Anda di halaman 1dari 5

Nama: Roni setiawan

NIM: 1811102415123
1. Interkasi obat dengan makanan
Tn. Kogoro Mori 40 tahun mendapat pengobatan karena menjalani perawatan TBC pada
fase lanjutan (INH, rifampisin, dan vitamin B6) yaitu bulan keempat. Tanda pemberian
obat TBC sesudah makan (post coenam).
Analisis kasus
Pemberian obat TBC diharuskan dalam keadaan lambung kosong karena pada
saat lambung kosong absorpsi obat dapat berjalan dengan baik apabila dikomsumsi
bersamaan dengan makanan atau sesaat sesudah makan tanpa memberikan selang waktu.
Makanan dapat mengurangi absorbsi obat sehingga efek terapi tidak dapat tercapai.
Penyelesaian kasus
Pemberian obat harus sebelum makan agar absorpsi tidak terganggu dan tidak ada
interaksi antara obat dengan makanan. Apabila ingin meminum obat setelah makan harus
menjeda yaitu 30 menit setelah makan.
Termasuk kedalam interaksi farmakokinetik (karena menyebabkan penurunan absorpsi dari
obat antiTBC yang dikomsumsi oleh pasien)
2. Interaksi makanan dengan obat
Akbar pasien berumur 15 tahun mempunyai keluhan merasa pusing dikepala diketahui
juga ternyata dia setiap pusing selalu minum parasetamol bersamaan dengan makanan
atau setelah makan tanpa memberikan waktu jeda untuk meminum obat paracetamol.
Sehingga keluhan pusing dikepala akbar sering masih terasa walaupun sudah meminum
obat paracetamol forte.
Analisis kasus
Interaksi makanan terhadap parasetamol terjadi pada dua fase, yaitu pada fase
absorbsi dan pada fase metabolisme. Pada fase absorbsi, makanan dapat menurunkan
kecepatan absorbsi dari parasetamol sehingga level parasetamol tertinggi lambat tercapai,
dan efek mungkin akan lebih lama didapatkan. Mekanisme terjadinya penundaan
absorbsi ini karena adanya makanan dapat menurunkan waktu pengosongan lambung,
sehingga menunda absorbsi dari parasetamol.Makanan tinggi karbohidrat, tinggi lemak,
dan tinggi protein dapat menunda waktu pengosongan lambung. Selain berpengaruh pada
fase absorbsi, makanan juga dapat berpengaruh pada fase metabolisme.Beberapa jenis
sayuran seperti kecambah dan kubis menginduksi penurunan AUC parasetamol sampai
16%, dan memacu metabolisme parasetamol sampai 17%. Sedangkan seledri
menurunkan level plasma dari parasetamol, namun menurunkan metabolit oksidatif dari
parasetamol sehingga risiko toksisitas dari parasetamol meningkat
Penyelesaian kasus
Pemberian aturan minum obat paracetamol harus sebelum makan atau setelah
makan dengan memberikan jeda waktu untuk mengkomsumsi obat 30 menit setelah
makan. Agar absorbsi dan efek terapeutik dari paracetamol dapat tercapai.
Termasuk kedalam interaksi farmakokinetik (karena menyebabkan penurunan absorpsi dari
obat paracetamol yang dikomsumsi oleh pasien)
DAFTAR PUSTAKA

Bushra, Rabia., Nousheen Aslam., Arshad Yar Khan., 2011., “ Food Drug Interactions “,
Oman Medical Journals, Vol. 26 No. 2:77-83

Ismail, Mohammed Yahya Mohammed., 2009, “ Drug – Food Interactions


And Role Of Pharmacists “ Asian Journal Of Pharmaceutical And Clinical Research vol
2 No 4
G AMBARAN POTENSI INTERAKSI OBAT DENGAN MAKANAN PADA PASIEN
HEPAR YANG DIRAWAT DI SEBUAH RUMAH SAKIT DI KOTA TASIKMALAYA

Ilham Alifiar
Dosen Program Studi Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Koia Tasikmalaya

ilhamalifiar@omail.com

ABSTRAK

Interaksi obat adalah salah satu tipe dari permasalahan yang terkait dengan
obat.penggunaan obat bersama dengan makanan berpotensi untuk merubah efek dari
obat yang bersangkutan, baik meningkatkan efek atau justru menurunkan efek dari obat
yang bersangkutan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari potensi interaksi obai dengan
makanan pada pasien dengan gangguan hepar yang dirawat di salah satu rumah sakit di
Kota Tasikmalaya.
Penelitian ini merupakan penelitian kohort, dengan pengamoilan data dilakukan
secar a prospektif. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive
sampling.Jumlah pasien didapatkan sebanyak 40 orang pasien dengan gangguan hepar
dan pasien kontroI.Pasien dengan gangguan hepai mencakup sirosis hepatic, abses
hepai, dan hepatitis.Sebanyak 7 obat berpotensi untuk mengalami interaksi obai dengan
makanan.Obat tersebut adalah furosemide, spironolakton, omeprazole, lansoprazole,
parasetamoT, ondansetron, dan aspirin. Pasien dengan gangguan hepar mempunyai
potensi 1,294 kali lebih tinggi untuk mengalami interaksi antara obat dengan makanan (p =
0,040; RR = 1,294; CI = 1,032-1,623) dengan poiensi paling tinggi untuk berinteraksi
dengan makanan adalah antara furosemide, spironolakton, ondansetron, dan aspirin
Kesimpulan dari peneI tian ini adalah pasien dengan gangguan hepar mempunyai potensi
lebih tinggi untuk mengalami interaksi obat dengan makanan.

Kata Kunci: Interaksi Obat Dan Makanan. Pasien Hepar

LATAR BELAKANG interaksi obat (Krahenbuhl, 2008). Menurut


Penggunaan obat dalam terapi suatu Baxter (200B) interaksi obat adalah suatu
penyakit mempunyai dua sisi yang saling kejadian dimana efek terapi dari suatu obat
berlawanan, di satu sisi obat mempunyai dapat dipengaruhi oleh obat Iain, sediaan
efek terapi yang dapat mengobati pasien, herbal, makan, minuman, atau perubahan
namun di sisi Iain obat mempunyai etek kimia fisika dari lingkungan. Pengaruh
yang tidak diharapkan atau disebut juga interaksi obat ini berpotensi dapat
dengan adverse drug reaction atau ADR, meningkatkan efek dari obat yang
dan salah satu poin dari ADR ini adalah dipengaruhi atau sebaliknya dapat

Jurnet 5utyn fVfedfâo Vo iurne 2 No. I {2o16 J

Anda mungkin juga menyukai