DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7
Dianelita Asyifa Qisthi I1011211011
Nelly Faenna Butar-Butar I1011211015
Ronald Vije Brouch I1011211022
Yolanda Oktavianingsih I1011211028
Bimo Hendrayana I1011211033
Adhisty Dini Ulfa I1011211035
Richard Winzen Krisberto Bellarmus Putra I1011211055
Muhammad Syifa Irvandy I1011211066
Muhamad Hasbi I1011211072
Sonia Almeyra I1011211080
Fuady Farid Albari I1011211086
PEMICU 1
Siena adalah mahasiswa tahun kedua Jurusan Kedokteran FK Untan. Saat akan
menyelesaikan tugas dan bersiap tidur, Siena melihat kakaknya sedang sibuk dengan berbagai
macam produk skin care di hadapannya. Dia memperhatikan, berbagai jenis sheetmask
hingga cream yang dioleskan oleh sang Kakak ke wajahnya. Siena penasaran, apakah
memang semua produk itu bermanfaat untuk kulit, terutama mencegah penuaan seperti yang
dikatakan oleh sang Kakak. Siena teringat akan perbedaan tekstur kulit yang ia miliki
dibandingkan ibu dan neneknya. la juga mencoba membandingkan tekstur dan kekenyalan
kulit yang dimilikinya dan adiknya yang berusia 3 tahun. Siena kemudian mencari tahu
mengenai proses penuaan dan perbedaan struktur kulit dari berbagai usia.
Kemudian Siena juga memperhatikan, terdapat produk lain yang digunakan kakaknya
untuk bekas luka dan bekas jerawatnya. Seketika Siena teringat akan bekas luka di kaki
kanannya akibat luka bakar. Saat ini luka yang sebelumnya cukup besar itu, sudah menutup
dengan baik. Namun, di sekeliling luka tersebut terasa sedikit gatal dan membuat Siena
sering menggaruknya. Sang Kakak selalu memperingatkannya untuk tidak menggaruk agar
lukanya dapat sembuh dan kulitnya akan membaik seperti sedia kala. Untuk membuktikan
hal ini, Siena juga mencoba mencari proses penyembuhan luka dan berbagai faktor yang
dapat mempengaruhinya.
Kata Kunci
1. Skin aging (penuaan kulit)
2. Bekas luka
3. Produk skin care
4. Tekstur kulit
5. Proses penyembuhan luka
6. Perbedaan struktur kulit
7. Luka bakar
Rumusan Masalah
Siena sedang mencari tahu mengenai efektivitas skin care.
Analisis Masalah
Hipotesis
Penggunaan produk perawatan kulit bersifat efektif.
Learning Issues
1. Kulit
a. Embriologi
b. Anatomi
c. Histologi
d. Fisiologi
e. Kelainan & penyakit
f. Faktor yang mempengaruhi kesehatan kulit
2. Penuaan kulit
a. Etiologi
b. Patofisiologi
c. Manifestasi klinis
3. Pruritus (kulit gatal)
a. Definis
b. Etiologi
c. Epidemiologi
d. Patofisologi
e. Treatment
4. Acne vulgaris
a. Definisi
b. Epidemiologi
c. Etiologi
d. Patofisiologi
e. Tata laksana
5. Perawatan kulit:
a. Definisi
b. Jenis
c. Tindakan
6. Kandungan apa saja yang terdapat dalam skin care dalam mencegah penuaan?
Jelaskan!
7. Perbedaan struktur kulit di berbagai usia. (hasbi, richard)
8. Luka
a. Definisi
b. Jenis
1) Histopatologi
2) Patofisiologi & Patogenesis
c. Treatment Fisiologi Penyembuhan
d. Faktor yang mempengaruhi kesembuhan
1) Mempercepat
2) Memperlambat
9. Apa yang menyebabkan terjadinya gatal di sekeliling luka saat penyembuhan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kulit
a. Embriologi
Kulit adalah penutup pelindung luar tubuh, merupakan sistem organ yang kompleks
dan organ tubuh terbesar. Kulit terdiri dari 2 lapisan, yaitu sebagai berikut.50,51
1. Epidermis adalah jaringan epitel superfisial yang berasal dari permukaan
embrionik ektoderm.
2. Dermis adalah lapisan berada dibawah epidermis, merupakan lapisan dalam yang
tersusun atas padat, tidak beraturan, jaringan ikat yang tersusun berasal dari
mesenkim.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Epidermis
Pada awalnya (5 minggu), mudigah di lapisi oleh satu lapisan sel ektoderm. Pada
awal bulan kedua (7 minggu), epitel ini membelah, dan terbentuk suatu lapisan
sel gepeng yang disebut periderm atau epitrikium, di permukaannya. Pada
proliferasi sel selanjutnya di lapisan basal, terbentuklah zona ketiga (zona
intermediet) yaitu pada embrio 4 bulan. Akhirnya pada bulan keempat, epidermis
memperoleh susunan definitifnya dan dapat dikenali empat lapisan yaitu pada
saat lahir.50,51
a. Stratum basale atau stratum germinativum, berperan dalam menghasilkan
sel-sel baru. Lapisan ini kemudian membentuk hubungan dan cekungan yang
tercermin di permukaan kulit sebagai sidik jari.50,51
b.
