Anda di halaman 1dari 28

Bed Side Teaching

KONJUNGTIVITIS BAKTERIALIS

Oleh:
Mustika Febriani Rizona 1010312073
Erinne
1010313091
Vivi Hafizarni
0810313172

Pembimbing:
dr. Getry Sukmawati, Sp.M(K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL
PADANG
2015

BAB 1
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
-

Nama
Jenis Kelamin
Usia
Alamat
Pekerjaan
Tanggal Pemeriksaan

: Nn. A
: Perempuan
: 32 tahun
: Indarung, Padang
: Ibu Rumah Tangga
: 09 Juni 2015

Anamnesa
Keluhan Utama :
Mata kanan terasa gatal,merahdanberairsejak 1 minggu yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
- Mata kanan merah dan berairsejak 1 minggu yang lalu
- Mata kanan terasa ada yang mengganjal dan gatal sejak 1 minggu yang
-

lalu sehingga pasien menggosok-gosok matanya


Mata kanan berair, nyeri dan merah
Bengkak pada mata kanan sejak 5 hari yang lalu
Riwayat keluar sekret pada mata (+) ,terutama pada pagi hari
Sekitar 9 hari yang lalu pasien ada kontak dengan pasien lain yang

menderita sakit mata


Riwayat mata silau terkena cahaya (-)
Riwayat kemasukan benda asing disangkal
Riwayat memakai lensa kontak disangkal
Pasien pernah berobat ke dokter spesialis mata dan diberikan obat tetes
mata dengan botol berwarna merah muda dan putih.

Riwayat Penyakit Dahulu


- Pasien tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya
- Riwayat alergi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama
Pemeriksaan Fisik
:
- Keadaan Umum
: Baik
- Tekanan Darah
: 100/80
- Frekuensi Nadi
: 86x/menit
- Frekuensi Nafas
: 18x/menit
- Suhu
: Afebris
Status Oftalmologis

STATUS

OD

OS

OFTALMIKUS

Visus
koreksi
Visus

tanpa 5/5

5/5

dengan -

koreksi
Refleks fundus
Silia / supersilia

+
- Trikiasis (-)

+
- Trikiasis (-)

Palpebra superior

Madarosis (-)
Edema (+)

- Madarosis (-)
Edema (-)

Palpebra inferior

Edema (-)

Edema (-)

Aparat lakrimalis
Konjungtiva

Hiperlakrimasi
Normal
Hiperemis (+), Papil (-), folikel Hiperemis (-), Papil (-),

Tarsalis
Konjungtiva

(-)
Hiperemis (+)

folikel (-)
Hiperemis (-)

Forniks
Konjungtiva Bulbii Injeksi siliar (-)

Sklera
Kornea
Kamera

Injeksi siliar (-)

Injeksi konjunktiva (+)

Injeksi konjunktiva (-)

Hemoragik subkonjunktiva (+)

Hemoragik

Hiperemis
Bening

subkonjunktiva (-)
Putih
Bening

Okuli Cukup dalam

Anterior
Iris
Pupil

Cukup dalam

Coklat
Refleks cahaya (+/+),

Coklat
Refleks

cahaya

diameter = 2-3 mm, bulat, diameter =

(+/+),

2-3 mm,

sentral
Bening
Bening

bulat, sentral
Bening
Bening

- Media

Media bening

Media bening

-Papil optikus

Papil bulat, batas tegas.

Papil bulat, batas tegas.

- Makula

c/d = 0,3-0,4
Refleks fovea (+)

c/d = 0,3-0,4
Refleks fovea (+)

- aa/vv retina

aa : vv = 2 : 3

aa : vv = 2 : 3

- Retina

Eksudat (-), perdarahan (-)

Eksudat (-), perdarahan

Lensa
Korpus vitreum
Fundus :

(-)
Tekanan

bulbus Normal palpasi

Normal palpasi

okuli
Posisi bulbus okuli Ortho
Gerakan
bulbus Bebas

Ortho
Bebas

okuli
Gambar

Diagnosis Kerja
- Konjungtivitis bakterialis akut OD
Diagnosis Banding
- Konjungtivitis Viral
- Konjungtivitis Alergi
Anjuran Pemeriksaan
- Pewarnaan gram dan giemsa
- Pemeriksaan KOH
Rencana Terapi
- Nasihat : Pasien di istirahatkan/di isolasi di rumah, dilarang menggosokgosok mata dengan tangan melainkan dengan menggunakan tisu bersih
yang sekali buang, menjaga higien perorangan pasien dan keluarga,
-

usahakan tidur dengan posisi miring ke mata yang sakit.


