Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN DISKUSI PEMICU 1

MODUL KULIT DAN JARINGAN PENUNJANG

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7
Dianelita Asyifa Qisthi I1011211011
Nelly Faenna Butar-Butar I1011211015
Ronald Vije Brouch I1011211022
Yolanda Oktavianingsih I1011211028
Bimo Hendrayana I1011211033
Adhisty Dini Ulfa I1011211035
Richard Winzen Krisberto Bellarmus Putra I1011211055
Muhammad Syifa Irvandy I1011211066
Muhamad Hasbi I1011211072
Sonia Almeyra I1011211080
Fuady Farid Albari I1011211086

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
BAB I
PENDAHULUAN

PEMICU 1
Siena adalah mahasiswa tahun kedua Jurusan Kedokteran FK Untan. Saat akan
menyelesaikan tugas dan bersiap tidur, Siena melihat kakaknya sedang sibuk dengan berbagai
macam produk skin care di hadapannya. Dia memperhatikan, berbagai jenis sheetmask
hingga cream yang dioleskan oleh sang Kakak ke wajahnya. Siena penasaran, apakah
memang semua produk itu bermanfaat untuk kulit, terutama mencegah penuaan seperti yang
dikatakan oleh sang Kakak. Siena teringat akan perbedaan tekstur kulit yang ia miliki
dibandingkan ibu dan neneknya. la juga mencoba membandingkan tekstur dan kekenyalan
kulit yang dimilikinya dan adiknya yang berusia 3 tahun. Siena kemudian mencari tahu
mengenai proses penuaan dan perbedaan struktur kulit dari berbagai usia.
Kemudian Siena juga memperhatikan, terdapat produk lain yang digunakan kakaknya
untuk bekas luka dan bekas jerawatnya. Seketika Siena teringat akan bekas luka di kaki
kanannya akibat luka bakar. Saat ini luka yang sebelumnya cukup besar itu, sudah menutup
dengan baik. Namun, di sekeliling luka tersebut terasa sedikit gatal dan membuat Siena
sering menggaruknya. Sang Kakak selalu memperingatkannya untuk tidak menggaruk agar
lukanya dapat sembuh dan kulitnya akan membaik seperti sedia kala. Untuk membuktikan
hal ini, Siena juga mencoba mencari proses penyembuhan luka dan berbagai faktor yang
dapat mempengaruhinya.

Klarifikasi dan Definisi


1. Sheetmask
Sepotong bahan tipis yang berisi produk perawatan kulit, dilubangi untuk mata, yang
diletakkan di atas wajah dan dibiarkan beberapa saat, agar kulit terlihat dan terasa
lebih baik.1
2. Cream
Bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.2
3. Jerawat
Akne vulgaris atau yang biasa dikenal sebagai jerawat adalah salah satu penyakit kulit
kronis yang berasal dari folikel pilosebasea. Empat proses saling terkait yang
menyebabkan terjadinya akne vulgaris, yaitu produksi sebum yang berlebihan,
hiperproliferasi folikel epidermis, kolonisasi mikroorganisme Cutibacterium acnes
(sebelumnya disebut Propionibacterium acnes), dan inflamasi.3
4. Skin care
Skin care atau perawatan kulit merupakan hal-hal yang dilakukan dan gunakan untuk
menjaga kulit tetap sehat dan menarik.4
5. Luka
Luka atau dalam bahasa medisnya vulnus: rusaknya integritas lapisan epidermis
dengan cedera jaringan serta gangguan integritas anatomi dengan kehilangan
fungsional.5

Kata Kunci
1. Skin aging (penuaan kulit)
2. Bekas luka
3. Produk skin care
4. Tekstur kulit
5. Proses penyembuhan luka
6. Perbedaan struktur kulit
7. Luka bakar

Rumusan Masalah
Siena sedang mencari tahu mengenai efektivitas skin care.

Analisis Masalah
Hipotesis
Penggunaan produk perawatan kulit bersifat efektif.

Learning Issues
1. Kulit
a. Embriologi
b. Anatomi
c. Histologi
d. Fisiologi
e. Kelainan & penyakit
f. Faktor yang mempengaruhi kesehatan kulit
2. Penuaan kulit
a. Etiologi
b. Patofisiologi
c. Manifestasi klinis
3. Pruritus (kulit gatal)
a. Definis
b. Etiologi
c. Epidemiologi
d. Patofisologi
e. Treatment
4. Acne vulgaris
a. Definisi
b. Epidemiologi
c. Etiologi
d. Patofisiologi
e. Tata laksana
5. Perawatan kulit:
a. Definisi
b. Jenis
c. Tindakan
6. Kandungan apa saja yang terdapat dalam skin care dalam mencegah penuaan?
Jelaskan!
7. Perbedaan struktur kulit di berbagai usia. (hasbi, richard)
8. Luka
a. Definisi
b. Jenis
1) Histopatologi
2) Patofisiologi & Patogenesis
c. Treatment Fisiologi Penyembuhan
d. Faktor yang mempengaruhi kesembuhan
1) Mempercepat
2) Memperlambat
9. Apa yang menyebabkan terjadinya gatal di sekeliling luka saat penyembuhan?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kulit
a. Embriologi
Kulit adalah penutup pelindung luar tubuh, merupakan sistem organ yang kompleks
dan organ tubuh terbesar. Kulit terdiri dari 2 lapisan, yaitu sebagai berikut.50,51
1. Epidermis adalah jaringan epitel superfisial yang berasal dari permukaan
embrionik ektoderm.
2. Dermis adalah lapisan berada dibawah epidermis, merupakan lapisan dalam yang
tersusun atas padat, tidak beraturan, jaringan ikat yang tersusun berasal dari
mesenkim.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Epidermis
Pada awalnya (5 minggu), mudigah di lapisi oleh satu lapisan sel ektoderm. Pada
awal bulan kedua (7 minggu), epitel ini membelah, dan terbentuk suatu lapisan
sel gepeng yang disebut periderm atau epitrikium, di permukaannya. Pada
proliferasi sel selanjutnya di lapisan basal, terbentuklah zona ketiga (zona
intermediet) yaitu pada embrio 4 bulan. Akhirnya pada bulan keempat, epidermis
memperoleh susunan definitifnya dan dapat dikenali empat lapisan yaitu pada
saat lahir.50,51
a. Stratum basale atau stratum germinativum, berperan dalam menghasilkan
sel-sel baru. Lapisan ini kemudian membentuk hubungan dan cekungan yang
tercermin di permukaan kulit sebagai sidik jari.50,51
b.
Stratum spinosum yang tebal terdiri dari sel-sel polyhedral besar yang
mengandung tonofibril halus.50,51
c.
Stratum granulosum mengandung granula kertohialin kecil di sel-selnya.50,51
d. Stratum korneum (lapisan tanduk) yang membentuk permukaan mirip sisik
keras pada epidermis, disusun oleh sel-sel mati yang terkemas rapat dan
mengandung keratin. Sel-sel periderm biasanya dilepaskan sewaktu paruh
kedua kehidupan intra uterus dan dapat ditemukan di dalam cairan amnion.
Selama 3 bulan pertama perkembangan, epidermis diinvasi oleh sel-sel yang
berasal dari krista neuralis. Sel-sel ini mensintesis pigmen melanin dalam
melanosom.50,51
Tahap perkembangan kulit berturut-turut berdasarkan gambar di atas adalah sebagai
berikut.50,51
A: Pada 4 minggu.
B: Pada 7 minggu.
C: Pada 11 minggu.
D: Neonatus.
2. Dermis
Dermis berasal dari mesoderm lempeng lateral dan dermatom dari somit.
Selama bulan ketiga dan keempat, jaringan ini (korium) membentuk banyak struktur
papilari reguler, papilla dermis yang menonjol ke atas ke dalam epidermis. Sebagian
besar dari papilla ini mengandung kapiler halus atau end organ (ujung) saraf sensorik.
Lapisan dermis yang lebih dalam (subkorium), mengandung banyak jaringan lemak.
Saat lahir, kulit dilapisi oleh pasta keputihan, verniks kaseosa, yang dibentuk oleh
sekresi kelenjar sebasea dan sel epidermis dan rambut yang mengalami degenerasi.
Lapisan ini melindungi kulit dari efek maserasi cairan ketuban.50,51

b. Anatomi
Kulit
Struktur kulit Kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu epidermis dan dermis. Epidermis
merupakan jaringan epitel yang berasal dari ektoderm, sedangkan dermis berupa
jaringan ikat agak padat yang berasal dari mesoderm. Di bawah dermis terdapat
selapis jaringan ikat longgar yaitu hipodermis, yang pada beberapa tempat terutama
terdiri dari jaringan lemak. 6,7

Epidermis
Epidermis merupakan lapisan paling luar kulit dan terdiri atas epitel berlapis gepeng
dengan lapisan tanduk. Epidermis hanya terdiri dari jaringan epitel, tidak mempunyai
pembuluh darah maupun limf; oleh karenaitu semua nutrien dan oksigen diperoleh
dari kapiler pada lapisan dermis. Epidermis terdiri atas 5 lapisan yaitu, dari dalam ke
luar, stratum basal, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum, dan
stratum korneum.6,7
1. Stratum basal (lapis basal, lapis benih)
Lapisan ini terletak paling dalam dan terdiri atas satu lapis sel yang tersusun
berderet-deret di atas membran basal dan melekat pada dermis di bawahnya.6,7
2. Stratum spinosum (lapis taju)
Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang besar-besar berbentuk poligonal
dengan inti lonjong. Sitoplasmanya kebiruan.6,7
3. Stratum granulosum (lapis berbutir)
Lapisan ini terdiri atas 2-4 lapis sel gepeng yang mengandung banyak granula
basofilik yang disebut granula keratohialin, yang dengan mikroskop elektron
ternyata merupakan partikel amorf tanpa membran tetapi dikelilingi ribosom.6,7
4. Stratum lusidum (lapis bening)
Lapisan ini dibentuk oleh 2-3 lapisan sel gepeng yang tembus cahaya, dan agak
eosinofilik. Tak ada inti maupun organel pada sel-sel lapisan ini. Walaupun ada
sedikit desmosom, tetapi pada lapisan ini adhesi kurang sehingga pada sajian
seringkali tampak garis celah yang memisahkan stratum korneum dari lapisan lain
di bawahnya.6,7
5. Stratum korneum (lapis tanduk)
Lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel-sel mati, pipih dan tidak berinti serta
sitoplasmanya digantikan oleh keratin. Selsel yang paling permukaan merupa-kan
sisik zat tanduk yang terdehidrasi yang selalu terkelupas.6,7