Stratum spinosum yang tebal terdiri dari sel-sel polyhedral besar yang
mengandung tonofibril halus.50,51
c.
Stratum granulosum mengandung granula kertohialin kecil di sel-selnya.50,51
d. Stratum korneum (lapisan tanduk) yang membentuk permukaan mirip sisik
keras pada epidermis, disusun oleh sel-sel mati yang terkemas rapat dan
mengandung keratin. Sel-sel periderm biasanya dilepaskan sewaktu paruh
kedua kehidupan intra uterus dan dapat ditemukan di dalam cairan amnion.
Selama 3 bulan pertama perkembangan, epidermis diinvasi oleh sel-sel yang
berasal dari krista neuralis. Sel-sel ini mensintesis pigmen melanin dalam
melanosom.50,51
Tahap perkembangan kulit berturut-turut berdasarkan gambar di atas adalah sebagai
berikut.50,51
A: Pada 4 minggu.
B: Pada 7 minggu.
C: Pada 11 minggu.
D: Neonatus.
2. Dermis
Dermis berasal dari mesoderm lempeng lateral dan dermatom dari somit.
Selama bulan ketiga dan keempat, jaringan ini (korium) membentuk banyak struktur
papilari reguler, papilla dermis yang menonjol ke atas ke dalam epidermis. Sebagian
besar dari papilla ini mengandung kapiler halus atau end organ (ujung) saraf sensorik.
Lapisan dermis yang lebih dalam (subkorium), mengandung banyak jaringan lemak.
Saat lahir, kulit dilapisi oleh pasta keputihan, verniks kaseosa, yang dibentuk oleh
sekresi kelenjar sebasea dan sel epidermis dan rambut yang mengalami degenerasi.
Lapisan ini melindungi kulit dari efek maserasi cairan ketuban.50,51
b. Anatomi
Kulit
Struktur kulit Kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu epidermis dan dermis. Epidermis
merupakan jaringan epitel yang berasal dari ektoderm, sedangkan dermis berupa
jaringan ikat agak padat yang berasal dari mesoderm. Di bawah dermis terdapat
selapis jaringan ikat longgar yaitu hipodermis, yang pada beberapa tempat terutama
terdiri dari jaringan lemak. 6,7
Epidermis
Epidermis merupakan lapisan paling luar kulit dan terdiri atas epitel berlapis gepeng
dengan lapisan tanduk. Epidermis hanya terdiri dari jaringan epitel, tidak mempunyai
pembuluh darah maupun limf; oleh karenaitu semua nutrien dan oksigen diperoleh
dari kapiler pada lapisan dermis. Epidermis terdiri atas 5 lapisan yaitu, dari dalam ke
luar, stratum basal, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum, dan
stratum korneum.6,7
1. Stratum basal (lapis basal, lapis benih)
Lapisan ini terletak paling dalam dan terdiri atas satu lapis sel yang tersusun
berderet-deret di atas membran basal dan melekat pada dermis di bawahnya.6,7
2. Stratum spinosum (lapis taju)
Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang besar-besar berbentuk poligonal
dengan inti lonjong. Sitoplasmanya kebiruan.6,7
3. Stratum granulosum (lapis berbutir)
Lapisan ini terdiri atas 2-4 lapis sel gepeng yang mengandung banyak granula
basofilik yang disebut granula keratohialin, yang dengan mikroskop elektron
ternyata merupakan partikel amorf tanpa membran tetapi dikelilingi ribosom.6,7
4. Stratum lusidum (lapis bening)
Lapisan ini dibentuk oleh 2-3 lapisan sel gepeng yang tembus cahaya, dan agak
eosinofilik. Tak ada inti maupun organel pada sel-sel lapisan ini. Walaupun ada
sedikit desmosom, tetapi pada lapisan ini adhesi kurang sehingga pada sajian
seringkali tampak garis celah yang memisahkan stratum korneum dari lapisan lain
di bawahnya.6,7
5. Stratum korneum (lapis tanduk)
Lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel-sel mati, pipih dan tidak berinti serta
sitoplasmanya digantikan oleh keratin. Selsel yang paling permukaan merupa-kan
sisik zat tanduk yang terdehidrasi yang selalu terkelupas.6,7
Sel-sel epidermis
Terdapat empat jenis sel epidermis, yaitu: keratinosit, melanosit, sel Langerhans, dan
sel Merkel.
1. Keratinosit
Keratinosit merupakan sel terbanyak (85-95%), berasal dari ektoderm permukaan.