Medikamentosa :
1. Ulcori 6x1 ODS
2. Cenfresh 8x1 ODS
3. Ciprofloxacin oral 2x1 tab

BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1

Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis, bersama

dengan kornea dan limbus membentuk epitel permukaan okular. Fungsinya cukup
penting untuk kesehatan okuler karena kontribusinya terhadap tear film dan juga
proteksi okuler.1,4
Konjungtiva meliputi 3 macam yaitu konjungtiva bulbar, konjungtiva forniks dan
konjungtiva palpebra.

Gambar 1: G.Lang. 2nd ed. 2006. Atlas Ophtalmology. New York.General


Notes on the Causes, Symptoms and Diagnosis of Conjunctivitis.
Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior dari kelopak mata
dan melekat erat ke tarsus. Ditepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat
ke posterior (pada fornik superior dan inferior) dan membungkus jaringan
episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris.1,4
Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbital di forniks dan
melipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan
memperbesar

permukaan

konjungtiva

sekretorik

(duktus-duktus

kelenjar

lakrimalis bermuara ke forniks temporal superior).1,4


Lipatan konjungtiva bulbaris yang tebal, mudah bergerak dan lunak (plica
semilunaris) terletak di kanthus internus dan membentuk kelopak mata ketiga

beberapa hewan. Struktur epidermoid kecil semacam daging (karunkula)


menempel superficial ke bagian dalam plika semilunaris dan merupakan zona
transisi yang mengandung elemen kulit dan membran mukosa.1,4
2.2

Histologi Konjungtiva
Lapisan epitel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima lapisan sel epitel

silindris bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva didekat


limbus diatas karunkula dan didekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak
mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa. Sel-sel epitel superficial mengandung
sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel
goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara mata diseluruh
lapisan prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat daripada sel-sel
superficial dan didekat limbus dapatmengandung pigmen.4
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan
lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan
dibeberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum
germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2
atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus
bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler. Lapisan
fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus.
Hal

ini

dapat

menjelaskan

gambaran

reaksi

papiler

pada

radang

konjungtiva.Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata.4


Kelenjar lakrimal asesorius (kelenjar krause dan wolfring) yang
strukturdan fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak didalam stroma. Sebagian
besar kelenjar krause berada di forniks atas dan sedikit ada di forniks bawah.
Kelenjar wolfring terletak di tepi atas tarsus atas.4
2.3

Konjungtivitis

2.3.1

Definisi Konjungtivitis
Konjungtivitis bakterialadalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh

dilatasi vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi, atau radang pada selaput lendir
yang menutupi belakang kelopak dan bola mata yang disebabkanolehbakteri.2,3

2.3.2

Epidemiologi
Radang konjungtiva (konjungtivitis) adalah penyakit mata yang paling

umum di dunia. Penyakit ini bervariasi dari hiperemia ringan dengan berair mata
sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental.3,5
2.3.3

Etiologi
Faktorrisikountukkonjungtivitisbakterialisadalahkebiasaanhigienitas yang

buruk,

higienitaslensakontak

yang

buruk,

pascaoperasimata,

immunocompromised, penyakitmatasepertidry-eye, danpenggunaanobat topical


berkepanjangan.6,7
Mikroorganisme

yang

menjadipenyebabkonjungtivitisbakterialisantara

lain:2
- Neisseria gonorrhoeae
- Neisseria meningtidis
- Streptococcus pneumonia
- Staphylococcus aureus
- Pseudomonasaeruginosa
- Moraxella lacunata
- Proteus mirabilis
- Corynebacteriumdiptheriae
Kokus Gram Positif
Stafilokokus sp
Stafilokokus hidup normal pada kulit, kelenjar pada kulit dan
membran mukosa pada mamalia sehat. Bakteri ini tumbuh
seperti kumpulan buah anggur pada kultur namun bisa terlihat
terpisah-pisah, berpadangan atau pada rantai pendek pada
hapusan spesimen okular. Stafilokokus memproduksi biofilm
eksternal

yang

mengganggu

dengan

fagositosis

dan

mensekresikan berbagai protein ekstraseluler termasuk toxin,

enzim dan activator enzim untuk memfasilitasi koloni dan


penyakit.
Stafilokokus juga memproduksi lantibiotics, sebuah polipeptida
kecil yang memiliki efek antibacterial pada bakteri lain yang
berkompetisi untuk habitat natural yang sama. Stafilokokus
cepat

beradaptasi

dan

bisa

menimbulkan

resistensi

agen

antibakteri seperti -laktam, makrolida, tetrasiklin dan quinolon. 2


Streptokokus sp
Streptokokus hidup normal pada membrane mukosa traktus
respiratorius bagian atas dan traktus genitalia wanita. Mikroba ini
tumbuh berpasangan atau membentuk rantai.S, Pneumonia
muncul pada hapusan berbentuk lancet diplokokus dan memiliki
kapsul polisakarida yang menghambat fagositosis dari makrofag
dan neutrofil. Toksin pneumolisin dibebaskan oleh autolysis dan
menghambat kemotaksis neutrofil, fagositosis, proliferasi limfosit
dan sintesis antibody.2

