Anda di halaman 1dari 14

I.

Tujuan Percobaan
1. Untuk menentukan konsentrasi Fe dalam tanah (sampel)
2. Mengetehaui prinsip kerja spektrofotometri AAS
3. Dapat menggunakan dan mengoprasikan AAS dengan benar

II. Dasar Teori


Spektrometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada
metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metalloid yang pengukurannya
berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam
dalam keadaan bebas (Skoog et al., 2000). Metode ini sangat tepat untuk analisis zat
pada konsentrasi rendah. Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
dengan metode spektroskopi emisi konvensional. Sebenarnya selain dengan metode
serapan atom, unsur-unsur dengan energi eksitasi rendah dapat juga dianalisis dengan
fotometri nyala, akan tetapi fotometri nyala tidak cocok untuk unsur-unsur dengan
energy eksitasi tinggi. Fotometri nyala memiliki range ukur optimum pada panjang
gelombang 400-800 nm, sedangkan AAS memiliki range ukur optimum pada panjang
gelombang 200-300 nm (Skoog et al., 2000). Untuk analisis kualitatif, metode fotometri
nyala lebih disukai dari AAS, karena AAS memerlukan lampu katoda spesifik (hallow
cathode). Kemonokromatisan dalam AAS merupakan syarat utama. Suatu perubahan
temperature nyala akan mengganggu proses eksitasi sehingga analisis dari fotometri
nyala berfilter. Dapat dikatakan bahwa metode fotometri nyala dan AAS merupakan
komplementer satu sama lainnya.
Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel
yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya tersebut
akan diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom
bebas logam yang berada pada sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi
diturunkan dari:
Hukum Lambert: bila suatu sumber sinar monkromatik melewati medium
transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya
ketebalan medium yang mengabsorbsi.
Hukum Beer: Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial
dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut.
Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan:
Dimana:
lo = intensitas sumber sinar
lt = intensitas sinar yang diteruskan
= absortivitas molar
b = panjang medium
c = konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar
A = absorbansi
Dengan

T = transmitan
Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi cahaya berbanding
lurus dengan konsentrasi atom (Day & Underwood, 1989).
AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya
tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya Spektrometri
Serapan Atom (SSA) meliputi absorpsi sinar oleh atom-atom netral unsur logam yang
masih berada dalam keadaan dasarnya (Ground state). Sinar yang diserap biasanya ialah
sinar ultra violet dan sinar tampak. Prinsip Spektrometri Serapan Atom (SSA) pada
dasarnya sama seperti absorpsi sinar oleh molekul atau ion senyawa dalam larutan.
Hukum absorpsi sinar (Lambert-Beer) yang berlaku pada spektrofotometer
absorpsi sinar ultra violet, sinar tampak maupun infra merah, juga berlaku pada
Spektrometri Serapan Atom (SSA). Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen yaitu:
Unit atomisasi (atomisasi dengan nyala dan tanpa nyala)
Sumber radiasi
Sistem pengukur fotometri
Bagian-bagian di dalam AAS, yaitu :
Lampu katoda
Tabung gas
Ducting
Kompresor
Burner
Buangan pada AAS
Monokromator
Detector

III. ALAT DAN BAHAN


Alat : - botol semprot Bahan : - Sampel Air Tanah
- Gelas Kimia - HCl Pekat
- Pipet ukur - HNO3 65%
- Pipet Tetes - Aquades
- corong - Larutan induk Fe
- Spatula
- Batang Pengaduk
- Kuvet
- Rak Kuvet
- Labu Erlenmeyer
- Lertas Saring
- Labu Takar
IV. PROSEDUR KERJA
Pembuatan Sampel dari air tanah

Mengambil Tanah sebanyak 1 gram

Menambahkan 5 mL Hcl pekat

Memasukkan 25 mL air ke dalam gelas kimia


yang berisi tanah

Menyaring sampel

Mengencerkan sampel yang sudah dibuat


hingga 100 kali

Mengencerkan kembali hingga 1000 kali

masih tersimpan
Disaring kembali agar tidak ada tanah yang

Pembuatan larutan standar dari FE 1000ppm

Memipet 10 mL Fe 1000ppm

Mengencerkan hingga 100ppm dalam 100mL aquades

memipet larutan Fe 100ppm ke dalam masing-masing labu takar


(2,5,10,15 dan 20ppm)
Penggunaan alat

Menyalakan Ehaust

Membuka tabung gas asetilen (15psi)