Sel-sel epidermis
Terdapat empat jenis sel epidermis, yaitu: keratinosit, melanosit, sel Langerhans, dan
sel Merkel.
1. Keratinosit
Keratinosit merupakan sel terbanyak (85-95%), berasal dari ektoderm permukaan.
Merupakan sel epitel yang mengalami keratinisasi, menghasilkan lapisan kedap
air dan perisai pelidung tubuh.7,9
2. Melanosit
Melanosit meliputi 7-10% sel epidermis, merupakan sel kecil dengan cabang
dendritik panjang tipis dan berakhir pada keratinosit di stratum basal dan
spinosum. Terletak di antara sel pada stratum basal, folikel rambut dan sedikit
dalam dermis.7,8
3. Sel Langerhans
Sel Langerhans merupakan sel dendritik yang bentuknya ireguler, ditemukan
terutama di antara keratinosit dalam stratum spinosum. Tidak berwarna baik
dengan HE. Sel ini berperan dalam respon imun kulit, merupakan sel pembawa-
antigen yang merangsang reaksi hipersensitivitas tipe lambat pada kulit.7,8
4. Sel Merkel
Jumlah sel jenis ini paling sedikit, berasal dari krista neuralis dan ditemukan pada
lapisan basal kulit tebal, folikel rambut, dan membran mukosa mulut.7,9

Dermis
Dermis terdiri atas stratum papilaris dan stratum retikularis, batas antara kedua lapisan
tidak tegas, serat antaranya saling menjalin.
1. Stratum papilaris
Lapisan ini tersusun lebih longgar, ditandai oleh adanya papila dermis yang
jumlahnya bervariasi antara 50 – 250/mm2 . Jumlahnya terbanyak dan lebih
dalam pada daerah di mana tekanan paling besar, seperti pada telapak kaki.
Sebagian besar papila mengandung pembuluh-pembuluh kapiler yang memberi
nutrisi pada epitel di atasnya.8,9
2. Stratum retikularis
Lapisan ini lebih tebal dan dalam. Berkas-berkas kolagen kasar dan sejumlah
kecil serat elastin membentuk jalinan yang padat ireguler. Pada bagian lebih
dalam, jalinan lebih terbuka, rongga-rongga di antaranya terisi jaringan lemak,
kelenjar keringat dan sebasea, serta folikel rambut.8,9
Sel-sel dermis
Jumlah sel dalam dermis relatif sedikit. Sel-sel dermis merupakan sel-sel jaringan ikat
seperti fibroblas, sel lemak, sedikit makrofag dan sel mast.6

Hipodermis
Sebuah lapisan subkutan di bawah retikularis dermis disebut hipodermis. Ia berupa
jaringan ikat lebih longgar dengan serat kolagen halus terorientasi terutama sejajar
terhadap permukaan kulit, dengan beberapa di antaranya menyatu dengan yang dari
dermis. Pada daerah tertentu, seperti punggung tangan, lapis ini meungkinkan gerakan
kulit di atas struktur di bawahnya. Di daerah lain, serat-serat yang masuk ke dermis
lebih banyak dan kulit relatif sukar digerakkan. Sel-sel lemak lebih banyak daripada
dalam dermis. Jumlahnya tergantung jenis kelamin dan keadaan gizinya. Lemak
subkutan cenderung mengumpul di daerah tertentu. Tidak ada atau sedikit lemak
ditemukan dalam jaringan subkutan kelopak mata atau penis, namun di abdomen,
paha, dan bokong, dapat mencapai ketebalan 3 cm atau lebih. Lapisan lemak ini
disebut pannikulus adiposus.6,8,9
Rambut
Batang rambut merupakan struktur keratin keras yang dihasilkan oleh bangunan
epitelial berbentuk kantung yaitu folikel rambut. Pada ujung basal folikel melebar
melingkari papila pili terdiri atas jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf yang
penting bagi kelangsungan hidup folikel rambut; bagian yang melebar disebut bulbus
pili.6,7
Folikel rambut
Folikel rambut dikelilingi pema-datan komponen fibrosa dermis. Di antara komponen
tersebut dengan epitel folikel terdapat membran vitrea non-seluler, yang merupakan
membran basal sangat tebal dari lapis luar epitel folikel, yang disebut sarung akar
rambut luar.6,8

Medula rambut
Medula rambut terletak paling tengah, biasanya terlihat lebih terang daripada bagian
lain. Sel-selnya berbentuk poligobal, tersusun jarang satu sama lain. Di dalam
sitoplasmanya dapat terlihat sedikit pigmen melanin. Perlu diperhatikan bahwa tidak
semua rambut mempunyai medula.6,8

Korteks rambut
Korteks rambut merupakan bagian terbesar rambut, mengandung beberapa lapisan
konsentris yang terdiri atas sel panjang terkeratinisasi. Melanin biasanya terjepit di
antara dan di dalam sel-sel ini, sehingga mewarnai rambut.6,7

Kutikula rambut
Kutikula rambut merupakan bagian paling luar akar dan batang rambut mengandung
sel-sel paling tipis, mirip sisik, dengan ujung bebas ke arah ujung distal. Sel-sel yang
menyusun kutikula rambut sangat pipih, saling berselisip, dan berhimpitan dengan
sel-sel kutikula sarung akar rambut dalam, sehingga sulit dibedakan satu sama lain.6,8
Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea atau kelenjar rambut merupakan kelenjar holokrin yang terdapat
pada seluruh kulit yang berambut. Hampir semua kelenjar sebasea bermuara ke dalam
folikel rambut kecuali yang terdapat pada puting susu, kelopak mata, glans penis,
klitoris, dan labium minus. Kelenjar sebasea yang berhubungan dengan folikel rambut
biasanya terdapat pada sisi yang sama dengan otot penegak rambut.6,9
Kelenjar keringat

Kelenjar keringat ada dua jenis, yaitu kelenjar keringat merokrin dan apokrin, yang
berbeda cara sekresinya. Kelenjar merokrin bergetah encer (banyak mengandung air),
terdapat di seluruh permukaan tubuh kecuali daerah yang berkuku; fungsinya
menggetahkan keringat yang berguna untuk ikut mengatur suhu tubuh. Kelenjar
apokrin hanya terdapat pada kulit daerah tertentu, misalnya areola mamma, ketiak,
sekitar dubur, kelopak mata, dan labium mayus. Kelenjar ini bergetah kental dan baru
berfungsi setelah pubertas.7,9
c. Histologi
Kulit merupakan organ yang tergolong unik, hal ini karena kulit posisinya yang
terletak di luar dan menyelubungi seluruh tubuh dan memudahkan proses pengmatan
dalam kondisi normal atau sakit. Sistem integumen tidak hanya meninjau bagian kulit
tetapi juga bagian adneksa (rambut, kuku dan kelenjar). Histologi dari kulit sendiri
membahas struktur miskroskopik yang hanya bisa dilihat dengan bantuan mikroskop
dan terdiri atas 3 lapisan yaitu: epidermis, dermis dan subkutis (hypodermis).
1. Epidermis
Lapisan kulit yang sering beregenerasi, dan pertama merespons terhadap stimulus
luar ataupun dalam tubuh manusia, memiliki tebal antara 0,4 mm – 1,5 mm
dengan penyusun terbesar adalah keratinosit yang dimana diantaranya terdapat sel
Langerhans dan melanosit serta sel Merkel dan limfosit.
Keratinosit tersusun dalam beberapa lapisan dari paling dalam ke paling luar
antara lain:
a. Stratum basalis, lapisan terdalam (melekat dengan dermis) yang terdiri dari
satu lapisa sel kuboid. Aktivitas mitosis dari sel basal kuboid ini akan
mengisi kembali sel – sel di lapisan yang lebih dangkal karena terlepas dari
epidermis. Proses mitosis ini berlangsung selama 3 – 4 minggu pada
manusia.
b. Stratum spinosum, sel menjadi poligonal tidak beraturan yang dipisahkan
oleh celah yang dimana merupakan perpanjangan sitoplasma seperti tulang
belakang (maka disebut sel spinosus). Spine dari sel ini bertemu ujung ke
ujung dan dilekatkan oleh desmosom.
c. Stratum granulosum, terdiri dari kulit tebal dengan beberapa lapisan sel
pipih. Hanya satu lapisan yang mungkin terlihat pada kulit tipis. Sitoplasma
selnya mengandung banyak butiran halus, butiran keratohyalin. Keratohyalin
tidak terletak di organel terikat membran tetapi membentuk akumulasi
"bebas" di sitoplasma sel. Sel-sel mulai melepaskan isi granula lamelar. Lipid
yang terkandung dalam butiran datang untuk mengisi seluruh ruang
interstisial, yang penting untuk fungsi epidermis sebagai penghalang
terhadap lingkungan luar.
d. Stratum korneum, sel sepenuhnya diisi dengan filamen keratin (sel tanduk)
yang tertanam dalam matriks padat protein. Sel individu sulit untuk diamati
karena (1) inti tidak dapat lagi diidentifikasi, (2) sel sangat datar dan (3)
ruang antara sel telah diisi dengan lipid, yang menyatukan sel-sel menjadi
membran yang berkesinambungan. Dalam EM, membran sel tampak
menebal dan saling berinterdigitasi dengan sel tetangga. Paling dekat dengan
permukaan epidermis, stratum korneum memiliki penampilan yang agak
lebih longgar. Sel-sel tanduk terus-menerus terlepas dari bagian stratum
korneum ini.
2. Dermis
Dermis adalah jaringan tepat di bagian bawah daripada epidermis yang berfungsi
untuk memberikan ketahanan, termoregulasi, perlindungan imunologik serta
ekskresi. Struktur fibrosa dan filamentosa, ground substance, serta selular yang
terdiri dari endotel, fibroblast, sel radang, kelenjar, folikel rambut dan saraf.
Serabut kolagen (collagen bundles) dan serabut elastik membentuk sebagian
besar dermis. Kedua substansi ini tertanam dalam matriks yang disebut ground
substance dari proteoglikans (PG) dan glikosaminoglikans (GAG). Selain itu
fibroblast, makrofag dan sel mast juga rutin ditemukan pada lapisan dermis ini.
Fibroblast > sel yang memproduksi protein matriks jaringan ikat dan serabut
kolagen serta elastik di dermis. Makrofag > elemen pertahanan imonologik pada
kulit.
3. Subkutis (Hypodermis)
Tersusun atas jaringan lemak yang fungsi utamanya sebagai cadangan energi,
termoregulasi (mempertahankan suhu tubuh), sebagai bantalan yang meredam
trauma melalui permukaan kulit. Deposisi lemak pada lapisan ini memberikan
bentuk lakukan tubuh yang berefek kosmetis. Sel lemak terbagi – bagi dalam
lobus, yang mana satu sama lain dipisahkan oleh septa.

d. Fisiologi
1) Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis seperti
gaya gesekan, tekanan, tarikan, gangguan infeksi luar terutama bakteri maupun
jamur, zat-zat kimia yang bersifat iritan seperti lisol, karbol, asam, dan alkali kuat
lainnya, serta adanya pigmen melanin gelap yang dapat melindungi sel dari
radiasi ultraviolet.44
2) Fungsi Absorpsi
Kulit sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi lebih
mudah menyerap pada cairan yang mudah menguap. Permeabilitas kulit terhadap
O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi
respirasi. Kemampuan ini dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum. Penyerapan lebih banyak melalui
sel-sel epidermis daripada melalui muara kelenjar.44
3) Fungsi Ekskresi
Kulit berfungsi untuk pengeluaran keringat.44