Merupakan sel epitel yang mengalami keratinisasi, menghasilkan lapisan kedap
air dan perisai pelidung tubuh.7,9
2. Melanosit
Melanosit meliputi 7-10% sel epidermis, merupakan sel kecil dengan cabang
dendritik panjang tipis dan berakhir pada keratinosit di stratum basal dan
spinosum. Terletak di antara sel pada stratum basal, folikel rambut dan sedikit
dalam dermis.7,8
3. Sel Langerhans
Sel Langerhans merupakan sel dendritik yang bentuknya ireguler, ditemukan
terutama di antara keratinosit dalam stratum spinosum. Tidak berwarna baik
dengan HE. Sel ini berperan dalam respon imun kulit, merupakan sel pembawa-
antigen yang merangsang reaksi hipersensitivitas tipe lambat pada kulit.7,8
4. Sel Merkel
Jumlah sel jenis ini paling sedikit, berasal dari krista neuralis dan ditemukan pada
lapisan basal kulit tebal, folikel rambut, dan membran mukosa mulut.7,9
Dermis
Dermis terdiri atas stratum papilaris dan stratum retikularis, batas antara kedua lapisan
tidak tegas, serat antaranya saling menjalin.
1. Stratum papilaris
Lapisan ini tersusun lebih longgar, ditandai oleh adanya papila dermis yang
jumlahnya bervariasi antara 50 – 250/mm2 . Jumlahnya terbanyak dan lebih
dalam pada daerah di mana tekanan paling besar, seperti pada telapak kaki.
Sebagian besar papila mengandung pembuluh-pembuluh kapiler yang memberi
nutrisi pada epitel di atasnya.8,9
2. Stratum retikularis
Lapisan ini lebih tebal dan dalam. Berkas-berkas kolagen kasar dan sejumlah
kecil serat elastin membentuk jalinan yang padat ireguler. Pada bagian lebih
dalam, jalinan lebih terbuka, rongga-rongga di antaranya terisi jaringan lemak,
kelenjar keringat dan sebasea, serta folikel rambut.8,9
Sel-sel dermis
Jumlah sel dalam dermis relatif sedikit. Sel-sel dermis merupakan sel-sel jaringan ikat
seperti fibroblas, sel lemak, sedikit makrofag dan sel mast.6
Hipodermis
Sebuah lapisan subkutan di bawah retikularis dermis disebut hipodermis. Ia berupa
jaringan ikat lebih longgar dengan serat kolagen halus terorientasi terutama sejajar
terhadap permukaan kulit, dengan beberapa di antaranya menyatu dengan yang dari
dermis. Pada daerah tertentu, seperti punggung tangan, lapis ini meungkinkan gerakan
kulit di atas struktur di bawahnya. Di daerah lain, serat-serat yang masuk ke dermis
lebih banyak dan kulit relatif sukar digerakkan. Sel-sel lemak lebih banyak daripada
dalam dermis. Jumlahnya tergantung jenis kelamin dan keadaan gizinya. Lemak
subkutan cenderung mengumpul di daerah tertentu. Tidak ada atau sedikit lemak
ditemukan dalam jaringan subkutan kelopak mata atau penis, namun di abdomen,
paha, dan bokong, dapat mencapai ketebalan 3 cm atau lebih. Lapisan lemak ini
disebut pannikulus adiposus.6,8,9
Rambut
Batang rambut merupakan struktur keratin keras yang dihasilkan oleh bangunan
epitelial berbentuk kantung yaitu folikel rambut. Pada ujung basal folikel melebar
melingkari papila pili terdiri atas jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf yang
penting bagi kelangsungan hidup folikel rambut; bagian yang melebar disebut bulbus
pili.6,7
Folikel rambut
Folikel rambut dikelilingi pema-datan komponen fibrosa dermis. Di antara komponen
tersebut dengan epitel folikel terdapat membran vitrea non-seluler, yang merupakan
membran basal sangat tebal dari lapis luar epitel folikel, yang disebut sarung akar
rambut luar.6,8
Medula rambut
Medula rambut terletak paling tengah, biasanya terlihat lebih terang daripada bagian
lain. Sel-selnya berbentuk poligobal, tersusun jarang satu sama lain. Di dalam
sitoplasmanya dapat terlihat sedikit pigmen melanin. Perlu diperhatikan bahwa tidak
semua rambut mempunyai medula.6,8
Korteks rambut
Korteks rambut merupakan bagian terbesar rambut, mengandung beberapa lapisan
konsentris yang terdiri atas sel panjang terkeratinisasi. Melanin biasanya terjepit di
antara dan di dalam sel-sel ini, sehingga mewarnai rambut.6,7
Kutikula rambut
Kutikula rambut merupakan bagian paling luar akar dan batang rambut mengandung
sel-sel paling tipis, mirip sisik, dengan ujung bebas ke arah ujung distal. Sel-sel yang
menyusun kutikula rambut sangat pipih, saling berselisip, dan berhimpitan dengan
sel-sel kutikula sarung akar rambut dalam, sehingga sulit dibedakan satu sama lain.6,8
Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea atau kelenjar rambut merupakan kelenjar holokrin yang terdapat
pada seluruh kulit yang berambut. Hampir semua kelenjar sebasea bermuara ke dalam
folikel rambut kecuali yang terdapat pada puting susu, kelopak mata, glans penis,
klitoris, dan labium minus. Kelenjar sebasea yang berhubungan dengan folikel rambut
biasanya terdapat pada sisi yang sama dengan otot penegak rambut.6,9
Kelenjar keringat
Kelenjar keringat ada dua jenis, yaitu kelenjar keringat merokrin dan apokrin, yang
berbeda cara sekresinya. Kelenjar merokrin bergetah encer (banyak mengandung air),
terdapat di seluruh permukaan tubuh kecuali daerah yang berkuku; fungsinya
menggetahkan keringat yang berguna untuk ikut mengatur suhu tubuh. Kelenjar
apokrin hanya terdapat pada kulit daerah tertentu, misalnya areola mamma, ketiak,
sekitar dubur, kelopak mata, dan labium mayus. Kelenjar ini bergetah kental dan baru
berfungsi setelah pubertas.7,9
c. Histologi
Kulit merupakan organ yang tergolong unik, hal ini karena kulit posisinya yang
terletak di luar dan menyelubungi seluruh tubuh dan memudahkan proses pengmatan
dalam kondisi normal atau sakit. Sistem integumen tidak hanya meninjau bagian kulit
tetapi juga bagian adneksa (rambut, kuku dan kelenjar). Histologi dari kulit sendiri
membahas struktur miskroskopik yang hanya bisa dilihat dengan bantuan mikroskop
dan terdiri atas 3 lapisan yaitu: epidermis, dermis dan subkutis (hypodermis).
