Anda di halaman 1dari 20

MODUL GIZI GERIATRI

GIZ 336

Materi Pertemuan 5
Interaksi Obat, Makanan, Dan Zat Gizi Pada Lansia

Disusun Oleh:
Prita Dhyani Swamilaksita, S.P. M.Si
Anugrah Novianti, S.Gz, M.Gizi

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0/20
\

INTERAKSI OBAT, MAKANAN, DAN ZAT GIZI PADA LANSIA

A. Kemampuan Akhir yang Diharapkan


1. Mahasiswa memahami konsep interaksi obat dengan makanan
2. Mahasiswa mampu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi
obat dengan makanan
3. Mahasiswa mampu memahami fase-fase dalam interaksi obat dengan
makanan

4. Mahasiswa mampu memehami interaksi obat dan makanan yang dapat


menurunkan kinerja sistem pencernaan
5. Mahasiswa mampu memahami interaksi obat dengan mikronutrien
B. Uraian Materi
Pasien geriatri memiliki karakteristik khusus, yaitu umumnya telah terjadi
berbagai penyakit kronis, penurunan fungsi organ, terutama menurunnya fungsi
ginjal dan hati. Hal ini dapat menyebabkan perubahan proses farmakodinamik dan
farmakokinetik obat tersebut (Sudoyo dkk 2009). Berbagai karakteristik dan
perubahan fisiologis yang teridentifikasi pada pasien geriatri dapat menjadi faktor
resiko terjadinya interaksi obat (Bjerrum dkk 2008). Menurut Becker dkk (2007),
jumlah kejadian interaksi obat-obat setiap pasien meningkat dengan meningkatnya
jumlah obat dalam resep. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan
oleh Kulkarni dkk (2013) mengenai polifarmasi pada pasien yang dirawat di
rumah sakit, menunjukan bahwa pasien yang mendapat 2-5 macam obat
mengalami interaksi obat 9% dan pasien yang mendapat 6-10 macam obat
mengalami 85% interaksi obat. Tingginya angka kejadian interaksi obat karena
polifarmasi merupakan masalah yang penting dalam pelayanan kesehatan
(Setiawati 2008).
Bukan hanya interaksi antar obat, interaksi antara makanan (zat yg
terkandung) dengan obat pun memiliki pengaruh besar terhadap pengobatan dan
pemeliharaan kesehatan seperti memberikan pengaruh terhadap bioavailabilitas,
farmakokinetik, farmakodinamik, dan efikasi terapi. Ada atau tidaknya makanan
(zat gizi) dalam gastrointestinal tract atau dalam sistem fisiologi tubuh (seperti
dalam darah) dapat meningkatkan atau menurunkan laju absorpsi dan
metabolisme obat.

Universitas Esa
Unggul 1/2
\

Interaksi Obat dengan Makanan


Ketika suatu makanan atau minuman mengubah efek suatu obat,
perubahan tersebut dianggap sebagai interaksi obat-makanan. Interaksi seperti itu
bisa terjadi. Tetapi tidak semua obat dipengaruhi oleh makanan, dan beberapa
obat hanya dipengaruhi oleh makanan-makanan tertentu. Interaksi obat-makanan
dapat terjadi dengan obat-obat yang diresepkan, obat yang dibeli bebas, produk
herbal, dan suplemen. Meskipun beberapa interaksi mungkin berbahaya atau
bahkan fatal pada kasus yang langka, interaksi yang lain bisa bermanfaat dan
umumnya tidak akan menyebabkan perubahan yang berarti terhadap kesehatan
tubuh. Makanan dan obat dapat berinteraksi dalam banyak cara yang berbeda.
Seringkali zat tertentu di dalam makanan memberikan efek dan perubahan-
perubahan lain dapat disebabkan oleh jumlah protein dalam diet, atau bahkan cara
makanan tersebut disiapkan. Salah satu cara yang paling umum makanan
mempengaruhi efek obat adalah dengan mengubah cara obat-obat tersebut
diuraikan (dimetabolisme) oleh tubuh.
Jenis protein yang disebut enzim, memetabolisme banyak obat. Beberapa
makanan dapat membuat enzim-enzim ini bekerja lebih cepat atau lebih lambat,
baik dengan memperpendek atau memperpanjang waktu yang dilalui obat di
dalam tubuh. Jika makanan mempercepat enzim, obat akan lebih singkat berada di
dalam tubuh dan dapat menjadi kurang efektif. Apabila makanan memperlambat
enzim, obat akan berada lebih lama dalam tubuh dan dapat menyebabkan efek
samping yang tidak dikehendaki. Kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan
dapat terjadinya interaksi obat dengan makanan yaitu:
1. Perubahan motilitas lambung dan usus, terutama kecepatan pengosongan
lambung dari saat masuknya makanan
2. Perubahan pH, sekresi asam serta produksi empedu
3. Perubahan suplai darah di daerah splanchnicus dan di mukosa saluran
cerna
4. Dipengaruhinya absorpsi obat oleh proses adsorpsi dan pembentukan
kompleks
5. Dipengaruhinya proses transport aktif obat oleh makanan
6. Perubahan biotransformasi dan eliminasi.