Menyalakan Kompresor(50psi)

Menyalakan Alat

Menyalakan komputer dan memilih menu GBC

Memilih sub menu " instrumen"


(arus, panjang gelombang dan slit)
"measurement" (integrasi, waktu dan
keberulangan)
Memilih menu "Methods", "Discription". "Calibration" (lengkapi data)
memilih unsur yang akan ditentukan "Standards" (sesuai jumlah standar
konsentrasinya yang dibuat)
"Flame" lalu "Optimize" (Status
ready to ignite) lalu " ignition"
(burner akan menyala)
Memilih menu "Sample" (tulis nama sampel)

Memilih menu "Analysist"

"Memilih menu "Result" lalu "File" pilih "new" (untuk nama file
baru) klik "Create"

Mencuci/Memasukan kapiler ke
dalam aquades, klik "Ok", ke menu
"Result"
Memasukkan kapiler dalam blank, kli
Mengklik "Bulat hijau" "OK" lalu "Recalibrate"
(bagian atas tengah) Memasukkan kapiler ke dalam
aquades, klik "OK"
Memasukkan kapiler ke dalam larutan
standar-1,Klil "OK"
Lakukan sampai pengukuran sampel

Memilih menu result lalu File dan klik Preview

Memilih menu "Methods" lalu


"Flame", "Optimize: dan
"EXTIGUISH FLAME"
Menutup/Mematikan aliran gas
Mematikan Alat asetilen dan udara, klik "Bleed
Line"
Mematikan alat AAS, komputer
dan EXHAUST

V. MATERIAL SAFETY DATA SHEETS (MSDS) BAHAN


HCL
Tekanan Uap : 16 kPa (@ 20 C) rata-rata
Kepadatan uap : 1,267 (Air = 1)
Bau Threshold : 0,25 sampai 10 ppm
Properti Dispersi : Lihat kelarutan dalam air, dietil eter.
Kelarutan : Larut dalam air dingin, air panas, dietil eter.
Stabilitas : Produk ini stabil.
Kondisi Ketidakstabilan : bahan yang tidak kompatibel,
Sangat reaktif dengan logam. Reaktif dengan agen oksidasi, bahan organik, alkali, air.
Korosivitas : Sangat korosif di hadapan aluminium, tembaga, stainless steel
(304), dari stainless steel (316). Non-korosif terhadap kaca.

Penanganan
Kontak Mata:
Periksa dan lepaskan jika ada lensa kontak. Dalam kasus terjadi kontak, segera siram
mata dengan banyak air sekurang-kurangnya 15 menit. Air dingin dapat digunakan.
Dapatkan perawatan medis dengan segera.
Kontak Kulit :
Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air sedikitnya selama 15
menit dengan mengeluarkan pakaian yang terkontaminasi dan sepatu. Tutupi kulit yang
teriritasi dengan yg sesuatu melunakkan. Air dingin mungkin dapat digunakan
pakaian.cuci sebelum digunakan kembali. benar-benar bersih sepatu sebelum digunakan
kembali. Dapatkan perawatan medis dengan segera.
Kulit Serius :
Cuci dengan sabun desinfektan dan menutupi kulit terkontaminasi dengan krim anti-
bakteri. Mencari medis segera
Inhalasi:
Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan.
Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan segera perhatian medis.
Serius Terhirup:
Evakuasi korban ke daerah yang aman secepatnya. Longgarkan pakaian yang ketat
seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. jika sulit bernapas, beri oksigen.
Jika korban tidak bernafas, lakukan pernafasan dari mulut ke mulut.
Peringatan:
Ini mungkin berbahaya bagi orang yang memberikan bantuan lewat mulut ke mulut
(resusitasi) bila bahan dihirup adalah racun, infeksi atau korosif. Cari bantuan medis
segera.
Tertelan:
JANGAN mengusahakan muntah kecuali bila diarahkan berbuat demikian oleh
personel medis. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada korban yang
sadar. Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat
pinggang. Dapatkan bantuan medis jika gejala muncul.

