Anda di halaman 1dari 15

POLITEKNIK SOP(STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)

KESEHATAN PEMASANGAN CVP


KEMENKES NO HALAMAN 1/2 DITETAPKAN OLEH DIREKTUR
KALTIM DOKUMEN POLTEKKES KEMENKES
KALTIM.
1. Tujuan 1. Terapi pada klien yang mengalami gangguan keseimbangan cairan.
2. Sebagai pedoman penggantian cairan pada kasus hipovolemi.
3. Mengkaji efek pemberian obat diuretik pada kasus-kasus overload
cairan.
4. Sebagai pilihan yang baik pada kasus penggantian cairan dalam
volume yang banyak.

2. Ruang Lingkup 1. Klien dengan trauma berat disertai dengan perdarahan yang banyak
yang dapat menimbulkan syok.
2. Klien dengan tindakan pembedahan yang besar seperti open heart,
trepanasi.
3. Klien dengan kelainan ginjal (ARF, oliguria).
4. Klien dengan gagal jantung.
5. Klien terpasang nutrisi parenteral (dextrosa 20% aminofusin).
6. Klien yang diberikan tranfusi darah dalam jumlah yang besar
(transfusi masif).

3. Acuan Ambar,Rahman. 2015. https://www.scribd.com/document/263932408/SOP-


CVP. Akses : 09 Agustus 2018. Jam : 10.32
4. Definisi CVP merupakan prosedur memasukkan kateter intravena yang fleksibel
ke dalam vena sentral klien dalam rangka memberikan terapi melalui vena
sentral. Ujung dari kateter berada pada superior vena cava. Tekanan vena
central (central venous pressure) adalah tekanan darah di atrium kanan
atau vena kava. Ini memberikan informasi tentang tiga parameter volume
darah, keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular.

5. Prosedur Komponen Ya Tidak


Fase Orientasi
a. Salam Teraupetik
b. Evaluasi/ Validasi
c. Kontrak : Topik/waktu/tempat
Fase Kerja
Persiapan Alat :
1. Kateter CVP sesuai ukuran, dan sesuai dengan
jenis lumen (single, double, atau triple,
tergantung dari kondisi klien).
2. Handsoen steril.
3. Set jahit luka.
4. Set rawat luka.
5. Needle intriducer.
6. Syringe.
7. Mandrin (guidewire).
8. Duk steril

Cara Kerja :
1. Mendekatkan peralatan disamping tempat tidur
klien (mudah dijangkau).
2. Mencuci tangan dengan teknik steril.
3. Memakai handscoen steril.
4. Menentukan daerah yang akan dipasang : Vena
subklavia atau Vena jugularis interna.
Tempat lain yang bisa digunakan sebagai
tempat pemasangan CVP adalah vena femoralis
dan vena fossa antecubiti.
5. Mengatur posisi klien trendelenberg, atur posisi
kepala agar vena jugularis interna maupun vena
subklavia lebih terlihat jelas, untuk
mempermudah pemasangan.
6. Melakukan desinfeksi pada daerah penusukan
dengan cairan antiseptic.
7. Memasang duk lobang yang steril pada daerah
pemasangan.
8. Sebelum penusukan jarum / keteter, untuk
mencegah terjadinya emboli udara, anjurkan
pasien untuk bernafas dalam dan menahan
nafas.
9. Dokter memasukkan jarum / kateter secara
perlahan dan pasti, ujung dari kateter harus
tetap berada pada vena cava, jangan sampai
masuk ke dalam jantung.
10. Menghubungkan dengan IV set dan selang
untuk mengukur tekanan CVP.
11. Dokter melakukan fiksasi / dressing pada daerah
pemasangan, agar posisi kateter terjaga dengan
baik.
12. Merapikan peralatan.
13. Mencuci tangan.
14. Mencatat dalam catatan perawat.
Fase Terminasi
a. Evaluasi respon pasien
 Evaluasi subjektif
 Evaluasi Objektif
b. Tindak Lanjut Pasien
c. Kontrak : Topik/Waktu/Tempat.

SIKAP :
 Bekerjasama dengan pasien dan tim perawat
 Peka terhadap reaksi pasien, tanda-tanda
vital, Perkembangan pasien.
POLITEKNIK SOP(STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)
KESEHATAN PERAWATAN CVP
KEMENKES NO HALAMAN 1/2 DITETAPKAN OLEH DIREKTUR
KALTIM DOKUMEN POLTEKKES KEMENKES
KALTIM.
1. Tujuan Perawatan akan menangani atau mengurangi komplikasi dari emboli
darah.