4) Fungsi Persepsi
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik karena mengandung
ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Rangsang panas diperankan
oleh badan ruffini di dermis dan subkutis. Badan krause di dermis berperan
terhadap rangsang dingin. Rangsang raba diperankan oleh badan meissner di
papila dermis.44
5) Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh
Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit.
Temperatur yang meningkat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah,
kemudian tubuh melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia
yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Sedangkan temperatur yang
menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi untuk mempertahankan
panas.44
6) Fungsi Pembentukan Pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit) ini terletak di lapisan basal. Jumlah melanosit
dan besarnya butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ras maupun
individu. Pajanan sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom.44
7) Fungsi Pembentukan Vitamin D
Kulit dapat membuat vitamin D dari bahan 7-dihidroksi kolesterol dengan
pertolongan sinar matahari.44
e. Kelainan & penyakit
Infeksi Virus45
a) Veruka vulgaris
b) Kondiloma akuminatum
c) Moluskum kontagiosum
d) Herpes zoster tanpa komplikasi
e) Morbili tanpa komplikasi
f) Varisela tanpa komplikasi
g) Herpes simpleks tanpa komplikasi

Infeksi Bakteri45
a) Impetigo
b) Impetigo ulseratif (ektima)
c) Folikulitis superfisialis
d) Furunkel, karbunkel
e) Eritrasma
f) Erisipelas
g) Skrofuloderma
h) Lepra
i) Reaksi lepra
j) Sifilis stadium 1 dan 2

Infeksi Jamur45
a) Tinea kapitis
b) Tinea barbe
c) Tinea fasialis
d) Tinea korporis
e) Tinea manus
f) Tinea unguium
g) Tinea kruris
h) Tinea pedis
i) Pitiriasis vesikolor
j) Kandidosis mukokutan ringan

Gigitan Serangga dan Infestasi Parasit45


a) Cutaneus larva migran
b) Filariasis
c) Pedikulosis kapitis
d) Pedikulosis pubis
e) Skabies
f) Reaksi gigitan serangga

Kelainan Kelenjar Sebasea dan Ekrin45


a) Akne vulgaris ringan
b) Akne vulgaris sedang-berat
c) Hidradenitis supuratif
d) Dermatitis perioral
e) Miliaria

Kelainan Pigmentasi45
a) Vitiligo
b) Melasma
c) Albino
d) Hiperpigmentasi pascainflamasi
e) Hipopigmentasi pascainflamasi

f. Faktor yang mempengaruhi kesehatan kulit


1. Makanan
Makanan dapat memberikan efek langsung pada kesehatan, termasuk kesehatan
kulit. Beberapa reaksi alergi dari apa yang dimakan, bisa muncul di area wajah
dan bagian kulit lainnya. Menjalani diet yang membuat kekurangan nutrisi dapat
menyebabkan malnutrisi, dehidrasi, dan gangguan defisiensi lainnya yang pada
akhirnya berdampak pada kesehatan kulit dan rambut.10,11
2. Gaya Hidup
Kebiasaan seperti mengonsumsi alkohol dan nikotin pada rokok cenderung
menyebabkan pembuluh darah di wajah melebar secara konstan yang dapat
membuat beberapa bagian wajah menjadi kemerahan. Kebiasaan merokok juga
dianggap dapat menghambat pemulihan luka, mempercepat penuaan dini,
memicu timbulnya keriput, dan noda hitam pada wajah.10,11
3. Kondisi Kesehatan Tubuh
Beberapa kondisi kesehatan yang ada pada seseorang cenderung memiliki
dampak negatif pada kesehatan kulit. Misalnya, sindrom ovarium polikistik
adalah gangguan yang diduga terkait dengan jerawat. Selain itu, pasien kanker
juga dapat mengalami masalah kulit karena pilihan pengobatan invasif mereka
lakukan. Orang-orang yang menderita gangguan peradangan mungkin mengalami
pigmentasi para jaringan kulit.10,11
4. Faktor Lingkungan
Perubahan musim dan paparan polusi dari lingkungan juga cenderung berdampak
besar pada kondisi kesehatan kulit. Cuaca yang dingin dan berangin sangat
memungkinkan menyebabkan kulit kering dan gatal. Untuk mengatasi keluhan
ini, banyak-banyaklah mengonsumsi air mineral dan gunakan pelembab secara
berkala. Paparan debu dan pencemaran kimia yang tak terlihat juga dapat
mengganggu proses detoksifikasi alami kulit sehingga dapat menyebabkan
munculnya jerawat, noda hitam, dan masalah kulit lainnya.10,11
5. Sinar UV
Pastikan untuk menggunakan sunscreen setiap selesai mandi, walaupun hanya
akan berada di dalam rumah atau suatu ruangan sekalipun. Kulit tidak perlu
terpapar langsung dengan sinar matahari untuk mendapat dampaknya. Kulit yang
sering tidak dilindungi dari sinar matahari akan lebih cepat mengalami penuaan
dini dengan mulai bekurangnya elastisitas kulit serta menjadi semakin kering.
Lebih parahnya, risiko kanker kulit juga akan meningkat seiring dengan periode
paparan sinar matahari pada kulit.10,11
6. Stress
Stres, kekhawatiran, depresi, dan emosi negatif lainnya juga dapat berpengaruh
pada kondisi kesehatan kulit. Emosi-emosi negatif tersebut bahkan bisa memberi
pengaruh pada organ tubuh dan menggangu kestabilan fungsi yang mereka jalani.
Kulit juga akan terlihat memburuk , menimbulkan noda, dan semakin
memperlhatkan penuaan dini.10,11
7. Pola Tidur
Pola tidur berperan dalam menentukan kondisi kesehatan secara keseluruhan.
Dalam sehari, akan lebih baik jika tidur selama 7 jam agar tubuh dapat kembali
mengisi daya dan kekuatannya. Jika tidak tidur dengan baik, beberapa proses
penting pada tubuh juga akan terganggu bahkan terhenti. Seseorang yang kurang
tidur cenderung mengalami penurunan pertumbuhan dan pembaharuan sel-sel
kulit, dan proses penyembuhan jaringan cenderung melambat dengan cepat.10,11