Universitas Esa
Unggul 2/2
\

Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Obat dengan Makanan


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi interaksi obat dan makanan
antara lain:
a). Pengosongan lambung
Pada kasus tertentu misalnya setelah pemberian laksansia atau
penggunaan preparat retard, maka di usus besarpun dapat terjadi absorpsi obat
yang cukup besar. Karena besarnya peranan usus halus dalam hal ini, tentu saja
cepatnya makanan masuk ke dalam usus akan amat mempengaruhi kecepatan dan
jumlah obat yang diabsorpsi. Peranan jenis makanan juga berpengaruh besar di
sini. Jika makanan yang dimakan mengandung komposisi 40% karbohidrat, 40%
lemak dan 20% protein maka walaupun pengosongan lambung akan mulai terjadi
setelah sekitar 10 menit. Proses pengosongan ini baru berakhir setelah 3 sampai 4
jam. Dengan ini selama 1 sampai 1,5 jam volume lambung tetap konstan karena
adanya proses sekresi. Tidak saja komposisi makanan, suhu makanan yang
dimakanpun berpengaruh pada kecepatan pengosongan lambung ini. Sebagai
contoh makanan yang amat hangat atau amat dingin akan memperlambat
pengosongan lambung.
Terdapat peneliti yang menyatakan pasien yang gemuk akan mempunyai
laju pengosongan lambung yang lebih lambat daripada pasien normal. Nyeri yang
hebat misalnya migren atau rasa takut, juga obat-obat seperti antikolinergika
(missal atropin, propantelin), antidepresiva trisiklik (misal amitriptilin, imipramin)
dan opioida (misal petidin, morfin) akan memperlambat pengosongan lambung.
Sedangkan percepatan pengosongan lambung diamati setelah minum cairan dalam
jumlah besar, jika tidur pada sisi kanan (berbaning pada sisi kiri akan mempunyai
efek sebaliknya,) atau pada penggunaan obat seperti metokiopramida atau
khinidin. Jelaslah di sini bahwa makanan mempengaruhi kecepatan pengosongan
lambung, maka adanya gangguan pada absorpsi obat karenanya tidak dapat
diabaikan.

Universitas Esa
Unggul 3/2
\

b). Komponen makanan


Efek perubahan dalam komponen-komponen makanan, seperti:
1) Protein (daging, dan produk susu)
Sebagai contoh, dalam penggunaan Levadopa untuk
mngendalikan tremor pada penderita Parkinson. Akibatnya,
kondisi yang diobati mungkin tidak terkendali dengan baik.
Hindari atau makanlah sesedikit mungkin makanan berprotein
tinggi (Harknoss, 1989).
2) Lemak
Keseluruhan dari pengaruh makan lemak pada metabolisme
obat adalah bahwa apa saja yang dapat mempengaruhi jumlah
atau komposisi asam lemak dari fosfatidilkolin mikrosom hati
dapat mempengaruhi kapasitas hati untuk memetabolisasi obat.
Kenaikan fosfatidilkolin atau kandungan asam lemak tidak
jenuh dari fosfatidilkolin cenderung meningkatkan metabolism
obat (Gibson, 1991). Contohnya : Efek Griseofulvin dapat
meningkat, interaksi yang terjadi adalah interaksi yang
menguntungkan dan grieseofluvin sebaiknya dimakan pada saat
makan makanan berlemak seperti daging sapi, mentega, kue,
selada ayam, dan kentang goreng (Harkness, 1989).
3) Karbohidrat
Karbohidrat tampaknya mempunyai efek sedikit pada
metabolisme obat, walaupun banyak makan glukosa, terutama
sekali dapat menghambat metabolism barbiturate, dan dengan
demikian memperpanjang waktu tidur. Kelebihan glukosa
ternyata juga mengakibatkan berkurangnya kandungan sitokrom
P-450 hati dan memperendah aktivitas bifenil-4-hidroksilase
(Gibson, 1991). Sumber karbohidrat: roti, biskuit, kurma, jelli,
dan lainlain.
4) Vitamin
Vitamin merupakan bagian penting dari makanan dan
dibutuhkan untuk sintesis protein dan lemak, keduanya