Fe

Bahaya : Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan. Gejala dapat termasuk
batuk dan sesak napas. Jika tertelan : oral dosis Sangat besar mungkin menghasilkan
gangguan pencernaan. Overdosis zat besi dapat menyebabkan muntah, nyeri perut,
diare berdarah, muntah darah, kelesuan, dan shock. Dalam kasus yang berat, racun
dapat berlanjut dan berkembang menjadi peningkatan keasaman dalam darah,
perubahan warna kulit kebiruan, demam, kerusakan hati, dan mungkin kematian. Jika
terkena mata : Dapat menyebabkan iritasi, kemerahan dan nyeri. Kontak mata dapat
menyebabkan konjungtivitis dan deposisi partikel besi dapat meninggalkan sebuah
"cincin karat" atau kecoklatan noda di kornea.

Penanganan : Gunakan selalu masker dan kacamata serta sarung tangan dan hindari
kontak langsung dengan tubuh.

VI. DATA PENGAMATAN


Kurva Kalibrasi Larutan Standar
NO. Nama Larutan Konsentrasi %RSD Mean Abs.
(g/mL)
1. Blanko 0,0000 HIGH 0,0011
2. Larutan Standar 1 2,0000 2,90 0,0231
3. Larutan Standar 2 5,0000 1,92 0,0561
4. Larutan Standar 3 10,0000 0,90 0,1141
5. Larutan Standar 4 15,0000 0,10 0,1645
6. Larutan Standar 5 20,0000 0,10 0,2142

Kurva Kalibrasi
0.2500

0.2000 f(x) = 0.01x + 0


R = 1

0.1500

absorbansi
0.1000

0.0500

0.0000
0.0000 5.0000 10.0000 15.0000 20.0000 25.0000

KONSentrasi fe (g/ml)

Data Larutan Sampel


Massa tanah = 1 gram
NO. Nama Larutan Konsentrasi %RSD Mean Abs.
(g/mL)
1. Sampel Tanah 10,7884 0,41 0,1176
Pengenceran 100x
2. Sampel Tanah 0,1515 10,36 0,0017
Pengenceran 1000x
3. Sampel Campuran Larutan 16,8641 1,04 0,1838
Standar