2. Ruang Lingkup 1. Klien dengan trauma berat disertai dengan perdarahan yang banyak
yang dapat menimbulkan syok.
2. Klien dengan tindakan pembedahan yang besar seperti open heart,
trepanasi.
3. Klien dengan kelainan ginjal (ARF, oliguria).
4. Klien dengan gagal jantung.
5. Klien terpasang nutrisi parenteral (dextrosa 20% aminofusin).
6. Klien yang diberikan tranfusi darah dalam jumlah yang besar
(transfusi masif).

3. Acuan Ambar,Rahman. 2015. https://www.scribd.com/document/263932408/SOP-


CVP. Akses : 09 Agustus 2018. Jam : 10.32
4. Definisi CVP merupakan prosedur memasukkan kateter intravena yang fleksibel
ke dalam vena sentral klien dalam rangka memberikan terapi melalui vena
sentral. Ujung dari kateter berada pada superior vena cava. Tekanan vena
central (central venous pressure) adalah tekanan darah di atrium kanan
atau vena kava. Ini memberikan informasi tentang tiga parameter volume
darah, keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular.

5. Prosedur Komponen Ya Tidak


6. Fase Orientasi
d. Salam Teraupetik
e. Evaluasi/ Validasi
f. Kontrak : Topik/waktu/tempat
Fase Kerja
Persiapan Alat :
1. Kateter CVP sesuai ukuran, dan sesuai dengan
jenis lumen (single, double, atau triple,
tergantung dari kondisi klien).
2. Handsoen steril.
3. Set jahit luka.
4. Set rawat luka.
5. Needle intriducer.
6. Syringe.
7. Mandrin (guidewire).
8. Duk steril

Cara Kerja :
1. CVP digunakan untuk mengukur tekanan
pengisian jantung bagian kanan. Tekanan CVP
normal berkisar antara 2 – 5 mmHg atau 3 – 8
cmH20.
2. Bila hasil pengukuran CVP dibawah normal,
biasanya terjadi pada kasus hipovolemi,
menandakan tidak adekuatnya volume darah di
ventrikel pada saat akhir diastolic untuk
menghasilkan stroke volume yang adekuat.
Untuk mengkompensasinya guna meningkatkan
cardiac output, maka jantung meningkatkan heart
ratenya, meyebabkan tachycardi, dan akhirnya
juga akan meningkatkan konsumsi 02 miokard.
3. Bila hasil pengukuran CVP diatas normal,
biasanya terjadi pada kasus overload, untuk
mengkompensasinya jantung harus lebih kuat
berkontraksi yang juga akan meningkatkan
konsumsi O2 miokard.
4. Standar pengukuran CVP bisa menggunakan
ukuran mmHg atau cmH2O, dimana 1 mmHg =
1,36 cmH2O.
5. Pengkajian :
Mengkaji adanya tanda-tanda komplikasi yang
ditimbulkan oleh pemasangan alat :
a. Keluhan nyeri, napas sesak, rasa tidak nyaman
b. Frekuensi napas, suara napas.
c. Tanda kemerahan / pus pada lokasi punksi.
d. Adanya gumpalan darah / gelembung udara pada
cateter.
e. Kesesuaian posisi jalur infus set.
f. Tanda-tanda vital, perfusi.
g. Tekanan CVP.
h. Intake dan out put.
6. Rencana Keperawatan :
a. Mengkonsultasikan dengan dokter untuk
pemberian obat heparin dosis rendah bagi klien
yang beresiko tinggi sampai ia ambulasi,(terapi
heparin dosis rendah akan mengakibatkan
viskositas darah dan daya ikat trombosis
menurun dan memungkinkan resiko terjadinya
embolisme).
b. Mengobservasi tanda-tanda dan gejala embolisme
pulmonal, antara lain :
1) Nyeri dada akut dan jelas.
2) Dispnea, kelelahan, sianosis.
3) Penurunan saturasi oksigen.
4) Takikardia.
5) Distensi vena jugularis.
6) Hipotensi.
7) Dilatasi ventrikel kanan akut tanpa penyakit
parenkim (pada rontgen dada).
8) Kekacauan mental.
9) Disritmia jantung (oklusi arteri pulmonal
mengganggu aliran darah ke paru-paru bagian
distal mengakibatkan hipoksia).
Jika manifestasi ini terjadi, lakukan protokol
pada syok :
a) Pertahankan kateter IV (untuk pemberian cairan
dan obat-obatan).
b) Berikan pengobatan pemberian cairan sesuai
dengan protocol.
c) Pasang kateter indwelling (foley) (untuk
memantau volume sirkulasi melalui haluaran
urine).
d) Lakukan pemantauan EKG dan pemantauan
invasif hemodinamik (untuk mendeteksi
disritmia dan pedoman pengobatan).
e) Berikan vasopressor untuk meningkatkan
ketahanan perifer dan meningkatkan tekanan
darah.
f) Berikan natrium bikarbonat sesuai indikasi
(untuk mengoreksi asidosis metabolik).
g) Berikan obat-obat digitalis, diuretik IV dan agen
aritmia sesuai indikasi.
h) Berikan morfin dosis rendah secara IV
(menurunkan ansietas dan menurunkan
kebutuhan metabolisme ).
i) Siapkan klien untuk prosedur angiografi dan/
atau skaning perfusi paru-paru (untuk
memastikan diagnosis dan mendeteksi luasnya
atelektasis). (Karena kematian akibat
embolisme pulmonal masif terjadi dalam 2 jam
pertama setelah awitan, intervensi segera adalah
sangat penting).
j) Berikan terapi oksigen melalui kateter nasal dan
pantau saturasi oksigen. (dengan tindakan ini
akan meningkatan sirkulasi oksigen secara
cepat).
k) Pantau nilai elektrolit, GDA, BUN, DL
(pemeriksaan laboratorium ini membantu
menentukan status perfusi dan volume).
l) Lakukan pengobatan trombolisis, mis :
urokinase, streptokinase sesuai dengan program
dokter (trombolisis dapat menyebabkan lisisnya
emboli dan meningkatkan perfusi kapiler
pulmonal).
m) Setelah pemberian infus trombolisis, lakukan
pemberian pengobatan dengan heparin. (IV
secara terus menerus atau intermitten). (Heparin
dapat menghambat atau memperlambat proses
terbentuknya trombus dan membantu mencegah
pembentukan dan berulangnya pembekuan.