Universitas Esa
Unggul 4/2
\

merupakan komponen vital dari sistem enzim yang


memetabolisasi obat. Oleh karena itu tidak mengherankan
bahwa perubahan dalam level vitamin, terutama defisiensi,
menyebabkan perubahan dalam kapasitas memetabolisasi obat.
Contohnya :
 Vit A dan vit B dengan antacid, menyebabkan
penyerapan vitamin berkurang.
 Vit C dengan besi, akibatnya penyerapan besi
meningkat.
 Vit D dengan fenitoin (dilantin), akibatnya efek vit D
berkurang.
 Vit E dengan besi, akibatnya aktivitas vit E menurun
(Harkness, 1989)
5) Mineral
Mineral merupakan unsur logam dan bukan logam dalam
makanan untuk menjaga kesehatan yang baik. Unsur – unsure
yang telah terbukti mempengaruhi metabolisme obat ialah: besi,
kalium, kalsium, magnesium, zink, tembaga, selenium, dan
iodium. Makanan yang tidak mengandung magnesium juga
secara nyata mengurangi kandungan lisofosfatidilkolin, suatu
efek yang juga berhubungan dengan berkurangnya kapasitas
memetabolisme hati. Besi yang berlebih dalam makanan dapat
juga menghambat metabolisme obat. Kelebihan tembaga
mempunyai efek yang sama seperti defisiensi tembaga, yakni
berkurangnya kemampuan untuk memetabolisme obat dalam
beberapa hal. Jadi ada level optimum dalam tembaga yang ada
pada makanan untuk memelihara metabolism obat dalam tubuh
(Gibson, 1991).

c). Ketersediaan hayati


Penggunaan obat bersama makanan tidak hanya dapat menyebabkan
perlambatan absorpsi tetapi dapat pula mempengaruhi jumlah yang diabsorpsi

Universitas Esa
Unggul 5/2
\

(ketersediaan hayati obat bersangkutan). Penisilamin yang digunakan sebagai


basis terapeutika dalam menangani reumatik, jika digunakan segera setelah
makan, ketersediaan hayatinya jauh lebih kecil dibandingkan jika tablet tersebut
digunakan dalam keadaan lambung kosong. Ini akibat adanya pengaruh laju
pengosongan lambung terhadap absorpsi obat (Gibson, 1991).

Fase-Fase Dalam Interaksi Obat dengan Makanan


Ada beberapa fase dalam interaksi obat dengan makanan yaitu:
a). Fase farmasetis
Fase farmasetis merupakan fase awal dari hancur dan terdisolusinya obat.
Beberapa makanan dan nutrisi mempengaruhi hancur dan larutnya obat. Maka
dari itu, keasaman makanan dapat mengubah efektifitas dan solubilitas obat-obat
tertentu. Salah satu obat yang dipengaruhi pH lambung adalah saquinavir,
inhibitor protease pada perawatan HIV. Ketersediaan hayatinya meningkat akibat
solubilisasi yang diinduksi oleh perubahan pH lambung. Makanan dapat
meningkatkan pH lambung, disisi lain juga dapat mencegah disolusi beberapa
obat seperti isoniazid (INH).

b). Fase farmakokinetik


Fase farmakokinetik adalah absorbsi, transport, distribusi, metabolisme dan
ekskresi obat. Interaksi obat dan makanan paling signifikan terlibat dalam proses
absorbsi. Usus halus, organ penyerapan primer, berperan penting dalam absorbsi
obat. Fungsi usus halus seperti motilitas atau afinitas obat untuk menahan sistem
karier usus halus, dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorbsi obat.
Makanan dan nutrien dalam makanan dapat meningkatkan atau menurunkan
absorbsi obat dan mengubah ketersediaan hayati obat. Contoh interaksi makanan
yang dapat meningkatkan interaksi obat disajikan pada Tabel 1. Sedangkan,
contoh interaksi makanan yang dapat menurunkan absorbsi obat disajikan pada
Tabel 2. Selain itu, beberapa obat beserta efek dan mekanisme dalam tubuh
dijelaskan pada Tabel 3.