1. Epidermis
Lapisan kulit yang sering beregenerasi, dan pertama merespons terhadap stimulus
luar ataupun dalam tubuh manusia, memiliki tebal antara 0,4 mm – 1,5 mm
dengan penyusun terbesar adalah keratinosit yang dimana diantaranya terdapat sel
Langerhans dan melanosit serta sel Merkel dan limfosit.
Keratinosit tersusun dalam beberapa lapisan dari paling dalam ke paling luar
antara lain:
a. Stratum basalis, lapisan terdalam (melekat dengan dermis) yang terdiri dari
satu lapisa sel kuboid. Aktivitas mitosis dari sel basal kuboid ini akan
mengisi kembali sel – sel di lapisan yang lebih dangkal karena terlepas dari
epidermis. Proses mitosis ini berlangsung selama 3 – 4 minggu pada
manusia.
b. Stratum spinosum, sel menjadi poligonal tidak beraturan yang dipisahkan
oleh celah yang dimana merupakan perpanjangan sitoplasma seperti tulang
belakang (maka disebut sel spinosus). Spine dari sel ini bertemu ujung ke
ujung dan dilekatkan oleh desmosom.
c. Stratum granulosum, terdiri dari kulit tebal dengan beberapa lapisan sel
pipih. Hanya satu lapisan yang mungkin terlihat pada kulit tipis. Sitoplasma
selnya mengandung banyak butiran halus, butiran keratohyalin. Keratohyalin
tidak terletak di organel terikat membran tetapi membentuk akumulasi
"bebas" di sitoplasma sel. Sel-sel mulai melepaskan isi granula lamelar. Lipid
yang terkandung dalam butiran datang untuk mengisi seluruh ruang
interstisial, yang penting untuk fungsi epidermis sebagai penghalang
terhadap lingkungan luar.
d. Stratum korneum, sel sepenuhnya diisi dengan filamen keratin (sel tanduk)
yang tertanam dalam matriks padat protein. Sel individu sulit untuk diamati
karena (1) inti tidak dapat lagi diidentifikasi, (2) sel sangat datar dan (3)
ruang antara sel telah diisi dengan lipid, yang menyatukan sel-sel menjadi
membran yang berkesinambungan. Dalam EM, membran sel tampak
menebal dan saling berinterdigitasi dengan sel tetangga. Paling dekat dengan
permukaan epidermis, stratum korneum memiliki penampilan yang agak
lebih longgar. Sel-sel tanduk terus-menerus terlepas dari bagian stratum
korneum ini.
2. Dermis
Dermis adalah jaringan tepat di bagian bawah daripada epidermis yang berfungsi
untuk memberikan ketahanan, termoregulasi, perlindungan imunologik serta
ekskresi. Struktur fibrosa dan filamentosa, ground substance, serta selular yang
terdiri dari endotel, fibroblast, sel radang, kelenjar, folikel rambut dan saraf.
Serabut kolagen (collagen bundles) dan serabut elastik membentuk sebagian
besar dermis. Kedua substansi ini tertanam dalam matriks yang disebut ground
substance dari proteoglikans (PG) dan glikosaminoglikans (GAG). Selain itu
fibroblast, makrofag dan sel mast juga rutin ditemukan pada lapisan dermis ini.
Fibroblast > sel yang memproduksi protein matriks jaringan ikat dan serabut
kolagen serta elastik di dermis. Makrofag > elemen pertahanan imonologik pada
kulit.
