Anda di halaman 1dari 23

OBAT

Bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi,


yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosis pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi untuk manusia.
(UU No. 36 Pasal 1 Tahun 2009)
MAKANAN

Pangan olahan hasil proses dengan


cara atau metode tertentu dengan
atau tanpa bahan tambahan.
(Peraturan Kepala Badan POM No. HK.00.05.1.23.3516)
ABSORPSI OBAT

Proses dimana obat bergerak dari otot, saluran


pencernaan, atau tempat lain dalam tubuh
menuju sistem peredaran darah
(Mosby's Medical Dictionary, 2009)
Pengosongan Lambung
Makanan mempengaruhi kecepatan
pengosongan lambung, maka adanya
gangguan pada absorpsi obat karenanya tidak
dapat diabaikan.
Komponen Makanan
1 Protein
2 Lemak
3 Karbohidrat
4 Vitamin
5 Mineral

www.themegallery.com
Ketersediaan Hayati
Penggunaan obat bersama makanan tidak
hanya dapat menyebabkan perlambatan
absorpsi tetapi dapat pula mempengaruhi
jumlah yang diabsorpsi (ketersediaan hayati
obat bersangkutan)
ABSORPSI
Dasar yang menentukan apakah
obat diminum sebelum, selama
atau setelah makan
EFEK
Adanya TERAPEUTIK
kemungkinan
INTERAKSI OBAT
dengan
MAKANAN KETERSEDIAAN
HAYATI
OBAT-OBAT YANG DIMINUM
SEBELUM MAKAN
Penggunaan obat bersama makanan tidak hanya dapat
menyebabkan perlambatan absorpsi tetapi dapat pula
mempengaruhi jumlah yang diabsorpsi (ketersediaan
hayati obat bersangkutan).

Penisilamin yang digunakan sebagai basis terapeutika


dalam menangani reumatik jika diminum setelah makan,
ketersediaan hayatinya jauh lebih kecil dibandingkan jika
diminum dalam keadaan lambung kosong  Ini akibat
adanya pengaruh laju pengosongan lambung terhadap
absorpsi obat, pH, ketidakstabilan penisilamin, dan
pembentukan kompleks.
• Ada pula mengenai antibiotika, misalnya
sefaleksin jika digunakan dalam keadaan
lambung kosong akan diabsorpsi lebih cepat
dibandingkan jika digunakan setelah makan.
Walaupun ketersediaan hayatinya sama, adanya
perbedaan laju absorpsi ini mungkin berguna,
apalagi kadar optimal yang dapat dicapai pun
berbeda.
Kadar plasma sefaleksin 500 mg yang diminum dalam
lambung kosong dibandingkan pemberian setelah makan.

Kadar
plasma
(mg/L)

Waktu setelah minum obat


OBAT-OBAT YANG DIMINUM
SETELAH MAKAN
Alasan obat diminum setelah makan

• Obat mempunyai tingkat keasaman, jika dikonsumsi


sebelum makan dapat mengiritasi lambung.
• Obat diabsorpsi secara optimal pada kondisi setelah makan
(1-1,5 jam setelah makan).
• Obat yang ditujukan untuk sasaran tertentu, contohnya
obat diabetes, karena obat baru akan aktif bekerja saat
kadar glukosa dalam darah tinggi.
Obat-obat yang efeknya dapat
ditingkatkan dengan adanya makanan
Mekanisme interaksi obat-makanan

Ibuprofen/Aspirin-Makanan Gabapentin-Makanan
• Obat analgetik dan • Pemberian gabapentin setelah
antiinflamasi ini bersifat makan makanan yang
berprotein dapat meningkatan
asam, sifat asamnya yang Cmax dan AUC. Meningkatnya
tinggi mampu mengiritasi penyerapan gabapentin
lambung, adanya makanan disebabkan efek transtimulasi,
dalam lambung menyebabkan peningkatan
pada konsentrasi asam amino
menyebabkan penundaan lumina usus yang dihasilkan
absorpsi sehingga mampu dari pengaturan atau
mencegah terjadinya iritasi peningkatan aktivitas asam
lambung amino transporter.
Mekanisme interaksi obat-makanan

Propanolol-Makanan
• propanolol akan diabsorpsi
lebih baik jika digunakan
setelah makan (makanan
banyak mengandung
karbohidrat atau protein).
Interaksi obat ini dengan
makanan akan mengurangi
first pass effect obat
sehingga BA obat
meningkat.
Etretinat
• Etretinat  Lipofil  kelarutan rendah
• Etretinat + lemak  absorbsi naik

Perbandingan kadar etretinat pada lambung kosong, dengan


susu dan dengan makanan kaya lemak
DAFTAR PUSTAKA
Syofyan. 2012. Obat sebelum dan setelah makan. Tersedia
online di : http://.ffarmasi.unand.ac.id/ [Diakses tanggal
29 April 2012].
Tryawan, A. 2010. Interaksi Obat Bersama Makanan.
Tersedia online di :
http://tryawanagus.wordpress.com [Diakses 29 April 2012].
Widianto, Mathilda. 1989. Cermin Dunia Kedokteran.
Jakarta : PT Temprint.

Anda mungkin juga menyukai