EVALUASI
1. Setelah dipasang, sebaiknya dilakukan foto
rontgent dadauntuk memastikan posisi ujung
kateter yang dimasukkan, serta memastikan
tidak adanya hemothorax atau pneumothorax
sebagai akibat dari pemasangan.
2. Mengobservasi respon klien sebelum, selama,
dan sesudah pemasangan CVP.
3. Mengobservasi kepatenan fiksasi secara
periodik.
4. Mengukur tekanan CVP secara periodik.

DOKUMENTASI
1. Mencatat laporan pemasangan, termasuk respon
klien (tanda-tanda vital, kesadaran, dll), lokasi
pemasangan, petugas yang memasang, dan hasil
pengukuran CVP serta cairan yang digunakan.
2. Mencatat jenis dan ukuran set CVP yang
digunakan.
3. Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan
prosedur.
4. Mencatat respon an toleransi klien selama
prosedur.

SIKAP :
 Bekerjasama dengan pasien dan tim perawat
 Peka terhadap reaksi pasien, tanda-tanda
vital, Perkembangan pasien.
POLITEKNIK SOP(STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)
KESEHATAN PEMANTAUAN TEKANAN CVP
KEMENKES NO HALAMAN 1/2 DITETAPKAN OLEH DIREKTUR
KALTIM DOKUMEN POLTEKKES KEMENKES
KALTIM.
1. Tujuan Tekanan vena sentral menggambarkan preload ventrikel kanan atau
tekanan akhir diastolik ventrikel kanan sehingga dapat memberikan
informasi tentang volume darah, gambaran ventrikel kanan, serta
kapasitas vena.
2. Ruang Lingkup Semua perawat ICU dapat menjalankan prosedur pemantauan tekanan
CVP dan dilakukan pada setiap pergantian dinas.
3. Acuan Rsia, Tiara Fatrin, 2015. https://www.scribd.com/doc/268339623/SOP-
PEMANTAUAN-CVP-docx. Akses : 09 Agustus 2018. Jam : 11.02
4. Definisi Pemantauan CVP adalah untuk mengukur tekanan vena sentral.
5. Prosedur Komponen Ya Tidak