3. Subkutis (Hypodermis)
Tersusun atas jaringan lemak yang fungsi utamanya sebagai cadangan energi,
termoregulasi (mempertahankan suhu tubuh), sebagai bantalan yang meredam
trauma melalui permukaan kulit. Deposisi lemak pada lapisan ini memberikan
bentuk lakukan tubuh yang berefek kosmetis. Sel lemak terbagi – bagi dalam
lobus, yang mana satu sama lain dipisahkan oleh septa.
d. Fisiologi
1) Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis seperti
gaya gesekan, tekanan, tarikan, gangguan infeksi luar terutama bakteri maupun
jamur, zat-zat kimia yang bersifat iritan seperti lisol, karbol, asam, dan alkali kuat
lainnya, serta adanya pigmen melanin gelap yang dapat melindungi sel dari
radiasi ultraviolet.44
2) Fungsi Absorpsi
Kulit sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi lebih
mudah menyerap pada cairan yang mudah menguap. Permeabilitas kulit terhadap
O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi
respirasi. Kemampuan ini dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum. Penyerapan lebih banyak melalui
sel-sel epidermis daripada melalui muara kelenjar.44
3) Fungsi Ekskresi
Kulit berfungsi untuk pengeluaran keringat.44
4) Fungsi Persepsi
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik karena mengandung
ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Rangsang panas diperankan
oleh badan ruffini di dermis dan subkutis. Badan krause di dermis berperan
terhadap rangsang dingin. Rangsang raba diperankan oleh badan meissner di
papila dermis.44
5) Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh
Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit.
Temperatur yang meningkat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah,
kemudian tubuh melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia
yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Sedangkan temperatur yang
menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi untuk mempertahankan
panas.44
6) Fungsi Pembentukan Pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit) ini terletak di lapisan basal. Jumlah melanosit
dan besarnya butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ras maupun
individu. Pajanan sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom.44
7) Fungsi Pembentukan Vitamin D
Kulit dapat membuat vitamin D dari bahan 7-dihidroksi kolesterol dengan
pertolongan sinar matahari.44
e. Kelainan & penyakit
Infeksi Virus45
a) Veruka vulgaris
b) Kondiloma akuminatum
c) Moluskum kontagiosum
d) Herpes zoster tanpa komplikasi
e) Morbili tanpa komplikasi
f) Varisela tanpa komplikasi
g) Herpes simpleks tanpa komplikasi
Infeksi Bakteri45
a) Impetigo
b) Impetigo ulseratif (ektima)
c) Folikulitis superfisialis
d) Furunkel, karbunkel
e) Eritrasma
f) Erisipelas
g) Skrofuloderma
h) Lepra
i) Reaksi lepra
j) Sifilis stadium 1 dan 2
Infeksi Jamur45
a) Tinea kapitis
b) Tinea barbe
c) Tinea fasialis
d) Tinea korporis
e) Tinea manus
f) Tinea unguium
g) Tinea kruris
h) Tinea pedis
i) Pitiriasis vesikolor
j) Kandidosis mukokutan ringan
Kelainan Pigmentasi45
a) Vitiligo
b) Melasma
c) Albino
d) Hiperpigmentasi pascainflamasi
e) Hipopigmentasi pascainflamasi
d. Patofisiologi
Diketahui bahwa zat-zat kimia dan rangsangan fisik (mekanik) dapat memicu terjadi
pruritus. Stimulasi terhadap ujung saraf bebas yang terletak di dekat junction
dermoepidermal bertanggung jawab untuk sensasi ini. Sinaps terjadi di akar dorsal
korda spinalis (substansia grisea), bersinaps dengan neuron kedua yang menyeberang
ke tengah, lalu menuju tractus spinotalamikus kontralateral hingga berakhir di
thalamus. Dari thalamus, terdapat neuron ketiga yang meneruskan rangsang hingga ke
pusat persepsi di korteks serebri.16
Rasa gatal adalah manifestasi nyeri ringan yang timbul akibat stimulasi nosiseptor
saat terpajan zat yang menyebabkan rasa gatal. Sensasi gatal hanya akan dirasakan
apabila serabut-serabut persarafan nosiseptor polimodal tidak terangsang. Rangsangan
nosiseptor polimodal terhadap rangsang mekanik akan diinterpretasikan sebagai nyeri,
dan akan menginhibisi 5% serabut saraf yang mempersepsi gatal. Namun demikian,
setelah rangsang mekanik ini dihilangkan dan pruritogen masih ada, maka sensasi
gatal akan muncul lagi.
Perlu diingat bahwa tidaklah semua rangsang gatal dicetuskan dari serabut saraf
histamin positif ini, melainkan ada pula rangsang gatal yang dicetuskan oleh
rangsangan nosiseptor polimodal.15,17
e. Treatment
Pengobatan Umum
Secara umum, tindakan teratur harus dilakukan sesuai dengan prinsip terapeutik:
menemukan faktor penyebab, mengobati penyakit asal, menghindari semua faktor
iritasi, mencegah kekeringan kulit, dan menjaga kelembaban kulit.14,15
Fototerapi
Ultraviolet B (UVB) memiliki kemampuan menghilangkan pruritus melalui
pengurangan jumlah serabut saraf yang diaktifkan oleh CGRP di sistem saraf perifer.