Universitas Esa
Unggul 6/2
\

Tabel 1. Interaksi Makanan Yang Dapat Meningkatkan Interaksi Obat


No Nama obat Mekanisme solusi Aturan minum
1 Carbamazepin Meningkatkan produksi empedu, Diminum bersama
meningkatkan disolusi & absorbsi. makanan

2 Diazepam Meningkatkan enterohepatik, disolusi Tidak ada


sekunder pada sekresi asam lambung.

3 Erythromycin Tidak diketahui Diminum saat makan

4 Griseofulvin Obat mudah larut dalam lemak, Diberikan dengan


meningkatkan absorbsi. makanan tinggi lemak
atau disuspensi
minyak jagung
rendah
kontraindikasi.
5 Hydrochlorothiazid Menunda pengosongan lambung, Diberikan bersama
(HCT) meningkatkan absorbsi usus halus. makanan.
6 Phenytoin Menunda pengosongan lambung, Diberikan pada saat
Meningkatkan produksi empedu, makan pagi, siang
meningkatkan disolusi & absorbsi. dan malam.

Tabel 2. Interaksi Makanan Yang Dapat Menurunkan Interaksi Obat


No Nama obat Mekanisme solusi Aturan minum
1 Acetaminophen Terutama makanan mengandung pektin Diminum saat perut
bersifat absorben dan pelindung. kosong

2 Ampicillin Mengurangi volume cairan lambung. Diminum dengan air

3 Amoxicillin Mengurangi volume cairan lambung. Diminum dengan air

4 Acetosal Mengubah pH lambung. Diminum saat perut


kosong

Universitas Esa
Unggul 7/2
\

No Nama obat Mekanisme solusi Aturan minum


5 Captopril Tidak diketahui (ACE inhibitor). Diminum sebelum
makan

6 Digoxin Obat terikat makanan tinggi serat Diminum saat makan

Tabel 3. Beberapa Obat Beserta Efek Dan Mekanisme Dalam Tubuh


No Nama obat Mekanisme solusi Aturan minum
1 Acetaminophen Terutama makanan mengandung pektin Diminum saat perut
bersifat absorben dan pelindung. kosong

2 Ampicillin Mengurangi volume cairan lambung. Diminum dengan air

3 Amoxicillin Mengurangi volume cairan lambung. Diminum dengan air

4 Acetosal Mengubah pH lambung. Diminum saat perut


kosong

5 Captopril Tidak diketahui (ACE inhibitor). Diminum sebelum


makan

6 Digoxin Obat terikat makanan tinggi serat Diminum saat makan

Makanan yang mempengaruhi tingkat ionisasi dan solubilitas


atau reaksi pembentukan khelat, dapat mengubah absorbsi obat secara signifikan.
Misalnya pada reaksi pembentukan khelat pada :
a. Kombinasi tetracyclin dengan mineral divalen seperti Ca dalam susu
atau antasida. Kalsium akan mempengaruhi absorbsi dari quinolon.
b. Reaksi antara besi (ferro atau ferri) dengan tetracyclin, antibiotik
fluoroquinolon, ciprofloxacin, ofloxacin, lomeflox dan enoxacin.
Maka dari itu, ketersediaan hayati ciprofloxacin dan ofloxacin turun
masing-masing 52 dan 64 % akibat adanya besi.

Universitas Esa
Unggul 8/2
\

c. Zink dan fluoroquinolon akan menghasilkan senyawa inaktif sehingga


menurunkan absorbsi obat (b).