2.2 Penuaan kulit


a. Etiologi
Penuaan kulit adalah proses biologis kompleks yang dipengaruhi oleh kombinasi
faktor endogen atau intrinsik dan eksogen atau ekstrinsik. Faktor-faktor ini bersama-
sama menyebabkan perubahan struktural dan fisiologis yang bersifat kumulatif dan
perubahan progresif pada setiap lapisan kulit serta perubahan penampilan kulit.46
Penuaan intrinsik tergantung pada waktu dan terjadi sebagian sebagai akibat dari
kerusakan endogen kumulatif akibat pembentukan reactive oxygen species (ROS)
yang terus menerus, yang dihasilkan oleh metabolisme seluler oksidatif. Meskipun
sistem pertahanan antioksidan kuat, kerusakan yang dihasilkan oleh ROS
mempengaruhi konstituen seluler seperti membran, enzim, dan DNA. Kejadian
tersebut tidak hanya berhubungan dengan latar belakang genetik, tetapi juga karena
penurunan kadar hormon seks. Telomer yang merupakan bagian terminal dari
kromosom eukariotik, memainkan peran penting dengan penuaan. Setiap pembelahan
sel, panjang telomer manusia memendek. Mayoritas sel memiliki kapasitas untuk
sekitar 60 hingga 70 penggandaan postnatal selama siklus hidup mereka, dan setelah
itu mereka mencapai penuaan, sel tersebut tetap hidup tetapi tidak mampu
berproliferasi. Penuaan kulit dipengaruhi oleh modifikasi faktor pertumbuhan dan
aktivitas hormon yang menurun seiring bertambahnya usia. Penurunan yang paling
terkenal adalah penurunan steroid seks seperti estrogen, testosteron,
dehydroepiandrosterone (DHEA), dan ester sulfatnya (DHEAS). Hormon lain seperti
melatonin, insulin, kortisol, tiroksin, dan hormon pertumbuhan juga menurun. Pada
saat yang sama, tingkat molekul sinyal tertentu yang diinduksi seperti sitokin dan
kemokin juga menurun, yang menyebabkan kerusakan beberapa fungsi kulit dan
tingkat reseptor menurun. Pada saat yang sama, beberapa molekul pensinyalan
meningkat seiring bertambahnya usia. Salah satunya adalah sitokin yang disebut
transforming growth factorbeta1, yang menginduksi penuaan fibroblas. Penuaan
seluler adalah hasil dari perubahan molekuler di lingkungan seluler serta DNA dan
protein di dalam sel. Semua perubahan ini secara bertahap menyebabkan respons
seluler yang menyimpang terhadap faktor lingkungan, yang dapat menurunkan
viabilitas dan menyebabkan kematian sel.46
Penuaan ekstrinsik berkembang karena beberapa faktor yakni radiasi pengion, stres
fisik dan psikologis yang parah, asupan alkohol, gizi buruk, makan berlebihan, polusi
lingkungan, dan paparan radiasi UV. Di antara semua faktor lingkungan ini, radiasi
UV berkontribusi hingga 80% terhadap penuaan kulit. Radiasi UV merupakan faktor
terpenting dalam penuaan kulit, terutama pada penuaan dini. UVB (290-320 nm), dan
UVA (320-400 nm) juga bertanggung jawab terhadap kulit, dan perubahan kulit yang
disebabkan oleh radiasi UV tergantung pada fenotipe kulit yang terpapar foto. UVB
menginduksi perubahan terutama pada tingkat epidermis, di mana sebagian besar
UVB diserap. Hal tersebut merusak DNA dalam keratinosit dan melanosit, dan
menginduksi produksi faktor soluble epidermal factor (ESF) dan enzim proteolitik,
yang dapat ditemukan di dermis setelah paparan sinar UV. UVB bertanggung jawab
atas munculnya dimer timidin, yang juga disebut “sidik jari UV.” Artinya, setelah
paparan UVB, ikatan kovalen yang kuat antara dua timidin terjadi. Dengan
bertambahnya usia, ikatan ini tidak dapat larut dengan cepat, dan akumulasi dapat
mutasi terjadi.46
UVA menembus lebih dalam ke dalam dermis dan merusak baik epidermis maupun
dermis. Jumlah UVA dalam cahaya melebihi sekitar 10 hingga 100 kali UVB, tetapi
UVB memiliki efek biologis 1.000 kali lebih kuat daripada UVA. Telah setujui bahwa
radiasi UVA memainkan peran penting dalam patogenesis photoaging. Mekanisme
pasti bagaimana radiasi UV menyebabkan penuaan kulit tidak jelas. Matriks
ekstraseluler dermal terdiri dari kolagen tipe I dan III, elastin, proteoglikan, dan
fibronektin, dan fibril kolagen memperkuat kulit. Kulit fotoaging ditandai dengan
perubahan pada jaringan ikat dermal. Jumlah dan struktur jaringan ini tampaknya
bertanggung jawab atas pembentukan kerutan. Pada kulit yang mengalami
photoaging, fibril kolagen tidak teratur dan material yang mengandung elastin
terakumulasi. Tingkat prekursor serta ikatan silang antara kolagen tipe I dan III
berkurang, sedangkan elastin meningkat. Radiasi UV meningkatkan produksi enzim
pendegradasi kolagen, matrix metalloproteinases (MMPs), dan xeroderma
pigmentosum factor (XPF), yang juga dapat ditemukan di epidermis. XPF
menginduksi invaginasi epidermal-dermal, mewakili awal pembentukan kerutan.
Setiap MMP mendegradasi protein matriks dermal yang berbeda. Dalam kondisi
normal, MMPs adalah bagian dari jaringan terkoordinasi dan diatur oleh inhibitor
endogen (TIMPs). Ketidakseimbangan antara aktivasi dan penghambatan dapat
menyebabkan proteolisis. Aktivasi MMP dapat dipicu oleh UVA dan UVB, tetapi
mekanisme molekuler berbeda tergantung pada jenis radiasi. Radiasi UVA dapat
menghasilkan ROS yang mempengaruhi peroksidasi lipid dan menghasilkan
pemutusan untai DNA. Di sisi lain, dalam beberapa menit setelah paparan radiasi
UVB menyebabkan aktivitas MMP dan kerusakan DNA. Efek ini dapat diamati
setelah mengekspos kulit manusia dengan sepersepuluh dari dosis eritema
minimal.46,47
Faktor lingkungan lain yang berkontribusi terhadap penuaan dini adalah merokok.
"Wajah perokok" atau "kulit rokok" adalah karakteristik, menyiratkan peningkatan
kerutan wajah dan penampilan kulit pucat dan abu-abu. Penampilan tua sebelum
waktunya adalah gejala perokok jangka panjang. Kulit kuning dan menebal tidak
teratur adalah hasil dari kerusakan jaringan elastis karena merokok atau UV.
Tampaknya merokok menginduksi aktivasi MMP dalam mode yang sama seperti pada
orang dengan paparan sinar matahari yang signifikan. Merokok juga mengurangi
kelembaban stratum korneum wajah serta kadar vitamin A, yang penting dalam
mengurangi tingkat kerusakan kolagen. Aktivitas fotokimia kabut asap disebabkan
oleh pengurangan polutan udara seperti nitrogen oksida dan senyawa organik yang
mudah menguap yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil dengan adanya
sinar matahari. Emisi dari pabrik dan knalpot kendaraan bermotor merupakan sumber
utama senyawa ini. Target utama ozon di kulit adalah lapisan epidermis superfisial;
ini mengakibatkan penipisan antioksidan seperti alfa-tokoferol (vitamin E) dan asam
askorbat (vitamin C) di lapisan epidermis superfisial. Seperti dijelaskan kerusakan
stokastik, kerusakan diprakarsai oleh radiasi kosmik acak dan dipicu oleh radikal
bebas selama metabolisme sel, yang merusak senyawa lipid sel, terutama struktur
membran. Teori radikal bebas adalah salah satu teori yang paling banyak diterima
untuk menjelaskan penyebab penuaan kulit. Senyawa ini terbentuk ketika molekul
oksigen bergabung dengan molekul lain, menghasilkan jumlah elektron ganjil.
Artinya, molekul oksigen dengan elektron berpasangan stabil, tetapi molekul dengan
elektron tidak berpasangan sangat reaktif dan membutuhkan elektron dari komponen
vital lainnya. Akibatnya, kematian atau mutasi sel muncul.47
b. Patofisiologi
Tiga proses yang berbeda dapat menjelaskan patofisiologi yang mendasari proses
penuaan:
Produksi Radikal Bebas
Radikal bebas dikenal di dunia biokimia sebagai produk sampingan normal dari
fisiologi yang sehat dalam jumlah yang relatif kecil dan diatur dengan baik. Mereka
ada sebagai molekul dengan elektron valensi tunggal yang tidak berpasangan,
menjadikannya sangat reaktif dengan adanya zat lain ketika mereka mencoba untuk
berinteraksi dengan zat lain dalam upaya untuk mendapatkan elektron valensi
tambahan dan menyeimbangkan konfigurasi elektron. Mekanisme dasar yang tepat
yang mendasari efek samping hilir dari generasi radikal bebas dan interaksi
selanjutnya dengan komponen seluler berada di luar cakupan makalah ini, tetapi perlu
disebutkan bahwa radikal bebas dapat mengubah sifat protein, menghancurkan lipid
membran, asam nukleat, dan asam nukleat tertentu. organel seperti lisosom dan
proteasom. Pentingnya memahami perubahan degeneratif radikal bebas atau spesies
oksigen reaktif yang diturunkan adalah bahwa keyakinan adalah bahwa kerusakan sel
yang terakumulasi melalui molekul-molekul ini akan — pada waktunya — secara
kumulatif membanjiri mekanisme perbaikan kerusakan sel, yang mengarah pada
keruntuhan fisiologis akhirnya, sel pertama maka seluruh organisme.12,13
Glikasi
Produk akhir glikosilasi lanjutan terbentuk ketika reaksi terjadi antara gugus aldehida
dari gula pereduksi dan gugus amino dari protein. Pembentukan produk metabolisme
ini terjadi dengan cara yang bergantung pada peningkatan glukosa darah. Pada
individu yang menua, kontrol glikemik menjadi kurang diatur, dan toleransi glukosa
dapat mengalami perubahan yang signifikan. Dominasi produk akhir glikosilasi
tingkat lanjut dapat menyebabkan kelainan seperti fibrosis vaskular, penebalan
membran basal, gangguan metabolisme lipid, dan penurunan elastisitas kolagen.12,13
Mengurangi Kapasitas Regeneratif
Pada individu yang sehat, ada keseimbangan antara apoptosis satu sel dan pematangan
dan perkembangan sehat dari sel lain yang pada dasarnya menggantikan yang
pertama. Para peneliti percaya bahwa mekanisme dalam siklus sel mengontrol baik
kematian terprogram dari sel tua tetapi juga memberi sinyal secara eksternal ke sel
lain perlunya pengembangan sel baru yang sehat untuk mengisi kembali tuntutan
metabolisme apa pun yang mungkin telah dipenuhi oleh sel tua.12,13
e. Manifestasi klinis
Permukaan kulit yang mengalami penuaan kulit intrinsik akan tampak lebih
pucat, timbul kerutan-kerutan halus (fine wrinkle), lapisan epidermis dan dermis
menjadi atrofi sehingga kulit tampak lebih tipis, transparan, serta tampak lebih rapuh.
Kulit juga menjadi lebih kering dan terasa gatal. Penuaan kulit intrinsik juga diikuti
dengan menipisnya jaringan lemak subkutan termasuk facial fat, sehingga akan
menyebabkan gambaran pipi yang cekung dan dalam serta munculnya kantung mata
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain, pengaruh suhu panas,
posisi tidur, gaya gravitasi, gaya hidup misal merokok, polusi, serta paparan sinar
matahari terutama sinar UV. Efek utama dari paparan radiasi sinar UV baik akut
maupun kronis, yaitu kerusakan DNA, inflamasi atau peradangan serta imunosupresi.
Individu yang memiliki riwayat paparan sinar matahari yang intensif, tinggal di
daerah yang secara geografis sering terpapar sinar matahari serta memiliki kulit
berwarna cerah memiliki risiko paparan radiasi sinar UV yang lebih tinggi sehingga
lebih rentan mengalami photoaging
Gambaran klinis dari photoaging dapat berupa kulit yang kering, pigmentasi kulit
yang ireguler (bervariasi dari bertambah gelap atau menjadi lebih cerah), kulit yang
memucat kekuningan, keriput yang dalam dan kasar, kulit yang atrofi dan kulit
menjadi kendur

2.3 Pruritus (kulit gatal)


a. Definisi
Sensasi kulit yang tidak menyenangkan yang mencetuskan keinginan untuk
menggosok dan menggaruk kulit untuk menghilangkannya.52
b. Etiologi
1. Kehamilan
Hormon estrogen yang diproduksi pada saat masa kehamilan dapat menjadi salah
satu penginduksi terjadinya pruritus gravidarum, terkadang juga ada
hubungannya terhadap kolestasis (obstruksi dan statis di dalam saluran empedu).
Muncul pada trimester terakhir kehamilan, dari abdomen hingga menjadi
generalisata. Pruritus akan menghilang sesudah penderita melahirkan, tetapi
terdapat rasa residif pada kehamilan berikutnya.37,38
2. Senilitas
Kulit senil (usia lanjut) yang retak & kering (chapped skin) mudah menjadi
pruntik. Stimulasi ringan seperti gosokan atau perubahan dapat memicu rasa
gatal. Lokalisasi tersering ialah daerah genital eksterna, penneal dan perianal.
Selain pruritus senilis sine materia pada orang tua ada juga pruritus awal pada
dermatitis eksfoliativa generalisata (eritroderma).36
3. Penyakit hepar
Pruritus hepatikum menjadi gejala utama kutan pada penyakit hati dan biasa
disebut kolestasis, berasosiasi dengan garam empedu.36
4. Penyakit endokrin
5. Penyakit ginjal
6. Penyakit neoplastic
7. Mikosis fungoides
8. Pruritus hematologic
9. Pruritus neurologic
10. Pruritus psikologik
c. Epidemiologi

d. Patofisiologi
Diketahui bahwa zat-zat kimia dan rangsangan fisik (mekanik) dapat memicu terjadi
pruritus. Stimulasi terhadap ujung saraf bebas yang terletak di dekat junction
dermoepidermal bertanggung jawab untuk sensasi ini. Sinaps terjadi di akar dorsal
korda spinalis (substansia grisea), bersinaps dengan neuron kedua yang menyeberang
ke tengah, lalu menuju tractus spinotalamikus kontralateral hingga berakhir di
thalamus. Dari thalamus, terdapat neuron ketiga yang meneruskan rangsang hingga ke
pusat persepsi di korteks serebri.16
Rasa gatal adalah manifestasi nyeri ringan yang timbul akibat stimulasi nosiseptor
saat terpajan zat yang menyebabkan rasa gatal. Sensasi gatal hanya akan dirasakan
apabila serabut-serabut persarafan nosiseptor polimodal tidak terangsang. Rangsangan
nosiseptor polimodal terhadap rangsang mekanik akan diinterpretasikan sebagai nyeri,
dan akan menginhibisi 5% serabut saraf yang mempersepsi gatal. Namun demikian,
setelah rangsang mekanik ini dihilangkan dan pruritogen masih ada, maka sensasi
gatal akan muncul lagi.
Perlu diingat bahwa tidaklah semua rangsang gatal dicetuskan dari serabut saraf
histamin positif ini, melainkan ada pula rangsang gatal yang dicetuskan oleh
rangsangan nosiseptor polimodal.15,17
e. Treatment
Pengobatan Umum
Secara umum, tindakan teratur harus dilakukan sesuai dengan prinsip terapeutik:
menemukan faktor penyebab, mengobati penyakit asal, menghindari semua faktor
iritasi, mencegah kekeringan kulit, dan menjaga kelembaban kulit.14,15
Fototerapi
Ultraviolet B (UVB) memiliki kemampuan menghilangkan pruritus melalui
pengurangan jumlah serabut saraf yang diaktifkan oleh CGRP di sistem saraf perifer.
Selain itu, UVB sangat efektif dalam mengendalikan gatal yang disebabkan oleh
penyakit kulit inflamasi, uremia, kolestasis primer, globulisme, limfoma Hodgkin, dan
penyakit sistemik lainnya.14,15
Obat topikal
Dalam praktik klinis, banyak obat topikal sering digunakan untuk mengurangi rasa
gatal. Agen pembersih PH rendah, pelembab, dan pelumas sangat efektif dalam
meningkatkan iritasi kulit. Pendingin, pada saat yang sama, dapat mentransfer dingin
untuk menutupi gatal melalui stimulasi ujung saraf; misalnya, nitrogen cair sering
berhasil diterapkan pada penyakit kulit gatal.16,17
Terapi Sistemik
Antidepresan trisiklik, seperti doxepin, amitriptyline, trimipramine, dan nortriptyline,
efektif dalam resistensi terhadap gatal DA. Selective Serotonin Reuptake Inhibitors
(SSRI), misalnya, paroxetine dan fluvoxamine, tersedia untuk meredakan pruritus.
Selain itu, Mirtazapine dapat mengurangi pruritus pasien dengan ESRD, kolestasis,
kanker stadium lanjut, dan gatal malam hari.16,17