Gambar 2 Kokus Gram-negatif (Streptokokus


pneumoniae)
Enterokokus sp
Enterokokus merupakan kokus Gram positif yang bisa terlihat
berpasangan maupun rantai pendek. Bakteri ini dapat bertahan

10

hidup pada lingkungan yang buruk namun pada manusia, bakteri


ini komensal pada traktus gastrointestinal dan genitourinaria.2
KokusGram Negatif
Neisseria sp.
N Gonorrhoeae menyebabkan infeksi urogenital, rektal, dan
faringeal, sebagaimana juga menjadi penyebab konjungtivitis
hiperakut, dan bisa menginfasi epitel kornea yang intak,
menginduksi keratolisis pada stroma kornea dan menyebabkan
perforasi kornea. N. Gonorrhoeae selalu patogen, dan sangat
berhubungan erat dengan N. Meningitidis yang bisa saja
komensal pada faring tanpa menyebabkan penyakit. N.
gonorrhoeae berbentuk kacang, Gram negatif, diplokokus,
biasanya terlihat diantara neutrofil pada hapusan okular atau
hapusan genital.2

Gambar 3 Kokus Gram-negatif (Neisseria gonorrhoeae)

Basil Gram Negatif


11

Pseudomonas sp
Pseudomonas aeruginosa berbentuk Basil gram negatif yang
biasanya ditemukan pada air yang terkontaminasi. Infeksi ocular
P. Aeruginosa biasanya berat. Faktor virulen pada P. Aeruginosa
meliputi falgela polar, adhesin, dan fili permukaan. Bakteri ini
mensekresikan

sejumlah

toxin

yang

mengacaukan

sintesis

protein dan menghancurkan membran sel pada sel-sel okular dan


juga protease yang menghancurkan matriks ekstraselular stroma
kornea.

Gambar 4. Batang Gram negatif (Pseudomonas


Aeruginosa)
Family Enterobacteriaceae
Family Enterobacteriaceae termasuk eseresia koli, Klebsiela,
Enteribacter,
Proteus.

Citrobacter,

Seratia,

Salmonella,

Shigella

dan

Haemophilus sp
Haemophilus sp memiliki variasi pada morfologi nya dari
cocobasil hinggal basil pendek. Isolasi kultur diperlukan untuk
memperkaya media seperi agar coklat. Spesies ini merupakan
parasit obligat pada membrane mukosa mamalia dan dapat

12

dijumpai pada traktus respiratorius bagian atas dan mulut.


Bersama dengan streptokokus, bakteri ini merupakan agent
penyebab infeksi pada bleb setelah operasi glaucoma. H.
Influenzae type B (Hib) merupakan bakteri pathogen pada
manusia dan kapsulnya merupakan faktor virulensi utama.
2.3.4

Patofisiologi
Konjungtivitis bakteri di karakteristikkan dengan pertumbuhan dan

infiltrasi bakteri ke lapisan epitel

konjungtiva dan terkadang hingga lapisan

substansia

propia.

Sumberdariinfeksibakteribisadidapatmelaluikontaklangsungdengansekretdariindiv
idu

yang

terinfeksi

(biasanyamelaluikontakmata-tangan)

ataumenyebarmelaluikolonisasiorganismedarihidungdanmukosa sinus penderita.


Jaringanpadapermukaanmatadikolonisasioleh

flora

sepertistreptococci,

normal
staphylococci

danjenisCorynebacterium.Perubahanpadamekanismepertahanantubuhataupunpadaju
mlahkoloni flora normal tersebutdapatmenyebabkaninfeksi.Perubahanpada flora
normal

dapatterjadikarenaadanyakontaminasieksternal,

penyebarandari

organ

sekitarataupunmelaluialirandarah.
Mekanismepertahanan

primer

terhadapinfeksiadalahlapisanepitel

yang

meliputikonjungtivasedangkanmekanismepertahanansekundernyaadalahsistemimun
yang

berasaldariperdarahankonjungtiva,

terdapatpadalapisan

lisozimdanimunoglobulin
air

yang
mata,

mekanismepembersihanolehlakrimasidanberkedip.Adanyagangguanataukerusakanpad
amekanismepertahananinidapatmenyebabkaninfeksipadakonjungtiva. 2

2.3.5

Klasifikasi
American

Academy

Opthalmologymengklasifikasikonjungtivitisbakterialisberdasarkan
penyakitnya, seperti yang tercantum di tabel di bawahini:2
Onset Penyakit

Tingkat

OrganismePenyebab

Lambat (Hari - Minggu)