Kecepatan pengosongan lambung secara signifikan mempengaruhi


komposisi makanan yang dicerna. Kecepatan pengosongan lambung ini dapat
mengubah ketersediaan hayati obat. Makanan yang mengandung serat dan lemak
tinggi diketahui secara normal menunda waktu pengosongan lambung. Beberapa
obat seperti nitrofurantoin dan hidralazin lebih baik diserap saat pengosongan
lambung tertunda karena tekanan pH rendah di lambung. Obat lain seperti L-dopa,
Penicillin G, dan digoxin, mengalami degradasi dan menjadi inaktif saat tertekan
oleh pH rendah di lambung dalam waktu lama. Obat dieliminasi dari tubuh tanpa
diubah atau sebagai metabolit primer oleh ginjal, paru-paru, atau saluran
gastrointestinal melalui empedu. Ekskresi obat juga dapat dipengaruhi oleh diet
nutrien seperti protein dan serat, atau nutrien yang mempengaruhi pH urin.

c). Fase farmakodinamik


Fase farmakodinamik merupakan respon fisiologis dan psikologis terhadap obat.
Mekanisme obat tergantung pada aktifitas agonis atau antagonis, yang mana akan
meningkatkan atau menghambat metabolisme normal dan fungsi fisiologis dalam
tubuh manusia. Obat dapat memproduksi efek yang diinginkan dan tidak
diinginkan. Aspirin dapat menyebabkan defisiensi folat jika diberikan dalam
jangka waktu lama. Methotrexat memiliki struktur yang mirip dengan folat
vitamin B, hal ini dapat memperparah defisiensi folat. Beberapa interaksi penting
antara obat dan makanan disajikan pada Tabel 4.

Universitas Esa
Unggul 9/2
\

Tabel 4. Beberapa Interaksi Penting Antara Obat Dan Makanan


No Nama obat Tipe nutrien Efek dari interaksi Rekomendasi
1 Azithromycin Makanan Absorbsi Azithromycin berselang 2
(Zithromax) berkurang, ketersediaan jam
hayatinya berkurang Diminum
43%, konsentrasi maksimal saat perut
52%. kosong /
konsisten
2 Captopril Makanan Absorbsi Captopril
pada saat
(Capoten) berkurang.
yang sama

3 Erythromycin Makanan Absorbsi Erythromycin base setiap hari.

atau obat dengan makanan.

Penelanan tablet dengan air yang cukup atau cairan lain penting untuk
beberapa obat karena jika ditelan tablet tersebut cenderung merusak saluran
oesophagus. Petunjuk pada pasien untuk mencegah iritasi dan atau ulcer pada
oesophagus, tablet atau kapsul obat harus ditelan dengan segelas air oleh pasien
dengan posisi berdiri, misalnya untuk obat-obat seperti analgesik (contohnya
aspirin), NSAID (contohnya Phenylbutazone, oxyphenbutazone, indometacin),
kloralhidrat, emepromium bromida, kalium klorida, tetracyclin (terutama
Doxycyclin).
Obat diminum dengan atau tanpa makanan, interaksi obat-makanan dalam
saluran gastrointestinal dapat bermacam- macam dan banyak alasan mengapa
makanan dapat berpengaruh pada efek obat. Contohnya obat mungkin terikat pada
komponen makanan, makanan akan mempengaruhi waktu transit obat pada usus
obat dapat mengubah first- pass metabolism obat dalam usus dan dalam hati, dan
makanan dapat meningkatkan aliran empedu yang mampu meningkatkan absorbsi
beberapa obat yang larut lemak. Petunjuk pada pasien untuk mencegah interaksi
tersebut adalah dengan meminum obat dengan segelas air pada saat perut kosong,
misalnya seperti pada obat-obat sefalosporin (kecuali sefradin), dipyridamol,
erythromycin, Isoniazid (INH), lincomycin, penicillamin, pentaerithritel

Universitas Esa
Unggul 10/
\

tetranitrat, rifampicin, penisilin oral dan tetracyclin. Absorbsi semua penisilin oral
optimal jika diminum pada saat perut kosong dengan segelas air. Pivampicillin
harus diminum bersama makanan karena dapat mengiritasi lambung atau perut.
Tetracyclin kadang kalamenyebabkan mual dan muntah jika diminum pada saat
perut kosong. Meskipun makanan mengurangi absorbsi tetracyclin tetapi tidak
terjadi pada doxycyclin dan minocyclin.
Adanya makanan juga dapat meningkatkan perubahan bentuk profil serum
obat tanpa mengubah ketersediaan hayati obat. Hal ini terlihat pada studi sefradin,
makanan tidak memiliki efek signifikan terhadap ekskresi urin antibiotik tetapi
pada nilai t-max. Beberapa obat yang diminum bersama susu atau makanan
berlemak antara lain alafosfalin, griseofulvin dan vitamin Sedangkan obat yang
tidak boleh diminum bersama susu antara lain bisacodyl (dulcolax), garam besi,
tetracyclin (kecuali doxycyclin dan minocyclin). Beberapa obat dapat diminum
bersama makanan seperti yang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Beberapa Obat Dapat Diminum Bersama Makanan