2.4 Acne vulgaris


a. Definisi
Akne vulgaris adalah gangguan inflamasi pada unit pilosebasea, yang berjalan secara
kronis dan bersifat self-limiting. Akne vulgaris dipicu oleh Cutibacterium acnes pada
masa remaja, di bawah pengaruh dehydroepiandrosterone (DHEA) yang bersirkulasi
normal. Ini adalah kelainan kulit yang sangat umum yang dapat muncul dengan lesi
inflamasi dan non-inflamasi terutama pada wajah tetapi juga dapat terjadi pada lengan
atas, badan, dan punggung.53
b. Epidemiologi
Acne vulgaris adalah penyakit kulit obstruktif dan inflamatorik kronik dan terjadi
hampir pada semua remaja dengan prevalensi dapat mencapai 90%, karena sering
menjadi tanda pubertas. Hal ini berhubungan dengan patogenesis acne vulgaris yang
terkait dengan perubahan hormonal saat pubertas. Onset pada perempuan lebih awal
daripada laki-laki mungkin dikarenakan pubertas yang lebih awal pada perempuan.54,55
Berdasarkan penelitian Sari (2018) terhadap 66 pasien acne vulgaris di Rumah Sakit
Abdul Moeloek didapatkan jenis kelamin perempuan (69,7%) lebih banyak
mengalami acne vulgaris daripada laki-laki (30,3%) dan 50% dengan derajat acne
ringan serta 50% derajat acne berat. Selain itu, penelitian Sari (2016) terhadap
Hubungan Diet Tinggi Lemak Dan Stres Dengan Kejadian Acne Vulgaris Pada
Mahasiswa Angkatan 2012-2015 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
didapatkan bahwa mahasiswa sebesar 91,4% mengalami acne vulgaris dan memilih
diet tinggi lemak serta sebesar 91,1% mahasiswa mengalami stress akibat adanya acne
vulgaris.54,55
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Andriana, Effendi dan Berawi (2014) tentang
hubungan antara penggunaan kosmetik wajah dengan timbulnya akne vulgaris
didapatkan prevalensi responden sebesar 59,1% mengalami akne vulgaris dengan
rentang usia responden adalah 16-20 tahun dan 84,8% responden menggunakan
kosmetik serta tingkat kejadian akne vulgaris lebih banyak terjadi pada responden
yang menggunakan kosmetik. Kemudian, Penelitian Yandi, Sibero dan Fiana (2014)
menjelaskan dari 62 responden yang mengalami AV sebanyak 53,2% pada usia 16-25
tahun sebanyak 33 responden (53,2%), 21% pada usia 26-35 tahun, 14,5% pada usia
>36 tahun dan 11,3% pada usia <15 tahun dengan responden pria sebanyak 19
responden (30,6%) dan responden wanita sebanyak43 responden (69,4%).56,57
Akne vulgaris adalah penyakit kulit kronis yang Multifaktorial ditandai adanya
peradangan pada unit pilosebasea seperti komedo, papul, pustul, nodus dan kista
dengan predileksi di wajah, leher, bahu, dada, punggung dan lengan atas. Diagnosis
akne vulgaris ditegakkan atas gambaran klinis dan pemeriksaan fisik dengan
tatalaksana sesuai dengan derajat keparahan klinisnya. Akne vulgaris lebih banyak
dialami oleh perempuan (69,7%) dibandingkan laki-laki (30,3%). Usia muda (16-25
tahun) lebih banyak mengalami akne vulgaris 53,2%. Pengguna kosmetik ternyata
lebih banyak mengalami akne vulgaris (59,1%).55.57
c. Etiologi
Akne vulgaris adalah gangguan inflamasi dari unit pilosebaceous, yang berjalan
secara kronis dan sembuh sendiri. Akne vulgaris dipicu oleh Cutibacterium acnes
pada masa remaja, di bawah pengaruh dehydroepiandrosterone yang bersirkulasi
normal (DHEA). Ini adalah kelainan kulit yang sangat umum yang dapat hadir dengan
lesi inflamasi dan non-inflamasi terutama pada wajah tetapi juga dapat terjadi pada
lengan atas, batang tubuh, dan punggung.Jerawat terjadi karena hipersensitivitas
kelenjar sebaceous terhadap kadar androgen yang bersirkulasi normal, yang
diperparah oleh P. acnes dan peradangan.18,19,20
Penyebab jerawat antara lain sebagai berikut:21
1. Penggunaan obat-obatan seperti litium, steroid, dan antikonvulsan.
4. Paparan sinar matahari yang berlebihan.
5. Penggunaan pakaian tertutup seperti bantalan bahu, tas punggung ikat kepala, dan
bra berkawat.
6. Kelainan endokrin seperti sindrom ovarium polikistik dan bahkan kehamilan.
7. Faktor genetik mempengaruhi persentase asam lemak bercabang di sebum.
Estimasi heritabilitas berkisar antara 50-90%.
d. Patofisiologi
Patofisiologi acne vulgaris atau jerawat diketahui berhubungan dengan beberapa
faktor, yakni hiperproliferasi yang diikuti penyumbatan folikel, kolonisasi
Cutibacterium acnes, produksi sebum berlebih, dan mekanisme inflamasi kompleks
yang melibatkan imunitas innate dan acquired.22,23
Mekanisme Inflamasi dan Hiperkeratinisasi pada Jerawat
Makrofag dan sel T CD4+ mengaktivasi sel-sel endotel lokal, meningkatkan
mediator inflamasi seperti vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1),
intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-1), dan human leukocyte antigen (HLA)-
DR di pembuluh darah sekeliling folikel pilosebasea. Setelah itu, terjadi
hiperproliferasi keratinosit di folikel dan berkurangnya deskuamasi.
Epitel bagian atas folikel rambut menjadi hiperkeratotik, sehingga muara folikel
bisa tersumbat. Beberapa faktor yang diperkirakan bereaksi terhadap hiperproliferasi
keratinosit adalah hormon androgen, penurunan asam linoleat, peningkatan aktivitas
IL-1-alfa, dan pengaruh Cutibacterium acnes.22,23
Kolonisasi Cutibacterium Acnes
Cutibacterium acnes adalah organisme anaerobik yang berada di lesi jerawat.
Antigen C. acnes merangsang pembentukan antibodi, yang kemudian meningkatkan
respons inflamasi dengan memproduksi mediator proinflamasi yang mengaktivasi
toll-like receptor 2 pada monosit dan neutrofil. Aktivasi reseptor tersebut
mengakibatkan produksi sitokin proinflamasi, seperti IL-12, IL-8, dan tumor necrosis
factor.
C. acnes berperan dalam patogenesis acne vulgaris dengan menghasilkan enzim
lipase, protease, dan hialuronidase yang penting untuk mengubah trigliserida menjadi
asam lemak bebas, yang berperan dalam inflamasi dan rilis faktor kemotaktik. Tingkat
sensitivitas individu terhadap C. acnes bisa bervariasi. Individu yang mengalami
jerawat inflamasi diperkirakan memiliki hipersensitivitas terhadap C. acnes.22,23
Produksi Sebum Berlebih
Kelebihan sebum adalah salah satu faktor kunci munculnya jerawat. Trigliserida
dalam sebum dipecah menjadi asam lemak bebas oleh C. acnes. Asam lemak tersebut
mendorong kolonisasi C. acnes. Lipoperoksidase menghasilkan sitokin proinflamasi
dan mengaktivasi jalur peroxisome proliferator-activated receptor, yang lalu
meningkatkan produksi sebum.
Produksi dan ekskresi sebum diatur oleh beberapa jenis hormon dan mediator,
terutama androgen. Menurut hasil studi, tingkat jerawat komedo pada perempuan usia
prapubertas berhubungan dengan kadar androgen adrenal dehydroepiandrosterone
sulfate (DHEAS).22,23
Hormon dan mediator lain yang diperkirakan berkontribusi dalam munculnya
jerawat adalah growth hormone, insulin-like growth factor, corticotropin-releasing
hormone yang responsif terhadap stres, dan peroxisome proliferator-activated
receptor.22,23
e. Tata laksana
Tatalaksana acne vulgaris terdiri dari topikal, sistemik, dan terapi hormone untuk
wanita.24
a. Topikal
Terapi topikal adalah pilihan pertama untuk jerawat ringan hingga sedang dan
pengobatan pembantu tambahan untuk jerawat sedang hingga berat yang sedang
dirawat secara sistemik. Retinoid topikal dapat digunakan sebagai pilihan untuk
jerawat ringan dan pilihan kombinasional untuk jerawat sedang, serta pilihan dalam
pemeliharaan jerawat.24
b. Sistemik
Agen antibakteri sistemik dengan efek anti-inflamasi umumnya digunakan dalam
pengobatan jerawat sedang sampai parah. Namun, sangat penting untuk mengatur
penggunaan antibiotik sesuai dengan tingkat keparahan jerawat, tidak hanya untuk
memastikan kemanjuran, tetapi juga untuk meminimalkan resistensi atau
penyalahgunaan antibiotik.24
c. Terapi Hormone
Terapi hormone meliputi anti androgen teraphy. Androgen adalah faktor endogen
terpenting dalam patogenesis jerawat. Agen antiandrogen mengurangi atau
antagonis androgen aktif yang menghambat produksi prekursor androgen atau
bekerja pada enzim metabolisme androgen dan reseptor androgen di kulit. Agen
antiandrogen yang umum termasuk estrogen, progesteron, spironolakton, dan
sensitizer insulin.24