Selain itu, UVB sangat efektif dalam mengendalikan gatal yang disebabkan oleh
penyakit kulit inflamasi, uremia, kolestasis primer, globulisme, limfoma Hodgkin, dan
penyakit sistemik lainnya.14,15
Obat topikal
Dalam praktik klinis, banyak obat topikal sering digunakan untuk mengurangi rasa
gatal. Agen pembersih PH rendah, pelembab, dan pelumas sangat efektif dalam
meningkatkan iritasi kulit. Pendingin, pada saat yang sama, dapat mentransfer dingin
untuk menutupi gatal melalui stimulasi ujung saraf; misalnya, nitrogen cair sering
berhasil diterapkan pada penyakit kulit gatal.16,17
Terapi Sistemik
Antidepresan trisiklik, seperti doxepin, amitriptyline, trimipramine, dan nortriptyline,
efektif dalam resistensi terhadap gatal DA. Selective Serotonin Reuptake Inhibitors
(SSRI), misalnya, paroxetine dan fluvoxamine, tersedia untuk meredakan pruritus.
Selain itu, Mirtazapine dapat mengurangi pruritus pasien dengan ESRD, kolestasis,
kanker stadium lanjut, dan gatal malam hari.16,17
2.8 Luka
a. Definisi
Luka adalah kerusakan integritas jaringan biologis, termasuk kulit, selaput lendir, dan
jaringan organ.33
b. Jenis
1) Histopatologi
a) Luka listrik
Luka listrik Ini biasanya muncul dengan luka seperti luka bakar atau luka
seperti sengatan yang disebabkan oleh aliran arus listrik tegangan tinggi
ke seluruh tubuh, dan mungkin termasuk kerusakan internal yang lebih
parah. Secara histologis, diketahui bahwa pemanjangan inti epidermis
merupakan ciri khas tanda listrik dan nilai diagnostik yang besar untuk
sengatan listrik. Namun, pemeriksaan histologis terutama tergantung pada
penilaian subjektif individu, dan dengan demikian ahli patologi forensik
biasanya menggabungkan metode lain dengan histopatologi rutin untuk
penentuan tanda ini, seperti analisis citra terkomputerisasi dan deteksi
metalisasi dengan pemindaian mikroskop elektron. Tetapi hanya sedikit
yang memberikan lebih banyak wawasan tentang tanda listrik pada tingkat
molekuler, dan membuat diagnosis yang objektif.38
b) Luka tembak
Luka tembak (luka akibat senjata api). Luka tembak terjadi ketika peluru
mengenai tubuh, menghasilkan cedera. Salah satu penyebab paling umum
kematian dan cedera. Tingkat keparahan cedera tergantung pada beberapa
faktor, termasuk jenis senjata dan peluru dan area tubuh yang terkena.39
c) Luka termal
Luka termal diakibatkan oleh suhu ekstrem, baik panas atau dingin, dapat
menyebabkan cedera termal (seperti luka bakar, terbakar sinar matahari,
dan radang dingin). Tidak ada epitelisasi yang ditunjukkan oleh panah,
respons sel inflamasi yang parah (tanda bintang), dan sejumlah kecil
kapiler di jaringan granulasi (panah).40
d) Luka operasi
Luka operasi (luka yang disengaja pada kulit untuk melakukan prosedur
pembedahan). Histologi penyembuhan luka untuk setiap kelompok pada
hari ke 3, 7, 12, dan 18 setelah operasi. Pewarnaan HE menunjukkan serat
kolagen terwarnai pink pucat, sitoplasma terwarnai ungu, nukleus
terwarnai biru, dan sel darah merah terwarna cherry red. Panah hitam dan
merah masing-masing menunjukkan pembuluh darah dan folikel rambut.41
2) Memperlambat
2.9 Apa yang menyebabkan terjadinya gatal di sekeliling luka saat penyembuhan?
Gatal pada saat proses penyembuhan luka merupakan suatu yang normal dan sering
terjadi. Biasanya rasa gatal pada bekas luka terjadi akibat rangsangan fisik, rangsangan
kimia, dan juga regenerasi atau proses perbaikan saraf. Beberapa contoh rangsangan fisik
dapat berbentuk rangsangan mekanik, listrik, atau panas.42
Rangsangan kimia yang menyebabkan gatal pada luka mungkin disebabkan oleh
histamin. Histamin banyak terdapat pada luka keloid dan luka hipertrofik dan hal ini
terjadi beriringan dengan pembentukan jaringan kolagen baru.42
Di sisi lain, regenerasi saraf terjadi pada semua proses penyembuhan luka. Pada saat
regenerasi saraf ini, terdapat serat saraf yang memiliki selubung myelin tipis dan serat
saraf C yang tidak memiliki selubung. Jumlah keduanya tidak seimbang sehingga dapat
meningkatkan rasa gatal. Semua faktor di atas inilah yang berkontribusi dalam
menimbulkan rasa gatal pada luka saat penyembuhan.42
DAFTAR PUSTAKA
1. Sheet mask [Internet]. Cambridge.org. [cited 2022 Aug 29]. Available from:
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/sheet-mask
2. Farmakope. 4th Ed.
3. Zouboulis CC. Acne and sebaceous gland function. Clin Dermatol. 2016; 22(5): 360–
366.