Asam nalidiksat Carbamazepin Ethambutol Indometacin
Metformin Nitrofurantoin Pivampicillin Teofilin dan
turunannya
Asam nikotinat Cinnarizin Garam kalium Garam besi (Fe)
& turunannya
Metoprolol Oxyphenbutazone Propranolol Tolbutamid

Asetosal Cotrimoxazole Glibenclamide Isoxsuprin


Metronidazol Phenylbutazone Reserpin Triamteren

Allopurinol Doxycyclin Gliclazide Levodopa


Minocyclin Pankreatin Riboflavin Na-valproat

Amiodaron Na-diklofenak Ibuprofen


Naproxen Phenytoin-Na Spironolakton

Universitas Esa
Unggul 11/
\

Interaksi Obat dan Makanan yang Dapat Menurunkan Kinerja Sistem


Pencernaan

Interaksi obat dan makanan yang dapat menurunkan kinerja sistem


pencernaan dapat meliputi interaksi obat yang menurunkan nafsu makan,
mengganggu pengecapan dan mengganggu traktus gastrointestinal atau saluran
pencernaan.

a). Obat dan penurunan nafsu makan


Efek samping obat atau pengaruh obat secara langsung, dapat
mempengaruhi nafsu makan. Kebanyakan stimulan CNS dapat mengakibatkan
anorexia. Efek samping obat yang berdampak pada gangguan CNS dapat
mempengaruhi kemampuan dan keinginan untuk makan. Obat-obatan penekan
nafsu makan dapat menyebabkan terjadinya penurunan berat badan yang tidak
diinginkan dan ketidakseimbangan nutrisi.

b). Obat dan perubahan pengecapan/ penciuman


Banyak obat yang dapat menyebabkan perubahan terhadap kemampuan
merasakan/dysgeusia, menurunkan ketajaman rasa/ hypodysgeusia atau membaui.
Gejala-gejala tersebut dapat mempengaruhi intake makanan. Obat-obatan yang
umum digunakan dan diketahui menyabapkan hypodysgeusia seperti: obat
antihipertensi (captopril), antriretroviral ampenavir, antineoplastik cisplastin, dan
antikonvulsan phenytoin.

c). Obat dan gangguan gastrointestinal


Obat dapat menyebabkan perubahan pada fungsi usus besar dan hal ini
dapat berdampak pada terjadinya konstipasi atau diare. Obat-obatan narkosis
seperti kodein dan morfin dapat menurunkan produktivitas tonus otot halus dari
dinding usus. Hal ini berdampak pada penurunan peristaltik yang menyebabkan
terjadinya konstipasi.

Universitas Esa
Unggul 12/
\

d). Absorbsi
Obat-obatan yang dikenal luas dapat mempengaruhi absorbsi zat gizi
adalah obat-obatan yang memiliki efek merusak terhadap mukosa usus.
Antineoplastik, antiretroviral, NSAID dan sejumlah antibiotik diketahui memiliki
efek tersebut. Mekanisme penghambatan absorbsi tersebut meliputi: pengikatan
antara obat dan zat gizi (drug-nutrient binding) contohnya Fe, Mg, Zn, dapat
berikatan dengan beberapa jenis antibiotik; mengubah keasaman lambung seperti
pada antacid dan antiulcer sehingga dapat mengganggu penyerapan B12, folat dan
besi; serta dengan cara penghambatan langsung pada metabolisme atau
perpindahan saat masuk ke dinding usus.

e). Metabolisme
Obat-obatan dan zat gizi mendapatkan enzim yang sama ketika sampai di
usus dan hati. Akibatnya beberapa obat dapat menghambat aktifitas enzim yang
dibutuhkan untuk memetabolisme zat gizi. Sebagai contohnya penggunaan
metotrexate pada pengobatan kanker menggunakan enzim yang sama yang dipakai
untuk mengaktifkan folat. Sehingga efek samping dari penggunaan obat ini adalah
defisiensi asam folat.

f). Ekskresi
Obat-obatan dapat mempengaruhi dan mengganggu eksresi zat gizi dengan
mengganggu reabsorbsi pada ginjal dan menyebabkan diare atau muntah.

