PENDAHULUAN
ISI
Inkompabilitas yang terjadi diluar tubuh (saluran obt diberikan) antara obat yang tidak
pembentukan endapan, perubahan warna, dll, atau mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini
Farmakokinetika atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh
terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yakni proses absorpsi (A), distribusi (D),
metabolisme (M) dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi, dan ekskresi bentuk
utuh atau bentuk aktif, merupakan proses eliminasi obat (Gunawan,1972).
a. Jika kecepatan absorpsi suatu obat turun maka konsentrasi stabil akhir obat
yang dimaksud tidak akan turun. Namun kecepatan absorpsi yang lebih
lambat dapat bermakna secara klinis jika efek terapi yang diinginkan
diperlukan secara cepat misalnya dengan memperlambat kecepatan
absorpsi suatu obat yang digunakan untuk obat tidur, maka efek terapi
menjadi lambat dan pasien mungkin tidak akan mengalami efek terapi
yang diinginkan seperti biasanya (Syamsudin,2013).
b. Jika dua obat berinteraksi dan tingkat absorpsi salah satu obat mengalami
penurunan maka konsentrasi stabil akhir bisa jadi bermakna misalnya jika
Obat A menurunkan tingkat absorpsi Obat B sebesar 25%, maka kadar
stabil Obat B akan turun. Hal ini dapat menimbulkan penurunan efek
terapi Obat B dan memerlukan titrasi dosis Obat B (Syamsudin,2013).
Distribusi obat adalah distribusi obat dari dan ke darah dan beebrapa jaringan
tubuh ( misalnya lemak, otot, dan jaringan otak) dan proporsi relatif obat di dalam
jaringan. Setelah suatu obat diabsorbsi ke dalam aliran darah maka obat akan
bersirkulasi dengan cepat ke seluruh tubuh, waktu sirkulasi darah rata-rata adalah 1
menit. Saat darah bersirkulasi obat bergerak dari aliran dan masuk ke jaringan-
jaringan tubuh (Syamsudin,2013).
1) Peningkatan Obat ke Protein Plasma
Banyak obat yang terikat protein plasma sehingga hanya obat dalam bentuk
bebas di dalam plasma yang menghasilkan efek farmakologi. Biasanya obat terikat
albumin namun sebagai obat ( seperti kuinin ) terikat ke alfa-globulin dan asam
glikoprotein. Obat-obatan yang bersifat asam seperti warfarin dan analgetik non
INTERAKSI OBAT DALAM PROSES FARMASETIK, FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK 5
steroid ( NSAID ) memiliki afinitas yang tinggi terhadap albumin plasma, namun
sebagian besar obat basa seperti antidepresan dapat berikatan juga. Sebagian besar
obat aktif secara farmakologi dengan konsentrasi yang tidak menjenuhkan tempat
ikatan protein plasma, jadi sebagian obat yang terikat tidak tergantung pada
konsentrasi obat. Namun tempat ikatan beberapa jenis obat sseperti tolbutamid dan
beberapa sulfonamida, hampir jenuh pada konsentrasi terapi sehingga penambahan
lebih banyak obat akan meningkatkan konsentrasi obat bebas dengan jumlah yang
lebih besar dari yang diharapkan. Karena banyak obat yang memiliki afinitas
terhadap tempat ikatan albumin maka kompetisinya dianggap sebagai interaksi
obat yang penting.
Meskipun obat-obatan berikatan dengan banyak makromolekul, pengikatan ke
protein plasma lazim terjadi. Dari protein plasma ini albumin terdiri dari 5 % total
protein mengikat paling banyak jenis obat. Obat-obat yang bersifat asam biasanya
mengikat albumin, sementara obat-obatan yang bersifat basa berikatan dengan
alfa-glikoprotein dan lipoprotein. Banyak senyawa endogen steroid, vitamin dan
ion mineral berikatan dengan globulin (Syamsudin,2013). Berikut daftar protein
dengan tempat ikatan yang potensial terhadap sejumlah obat
substrat enzim metabolisme sitokrom P450 (CYP) dalam mikrosom hati.Dalam Bab
satu penghambat enzim yang sama akan meningkatkan kadar plasma substrat
memetabolisme sekitar 50% obat untuk manusia, maka penghambat isoenzim ini
menjadi penting karena akan berinteraksi dengan banyak obat, terutama penghambat
Sitokrom P450 adalah enzim yang akan memetabolisme obat didalam hati.
Yang perlu diperhatikan pada interaksi metabolisme adalah obat-obat yang dapat
2.2.4 Ekskresi
siklosporin dan amfoterisin B. Jika obat-obat ini diberikan bersama obat-obat lain
yang eliminasinya terutama melalui ginjal maka akan terjadi akumulasi obat-obat
reseptor, tempat kerja atau system fisiologik yang sama sehingga terjadi efek aditif,
sinergik atau antagonistic, tanpa terjadi perubahan kadar obat dalam plasma
Kesimpulan :
fisiologik yang sama yang memberikan efek aditif, sinergik, dan antagonis.
meningkatkan efek dari obat B, baik itu efek terapi ataupun efek sampingnya.
b. Sinergik : ketika obat A diberikan bersamaan dengan obat B dan ketika efek
sebaliknya.
menghambat obat B untuk berikatan dengan reseptor, dan menyebabkan efek dari
obat B menurun.