4. Skincare [Internet]. Cambridge.org. [cited 2022 Aug 29]. Available from:
https://dictionary.cambridge.org/us/dictionary/english/skincare
5. Ozgok Kangal MK, Regan JP. Wound Healing. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing. 2022 Jan–. PMID: 30571027.
6. Lopez-Ojeda W, Pandey A, Alhajj M, Oakley AM. Anatomy, skin (integument). In:
StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing. 2021 Oct 22.
7. Yousef H, Alhajj M, Sharma S. Anatomy, skin (integument), epidermis. 2017.
8. Baroni A, Buommino E, De Gregorio V, Ruocco E, Ruocco V, Wolf R. Structure and
function of the epidermis related to barrier properties. Clinics in dermatology. 2012 May
1; 30(3): 257-62.
9. Kalangi SJ. Histofisiologi kulit. Jurnal Biomedik: JBM. 2013; 5(3).
10. Bedaso, Asres, Emnet Kebede, and Tariku Adamu. Assessment of skin-to-skin contact
(SSC) during the postpartum stay and its determinant factors among mothers at public
health institutions in Ethiopia. BMC research notes 12.1 .2019: 1-7.
11. Passeron, T., et al. Adult skin acute stress responses to short ‐termenvironmental and
internal aggression from exposome factors. Journal of the European Academy of
Dermatology and Venereology 35.10 .2021: 1963-1975.
12. Chaudhary M, Khan A, Gupta M. Skin aging: Pathophysiology and current market
treatment approaches. Current Aging Science. 2020 May 1; 13(1): 22-30.
13. Flint B, Tadi P. Physiology, aging. 2020.
14. Song J, Xian D, Yang L, Xiong X, Lai R, Zhong J. Pruritus: progress toward
pathogenesis and treatment. BioMed research international. 2018 Apr 11.
15. Avila C, Massick S, Kaffenberger BH, Kwatra SG, Bechtel M. Cannabinoids for the
treatment of chronic pruritus: A review. Journal of the American Academy of
Dermatology. 2020 May 1; 82(5): 1205-12.
16. Tivoli YA, Rubenstein RM. Pruritus: An updated look at an old problem. The Journal of
clinical and aesthetic dermatology. 2009 Jul; 2(7): 30.
17. Chung BY, Um JY, Kim JC, Kang SY, Park CW, Kim HO. Pathophysiology and
treatment of pruritus in elderly. International Journal of Molecular Sciences. 2020 Dec
26; 22(1): 174.
18. Yan HM, Zhao HJ, Guo DY, Zhu PQ, Zhang CL, Jiang W. Gut microbiota alterations in
moderate to severe acne vulgaris patients. J Dermatol. 2018 Oct; 45(10): 1166-1171.
19. Juhl CR, Bergholdt HKM, Miller IM, Jemec GBE, Kanters JK, Ellervik C. Dairy Intake
and Acne Vulgaris: A Systematic Review and Meta-Analysis of 78,529 Children,
Adolescents, and Young Adults. Nutrients. 2018 Aug 09; 10(8).
20. George RM, Sridharan R. Factors Aggravating or Precipitating Acne in Indian Adults: A
Hospital-Based Study of 110 Cases. Indian J Dermatol. 2018 Jul-Aug; 63(4): 328-331.
21. Motosko CC, Zakhem GA, Pomeranz MK, Hazen A. Acne: a side-effect of
masculinizing hormonal therapy in transgender patients. Br J Dermatol. 2019 Jan;
180(1): 26-30.
22. Zaenglein AL, Pathy AL, Schlosser BJ, et al. Guidelines of care for the management of
acne vulgaris. J Am Acad Dermatol. 2016; 74(5): 945-73.
23. Yenny SW. Resistensi Antibiotik Pada Pengobatan Akne Vulgaris. MDVI. 2018; 45(2):
111-115.
24. Sibero HT, Putra I, Anggraini DI. Tatalaksana terkini acne vulgaris. JK Unila JURNAL
KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG. 2019; 3(2): 313-20.
25. Penzer R. & Ersser S. Principles of Skin Care: A Guide for Nurses and Health Care
Practitioners. 1nd ed. s.l.: John Wiley & Sons. 2010.
26. Pierce, A. Treating Diverse Pigmentation. Stamford, CT: Cengage Learning. 2012.
27. Allure. What Is Toner, Anyway? Our Guide to the Benefits of Toner in Your Skin-Care
Routine. 2022.