Interaksi Obat dengan Mikronutrien


Kadar serum dari elektrolit, mikromineral dan vitamin bisa berubah oleh
obat-obat tertentu dan dokter harus mewaspadai hal ini bila ada kelainan. Berikut
Obat yang Menyebabkan Kelainan mikronutrien:

a). ↓ Kalsium
Aminoglycosides, bisphosphonates, corticosteroids, H2 receptor
antagonists, loop diuretics; amphotericin B, antacids, carbamazepine,
cholestyramine, cisplatin, colchicines, digoxin, doxycycline, ethosuximide,

Universitas Esa
Unggul 13/
\

foscarnet, Mg oxide/sulfate, minocycline, oxcarbazepine, oxytetracycline,


pentamidine, phenobarbital, phenytoin, primidone, Na phosphate, sucralfate,
zelodronic acid, zonisamide.

b). ↑ Kalsium
Antiestrogens, estrogens, thiazide diuretics; aluminium intoxication,
aminoiphylline, Ca carbonate, lithium.

c). ↓ Magnesium
Aminoglycosides, corticosteroids, estrogens, loop diuretics, oral
contraceptives, tetracyclines,thiazide diuretics; amphotericin B, cholestyramine,
cisplatin, cyclosporine, digoxin, foscarnet, hydralazine, methsuximide,
pamidronate, penicillamine, raloxifene, Na phosphate, tacrolimus, zoledronic acid.

d). ↑ Magnesium
Usually associated with intake > 6g/day, Mg-containing antacids/enemas.

e). ↓ Fosfor
Thiazide diuretics; alendronate, antacids (Al & Mg-containing),
cholestyramine, digoxin, foscarnet, Mg oxide/sulfate, ,pamidronate, sucralfate,
theophylline, zoledronic acid.

f). ↑ Fosfor
Etidronate, foscarnet, Na phosphate laxatives & enema.

g). ↓Kalium
Aminoglycosides, loop diuretics, penicillins, salicylates, thiazide diuretics,
acetazolamide, amphotericin B, bisacodyl, cisplatin, colchicine, cyclosporine,
enoxacin, foscarnet, hydralazine, levodopa, mannitol, pamidronate, Na
bicarbonate & phosphates.

Universitas Esa
Unggul 14/
\

h). ↑ Kalium
ACE inhibitors, angiotensin, receptor blockers, beta-adrenergic blochers,
NSAIDs, Kalium sparing diuretics ; cyclosporine, heparin, hypertonic solutions,
lithium, pentamidine, succinylcholine.

i). ↓ Natrium
Aminoglicosides, loop diuretics, Kalium sparing diuretics, thiazide
diuretics, salicylates ; acetazolamide, amphotericin B, bisacodyl, captopril,
colchicine, foscarnet.

j). ↑ Natrium
Hypertonic IV solution, mannitol, Na penicillin G, Na phosphate laxative
dan enemas.

k). ↓ Zink
ACE inhibitors, corticosteroids, diuretics, estrogens, oral contraceptives,
H2 receptor antagonists, reverse transcriptase inhibitors ; cholestyramine,
ethambutol, hydralazine, penicillamine.

l). ↓ Klorida
Thiazide diuretics, loop diuretics.

m). ↑ Klorida
Spironolactone, triamterene

Universitas Esa
Unggul 15/
\

Tabel 6. Interaksi Obat-Makanan yang Bermakna Klinis


No Obat Interaksi Akibat klinis yang mungkin
1 Tetrasiklin Penurunan ketersediaanhayati Gagal terapi
dengan susu dan produk susu

2 Siprofloksasin Penurunan ketersediaanhayati Gagal terapi


dengan susu dan produk susu

3 Azitromisin Penurunan ketersediaanhayati Gagal terapi


dg makanan

4 Itrakonazol Penurunan ketersediaanhayati Mungkin Gagal terapi


dg makanan

5 Penisilamin Penurunan ketersediaanhayati Gagal terapi


dg makanan

6 Didanosin Makanan mengurangi Gagal terapi


ketersediaanhayati

7 Indinavir Makanan mengurangi Gagal terapi


ketersediaanhayati

8 Saquinavir Garlic (allicin) mengurangi Aktivitas antiviral berkurang


ketersediaanhayati

Universitas Esa
Unggul 16/
\

C. Latihan Soal
Setelah membaca uraian di atas, jawablah pertanyaan di bawah ini dengan
benar!
1. Sebutkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya interaksi obat dan
makanan!
2. Bagaimanan peran jenis makanan dalam mempengaruhi interaksi obat
dengan makanan?
3. Apa yang dimaksud fase framakodinamik dalam interaksi obat dan
makanan?
4. Bagaimana pengaruh obat terhadap perubahan gastrointestinal?
5. Sebutkan jenis obat yang dapat meningkatkan kalsium?

