Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Praktikum yang dilakukan kali ini bertujuan untuk melakukan analisis formalin
tahu dan mie dengan metode iodo-iodimetri. Analisis formalin dalam bahan pangan
dilakukan untuk mengetahui adanya formalin dalam bahan pangan. Formalin merupakan
jenis bahan kimia berbahaya yang masih sering digunakan secara bebas oleh pedagang atau
pengolah pangan yang tidak bertanggung jawab. Hal ini disebabkan karena formalin jauh
lebih murah dibanding pengawet lainnya, mudah digunakan karena dalam bentuk larutan
dan rendahnya pengetahuan pedagang tentang bahaya formalin. Formalin sendiri
merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pengawet mayat, disinfektan,
pembasmi serangga, serta digunakan dalam industri tekstil kayu lapis dan tidak layak
dikomsumsi.
Analisis uji formalin dalam praktikum ini menggunakan sampel tahu dan mie yang
dijual oleh penjual di pasaran di Samarinda. Analisis formalin pada pangan dalam
praktikum ini dilakukan secara kualitatif dengan uji dengan FeCI 3 dan secara kuantitatif
dengan metode titrimetri.
Analisis pertama yang dilakukan adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif yang
dilakukan ini berfungsi untuk mengidentifikasi keberadaan formalin dalam sampel tahu
dan mie melalui uji dengan FeCI3.
Pertama kali yang dilakukan adalah penggerusan tahu dengan menggunakan mortir
dan stemper. Tujuan dari penggerusan ini adalah proses untuk menghomogenkan tahu
tersebut ketika akan diambil sebagai sampel nanti. Kemudian diambil sebagian kecil dari
sampel tersebut dari tahu yang telah dihaluskan tadi (jangan terlalu banyak), masukkan ke
dalam tabung reaksi. Lalu ditambahkan larutan FeCl3 beberapa tetes sampai sampel
terendam. Penambahan ini dilakukan untuk melepaskan ikatan formalin pada tahu tersebut.
Dan yang terakhir ditambahkan larutan H2SO4 pekat sebanyak 5 – 6 ml, larutan ini
berfungsi sebagai katalisator. Reaksi positif jika pada tabung reaksi terbentuk cincin yang
berwarna ungu
Sampel pada hasil analisa kualitatif menunjukan hasil yang negatif terhadap
formalin pada sampel tahu dengan hasil tidak terbentuk cincin yang berwarna ungu tetapi
pada sampel mie dinyatakan positif formalin dikarenakan pada uji ini pada tabung reaksi
terbentuk cincin berwarna ungu.
Melihat sifat yang ada, apabila formalin masuk dalam tubuh manusia maka dapat
diperkirakan formalin menyerang protein yang banyak terdapat dalam tubuh seperti
lambung. Terlebih jika formalin yang masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan
memiliki dosis tinggi. Kendalanya, sebagai bahan yang digunakan untuk mengawetkan
makaan, dosis formalin yang diigunakan pun akan rendah sehingga efek samping dari
mengkonsumsi makanan berformalin tidak akan dirasakan langsung oleh konsumen tetapi
apabila terus menerus dikonsumsi akan memiliki efek yang membahayakan.
Analisis kedua yang dilakukan dalam percobaan kali ini yaitu analisis kuantitatif
formalin dengan tujuan untuk mengetahui kadar formalin dalam sampel tahu dan mie
dengan mengunakan iodo-iodimetri.
Praktikum dimulai dengan persiapan alat dan bahan yang diperlukan. Untuk
preparasi sampel, haluskan atau gerus 1 buah tahu dan mie yang diduga berformalin
dengan mortir dan stemper. Tujuan dari penggerusan ini adalah untuk menghomogenkan
sampel tahu tersebut, sehingga kadar formalinnya pun merata dan tidak terpusat pada satu
bagian saja. Kemudian setelah homogen dan halus, timbang sebanyak 1 gram dari tahu
tersebut. Kemudian ditambahkan 2,5 ml air dan 1 ml NaOH, kemudian ambil filtratnya.