28. Byrdie. What Does Face Toner Do? We Asked the Experts. 2022.
29. Ejollify. The Different Types of Toners, Explained. 2022.
30. WebMD. The Truth About Facial Serums. 2021.
31. Badger Balm.com. What is SPF Sunscreen?. 2021.
32. Eminence Organic Skin Care of Hungary. The Benefits of Sunscreen: Why Do I Need To
Wear SPF Every Day?. 2021.
33. Herman TF, Bordoni B. Wound classification. 2020.
34. Richardson, Cliff, Dominic Upton, and Mark Rippon. Treatment for wound pruritus
following burns. Journal of wound care 23.5. 2014: 227-233.
35. Eslami A, Gallant-Behm CL, Hart DA, Wiebe C, Honardoust D, Gardner H, Häkkinen L,
Larjava HS. Expression of integrin αvβ6 and TGF-β in scarless vs scar-forming wound
healing. Journal of Histochemistry & Cytochemistry. 2009 Jun; 57(6): 543-57.
36. Lawrence WT. Wound Healing Biology and Its Application to Wound Management:
O’Leary P. The Physiologic Basis of Surgery. 3rd Ed.
37. Leong M, Phillips LG. Wound Healing. In: Sabiston Textbook of Surgery.
38. Zhang J, Lin W, Lin H, Wang Z, & Dong H. Identification of skin electrical injury using
infrared imaging: a possible complementary tool for histological examination. PLoS one.
2017; 12(1): e0170844.
39. Pathology outlines. Available from:
https://www.pathologyoutlines.com/topic/forensicsgunshotwounds.html
40. Selçuk C T, Durgun M, Tekin R, Yolbas L, Bozkurt M, Akçay C, & Basarali MK.
Evaluation of the effect of thymoquinone treatment on wound healing in a rat burn model.
Journal of Burn Care & Research. 2013; 34(5): e274-e281.
41. Li CW, Wang Q, Li J, Hu M, Shi SJ, Li ZW, & Lu LC. Silver nanoparticles/chitosan
oligosaccharide/poly (vinyl alcohol) nanofiber promotes wound healing by activating
TGFβ1/Smad signaling pathway. International Journal of Nanomedicine. 2016; 11: 373.
42. Upton, Dominic, et al. Wound pruritus: prevalence, aetiology and treatment. Journal of
wound care 22.9. 2013; 501-508.
43. Purnama H, Sriwidodo S, Mita SR. Proses Penyembuhan Luka dan Perawatan Luka.
Jurnal Unpad. 2017; 2(15).
44. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. 2016.
45. Indonesia KK. Standar kompetensi dokter. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia. 2019.
46. Ganceviciene, R., Liakou, A. I., Theodoridis, A., Makrantonaki, E., & Zouboulis, C. C.
Skin anti-aging strategies. Dermato-endocrinology. 2012; 4(3): 308-319.
47. Puizina-Ivic, N. Skin aging. Acta Dermatovenerologica Alpina Panonica Et Adriatica.
2008; 17(2), 47.
48. NOOR, Noorhuzaimi Mohd, et al. Development of Skin Care Routine Support System.
Advanced Science Letters. 2018; 24(10): 7830-7833.
49. Zahruddin, A, et al. Penuaan kulit: patofisiologi dan manifestasi klinis. Berkala Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin, 2018, 30.3: 208-215.
50. Sadler TW. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 10. Jakarta: EGC; 2009.
51. Keith L. Moore, T.V.N (Vid) Persaud, Mark G. Torchia. The Developing Human
Clinically Oriented Embryology. 10th edition. 2016.
52. Kamus Dorland. 32th Ed.
53. Sutaria AH, Masood S, Schlessinger J. Acne vulgaris. InStatPearls [Internet]. 2021 Aug
9.
54. Andriana R, Effendi A, Berawi KN. Hubungan Antara Penggunaan Kosmetik Wajah
Terhadap Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung. Lampung : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung; 2014.
55. Sari HK. Perbandingan Kualitas Hidup Akne Vulgaris Tipe Ringan Dengan Akne
Vulgaris Tipe Berat Di Rsud. Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung 2018[skripsi].
Bandar Lampung: Universitas Malahayati; 2018.
56. Sari RN. Hubungan Diet Tinggi Lemak Dan Stres Dengan Kejadian Akne Vulgaris Pada
Mahasiswa Angkatan 2012-2015 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Fakultas
Kedokteran, Universitas Lampung[skripsi]. Bandar Lampung: Universitas Lampung;
2016.
57. Yandi RA, Sibero HT dan Fiana DN. Quality Of Life Of Acne Vulgaris Patient In
Dr.H.Abdul Moeloek Hospital At Lampung. J Majority. 2014, 2:139-145.
58. Nunez Lopez O, Cambiaso-Daniel J, Branski LK, Norbury WB, Herndon DN. Predicting
and managing sepsis in burn patients: current perspectives. Ther Clin Risk Manag.
2017;13:1107-1117.
59. Mertens DM, Jenkins ME, Warden GD. Outpatient burn management. Nurs Clin North
Am. 1997 Jun;32(2):343-64.
PARAF NILAI