D. Kunci Jawaban
1. Faktor yang menyebabkan terjadinya interaksi obat dan makanan yaitu:
 Perubahan motilitas lambung dan usus, terutama kecepatan
pengosongan lambung dari saat masuknya makanan
 Perubahan pH, sekresi asam serta produksi empedu
 Perubahan suplai darah di daerah splanchnicus dan di mukosa
saluran cerna
 Dipengaruhinya absorpsi obat oleh proses adsorpsi dan pembentukan
kompleks
 Dipengaruhinya proses transport aktif obat oleh makanan
 Perubahan biotransformasi dan eliminasi.
2. Peranan jenis makanan juga berpengaruh dalam interaksi obat dan
makanan. Jika makanan yang dimakan mengandung komposisi 40%
karbohidrat, 40% lemak dan 20% protein maka walaupun pengosongan
lambung akan mulai terjadi setelah sekitar 10 menit. Proses pengosongan
ini baru berakhir setelah 3 sampai 4 jam. Dengan ini selama 1 sampai 1,5
jam volume lambung tetap konstan karena adanya prose sekresi.
3. Fase farmakodinamik merupakan respon fisiologis dan psikologis terhadap
obat. Mekanisme obat tergantung pada aktifitas agonis atau antagonis,
yang mana akan meningkatkan atau menghambat metabolisme normal dan

Universitas Esa
Unggul 17/
\

fungsi fisiologis dalam tubuh manusia. Obat dapat memproduksi efek yang
diinginkan dan tidak diinginkan.
4. Obat dapat menyebabkan perubahan pada fungsi usus besar dan hal ini
dapat berdampak pada terjadinya konstipasi atau diare. Obat-obatan
narkosis seperti kodein dan morfin dapat menurunkan produktivitas tonus
otot halus dari dinding usus. Hal ini berdampak pada penurunan peristaltik
yang menyebabkan terjadinya konstipasi.
5. Obat yang dapat meningkatkan kalsium yaitu antiestrogens, estrogens,
thiazide diuretics; aluminium intoxication, aminoiphylline, Ca carbonate,
lithium.

Universitas Esa
Unggul 18/
\

DAFTAR PUSTAKA
Becker M., Caspers P., Kallewaard M., Bruinink R., Kylstra N., Heisterkamp S.,
et al. 2007. Determinants of potential Drug– Drug interaction associated
dispensing in community pharmacies in the Netherlands. Pharm World Sci.
Vol 29(2): 51– 57.
Darmojo B. 2010. Buku ajar geriatri (ilmu kesehatan lanjut usia). Jakarta: FK UI.
Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. : Jakarta: Erlangga.
Harkness Richard, diterjemahkan oleh Goeswin Agoes dan Mathilda B.Widianto.
(1989.).Interaksi obat. Bandung: Penerbit ITB.
Kulkarni, V., Bora, S. S., Sirisha, S., Saji, M., and Sundaran, S. 2013. A study on
Drug–Drug interactions through prescription analysis in a South Indian
teaching hospital. Ther Adv Drug Saf. Vol. 4(4): 141–146.
Rahmawati, F., Handayani, R., Gosal, V. 2006. Kajian Retrospektif Interaksi Obat
Di Rumah Sakit Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta. Majalah Farmasi
Indonesia. Vol 17(4): 177- 183.
Rahmawati, F., Hidayati, N., Rochmah, W., Sulaiman, S. A. S. 2010. Potentiality
Of Drug-Drug Interactions In Hospitalized Geriatric Patients In A Private
Hospital, Yogyakarta, Indonesia. Asian Journal Of Pharmaceutical And
Clinical Research. Vol. 3(3): 191-194.
Setiawati. 2008. Farmakologi dan Terapi, Edisi Kelima, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. 2009. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Interna Publishing, Jakarta.

Universitas Esa
Unggul 19/

Anda mungkin juga menyukai