Tambahkan iodin, tujuannya agar dapat terbentuknya iodium yang bebas. Kemudian
diamkan 15 menit agar reaksi berlangsung lebih sempurna. Tambahkan asam sulfat encer
sebagai katalisator reaksi tersebut. Setelah itu larutan dapat dititrasi dengan natrium
tiosulfat. Larutan yang tadinya berwarna coklat kebiruan, akan menjadi larutan kuning
bening. Lalu beri indikator amilum ketika mendekati titik akhir titrasi. Akan terjadi
perubahan warna disini (analisis kuantitatif), yaitu perubahan warna dari yang warna nya
kuning muda, akan menjadi larutan yang tidak berwarna atau bening. Catat berapa volume
natrium tiosulfat yang dibutuhkan untuk membuat larutan yang tadinya berwarna kuning
muda ke bening. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali untuk mendapatkan keakuratan. Namun
dalam praktikum kali ini karena tidak tersedianya bahan yang lengkap, maka pembakuan
dilakukan hanya 1 kali, yaitu bahwa natrium tiosulfat tersebut berkadar 9 ml untuk mie dan
8,9 ml untuk tahu.
Diketahui bahwa semua sampel telah dilakukan perhitungan kadar dengan hasil
negatif mengandung formalin dengan kadar yang bervariasi. Telah dilakukan perhitungan
kadar rata-rata formalin pada 2 sampel yaitu sampel tahu = 2,67 %, dan sampel mie = 2,70
%.
Walaupun daya awetnya sangat luar biasa, formalin dilarang digunakan pada
makanan. Di Indonesia, beberapa undang-undang yang melarang penggunaan formalin
sebagai pengawet makanan adalah Peraturan Menteri Kesehatan No 722/1988, Peraturan
Menteri Kesehatan No. 1168/Menkes/PER/X/1999, UU No 7/1996 tentang Pangan dan UU
No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen (Paisal 2007). Formalin dalam penggunaanya
dalam bahan pangan memang telah dilarang oleh pemerintah sebagai mana undang-undang
yang melarang penggunaan formalin sebagai pengawet makanan adalah Peraturan Menteri
Kesehatan No 722/1988, Peraturan Menteri Kesehatan No. 1168/Menkes/PER/X/1999, UU
No 7/1996 tentang Pangan dan UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen.
KESIMPULAN
1. Mahasiswa mampu mengetahui analisis secara kualitatif dan kuantitatif formalin yang
terkandung di dalam tahu dan mie yang dijual dipasaran menggunakan metode iodo-
iodimetri.
2. Formalin merupakan jenis bahan kimia berbahaya yang masih sering digunakan secara
bebas oleh pedagang atau pengolah pangan yang tidak bertanggung jawab. Hal ini
disebabkan karena formalin jauh lebih murah dibanding pengawet lainnya, mudah
digunakan karena dalam bentuk larutan dan rendahnya pengetahuan pedagang tentang
bahaya formalin.
3. Pada analisis kualitatif yang merupakan uji FeCI3. Sampel pada hasil analisa kualitatif
menunjukan hasil yang negatif terhadap formalin pada sampel tahu dengan hasil tidak
terbentuk cincin yang berwarna ungu tetapi pada sampel mie dinyatakan positif
formalin dikarenakan pada uji ini pada tabung reaksi terbentuk cincin berwarna ungu.
4. Pada analisis kuantitatif yang merupakan uji iodo-iodimetri. Diketahui bahwa semua
sampel telah dilakukan perhitungan kadar dengan hasil negatif mengandung formalin
dengan kadar yang bervariasi. Telah dilakukan perhitungan kadar rata-rata formalin
pada 2 sampel yaitu sampel tahu = 2,67 %, dan sampel mie = 2,70 %.

Anda mungkin juga menyukai