Keparahan
Ringan - Sedang

Staphylococcus aureus
Moraxella lacunata

13

of
onset

Proteus spp
Enterobacteriaceae
Akutatausubakut

(jam

Sedang Berat

hari)

Pseudomonas
Haemophilusinfluenzae

biotype

111*
Haemophilusinfluenzae
Streptococcus pneumonia

Hiperakut (< 24 jam)

Staphylococcus aureus
Neisseria gonorrhoeae

Berat

Neisseria meningitidis
2.3.6

Manifestasi Klinis
Umumnya,

konjungtivitisbakterialisbermanifestasidalambentukiritasidanpele
baranpembuluhdarah

(injeksi)

bilateral,

eksudatpurulendenganpalpebrasaling
melengketsaatbanguntidurdankadang-kadang

edema

palpebra.Infeksibiasanyamulaipadasatumatadanmelaluitanganm
enularkematasebelahnya.3,5,7
Gejala

yang

dirasakanpasiendapatbervariasiolehkarenaitupentingmengetahui
tandakonjungtivitisyaituberupa:
1. Hiperemia:
matatampakmerahakibatdilatasipembuluhdarahdanmerupa
kantandaklinis

yang

paling

mencolok.

Kemerahan paling

nyatapadakonjungtivaforniksdanmengurangkearahlimbus,
dikenaldenganinjeksikonjungtiva.
Warnamerahterangmengesankankonjungtivitisbakteri.3

14

yang

2. Mata

Gambar 5.Hiperemia di konjungtiva


berair
(epiphora):lakrimasi

yang

berlebihansebagairesponterhadapsensasibendaasingdaniritan.
3. Eksudasi:
eksudatberlapis-lapis
danamorfmengesankankonjungtivitisbakterial,

yang

biasanyamenyebabkanbanyakkotoranmatasaatbanguntidurpagihari.
Jikaeksudatberlebihandansalingmelengketnya

palpebral

agaknyadisebabkanolehbakteriatauklamidia.3

Gambar 6.Eksudasi
4. Pseudoptosisadalahturunnyapalpebra
karenainfiltrasikemuskullusmuller

(M.

superior
Tarsalis

superior).

Keadaaninidijumpaipadakonjuntivitisberat.
Mis.Trachomadankonjungtivitisepidemica.3
5. Hipertrofipapilar: reaksikonjungtiva
berupapapilkecil,

licin,

Bilakonjungtivadengan

yang

nonspesifik,

sepertibeludru.
papilla

merahmengesankanpenyakitbakteri.3

15

Gambar 7. Papil pada konjungtivitis,A.


Mild Papil, B. Moderat papil C. Giant
Papil
Mild Papil, B. Moderat papil C.

Gambar 8. Penampang melintang papil


6. Kemosis: pembengkakan konjungtiva yang mengarah pada
konjungtiva

alergika,

namun

dapat

timbul

pada

konjungtivitis bakterial (gonokok atau meningokok akut)


dan konjungtivitis adenoviral.3

16

Gambar 9.Kemosis
7. Folikel: hyperplasia limfoid flokal di dalam lapisan limfoid
konjungtiva yang terdiri dari sentrum germinativum yang
paling sering ditemukan pada infeksi virus dan klamidia.3

Gambar 10.Folikel di konjungtiva


8. Pseudomembran dan membrane adalah hasil proses eksudatif pada infeksi
berat atau konjungtivitis toksik. Pseudomembran: suatu pengentalan diatas
permukaan epitel yang bila diangkat epitelnya tetap utuh. Membran:
pengentalan

yang

meliputi

seluruh

epitel,

yang

bila

diangkat,

meninggalkan permukaan yang kasar dan berdarah. Dapat ditemukan pada


konjungtivitis streptokok dan difetria.3

Gambar11. Pseudomembran dan Membran


9. Fliktenula : reaksi hipersensitivitas lambat terhadap antigen mikroba,
misal

antigen

stafilokok

atau

17

mikrobakterial.

Diawali

dengan

perivaskulitis limfositik yang kemudian berkembang menjadi ulkus


konjungtiva.3
10. Limfadenopati periaurikular: pembesaran kelenjar getah bening yang
dapat disertai rasa nyeri pada infeksi akibat herpes simpleks, konjungtivitis
inklusi atau trakoma. 3
2.3.7 Diagnosis
Diagnosis konjungtivitis bakterial ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang
secara sugestif menunjukkan kemungkinan terjadinya infeksi
bakteri.