Kandungan Fe dalam sampel tanah = 10,7884 g/mL x 100 x 30 mL


= 1078,84 g
= 1,07884 mg
VII. PEMBAHASAN
Pembahasan Febrian Rifki F.
Percobaan kali ini adalah metode penentuan konsentrasi sampel dengan
menggunakan Spektrofotometer AAS. Spektrofotometer adalah alat yang menggunakan
prinsip atomisasi untuk penentuan konsentrasinya, dimana jumlah absorbansi
berbanding lurus dengan banyaknya atom yang berada dalam nyala (cahaya diabsorbsi
oleh atom-atom tersebut). Bahan bakar yang digunakan adalah asetilen-udara yang
dapat menghasilkan suhu nyala sampai maksimum 2300oC.
Larutan standar yang digunakan adalah larutan Fe sehingga dalam pembacaan
absorbansi digunakan Lampu Katoda untuk Fe yang lebarnya 0,2 nm dengan panjang
gelombang 248,3 nm.
Sampel yang digunakan adalah tanah karena tanah mengandung Fe yang akan diuji
konsentrasi nya di dalam sampel (tanah). Tanah tersebut dilarutkan didalam HCl pekat
dan kemudian diencerkan sebanyak 100 kali dan 1000 kali. Pelarut yang digunakan
adalah HCl, karena klorida akan membentuk lapisan pelindung berupa besi clorida
pada permukaan logam, yang mencegah pelarutan lebih lanjut.
Larutan Standar Fe dengan konsentrasi 2 ppm, 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm dan 20 ppm
dibuat dari larutan induk 1000 ppm (dengan terlebih dahulu mengencerkannya menjadi
100 ppm) sebanyak 5 konsentrasi yang berbeda. Masing-masing konsentrasi Larutan
Standar tersebut dicari absobansinya. Didapatkan hasil yaitu pada larutan standar 1
dengan konsentrasi sebesar 2 ppm didapat absorban sebesar 0,0231; standar 2,
konsentrasi 5 ppm nilai absorban sebesar 0,0561; standar 3, konsentrasi 10 ppm dengan
absorban sebesar 0,1141; standar 4 , konsentrasi 15 ppm dengan absorban sebesar
0,1645; standar 5, konsentrasi 20 ppm dengan absorban sebesar 0,2142. Dari hasil
tersebut, dapat dilihat bahwa semakin tinggi nilai konsentrasinya, nilai absorbannya pun
juga semakin tinggi, sesuai dengan teori dalam hukum Lambert-Beer. Kurva kalibrasi
antara absorbansi terhadap konsentrasi Larutan akan otomatis dibuat oleh komputer
sehingga hasilnya dapat langsung dilihat.
Begitu pula dengan konsentrasi sampel. Sampel tanah yang telah dilarutkan
menggunakan HCl pekat didapat konsentrasinya untuk yang pengenceran 100 kali
sebesar 10,7884 ppm, sedangkan untuk yang pengenceran 1000 kali didapat sebesar
0,1515 ppm. Begitupun absorbansinya. Untuk sampel dengan pengenceran 100 kali
didapat absorban 0,1176 sedangkan pengenceran 1000 kali didapat absorban sebesar
0,0017. Adapun sampel dari campuran larutan didapat konsentrasi 16,8641 dengan
absorban 0,183. Didapat pula persamaan kurva kalibrasinya adalah y dengan nilai R2=
0,9991.
Pada prinsipnya absorbansi yang terbaca oleh alat adalah banyaknya cahaya yang
terserap oleh atom. Jumlah atom itu sendiri menandakan konsentrasi analit dalam
larutan, sehingga meskipun Spektrofotometer AAS terlihat praktis dan cepat dalam
pengerjaannya karena semua data dibaca dan ditampilkan oleh komputer, namun harus
diperhatikan adalah atomisasi larutan, dimana atomisasi larutan dipengaruhi oleh
jumlah larutan yang masuk melalui pipa kapiler kedalam nyala (pastikan pipa kapiler
berjalan dengan baik). Selain itu, pastikan gas bahan bakar mengalir dengan baik dan
nyala yang dihasilkan dalam kondisi yang baik pula.

Pembahasan Galuh Hasan B.


Dalam menganalisa dengan menggunakan spektrofotometri serapan atom ini
khusus untuk unsur logam dan metaloid. Pada percobaan ini unsur yang akan dianalisa
adalah . . . . dengan menggunakan lampu katoda Fe dengan lebar 0,2 nm dan panjang
gelombang 248,3 nm. Pada Analisa Fe menggunakan campuran gas udara tekan dan gas
asetilen. Membuat larutan Fe dengan konsentrasi 2 ppm, 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, dan
20 ppm. sebagai larutan standar, dengan cara mengencerkan dari larutan 1000 ppm
menjadi 100ppm. Baru setelah itu diencerkan lagi menjadi 2 ppm, 5 ppm, 10 ppm, 15
ppm, dan 20 ppm.

Prinsip kerja spektrofotometri AAS adalah absorpsi cahaya oleh atom. Atom-
atom yang terbentuk diantaranya ada yang tereksitasi, ada yang tetap pada keadaan
awal, kemudian atom-atom ini ditmbakkan oleh cahaya dari sumber cahaya dengan
katodanya terbentuk dari unsur-unsur yang di analisis. Pada praktikum ini sumber
cahayanya menggunakan hollow catode lamp Fe. Prinsip penembakan sinar oleh hollow
catode adalah dalam katoda akan dipilih energi yang cocok untuk menembakkan suatu
atom menjadi suatu atom yang tereksitasi. Eksitasi ini menghasilkan suatu energi yang
siap untuk ditembakkan ke dalam gas atom dalam tabung. Sinar yang keluar dalam
katoda dipilih hanya sinar Fe.
Kadar Fe yang di ukur melalui AAS adalah dalam bentuk atom gasnya. Analit
yang digunakan berupa larutan standar Fe encer, untuk membuatnya menjadi atom gas
Fe maka larutan tersebut di bakar dalam ruang pengkabutan oleh O2 dan asetilen.