Fase Orientasi
g. Salam Teraupetik
h. Evaluasi/ Validasi
i. Kontrak : Topik/waktu/tempat
Fase Kerja
Persiapan Alat :
1. Selang penghubung (manometer line)
2. Standar infus
3. Three way stopcock
4. Water-pass
5. Set infus
6. Cairan Nacl 0,9 %

Cara Kerja :
1. Melakukan verifikasi
2. Mencuci tangan
3. Membawa alat ke dekat pasien
4. Mengatur posisi pasien dengan mensejajarkan
letak jantung.
5. (atrium kanan) dengan skala pengukur atau
tranduser
6. Menentukan letak jantung dapat ditentukan
dengan cara membuat garis pertemuan antara
sela iga ke empat (ICS IV) dengan garis
pertengahan aksila.
7. Menghentikan semua cairan infus yang
terpasang selama proses pengukuran
8. Menghubungkan set infus dengan cairan Nacl
0,9%
9. Mengeluarkan udara dari selang infus
10. Menghubungkan skala pengukuran dengan
three way stopcock
11. Mengeluarkan udara dari manometer line
12. Mengisi cairan ke skala pengukur sampai 25 cm
H2o
13. Menghubungkan manometer line dengan kateter
yang sudah terpasang.
14. Menentukan nilai CVP dengan memperhatikan
undulasi pada manometer dan nilai dibaca pada
akhir ekspirasi.
15. Penilaian CVP
16. Nilai rendah : < 4 cm H2O
17. Nilai normal : 4-10 cm H2O
18. Nilai sedang : 10-15 cm H2O
19. Nilai tinggi > 15 cm H2O
20. Mengatur tetesan infus kembali
21. Mengatur posisi pasien
22. Merapikan alat-alat
23. Memberitahukan pasien bahwa tindakan telah
selesai
24. Mencuci tangan.

Fase Terminasi
7. Evaluasi respon pasien
 Evaluasi subjektif
 Evaluasi Objektif
8. Tindak Lanjut Pasien
9. Kontrak : Topik/Waktu/Tempat.

SIKAP :
 Sabar.
 Penuh perhatian.
POLITEKNIK SOP(STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)
KESEHATAN PERAWATAN INFARK MIOKARD AKUT
KEMENKES
KALTIM NO HALAMAN 1/2 DITETAPKAN OLEH DIREKTUR
DOKUMEN POLTEKKES KEMENKES
KALTIM.
1. Tujuan 1. Pengawasan terhadap komplikasi terutama aritmia pada hari-hari
pertama
2. segera bisa bertindak untuk mengatasi komplikasi yang sangat
berbahaya
2. Ruang Lingkup
3. Acuan Vithari,Anna.2013.https://www.scribd.com/doc/149726359/Tugas-
Kelompok-Sop-Igd-icu. Akses : 09 Agustus 2018. Jam : 10.32
4. Definisi keadaan dimana sebagian miokard mengalami nekrosis seluler
irreversible akibat adanya oklusi aliran koroner total yang mendadak.
Keadaan ini biasanya sebagai akibat menurunnya alliran darah koroner
lama dibawah tingkat krisis.
5. Prosedur Komponen Ya Tidak

Fase Orientasi
j. Salam Teraupetik
k. Evaluasi/ Validasi
l. Kontrak : Topik/waktu/tempat
Fase Kerja
Cara Kerja :
1. Perawatan standar ICCU
2. Diagnosis : serial EKG dan enzim jantung
CKMB, SGOT,LDH setiap 12 jam
3. Pengobatan : yang datang < 6 jam bila terdapat
kontraindikasi dapat diberikan terapi trombolitik
(streptokinase), sakit dada dapat diberikan
Novalgin IV, Morfin SC atau Pethidin IM,
angina pasca infark diberikan preparat nitrat
(sublingual transdermal, drip IV). Bila terjadi
komplikasi seperti Aritmia, payah jantung,dsb
diobati menurut standar pengobatan masing-
masing
Fase Terminasi
7. Evaluasi respon pasien
 Evaluasi subjektif
 Evaluasi Objektif
8. Tindak Lanjut Pasien
9. Kontrak : Topik/Waktu/Tempat.

SIKAP :
 Bekerjasama dengan pasien dan tim perawat
 Peka terhadap reaksi pasien, tanda-tanda
vital, Perkembangan pasien.

Anda mungkin juga menyukai