Walaupun

diagnosis

konjungtivitis

bakterial

secara

etiologis harus dikonfirmasi lewat identifikasi organisme patogen


melalui kultur, diagnosis pada sebagian besar kasus dapat
ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
cermat. Pemeriksaan penunjang, dalam bentuk kultur dan studi
mikrobiologis, jarang dilakukan pada kasus suspect konjungtivitis
bakterial yang rutin didapatkan di klinik karena sebagian besar
kasus bersifat self-limited dan berespons baik dengan terapi
empirik berspektrum luas.9
Secara

klinis,

diagnosis

konjungtivitis

bakterial

dibagi

berdasarkan derajat purulensinya (mukopurulen, purulen) dan


onsetnya (hiperakut, akut, kronik).9 Setiap jenis konjungtivitis
bakterial tersebut dapat dibedakan atas gambaran klinisnya dan
tanda-tanda yang didapatkan lewat pemeriksaan fisik. Agen
etiologik terbanyak yang menyebabkan jenis-jenis konjungtivitis
bakterial ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Agen patogen terbanyak pada konjungtivitis
bakterial
HIPERAKUT
Neisseria gonorrheae
Neisseria meningitidis

AKUT

KRONIK

Staphylococcus

Staphylococcus

aureus
Streptococcus

aureus
Moraxella lacunata

18

pneumoniae
Haemophilus

Enteric bacteria

influenzae
a. Konjungtivitis bakterial hiperakut

Konjungtivitis bakterial hiperakut terjadi dengan onset


yang sangat cepat dengan gejala berat. Dari anamnesis,
penyakit ini biasanya ditemukan pada orang dewasa yang
aktif secara seksual dan kadang-kadang ditemukan pada
neonatus. Transmisi terjadi akibat kontak dengan urin atau
sekret genital yang terinfeksi, baik lewat transmisi silang
dengan penderita infeksi kelamin ataupun autoinfeksi lewat
kontak mata dengan tangan sendiri. Pasien mengeluhkan
gejala mata merah dengan sekret purulen kental yang
timbul dalam waktu 24 jam setelah kontak.6,10
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan eksudasi purulen
berwarna
kemosis,

kuning

kehijauan

hiperemis

Pseudomembran

yang

konjungtiva,

dan

banyak
dan

membran

pada

edema

mata,

palpebra.

konjungtiva

dapat

ditemukan dan dapat menyebabkan rasa tidak nyaman,


nyeri, dan gatal pada mata. Apabila tidak ditangani, kondisi
ini dapat berlanjut secara cepat dan progresif menjadi
infiltrasi kornea, pembentukan abses, dan perforasi kornea. 9
Limfadenopati preaurikuler, dalam bentuk nodus lunak
(tender nodes), dan pembentukan membran konjungtiva
dapat ditemukan pada infeksi gonococcus.6,8
Pemeriksaan
apusan

(smear)

konjungtivitis

penunjang
harus

purulen

dalam

bentuk

segera

dilakukan

hiperakut.

Sampel

kultur
pada
diambil

dan
kasus
dari

kerokan konjungtiva dan diinokulasikan secara langsung


pada

agar coklat atau media Thayer-Martin. Pemeriksaan

kerokan konjungtiva secara langsung dibawah mikroskop

19

dengan pewarnaan Gram menunjukkan bakteri diplococci


Gram-negatif yang berada dalam leukosit polimorfonuklear
atau menempel pada sel epitel.6,9

Gambar 12. Konjungtivitis bakterial gonococcus


dengan eksudat purulen yang sangat banyak
b. Konjungtivitis bakterial akut
Konjungtivitis
konjungtivitis

bakterial

mukopurulen

(kataralis)
akut

akut

merupakan

atau
bentuk

terbanyak dari konjungtivitis bakterial. Penyakit ini terjadi


dengan onset cepat, biasanya kurang dari 2 hari, dan
ditandai

dengan

hiperemis

konjungtiva

dan

sekret

mukopurulen. Pada awalnya, infeksi akan terjadi secara


unilateral namun mata yang awalnya tidak terinfeksi dapat
terlibat lewat inokulasi silang dalam waktu 2-3 hari. 3,9
Konjungtivitis bakterial sangat menular dan pada anamnesis
seringkali ditemukan adanya riwayat kontak sebelumnya
dengan penderita lain.
Penderita

konjungtivitis

bakterial

akut

biasanya

mengeluhkan banyaknya kotoran mata saat bangun tidur


dan kelopak mata yang saling lengket.5 Selain itu, gejala lain
yang

sering

dikeluhkan

oleh
20

penderita

konjungtivitis

bakterial akut adalah sensasi benda asing di mata dan


banyak mengeluarkan air mata.
Penyebab terbanyak konjungtivitis bakterial akut pada
orang dewasa adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus
pneumoniae, dan Haemophilus influenzae. Streptococcus
viridans