Atom dalam bentuk gas ini siap ditembakkan hallow katode, atom Fe yang
ditembak akan memiliki tambahan energi yang digunakan untuk bereksitasi ke tingkat
energi lebih tinggi. Kemudian atom Fe yang terkesitasi akan kembali ke keadaan
semula dengan melepaskan energi. Energi yang dilepaskan diamati dalam percobaan
berupa warna nyala. hSinar dari hallow katoda yang tidak diserap oleh atom Fe
dilanjutkan ke detector untuk dibaca berupa angka absorbansinya yang terlihat pada
layar computer.

Dari data yang diperoleh pada larutan standarnya nilai absorbansi semakin besar
dengan meningkatnya konsentrasi. Hal ini berarti dalam AAS semakin besar
konsentrasinya, maka semakin besar penyerapan absorbs radiasi oleh atom bebasnya.
Dengan nilai absorbansi larutan standar larutan blanko = 0,0011; larutan standar 1 =
0,0231; larutan standar 2 = 0,0561, larutan standar 3 = 0,1141; larutan standar 4 =
0,1645; dan larutan standar 5 = 0,2142. Dari grafik di dapatkan regresi kurva sebesar
0,9991, hal ini berarti percobaan yang dilakukan selaras dengan hokum Lambert Beer.
Adapun konsentrasi sampel yang di dapatkan adalah 10,7884 ppm untuk sampel tanah
1000 ppm; 0,1515 ppm untuk sampel tanah 100 ppm; dan 16,8641 untuk sampel
campuran.

Pembahasan Hanifah Desmiyanti


Pada praktikum ini, kami akan menentukan kadar dan konsentrasi pada sampel
dengan menggunkan alat spektrofotometer AAS. Seperti yang sudah diketahui bahwa
alat ini digunakan untuk menentukan unsur-unsur logam yang pengukurannya
berdasrkan penyerapan cahaya dengan menggunakan panjang gelombang tertentuoleh
atom logam dalam keadaan bebas.alat ini menggunakan sumber sinar, sumber sinar ini
sendiri memiliki cahaya berbeda untuk masing-masing sampel yang akan diuji. Pada
percobaan ini, sampel yang kami gunakan adalah Fe yang berasal dari tanah.
Kami mengambil 1 gram tanah yang dimasukkan ke dalam gelas kimia dan
ditambhakan HCl pekat sebanyak 5 mL serta air sebanyak 25mL. Air tanah tersebut
kami saring hingga tidak ada tanah yang ada dalam larutan tersebut. Penyaringan itu
menghasilkan air tanah yang berwarna kuning. Kemudian kami melakukan 2 kali
pengenceran, pertama pengenceran 100kali kemudian pengencerang 1000 kali. Setelah
larutan sampel selesai, kami membuat larutan standar Fe 100ppm untuk2, 5, 10,15,20
ppm pada masing-masing labu takar.semua bahan yang sudah selesai bisa kami uji pada
alat yang sudah disediakan.
Alat spektrofotometer ini kami atur terlebih dahulu sesuai sampel yang kami uji.
Kami menggunakan panjang gelombang 248.30. pada gelomabang maksimum ini akan
menghasilkan nilai serapan yang tiinggi juga. Jika nilai absorbannya tinggi maka
konsentrasinya juga akan tinggi sesuai rumus bahwa nilai absorban berbanding lurus
dengan nilai konsentraasi.
Sebelum menguji larutan standar dan larutan sampel, kami mengkalibrasi terlebih
dahulu alat tersebut. Pengkalibrasian dengan menggunakan blanko, blanko ini
digunakan agar penyerapan terjadi dengan sempurna karena tidak ada analit yang
terkandung dalam larutan blanko ini. Dalam percobaan ini kami mendapatkan hasil,
pada larutan standar 1 dengan konsentrasi sebesar 2ppm didapat absorban sebesar
0,0231; sampel 2, konsentrasi 5ppm nilai absorban sebesar 0,0561; sampel 3,
konsentrasi 10ppm dengan absorban sebesar 0,1141; sampel 4 , konsentrasi 15ppm
dengan absorban sebesar 0,1645; sampel 5, konsentrasi 20ppm dengan absorban sebesar
0,2142. Dapat dilihat bahwa semakin tinggi nilai konsentrasinya, nilai absorbannya pun
juga tinggi, sesuai dengan teori. Pada pengujian sampel, sampel dengan pengenceran
100 kali, konsentrasi 10,7884 dengan absorban 0,1176 sedangkan pengenceran 1000
kali, konsentrasi 0,1515 dengan absorban sebesar 0,0017. Adapun sampel dari
campuran larutan didapat konsentrasi 16,8641 dengan absorban 0,1838. Konsentasi
turun, absorbannya turun juga. Dalam percobaan ini kami mendapat nilai regresi
sebesar 0,9991, nilai regresi ini menunjukan bahwa antara konsentrasi dengan absorban
memiliki korelasi satu sama lain.

