
O:
e. Ny N kooperatif
f. Ny N paham untuk senantiasa
mendorong pemenuhan kebutuhan
cairan anaknya
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

4. Gangguan integritas kulit berhubungan Dx 4:


dengan faktor mekanis (BAB sering) S: Ny. N mengatakan anaknya
kesakitan di anus ketika BAB
O:
g. Ny N kooperatif
h. Ny N paham untuk membersihkan
area perineal dengan air hangat dan
mengoleskan petroleum di
rektum/anus pasien
A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

REFERENSI
Dewi, V.N.L. (2014). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.
Mardalena, I. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan. Sistem
Pencernaan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Nurarif, A.H., & Kusuma, H. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta.
Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi
2. Jakarta: Salemba Medika
Prawati, D.D., Haqi, D.N. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Di Tambak
Sari, Kota Surabaya. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and
Health Education Vol. 7 No. 1 (2019) 34-45.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), 
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),  Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),  Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai