Anda di halaman 1dari 19

RESPONSI

PRAKTIKUM ILMU RESEP

Disusun Oleh :

NAMA : PIPIT FITRIYANI

NIM : E0017088

KELAS : 3B Farmasi

Dosen Pengampu : Osie Listina, M.Sc., Apt

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI


PROGRAM STUDI FARMASI S1
STIKes BHAMADA SLAWI
2020
A. TUJUAN
Untuk melakukan skrining dan pelayanan kefarmasian pada pasien yang
mengalami demam disertai kejang/epilepsi.

B. RESEP
dr. Bajang Suryoningrat
SIP: 007/dinkes/XII/1990
Jl. Kesatrian No. 47
Slawi
Slawi. 30 April ‘20

R/ Ampicilin 250 mg
Bodrexin syr demam fls. I
m.f. mixt
S.3 dd Cth. 1
-----------------------------

R/ Fenitoin 100 mg
Luminal 50 mg
m.f. pulv. dtd No. X
S. 1 dd pulv. 1
-----------------------------

Pro: Kusumo, 8 th
Jl. Ikan Hiu No 10
Kalisapu

C. SKRINING RESEP
1. Skrining Administratif
No. Uraian Ada Tidak
Inskriptio
Id. Dokter, dst √
Invocatio
Tanda R √
Prescriptio/Ordonatio
Nama obat √
Kekuatan obat √
Jumlah obat √
Signatura
Aturan pakai obat √
Iter/tanda lain √
Nama pasien √
Jenis kelamin √
Umur √
BB √
Alamat √
Subcriptio
Tanda tangan/paraf dokter √
Kesimpulan: Resep tersebut tidak lengkap karena tidak mencantumkan
mengenai :
- Pada Signatura tidak lengkap, konfirmasi kedokter mengenai iter / tanda
lain, jenis kelamin, dan berat badan pasien tidak ada di resep

2. Kesesuaian Farmasetika
No Kriteria Permasalahan Solusi
1 Bentuk sediaan Pada resep dibuat Ampicillin tidak bisa
sediaan Sirup dan dibuat dalam sediaan
Puyer. Bentuk sediaan sirup ( tidak stabil jika
tersebut sudah sesuai berada lama didalam air)
digunakan untuk anak lebih tepat jika
usia 8 tahun ampicillin dibuat sediaan
terpisah dalam sediaan
sirup kering.
2 Stabilitas obat Tidak ada Sirup dan puyer
permasalahan dalam disimpan dalam suhu
Stabilitas obat kamar (20-250C) dan
terhindar dari sinar
matahari secara langsung
3 Inkompatibilitas Tidak ada Pada saat peracikan
Inkompatibilitas diharapkan tercampur
rata atau homogen
4 Cara Pemberian Sirup dan puyer Semua obat saat
diberikan per oral dikonsumsi harus
tertelan seluruhnya
5 Jumlah dan aturan Sudah tertulis degan - Sirup diberikan 3 kali
pakai jelas atauran pakai dalam sehari 1
pada resep diatas sendok
- Puyer diberikan 1 kali
dalam sehari 1
bungkus menjelang
tidur malam (karena
waktu paruh yang
panjang)

3. Dosis
No Nama Dosis Resep Dosis Literatur Kesimpulan Rekomendasi
Obat (sumber)
1 Ampicillin 250 mg DM : 1xP : - Dosis resep Sudah sesuai
DM 1xP : - DM: 1H : 4000 sesuai dengan
DM 1H mg dosis
n (FI Edisi III) literature
xDM
n+12
(tidak Over
Dosis )
8
x 4000
8+12
=1.600 mg

 Dalam botol
60 ml
= 12 ml
5 ml
 Dalam sendok
250 mg
= 20,8
12mg
mg (1 x pakai )
DM 1 H = 3 x
20,8 mg = 62,4
mg

2 Bodrexin 1xP : 1 sendok teh Dosis untuk Dosis resep Sudah sesuai
syr =5 ml pasien 6-8 sesuai dengan
tahun 2 sendok dosis
1H : 5 ml x 3= 15 takar (10 ml) literature
ml Sebanyak 3-4 (tidak Over
kali 2 sendok Dosis )

1xP : 10 ml
1H : (3-4) x10
ml : 30-40 ml
3 Fenitoin 100 mg DM 1xP : 400 Dosis resep Sudah sesuai
DM 1xP = mg sesuai dengan
8 DM 1H : 800 dosis
x 400
8+12
mg literature
= 160 mg
( FI Edisi III) (tidak Over
Dosis )
DM 1H
8
x 800
8+12
= 320 mg

Dt 1xP
=1x100 mg
=100 mg

4 Luminal 50 mg DM 1xP : 300 Dosis resep Sudah sesuai


DM 1xP mg sesuai dengan
8 DM 1H : 600 dosis
x 300
8+12
mg literature
= 120 mg
( FI Edisi III) (tidak Over
DM 1H
Dosis )
8
x 600
8+12
=240 mg

Dt 1xP
=1x50 mg
=50 mg

4. Pertimbangan Klinis
No Kriteria Permasalahan Solusi
.
1 Indikasi Resep ditujukan untuk pasien Pemberian obat
yang mengalami infeksi saluran disesuaikan dengan
pernafasan yang, demam dan keadaan
disertai kejang/epilepsi
2 Kontra Indikasi - Ampicillin : - Pasien tidak
Hipersensitivitas terhadap memiliki riwayat
riwayat alergi penicillin, alergi penicillin
infeksi mononucleosis - Pasien tidak
- Bodrexin : Hipersensitivitas alergi
terhadap komponen obat paracetamol
ini, Gangguan fungsi hati -
dan ginjal, alergi terhadap
paracetamol.
- Fenitoin : penderita yang
hipersensitif terhadap
fenitoin
- Luminal : hipersensitif
terhadap barbiturate atau
komponen sediaan ,
gangguan hati yang jelas,
porfiria, hamil.
3 Interaksi obat Tidak ada interaksi Pemberian obat
disesuaikan dengan
aturan pakai
4 Duplikasi/polifarmasi Tidak ada duplikasi atau Dierikan sesuai resep
polifarmasi
5 Alergi Tidak ada alergi Pertimbangkan
apabila pasien
memiliki alergi
terhadap obat pada
resep
6 ES - Ampicillin : Mual, muntah, Pasien di anjurkan
ruam kulit dan antibiotik istirahat
kolitis
- Bodrexin : Reaksi
Hipersensitivitas
- Fenitoin : Nistagmus,
Ataksia, Pusing, Sakit
Kepala, Gangguan
Pencernaan, Hiperplasia
Gusi, Kelainan Darah,
kemerahan pada kulit;
Sindrom Stevens Johnson
dan Toksik Epidermal
Nekrosis pernah dilaporkan
- Luminal : Merasa Lelah,
Mengantuk, Pusing, Sakit
Kepala, Sensitif Atau Mudah
Marah, Disartria,
Kesemutan, Vertigo

D. URAIAN BAHAN
1. Ampicilin (ISO hal 97)
Nama Generik ampicillinium
Indikasi Infeksi saluram pernafassan, pencernaan, dan saluran
kemih.
KI Hipersensitivitas terhadap penicillin, infeksi
mononucleosis
Dosis Dewasa 250-500mg tiap 6 jam; anak 50-100 mg tiap 6
jam diberikan sebelum makan
Mekanisme kerja Menghambat pembentukan dinding sel bakteri berkaitan
dengan protein yang terdapat pada dinding sel yang
berujung pada kematian sel bakteri.
ES Mual, muntah, diare, ruam (hentikan penggunaan), jarang
terjadi colitis karena antibiotic, reaksi alergi (urtikaria,
anafilaksis)
Interaksi -Meningkatkan resiko pendarahan yang dimiliki obat
walfarin.
-Meningkatkan resiko gangguan pada kulit jika digunakan
bersama allopurinol
-Menurunkan efek ampicillin jika digunakan bersama
dengan chloroquine, erytromicin dan tetracycline.
2. Bodrexin syr
Zat aktif Paracetamol
Nama lain Acetaminophenum
Indikasi Menurunkan panas atau demam termasuk demam setelah
imunisasi serta meredakan nyeri ringan seperti sakit
kepala dan sakit gigi.
KI Gangguan fungsi hati, alergi terhadap paracetamol
Interaksi Jangan digunakan bersamaan dengan :
- Alkohol : karena dapat meningkatkan resiko kerusakan
fungsi hati.
- Metoclopramide : meningkatkan efek analgetic.
- Kolestiramin dan lixisenatide : mengurangi efek
farmakologis paracetamol.
- Antikoagulan warfarin : paracetamol meningkatkan
efek koagulansi obat ini sehingga meningkatkan potensi
resiko terjadinya perdarahan.
Mekanisme Menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX). Enzim
ini berperan pada pembentukan prostaglandin yaitu
senyawa penyebab nyeri. Dengan dihambatnya kerja
enzim COX, maka jumlah prostaglandin pada sistem saraf
pusat menjadi berkurang sehingga respon tubuh terhadap
nyeri berkurang. Paracetamol menurunkan suhu tubuh
dengan cara menurunkan hipotalamus set-point di pusat
pengendali suhu tubuh di otak.
Efek samping Reaksi hipersensitivitas.
Dosis
- 0-3 bulan : ¼ sendok takar (1,25 ml) sebanyak 3-4 kali sehari
- 4-11 bulan : ½ sendok takar (2,5 ml) sebanyak 3-4 kali sehari
- 12-23 bulan : ¾ sendok takar (3,75 ml) sebanyak 3-4 kali sehari
- 2-3 tahun : 1 sendok takar (5 ml) sebanyak 3-4 kali sehari
- 4-5 tahun : 1½ sendok takar (7,5 ml) sebanyak 3-4 kali sehari
- 6-8 tahun : 2 sendok takar (10 ml) sebanyak 3-4 kali sehari
- 9-10 tahun : 2½ sendok takar (12,5 ml) sebanyak 3-4 kali sehari
- 11-12 tahun : 3 sendok takar (15 ml) sebanyak 3-4 kali sehari

3. Fenitoin (ISO Hal 91)


Nama Generik Phenytoin
Indikasi Mengontrol bangkitan tonik klonik umum (grand mal) dan
parsial kompleks (psikomotor, lobs temporalis);
pencegahan dan perawatan bangkitan yang terjadi
selama atau setelah bedah saraf, terapi trigeminal
neuralgia; antikonvulsan.
KI Hipersensitif
Dosis Dewasa : 3-4 mg/kgBB atau 150-300mg perhari Anak-
anak : 5 mg/kgBB per hari
Mekanisme kerja Memblokade pergerakan ion melalui kenal natrium
dengan menurunkan aliran ion Na yang tersisa maupun
aliran ion Na yang mengalir selama penyebaran potensi
aksi, selain itu fenitoin memblokade dan mencegah
potensial pos tetanik, membatasi perkembangan aktivitas
serangan yang maksimal dan mengurangi penyebaran
serangan.
ES Nistagmus, ataksia, pusing, sakit kepala.
Interaksi Meningkatkan fenitoin dalam darah jika digunakan dengan
amiodarone, chloramphenicol, diazepam cimetidine,
omeprazole. mengurangi kadar fenitoin dalam darah jika
digunakan dengan phenobarbital, carbamazepin, asam
folat, reservin.

4. Luminal
Nama Generik Phenobarbitalum
Indikasi Epliepsi, semua jenis kecuali petik mal, status epileptikus
KI Depresi pernapasan berat, porfino
Dosis Oral : 60-180 mg (malam), anak : 5-8 mg/kg bb/hari,
injeksi intramuscular 50-200 mg ulang setelah 6 jam bila
perut max 600/hari
Mekanisme kerja Barbiturat korteks sensor, menurunkan aktivitas motoric
mempengaruhi fungsi senebral dan menyebabkan kantuk,
efek sedasi dan hipotonik.
ES Mengantuk, kelelahan, depresi mental, alaksia dan alergi
kulit
Interaksi Luminal dapat mengurangi kadar walfarin dalam darah,
Luminal dapat mengurangi efektivitas kortikosteroid