Pembahasan Hibah Baskoro R.


Praktikum ini menggunakan spektrofotometri serapan atom atau AAS. AAS
digunakan untuk menganalisa konsentrasi unsur logam atau metaloid dalam sampel.
Dalam percobaan ini yang dianalisa adalah kandungan Fe yang terdapat dalam sampel
tanah. Pada AAS disetting dengan menggunakan lampu katoda Fe yang lebarnya 0,2 nm
dan panjang gelombang 248,3 nm.
Penentuan konsentrasi Fe dalam sampel dengan AAS hanya bisa dilakukan jika
memiliki kurva kalibrasi Fe. Sehingga, untuk membuat kurva kalibrasi diperlukan
larutan Fe standar 2 ppm, 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, dan 20 ppm. Sehingga didapat nilai
konsentrasi sampel 10,7884 ppm untuk pengencran 100 kali dan 0,1515 ppm untuk
pengenceran 1000 kali.
Secara teori seharusnya perbedaan antara sampel pengenceran 100 kali dengan
pengenceran 1000 kali adalah 10 kali lipatnya, tetapi kenyataanya tidak. Hal ini dapat
disebabkan pada saat pengenceran kurang tepat sehingga terjadi perbedaan. Jadi, untuk
menentukan kadar Fe dalam sampel tanah digunakan data pengenceran 100 kali.
Sehingga didapat kandungan Fe dalam sampel 1 gram tanah sebesar 1,0784 mg.

VIII. KESIMPULAN
Spektrofotometri AAS merupakan suatu metode penentuan konsentrasi larutan
dengan mencari nilai absorbansinya dan meng-interpolasikannya kedalam kurva
kalibrasi Absorbansi terhadap konsentrasi larutan standar.
Larutan uji melalui pipa kapiler masuk kedalam perbakar dan menghasilkan
warna nyala. Penyerapan yang terjadi berbanding lurus dengan banyaknya atom
keadaan dasar yang berada dalam nyala. Sehingga dalam metode
Spektrofotometri AAS atomisasi larutan uji (penguraian menjadi atom-atom
pada keadaan dasar) sangatlah penting karena akan mempengaruhi absorbansi
yang terbaca oleh Spektrofotometernya.
Pada pembacaan absorbansi Larutan standar Fe digunakan lampu Fe dan gas
asetilen-udara sebagai bahan bakar.
Hasil pengukuran akan langsung ditampilkan dalam komputer yang tersambung
dengan spektrofotometer di dapat nilai absorbansi larutan standar larutan
blanko = 0,0011; larutan standar 1 = 0,0231; larutan standar 2 = 0,0561, larutan
standar 3 = 0,1141; larutan standar 4 = 0,1645; dan larutan standar 5 = 0,2142;
dengan hasil regresi yang di dapat dari kurva sebesar 0,9991. Konsentrasi
sampel yang di dapatkan adalah 10,7884 ppm untuk sampel tanah 1000 ppm;
0,1515 ppm untuk sampel tanah 100 ppm; dan 16,8641 untuk sampel campuran.

DAFTAR PUSTAKA

Modul Praktikum Instrumentasi Analitik.

http://chemistryedc.blogspot.co.id/2016/02/laporan-instrumen-percobaan-1.html

_________.2013.Spektrofotometer Serapan Atom.


http://biosmlabindustri.blogspot.com/ 2013/01/spektrofotometer-serapan-
atom-ssa.html.
_________.2012.Laporan Kimia Analitik
AAS.http://itatrie.blogspot.com/2012/10/laporan-kimia-analitik-aas.html.
https://himka1polban.wordpress.com/laporan/spektrofotometri/laporan-aas/

Anda mungkin juga menyukai