2.5 Perawatan kulit


a. Definisi
Perawatan kulit adalah tindakan untuk menjaga dan memelihara kesehatan kulit
sehingga dapat meningkatkan penampilan. Hal-hal yang diperhatikan dalam
perawatan kulit mencakup nutrisi bagi kulit, pembersihan, pemilihan penggunaan
pelembab, pemijatan, dan menghindari paparan sinar matahari yang esktrim. 25
Perawatan kulit adalah tindakan untuk menangani masalah yang terjadi di kulit
manusia. Masalah ini berkaitan dengan tekanan sel, tekstur, warna, dan kesehatan
secara keseluruhan.26
b. Jenis
1) Facial wash
Facial wash yang rutin dapat membersihkan dan mengangkat sel kulit mati. Sel
kulit mati yang menumpuk dapat menyebabkan pori-pori tersumbat dan
berpotensi menimbulkan masalah kulit lainnya di masa mendatang salah satunya
dapat membuat kulit wajah terlihat kusam.27,30
2) Toner
a. Hydrating toner
Jenis toner pertama ada hydrating toner yang memiliki kandungan bahan
humektan seperti glycerin acid atau hyaluronic acid. Fungsi toner ini
membantu membuat kulit menjadi lebih lembab sekaligus membuat wajah
terasa lebih segar. Hydrating toner juga cocok dipakai untuk berbagai jenis
kulit, mulai dari kulit normal, berminyak, berjerawat, hingga kombinasi. 27,28
b. Exfoliating toner
Jenis toner berikutnya adalah exfoliating toner. Fungsi toner ini membantu
mengangkat sel kulit mati, sehingga membantu membuat wajah terlihat lebih
cerah dan segar. Biasanya, exfoliating toner mengandung bahan
aktif salicylic acid dan glycolic acid. Dibandingkan dengan hydrating toner,
jenis toner ini dapat membersihkan wajah secara lebih mendalam.28,29
c. Treatment toner
Fungsi dari treatment toner adalah membantu mengatasi permasalahan kulit
tertentu. Misalnya, toner antipenuaan, antijerawat, dan toner pencerah kulit.
Setiap jenis treatment toner tentu memiliki kandungan yang berbeda,
biasanya disesuaikan dengan tujuan dari produk itu sendiri. Misalnya, toner
untuk mencerahkan kulit memiliki kandungan aktif vitamin C.27,28,29
3) Serum
Serum wajah merupakan sebotol kecil eliksir berwarna jernih, bertekstur ringan
dan bebas minyak. Dengan bahan kandungan aktif seperti vitamin, mineral, dan
juga antioksidan, serum dapat menembus ke bagian kulit terdalam lebih cepat,
mudah dan merata daripada pelembab wajah biasa. Serum wajah biasanya berupa
gel atau lotion yang digunakan dengan cara dioleskan ke wajah, layaknya
pelembab kulit. Dapat memberi banyak manfaat untuk kulit wajah, diantarnya
ialah:30
a. Melembabkan kulit wajah
Kandungan antioksidan yang terdapat dalam serum wajah bermanfaat untuk
mengembalikan kelembaban kulit. Namun demikian, ada beberapa perbedaan
antara serum dan pelembab wajah. Serum memiliki kandungan bahan aktif
yang lebih kaya dan sangat terkonsentrasi daripada kandungan dalam
pelembab.27,30
b. Merawat kulit berminyak
Serum wajah pada dasarnya diformulasikan tanpa adanya tambahan minyak
seperti yang umumnya ditemukan pada pelembab. Jadi, tidak perlu khawatir
wajah akan tambah berminyak bila memakai serum wajah. Bagi orang
berjenis kulit normal sampai berminyak, disarankan untuk menggunakan
serum dulu, baru kemudian menggunakan pelembab agar minyak yang
ditimbulkan oleh pelembab tidak menghalangi serum, sehingga serum dapat
terserap dengan baik ke dalam kulit. Sedangkan bagi jenis kulit kering,
disarankan untuk menunggu 15 menit setelah mencuci muka baru mulai
menggunakan serum.27,30
c. Menangkal dampak buruk polusi dan sinar matahari
Polusi dan sinar matahari yang menerpa kulit setiap hari saat beraktivitas di
luar rumah bisa menimbulkan noda hitam pada wajah, sehingga wajah
terlihat kusam dan tidak segar. Serum wajah bermanfaat untuk menangkal
dampak buruk yang bisa ditimbulkan dari polusi dan sinar matahari. Karena
itu, dianjurkan untuk menggunakan serum wajah setiap akan beraktivitas di
luar ruangan.29,30
d. Menyamarkan noda hitam pada wajah
Bila noda hitam terlanjur muncul pada kulit wajah, kandungan vitamin
E yang ada dalam serum dapat bekerja sebagai antioksidan yang ampuh
untuk mengatasi masalah kulit tersebut. Serum bekerja dengan cara
mengurangi kerusakan yang terjadi akibat sinar matahari dan radikal bebas
yang terpapar pada kulit setiap hari, sehingga noda hitam pada kulit wajah
bisa dihilangkan.28,29
e. Mencegah penuaan dini
Penuaan dini biasanya disebabkan oleh sinar UV yang memicu timbulnya
noda hitam, keriput, serta garis-garis halus sebelum waktunya. Penggunaan
serum wajah bisa mencegah terjadinya penuaan dini tersebut, karena
kandungan yang terdapat di dalamnya dapat menutrisi kembali wajah dan
memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan akibat paparan sinar UV yang
berasal dari matahari.30
4) Sunscreen
Penggunaan sunscreen sangat penting dan memiliki banyak manfaat, diantaranya
ialah:
a. Mengurangi risiko kanker kulit
Tabir surya atau sunscreen melindungi kulit dan mengurangi risiko terkena
kanker kulit dan prakanker kulit. Skin Cancer Foundation mengklaim bahwa
mengoleskan tabir surya dengan SPF 15 mengurangi kemungkinan tubuh
mengembangkan karsinoma sel skuamosa hingga 40 persen dan risiko
melanoma (kanker kulit paling mematikan) hingga 50 persen.31,32
b. Melindungi dari sunburn
Sinar UVA terkait dengan kerusakan kulit jangka panjang seperti
pembentukan keriput dan juga terkait dengan beberapa jenis kanker kulit.
Sedangkan sinar UVB yang bertanggung jawab atas sengatan matahari dan
dianggap menyebabkan sebagian besar kanker kulit. Luka bakar akibat sinar
matahari tidak hanya menyakitkan, tetapi juga memiliki kaitan langsung
dengan jenis kanker yang paling mematikan. Hal ini disebabkan karena saat
kulit menyerap radiasi ultraviolet dari sinar matahari, sehingga bisa merusak
materi genetik di sel kulit. Tabir surya melindungi kulit dari sinar UV dengan
menyerap, memantulkan, atau menyebarkan sinar matahari.31,32
c. Menghindari peradangan dan kemerahan
Terlalu banyak berjemur di bawah sinar matahari akan menyebabkan kulit
terbakar, kemerahan parah pada kulit dan peradangan. SPF
pada sunscreen melindungi kulit, sehingga kulit terhindar dari
peradangan.31,32
d. Mencegah timbulnya keriput dan garis halus
Paparan sinar UVA yang lama membuat kulit cepat tua dan menyebabkan
hilangnya kolagen dan elastisitas kulit. Faktanya, sekitar 90 persen dari
tanda-tanda penuaan yang terlihat disebabkan oleh kerusakan akibat sinar
matahari. SPF pada sunscreen dapat menangkal tanda-tanda awal
penuaan.31,32
e. Menghindari hiperpigmentasi
Pigmentasi kulit yang tidak merata (atau hiperpigmentasi) mengacu pada
bagian kulit yang berubah warna atau menggelap dengan cara yang tidak
konsisten. Kulit berjerawat atau bintik hitam bisa muncul di wajah, tangan,
dan bagian tubuh lain yang sering terpapar sinar matahari.31,32
Untuk kulit normal, meskipun tipe kulit ini memiliki paling sedikit masalah
tetapi tetap perlu dilakukan perawatan seperti cleansing, nourishing dan
moisturizing. Bersihkan kulit di pagi hari dengan tonik astringen bebas alkohol.
Kemudian, melembabkan kulit menggunakan krim yang tidak berminyak tanpa
produk berbasis minyak bumi. Sedangkan pada malam hari, gunakan sabun yang
lembut untuk membersihkan wajah. Untuk menutrisi kulit, produk berbasis
minyak cocok untuk kulit normal. Masker wajah juga dapat membantu menjaga
kondisi kulit normal. Masker bisa dari kuning telur untuk meremajakan kulit.48
Untuk kulit kering, pelembab menjadi salah satu perawatan penting.
Pelembab paling baik digunakan saat kulit masih lembap. Sehingga penggunaan
pelembap akan memerangkap kelembapan kulit. Pelembab yang cocok adalah
pelembab ringan yang tidak mengandung parfum atau alkohol. Pelembab juga
harus tebal dan berminyak untuk menyegel kelembapan yang dibutuhkan untuk
perawatan kulit kering yang baik. Penggunaan eksfoliasi juga cocok untuk kulit
kering karena dapat membantu pelembab meresap lebih baik ke dalam kulit. Tapi,
scrub abrasif bisa merusak kulit kering. Jenis scrub buah tidak dianjurkan. Untuk
kulit berminyak, penggunaan eksfoliasi menjadi salah satu rutinitas penting.
Asam salisilat (BHA) adalah bahan pengelupasan terbaik karena tidak hanya
permukaan kulit tetapi juga lapisan pori-pori. Selain itu, penggunaan eksfoliasi
BHA secara teratur akan membantu menenangkan produksi minyak. Sunscreen
juga penting untuk Perlindungan matahari dalam mencegah keriput dan
mengurangi tanda merah.48
c. Tindakan
1) Banyak Minum Air Putih
2) Tidur yang Cukup
3) Hindari Makanan Mengandung Gula
4) Rutin mencuci wajah
2.6 Kandungan apa saja yang terdapat dalam skin care dalam mencegah penuaan?
Jelaskan!

2.7 Perbedaan struktur kulit di berbagai usia

2.8 Luka
a. Definisi
Luka adalah kerusakan integritas jaringan biologis, termasuk kulit, selaput lendir, dan
jaringan organ.33
b. Jenis
1) Histopatologi
a) Luka listrik
Luka listrik Ini biasanya muncul dengan luka seperti luka bakar atau luka
seperti sengatan yang disebabkan oleh aliran arus listrik tegangan tinggi
ke seluruh tubuh, dan mungkin termasuk kerusakan internal yang lebih
parah. Secara histologis, diketahui bahwa pemanjangan inti epidermis
merupakan ciri khas tanda listrik dan nilai diagnostik yang besar untuk
sengatan listrik. Namun, pemeriksaan histologis terutama tergantung pada
penilaian subjektif individu, dan dengan demikian ahli patologi forensik
biasanya menggabungkan metode lain dengan histopatologi rutin untuk
penentuan tanda ini, seperti analisis citra terkomputerisasi dan deteksi
metalisasi dengan pemindaian mikroskop elektron. Tetapi hanya sedikit
yang memberikan lebih banyak wawasan tentang tanda listrik pada tingkat
molekuler, dan membuat diagnosis yang objektif.38

b) Luka tembak

Luka tembak (luka akibat senjata api). Luka tembak terjadi ketika peluru
mengenai tubuh, menghasilkan cedera. Salah satu penyebab paling umum
kematian dan cedera. Tingkat keparahan cedera tergantung pada beberapa
faktor, termasuk jenis senjata dan peluru dan area tubuh yang terkena.39

c) Luka termal
Luka termal diakibatkan oleh suhu ekstrem, baik panas atau dingin, dapat
menyebabkan cedera termal (seperti luka bakar, terbakar sinar matahari,
dan radang dingin). Tidak ada epitelisasi yang ditunjukkan oleh panah,
respons sel inflamasi yang parah (tanda bintang), dan sejumlah kecil
kapiler di jaringan granulasi (panah).40

d) Luka operasi

Luka operasi (luka yang disengaja pada kulit untuk melakukan prosedur
pembedahan). Histologi penyembuhan luka untuk setiap kelompok pada
hari ke 3, 7, 12, dan 18 setelah operasi. Pewarnaan HE menunjukkan serat
kolagen terwarnai pink pucat, sitoplasma terwarnai ungu, nukleus
terwarnai biru, dan sel darah merah terwarna cherry red. Panah hitam dan
merah masing-masing menunjukkan pembuluh darah dan folikel rambut.41

2) Patofisiologi dan pathogenesis


Luka bakar disebabkan oleh panas yang berlebihan, radiasi, atau paparan
bahan kimia, dan tingkat keparahan luka bakar adalah berdasarkan kedalaman
dan area yang terkena kulit. Luka bakar diperlakukan sebagai keadaan darurat,
karena luka bakar parah dapat menyebabkan dehidrasi, sepsis, dan kematian.
Kedalaman luka bakar dapat digolongkan sebagai berikut.58,59
Superfisial: hanya mengenai lapisan epidermis dan tidak melepuh. Lesi
menyakitkan, kering, merah, dan pucat. Cedera umumnya sembuh tanpa bekas
luka.
Partial-thickness: melibatkan sebagian epidermis dan dermis. Jenis luka bakar
ini dapat disubkategorikan lebih lanjut menjadi superfisial dan dalam,
tergantung pada tingkat keterlibatan dermis. Lesi dengan ketebalan parsial
superfisial membentuk lepuhan, nyeri, pucat karena tekanan, dan menangis.
Luka bakar dengan ketebalan sebagian dalam merusak folikel rambut dan
jaringan kelenjar. Mereka menyakitkan untuk tekanan saja, tidak memucat,
dan memiliki warna belang-belang. Mereka dapat menyebabkan jaringan parut
hipertrofik dan gangguan fungsional dengan penyembuhan tertunda.58,59
Ketebalan penuh: meluas ke seluruh lapisan dermis dan seringkali jaringan
subkutan. Lesi biasanya kering tanpa melepuh dan tidak memucat dengan
tekanan. Eschar (dermis mati) mungkin ada dan dapat membahayakan tungkai
jika melingkar.58,59
Derajat keempat: ini adalah luka bakar paling parah yang melampaui kulit ke
dalam jaringan lunak dan dapat melibatkan struktur yang mendasarinya.58,59
3) Treatment
Pertolongan pertama saat terjadi luka bisa berbeda, tergantung pada
penyebabnya. Penanganan luka kecil umumnya tidak membutuhkan perawatan
medis tertentu, berbeda dengan luka bakar dan luka besar. Berikut cara
mengatasi luka berdasarkan penyebabnya:34
1. Penanganan Luka Kecil
Jangan panik jika luka yang Anda alami mengeluarkan sedikit darah.
Dalam hal ini, darah berperan dalam membersihkan luka. Dengan kata
lain, pendarahan sedikit tidak akan membahayakan dan dapat bermanfaat
untuk pemulihan luka. Pendarahan pada luka dan goresan kecil biasanya
akan segera berhenti dengan cepat.
Jika pendarahan tidak kunjung berhenti, Anda dapat membantu
dengan memberikan tekanan lembut dengan kasa atau tisu. Jika darah
merembes, taruh sepotong kain kasa atau tisu di atasnya. Diamkan
beberapa saat hingga pendarahan benar-benar berhenti. Anda juga dapat
memasangkan perekat untuk membiarkan tisu atau kasa menekan luka
berdarah.34
2. Penganan Luka Goresan
Saat Anda memasak, goresan atau luka di tangan saat menggunakan
pisau memang sering terjadi. Namun, pastikan untuk tetap tenang dan
segera membersihkan luka dengan air dingin. Kemudian, singkirkan
kerikil atau serpihan dengan pinset yang disterilkan dengan alkohol.
Bersihkan dengan lembut area sekitar luka dengan sabun dan lap
bersih. Jangan gunakan sabun yang mengiritasi, larutan yodium, alkohol,
atau hidrogen peroksida. Anda hanya memerlukan air bersih dan segar
untuk mengatasi luka dan goresan. Penanganan luka juga dapat dilakukan
dengan pemberian krim atau salep antibiotik. Krim dan salep antibiotik
tidak hanya membuat luka tetap lembap, tetapi mereka dapat mengurangi
risiko infeksi. Jika Anda ingin menggunakan krim antibiotik, oleskan
lapisan tipis pada luka. Namun, perhatikan bahwa krim antibiotik tertentu
dapat memicu ruam pada beberapa orang. Jika Anda mengalami ruam,
hentikan penggunaan salep itu.
Jika luka yang Anda miliki berada di bagian dalam tubuh dan berisiko
mengalami gesekan dengan pakaian, pastikan untuk menutupinya dengan
perban. Gesekan dari pakaian tersebut berisiko membuka kembali luka
atau bahkan menginfeksi luka. Jika ragu, tutupi luka dengan balutan
perekat luka untuk mencegah bakteri. Pastikan untuk mengganti balutan
setiap hari.34
3. Penanganan Luka Bakar
Luka bakar dibagi menjadi tiga tingkat keparahan, yaitu kecil, sedang,
dan besar. Penanganan luka bakar untuk ketiga tingkat keparahan tersebut
tentunya berbeda-beda. Sebagian besar dari kita pernah mengalami luka
bakar kecil, baik itu karena terkena air panas atau tidak sengaja terpapar
setrika panas. Untuk mengatasinya, segera dinginkan area tersebut dengan
kain dingin atau air dingin untuk menjaga kulit dari paparan panas yang
terus membakar. Setelah itu, cuci luka bakar dengan sabun dan air dan
keringkan dengan usapan lembut. Biarkan lepuh yang terbentuk sendiri.
Ini merupakan bentukan yang dapat membantu melindungi kulit saat
proses menyembuhkan.34
4. Penanganan Luka Bakar Sedang
Apabila Anda mengalami luka bakar sedang, sebenarnya penanganan
luka bakar tingkat ini tidak jauh berbeda dengan luka bakar ringan.
Pertama-tama, Anda perlu membersihkan luka tersebut dalam air dingin
selama 10-15 menit.
Kompres luka jika tidak ada air mengalir. Jangan menggunakan es
untuk mendinginkan luka bakarnya karena es dapat menurunkan
temperatur tubuh dan menyebabkan rasa sakit serta kerusakan lebih pada
kulit Anda. Hindari memecahkan lepuhan atau mengoleskan odol pada
luka karena dapat menyebabkan infeksi. Selanjutnya, lindungi luka bakar
dengan kasa steril dan tutup rapat dengan plester. Jika Anda khawatir
dengan luka bakar yang diderita, Anda bisa mengunjungi dokter. Dokter
dapat memeriksa seberapa parah luka bakar yang dialami, kemudian
meresepkan antibiotik, obat-obatan luka atau merekomendasikan suntikan
tetanus, jika diperlukan.34
5. Penanganan Luka Bakar Berat
Hubungi layanan gawat darurat sesegera mungkin. Sambil menunggu
bantuan, luka bakar bisa ditutup dengan kasa steril atau kain yang tidak
meninggalkan serat pada luka. Jangan rendam luka bakar berat dalam air
atau mengoleskan apa pun tanpa panduan petugas medis agar luka tidak
terinfeksi.34
b. Fisiologi penyembuhan
Tubuh memiliki respon fisiologis terhadap luka yakni proses penyembuhan luka.
Proses penyembuhan luka terdiri dari berbagai proses yang kompleks untuk
mengembalikan integritas jaringan. Fase penyembuhan luka terdiri dari tiga fase
yaitu: hemostasis & inflamasi, proliferasi, dan remodeling.35,36,37
a. Hemostasis & inflamasi
Pada luka yang menembus epidermis, akan merusak pembuluh darah
menyebabkan pendarahan. Reaksi inflamasi adalah respon fisiologis normal
tubuh dalam mengatasi luka. Inflamasi ditandai oleh rubor (kemerahan), tumor
(pembengkakan), calor (hangat), dan dolor (nyeri). Tujuan dari reaksi inflamasi
ini adalah untuk membunuh bakteri yang mengkontaminasi luka.35,37
f. Fase Intermediate (Proliferasi)
Pada fase ini terjadi penurunan jumlah sel – sel inflamasi, tanda – tanda radang
berkurang, munculnya sel fibroblast yang berproliferasi, pembentukan
pembuluh darah baru, epitelialisasi dan kontraksi luka.35,36
g. Fase Akhir (Remodelling)
Fase remodelling jaringan parut adalah fase terlama dari proses penyembuhan
Proses ini dimulai sekitar hari ke-21 hingga satu tahun. Pembentukan kolagen
akan mulai menurun dan stabil. Meskipun jumlah kolagen sudah maksimal,
kekuatan tahanan luka hanya 15 % dari kulit normal. Proses remodelling akan
meningkatkan kekuatan tahanan luka secara drastis.36,37
h. Faktor yang mempengaruhi kesembuhan
1) Mempercepat
Proses fisiologis yang kompleks dari penyembuhan luka dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Salah satu fase yang berkepanjangan dapat mempengaruhi hasil
dari penyembuhan luka yaitu jaringan parut yang terbentuk. Penyembuhan luka
dapat terganggu oleh penyebab dari dalam tubuh (endogen) atau dari luar tubuh
(eksogen), penyebab tersebut antara lain kontaminasi bakteri atau benda asing,
kekebalan tubuh yang lemah, ganguan koagulasi, obat-obatan penekan sistem
imun, paparan radiasi, dan beberapa faktor lain. Jadi, proses penyembuhan luka
dapat dipercepat dengan meminimalisir beberapa faktor penghambat tersebut.
Suplai darah juga mempengaruhi proses penyembuhan, dimana suplai darah
pada ekstremitas bawah adalah yang paling sedikit pada tubuh dan suplai darah
pada wajah serta tangan cukup tinggi. Usia pasien yang tua juga
memperpanjang proses penyembuhan.43

2) Memperlambat

2.9 Apa yang menyebabkan terjadinya gatal di sekeliling luka saat penyembuhan?
Gatal pada saat proses penyembuhan luka merupakan suatu yang normal dan sering
terjadi. Biasanya rasa gatal pada bekas luka terjadi akibat rangsangan fisik, rangsangan
kimia, dan juga regenerasi atau proses perbaikan saraf. Beberapa contoh rangsangan fisik
dapat berbentuk rangsangan mekanik, listrik, atau panas.42
Rangsangan kimia yang menyebabkan gatal pada luka mungkin disebabkan oleh
histamin. Histamin banyak terdapat pada luka keloid dan luka hipertrofik dan hal ini
terjadi beriringan dengan pembentukan jaringan kolagen baru.42
Di sisi lain, regenerasi saraf terjadi pada semua proses penyembuhan luka. Pada saat
regenerasi saraf ini, terdapat serat saraf yang memiliki selubung myelin tipis dan serat
saraf C yang tidak memiliki selubung. Jumlah keduanya tidak seimbang sehingga dapat
meningkatkan rasa gatal. Semua faktor di atas inilah yang berkontribusi dalam
menimbulkan rasa gatal pada luka saat penyembuhan.42
DAFTAR PUSTAKA

1. Sheet mask [Internet]. Cambridge.org. [cited 2022 Aug 29]. Available from:
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/sheet-mask
2. Farmakope. 4th Ed.
3. Zouboulis CC. Acne and sebaceous gland function. Clin Dermatol. 2016; 22(5): 360–
366.
4. Skincare [Internet]. Cambridge.org. [cited 2022 Aug 29]. Available from:
https://dictionary.cambridge.org/us/dictionary/english/skincare
5. Ozgok Kangal MK, Regan JP. Wound Healing. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing. 2022 Jan–. PMID: 30571027.
6. Lopez-Ojeda W, Pandey A, Alhajj M, Oakley AM. Anatomy, skin (integument). In:
StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing. 2021 Oct 22.
7. Yousef H, Alhajj M, Sharma S. Anatomy, skin (integument), epidermis. 2017.
8. Baroni A, Buommino E, De Gregorio V, Ruocco E, Ruocco V, Wolf R. Structure and
function of the epidermis related to barrier properties. Clinics in dermatology. 2012 May
1; 30(3): 257-62.
9. Kalangi SJ. Histofisiologi kulit. Jurnal Biomedik: JBM. 2013; 5(3).
10. Bedaso, Asres, Emnet Kebede, and Tariku Adamu. Assessment of skin-to-skin contact
(SSC) during the postpartum stay and its determinant factors among mothers at public
health institutions in Ethiopia. BMC research notes 12.1 .2019: 1-7.
11. Passeron, T., et al. Adult skin acute stress responses to short ‐termenvironmental and
internal aggression from exposome factors. Journal of the European Academy of
Dermatology and Venereology 35.10 .2021: 1963-1975.
12. Chaudhary M, Khan A, Gupta M. Skin aging: Pathophysiology and current market
treatment approaches. Current Aging Science. 2020 May 1; 13(1): 22-30.
13. Flint B, Tadi P. Physiology, aging. 2020.
14. Song J, Xian D, Yang L, Xiong X, Lai R, Zhong J. Pruritus: progress toward
pathogenesis and treatment. BioMed research international. 2018 Apr 11.
15. Avila C, Massick S, Kaffenberger BH, Kwatra SG, Bechtel M. Cannabinoids for the
treatment of chronic pruritus: A review. Journal of the American Academy of
Dermatology. 2020 May 1; 82(5): 1205-12.
16. Tivoli YA, Rubenstein RM. Pruritus: An updated look at an old problem. The Journal of
clinical and aesthetic dermatology. 2009 Jul; 2(7): 30.
17. Chung BY, Um JY, Kim JC, Kang SY, Park CW, Kim HO. Pathophysiology and
treatment of pruritus in elderly. International Journal of Molecular Sciences. 2020 Dec
26; 22(1): 174.
18. Yan HM, Zhao HJ, Guo DY, Zhu PQ, Zhang CL, Jiang W. Gut microbiota alterations in
moderate to severe acne vulgaris patients. J Dermatol. 2018 Oct; 45(10): 1166-1171.
19. Juhl CR, Bergholdt HKM, Miller IM, Jemec GBE, Kanters JK, Ellervik C. Dairy Intake
and Acne Vulgaris: A Systematic Review and Meta-Analysis of 78,529 Children,
Adolescents, and Young Adults. Nutrients. 2018 Aug 09; 10(8).
20. George RM, Sridharan R. Factors Aggravating or Precipitating Acne in Indian Adults: A
Hospital-Based Study of 110 Cases. Indian J Dermatol. 2018 Jul-Aug; 63(4): 328-331.
21. Motosko CC, Zakhem GA, Pomeranz MK, Hazen A. Acne: a side-effect of
masculinizing hormonal therapy in transgender patients. Br J Dermatol. 2019 Jan;
180(1): 26-30.
22. Zaenglein AL, Pathy AL, Schlosser BJ, et al. Guidelines of care for the management of
acne vulgaris. J Am Acad Dermatol. 2016; 74(5): 945-73.
23. Yenny SW. Resistensi Antibiotik Pada Pengobatan Akne Vulgaris. MDVI. 2018; 45(2):
111-115.
24. Sibero HT, Putra I, Anggraini DI. Tatalaksana terkini acne vulgaris. JK Unila JURNAL
KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG. 2019; 3(2): 313-20.
25. Penzer R. & Ersser S. Principles of Skin Care: A Guide for Nurses and Health Care
Practitioners. 1nd ed. s.l.: John Wiley & Sons. 2010.
26. Pierce, A. Treating Diverse Pigmentation. Stamford, CT: Cengage Learning. 2012.
27. Allure. What Is Toner, Anyway? Our Guide to the Benefits of Toner in Your Skin-Care
Routine. 2022.
28. Byrdie. What Does Face Toner Do? We Asked the Experts. 2022.
29. Ejollify. The Different Types of Toners, Explained. 2022.
30. WebMD. The Truth About Facial Serums. 2021.
31. Badger Balm.com. What is SPF Sunscreen?. 2021.
32. Eminence Organic Skin Care of Hungary. The Benefits of Sunscreen: Why Do I Need To
Wear SPF Every Day?. 2021.
33. Herman TF, Bordoni B. Wound classification. 2020.
34. Richardson, Cliff, Dominic Upton, and Mark Rippon. Treatment for wound pruritus
following burns. Journal of wound care 23.5. 2014: 227-233.
35. Eslami A, Gallant-Behm CL, Hart DA, Wiebe C, Honardoust D, Gardner H, Häkkinen L,
Larjava HS. Expression of integrin αvβ6 and TGF-β in scarless vs scar-forming wound
healing. Journal of Histochemistry & Cytochemistry. 2009 Jun; 57(6): 543-57.
36. Lawrence WT. Wound Healing Biology and Its Application to Wound Management:
O’Leary P. The Physiologic Basis of Surgery. 3rd Ed.
37. Leong M, Phillips LG. Wound Healing. In: Sabiston Textbook of Surgery.
38. Zhang J, Lin W, Lin H, Wang Z, & Dong H. Identification of skin electrical injury using
infrared imaging: a possible complementary tool for histological examination. PLoS one.
2017; 12(1): e0170844.
39. Pathology outlines. Available from:
https://www.pathologyoutlines.com/topic/forensicsgunshotwounds.html
40. Selçuk C T, Durgun M, Tekin R, Yolbas L, Bozkurt M, Akçay C, & Basarali MK.
Evaluation of the effect of thymoquinone treatment on wound healing in a rat burn model.
Journal of Burn Care & Research. 2013; 34(5): e274-e281.
41. Li CW, Wang Q, Li J, Hu M, Shi SJ, Li ZW, & Lu LC. Silver nanoparticles/chitosan
oligosaccharide/poly (vinyl alcohol) nanofiber promotes wound healing by activating
TGFβ1/Smad signaling pathway. International Journal of Nanomedicine. 2016; 11: 373.
42. Upton, Dominic, et al. Wound pruritus: prevalence, aetiology and treatment. Journal of
wound care 22.9. 2013; 501-508.
43. Purnama H, Sriwidodo S, Mita SR. Proses Penyembuhan Luka dan Perawatan Luka.
Jurnal Unpad. 2017; 2(15).
44. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. 2016.
45. Indonesia KK. Standar kompetensi dokter. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia. 2019.
46. Ganceviciene, R., Liakou, A. I., Theodoridis, A., Makrantonaki, E., & Zouboulis, C. C.
Skin anti-aging strategies. Dermato-endocrinology. 2012; 4(3): 308-319.
47. Puizina-Ivic, N. Skin aging. Acta Dermatovenerologica Alpina Panonica Et Adriatica.
2008; 17(2), 47.
48. NOOR, Noorhuzaimi Mohd, et al. Development of Skin Care Routine Support System.
Advanced Science Letters. 2018; 24(10): 7830-7833.
49. Zahruddin, A, et al. Penuaan kulit: patofisiologi dan manifestasi klinis. Berkala Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin, 2018, 30.3: 208-215.
50. Sadler TW. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 10. Jakarta: EGC; 2009.
51. Keith L. Moore, T.V.N (Vid) Persaud, Mark G. Torchia. The Developing Human
Clinically Oriented Embryology. 10th edition. 2016.
52. Kamus Dorland. 32th Ed.
53. Sutaria AH, Masood S, Schlessinger J. Acne vulgaris. InStatPearls [Internet]. 2021 Aug
9.
54. Andriana R, Effendi A, Berawi KN. Hubungan Antara Penggunaan Kosmetik Wajah
Terhadap Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung. Lampung : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung; 2014.
55. Sari HK. Perbandingan Kualitas Hidup Akne Vulgaris Tipe Ringan Dengan Akne
Vulgaris Tipe Berat Di Rsud. Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung 2018[skripsi].
Bandar Lampung: Universitas Malahayati; 2018.
56. Sari RN. Hubungan Diet Tinggi Lemak Dan Stres Dengan Kejadian Akne Vulgaris Pada
Mahasiswa Angkatan 2012-2015 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Fakultas
Kedokteran, Universitas Lampung[skripsi]. Bandar Lampung: Universitas Lampung;
2016.
57. Yandi RA, Sibero HT dan Fiana DN. Quality Of Life Of Acne Vulgaris Patient In
Dr.H.Abdul Moeloek Hospital At Lampung. J Majority. 2014, 2:139-145.
58. Nunez Lopez O, Cambiaso-Daniel J, Branski LK, Norbury WB, Herndon DN. Predicting
and managing sepsis in burn patients: current perspectives. Ther Clin Risk Manag.
2017;13:1107-1117.
59. Mertens DM, Jenkins ME, Warden GD. Outpatient burn management. Nurs Clin North
Am. 1997 Jun;32(2):343-64.
PARAF NILAI

Anda mungkin juga menyukai