dan

Streptococcus

pyogenes

juga

dapat

menyebabkan konjungtivitis bakterial akut dan konjungtivitis


akut akibat S. pyogenes biasanya dapat menginduksi
terbentuknya

reaksi

membranosa

terutama

pada

konjungtiva bulbi. Konjungtivitis akut akibat S. aureus dapat


menjadi kronik karena kemampuannya untuk menempel
pada margo palpebra dan menyebabkan blefaritis. Pada
anak-anak, penyebab terbanyak adalah S. pneumoniae dan
H. influenzae dan biasanya diasosiasikan dengan kejadian
otitis media. Konjungtivitis akibat H. influenzae bertahan
lebih

lama

dan

sering

ditandai

dengan

perdarahan

subkonjungtiva dan infiltrat kornea perilimbus.7


Tanda-tanda

lain

yang

sering

ditemukan

pada

pemeriksaan fisik dalam kasus konjungtivitis bakterial akut


adalah

perdarahan

subkonjungtiva,

kemosis,

hipertrofi

papiler seperti beludru, dan keratitis epitelial punctata.7


Visus

biasanya

baik

dan

jarang

ditemukan

menurun.

Pemeriksaan penunjang lewat kultur biasanya tidak perlu


dilakukan karena gejala penyakit ini cukup khas sehingga
diagnosis

dapat

pemeriksaan

fisik

ditegakkan
yang

lewat

cermat

dan

anamnesis
terapi

dan

biasanya

dilakukan secara empirik menggunakan antibiotik spektrum


luas dengan respon yang baik.
c. Konjungtivitis bakterial kronik
Konjungtivitis

bakterial

kronik

merupakan

bentuk

konjungtivitis yang terjadi dalam waktu 4 minggu atau lebih.


Konjungtivitis bakterial kronik biasanya terjadi bilateral
21

dengan penyebab terbanyak adalah Staphylococcus aureus.


Konjungtivitis kronik akibat S. aureus biasanya ditandai
dengan ulkus konjungtiva pada margo palpebra, infiltrat
kornea marginal, dan fliktenula.7Moraxella lacunata dapat
menyebabkan

blefarokonjungtivitis

angular

kronik

yang

ditandai dengan krusta serta ulkus pada kantus medial dan


lateral.

Agen

etiologik

lain

yang

ditemukan

pada

konjungtivitis bakterial kronik adalah bakteri enterik Gram


negatif

(Proteus

spp.,

Klebsiella

pneumoniae,

Serratia

marcescens, Escherichia coli).


Pada anamnesis, gejala yang banyak didapatkan pada
pasien adalah sensasi benda asing dengan sekret yang
minimal. Mata tidak terlalu merah dan biasanya hiperemis
konjungtiva

didapatkan

ringan.

Selain

itu,

biasanya

didapatkan riwayat blefaritis dan penyakit pada ductus


lacrimalis

pada

pasien.7

Pemeriksaan

fisik

dapat

menunjukkan adanya injeksi konjungtiva ringan, reaksi


papiler atau folikuler, dan sekret mukopurulen pada mata.
Pada infeksi kronik stafilokokus, tanda-tanda klinis yang
sering ditemukan adalah hiperemis konjungtiva difus dengan
papila atau folikel, sekret mukopurulen yang minimal, dan
penebalan konjungtiva. Eritema palpebra, telangiektasia,
koleret, hordeolum rekuren, dan ulkus pada basis cilia dapat
ditemukan pada kasus ini dan ulkus marginal stafilokokal
sering terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan baik.
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menentukan
agen etiologik dan sumber infeksi ulang pada kasus
konjungtivitis bakterial kronis. Pemeriksaan mikrobiologik
dilakukan lewat kultur dan hendaknya uji resistensi juga
dilakukan. Evaluasi sistem lakrimal dengan irigasi dan kultur
hendaknya dilakukan karena kanalikuli dan saccus lacrimalis

22

dapat menjadi reservoir bakteri yang memungkinkan infeksi


ulang.7
2.3.8 Diagnosis Banding

Konjungtivitis viral akut

Blefaritis

Konjungtivitis alergi

Konjungtivitis toksik

Uveitis anterior, episkleritis, dan skleritis

2.3.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan konjungtivitis bakterial dilakukan sesuai
jenis

klinisnya

dan

biasanya

dilakukan

lewat

terapi

medikamentosa. Tindakan konservatif, seperti kompres hangat


pada mata dan pembersihan sekret, dapat dilakukan untuk
membantu mempercepat penyembuhan.9
Sebagian

besar

tatalaksana

konjungtivitis

bakterial

dilakukan dengan pemberian antibiotik spektrum luas karena


kasus

terbanyak

konjungtivitis

bakterial

bersifat

akut

dan

merespon terapi antibiotik spektrum luas dengan baik. 7 Terapi


spesifik hanya dapat diberikan sesuai agen etiologiknya yang
diketahui lewat pemeriksaan mikrobiologik.
Konjungtivitis bakterial akut yang ringan biasanya dapat
sembuh sendiri, namun terapi dengan antibiotik membantu
mempercepat penyembuhan dan menurunkan morbiditas. Pada
kasus rutin, terapi empiris dengan menggunakan antibiotik
spektrum luas selama 7-10 hari akan mempercepat resolusi dan
mengurangi

tingkat

keparahan

penyakit.8

Antibiotik

yang

digunakan dalam terapi empirik biasanya merupakan antibiotik


topikal spektrum luas dengan cakupan Gram positif yang baik
seperti florokuinolon generasi kedua (ciprofloxacin, ofloxacin)
atau ketiga (levofloxacin), sodium sulfacetamide 10%, neomycinpolymyxin B-gramicidin, atau trimethoprim-polymyxin B.

23

Terapi medikamentosa pada kasus konjungtivitis bakterialis


hiperakut diarahkan pada patogen spesifiknya. Jika dipastikan
terjadi akibat bakteri gonococcus, terapi harus diberikan secara
sistemik. Pada pasien dewasa dengan konjungtivitis gonococcus,
terapi

terpilih

adalah

injeksi

ceftriaxone

gram

secara

intramuskular. Ciprofloxacin 500 mg per oral, ofloxacin 400 mg


per oral, atau spectinomycin 2 gram IM dapat diberikan jika
terdapat alergi penisilin.7 Apabila telah terdapat ulkus kornea,
pasien harus dirawat inap di rumah sakit dan mendapatkan
ceftriaxone 1 gram IV setiap 12 jam selama 3 hari. Terapi
antibiotik topikal dapat diberikan dalam bentuk salep mata
eritromisin, ciprofloxacin, atau bacitracin setiap 1-2 jam. 10 Selain
pemberian obat-obatan, sekren purulen diirigasi setiap 30-60
menit dengan menggunakan normal saline atau larutan garam
fisiologis lainnya agar sel-sel inflamatorik, debris, dan enzim
proteolitik

yang

berperan

dalam

penipisan

kornea

dapat

disingkirkan.7 Pasien seringkali dianjurkan untuk mendapatkan


profilaksis berupa dosis tunggal azitromicin 1 gram per oral atau
doksisiklin 100 mg per oral 2 kali sehari selama 7 hari karena
seringnya infeksi konkuren akibat Chlamydia trachomatis. Pada
kasus konjungtivitis meningococcus, terapi sistemik diberikan
dengan

memberikan

penisilin

300.000

IU/kg/hari

atau

ceftriaxone 100 mg/kg/hari. Setiap orang yang melakukan kontak


erat

dengan

pasien

konjungtivitis

bakterialis

hiperakut

hendaknya mendapat profilaksis berupa rifampicin 600 mg dua


kali sehari selama 2 hari atau dosis tunggal ciprofloxacin 500 mg.
Terapi pada kasus konjungtivitis bakterial kronik dilakukan
sesuai uji resistansi antibiotik pada patogen penyebabnya
disertai dengan usaha menjaga higienitas kelopak mata dan
sistem lakrimal. Salep mata eritromisin atau bacitracin dapat
diberikan untuk membantu proses penyembuhan.10 Higiene
kelopak

mata

dijaga

dengan
24

melakukan

kompres

hangat,

pembersihan menggunakan sampo non-iritatif/sampo bayi, dan


pemijatan lembut pada kelopak mata karena orificium kelenjar
Meibom pada dasar bulu mata biasanya dapat menjadi tempat
perkembangbiakan patogen penyebab infeksi. Canaliculus atau
saccus lacrimalis seringkali menjadi reservoir bakteri sehingga
diperlukan irigasi dan pemberian antibiotik oral. Pemberian
tetrasiklin atau doksisiklin secara oral sangat bermanfaat pada
kasus yang lebih parah10
Selain

pemberian

terapi

medikamentosa,

penderita

konjungtivitis bakterial hendaknya beristirahat di rumah selama


1-3 hari dan mengurangi kontak dengan orang lain untuk
mencegah penularan.6 Pasien disarankan untuk selalu mencuci
tangan, tidak berenang, dan tidak menggunakan ulang tisu atau
saputangan yang dipakai untuk membersihkan sekret di mata.
2.3.10

Komplikasi

Komplikasi terjadi apabila konjungtivitis bakterial tidak


ditatalaksana dengan baik dan sering ditemukan pada kasus
konjungtivitis bakterial kronik. Blefaritis dapat terjadi pada
konjungtivitis bakterial kronik akibat kolonisasi margo palpebra
oleh S. aureus. Jaringan parut konjungtiva dapat mengikuti
konjungtivitis pseudomembranosa dan membranosa. 5 Apabila
kasus cukup berat, dapat ditemukan ulserasi kornea dan
perforasi.
Ulkus

kornea

marginal

dapat

terjadi

pada

infeksi

N.

gonorrhoeae, H. influenzae subtipe III (H. aegyptius), S. aureus,


dan M. catarrhalis.7 Ulkus kornea berat dan perforasi kornea
seringkali dijumpai pada konjungtivitis gonokokus karena N.
gonorrhoeae mampu melakukan penetrasi melalui epitel kornea
yang intak secara langsung dalam waktu kurang dari 24 jam. 10
Apabila produk toksik N. gonorrhoeae berdifusi melalui kornea
dan masuk ke dalam COA, dapat terjadi iritis toksik.
25

Komplikasi ekstraokuler dapat terjadi pada beberapa kasus


konjungtivitis bakterial. Anak yang menderita konjungtivitis
akibat H. influenzae biasanya dapat mengalami otitis media dan
meningitis

didapatkan

terjadi

pada

18

dari

kasus

konjungtivitis meningokok primer akibat N. meningitidis.11


2.3.11

Prognosis

Konjungtivitis bakterial biasanya bersifat self-limited, kecuali


pada kasus-kasus berat dan hiperakut. Sebagian besar kasus
mengalami resolusi dalam waktu 2 minggu tanpa pengobatan.
Suatu tinjauan sistematik pada tahun 2004 menunjukkan lebih
dari 65% penderita konjungtivitis bakterial yang diberi plasebo
dapat mengalami perbaikan klinis signifikan dalam waktu dua
hingga lima hari.11 Kasus-kasus konjungtivitis bakterial berat
dapat menyebabkan komplikasi sistemik atau komplikasi lokal,
terutama pada kornea, seperti ulkus kornea dan meningitis.

BAB 3
DISKUSI

26

Telah dilaporkan seorang pasien wanita berusia32 tahun datang ke


polimataRSUP M Djamil Padang dengan keluhan utama mata kanan terasa gatal,
merah dan berair sejak 1 minggu yanglalu. Pasiendidiagnosadengankonjungtivitis
bakterialis akut OD.Diagnosaditegakkandari anamnesis danpemeriksaanfisik yang
dilakukanterhadappasien.
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluh mata kanan terasa
gatalsejak 1 minggu yang lalu.Pasien merasakan mata kanannya terasa ada yang
mengganjal dan gatal sehingga pasien sering menggosok-gosok matanya.Mata
kanan pasien terasa nyeri,berair dan merah.Sejak 5 hari yang lalu pasien
mengeluhkan mata kanannya bertambah bengkak.
Pasien mengaku mempunyai riwayat kontak dengan tetangganya yang
menderita penyakit mata. Dari pemeriksaan oftamologi, visus tanpa koreksi
adalah OD 5/5 dan visusOS 5/5. Pada mata kanan pasien ditemukan hiperemis
pada konjungtiva tarsalisdankonjungtivaforniks, padakonjungtivabulbiterdapat
injeksi konjungtiva, bengkak pada palpebra superior, hiperlakrimasi dan banyak
terdapat sekret mukopurulen.
Penemuanpada

anamnesis

danpemeriksaanfisikpadapasienmenunjangdiagnosakerjakonjungtivitis

akut

bakterialis OD.Tanda-tanda yang sering ditemukan pada pemeriksaan fisik dalam


kasus konjungtivitis bakterial akut adalah perdarahan subkonjungtiva, kemosis,
hipertrofi papiler seperti beludru.7 Visus biasanya baik dan jarang ditemukan
menurun seperti pada pasien ini. Pemeriksaan penunjang lewat kultur biasanya
tidak perlu dilakukan karena gejala penyakit ini cukup khas sehingga diagnosis
dapat ditegakkan lewat anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat dan terapi
biasanya dilakukan secara empirik menggunakan antibiotik spektrum luas dengan
respon yang baik.
Pasien diobati dengan pemberian obat air matabuatan (artificial tear film)
dan antibiotik topikal 8 kali sehari, sertapemberian antibiotik dan anti inflamasi
oral 2 kali sehari.Pada pasien juga diberi nasehat agar tidak keluar rumah selama
beberapa hari, Higiene kelopak mata dijaga dengan melakukan kompres hangat,
pembersihan menggunakan sampo non-iritatif/sampo bayi, dan pemijatan lembut
pada kelopak mata karena orificium kelenjar Meibom pada dasar bulu mata

27

biasanya dapat menjadi tempat perkembangbiakan patogen penyebab infeksi,


usahakan tidur dengan posisi miring ke mata yang sakit agar mencegah penularan
pada mata sebelahnya, menjaga higiene perorangan pasien dan keluarga, tidak
menggosok-gosok mata dengan tangan melainkan dengan tisu sekali buang.

28

Anda mungkin juga menyukai