E. PEMBAHASAN
Tujuan dari analisis resep ini adalah mampu melakukan skrining dan
pelayanan kefarmasian pada pasien yang mengalami demam disertai kejang/
epilepsi. Dalam resep sudah lengkap tetapi kurang dilengkapi informasi mengenai
berat badan pasien dan jenis kelamin.
Pada resep diatas berisi Ampicillin, Bodrexin demam syrup, Fenitoin dan
Luminal. Dalam resep diatas sediaan dibuat dalam benuk sirup dan puyer
dikarenakan resep tersebut ditujukan untuk pasien yang berumur 8 tahun. Dimana
anak-anak belum bisa menelan tablet secara langsung jadi untuk mempermudah
dalam pemberian secara peroral sediaan dibuat dalam bentuk sirup dan puyer.
Dalam resep sirup dikonsumsi 3 x sehari 1 sendok teh dengan takaran 1 sendoknya
adalah 5 ml. Dalam perhitungan dosis sudah sesuai dan tidak ada yang overdosis.
Dan untuk puyer dikonsumsi 1 kali dalam sehari
Dalam sediaan farmasi Ampisilin tersedia dalam bentuk sediaan tablet,
kapsul, sirup kering, dan injeksi (setiabudy, 2009)
Pada resep di atas ampicillin dan bodrexin demam syrup dibuat atau
dicampurkan menjadi satu tetapi pada Ampicillin tidak bisa dibuat dalam sediaan
sirup ( karena tidak stabil jika terlalu lama berada didalam air) lebih tepat jika
ampicillin dibuat sediaan terpisah dalam sediaan sirup kering. Sirup kering adalah
obat serbuk yang harus dilarutkan terlebih dahulu dengan air sampai batas tanda
dan suspense ini biasanya mengandung antibiotic, harus dihabiskan dan hanya
dapat digunakan maksimal 7 hari setelah dilarutkan.
Penggunaan antibiotik dapat saja dikombinasikan dengan obat lainnya.
Namun hal tersebut harus dipastikan jenis obat yang akan diberikan. Oleh karena
itu, disarankan untuk konfimasi terlebih dahulu kepada dokter, sehingga dokter
dapat memberikan penjelasan dan saran pemberian obat yang tepat. Karena,
antibiotik seharusnya dikonsumsi sampai habis, tetapi jika dicampur bersama
dengan obat lain. Maka pemberian obat akan dihentikan saat gejalanya sudah
hilang. Hal ini menyebabkan dosis antibiotik tidak dikonsumsi dengan tepat dan
dapat memicu terjadinya resistensi. Sebaiknya diresep antibiotik tidak perlu
dicampur dengan obat lain, karena sudah ada sediaan Ampicillin sirup kering
dengan dosis 250mg/5ml yang sesuai dengan resep. Ampicillin sirup kering
merupakan sirup yang penyajiannya ditambahkan dengan air hingga batas yang
tertera pada botol dan dikocok terlebih dahulu. Alasan pemilihan sirup kering
karena banyak zat aktif antibiotik yang tidak stabil jika berada lama dalam air. Jika
sudah tidak aktif obat sudah tidak stabil, potensinya membunuh bakteri akan
berkurang bahkan hilang.
Menurut Kemenkes RI (2011) keuntungan antibiotik tunggal yaitu biaya yang
lebih murah, resiko interaksi obat dan efek samping minimal.
Bodrexin demam adalah obat yang digunakan untuk meredakan demam dan
mengurangi nyeri ringan. Obat ini merupakan obat bebas yang mengandung zat
aktif paracetamol.
Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar serum
puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam. Metabolisme
dihati, sekitar 3% diekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui urin dan 80-90%
dikonjugasi dengan asam glukonorik atau asam sulfurik kemudian diekskresi
melalui urin dalam satu hari pertama, sebagian dihidroksilasi menjadi N asetil
benzokoinon yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi metabolit berbahaya, pada
dosis normal beraksi dengan gugus sulfhidril dari glutation menjadi substansi
nontoksik. Pada dosis besar akan berkaitan dengan sulfhidril dari protein hati
(Lusiana Darsono, 2002).
Fenitoin merupakan obat dari golongnan hidantoin yang mempunyai sinonim
Difenilhidantoin (DPH) atau berdasarkan nama IUPAC 5,5-Difenilimidazolidin-
2,4-dion. Fenitoin merupakan obat antiepilepsi nonsedatif tertua, dikenal sejak
tahun 1938 (Harknee, 1989; Yuen 1989).
Fenitoin menunjukkan efek farmakologis sebagai berikut : Fenitoin berefek
antiepileptik tetapi tidak menyebabkan depresi umum pada susunan saraf pusat.
Dosis toksiknya dapat menimbulkan gejala eksitasi, sedangkan dosis letalis
menimbulkan rigiditas decerebrate. Mampu membatasi perkembangan aktifitas
serangan maksimal dan menurunkan penyebaran proses serangan dari fokus
aktifnya. Dapat menimbulkan remisi sempurna pada serangan umum tonik klonik
dan serangan parsial tertentu.Tidak secara sempurna menghilangkan aura sensorik
atau gejala prodormal lainnya.Tidak seperti fenobarbital, fenitoin tidak menaikkan
nilai ambang serangan yang ditimbulkan oleh obat konvulsan seperti striknin,
pikrotoksin atau pentil entetrazol. (Wibowo, 2001).
Phenobarbital adalah obat untuk mengendalikan dan mengurangi kejang.
Dengan berkurangnya kejang, penderita dapat menjalani aktivitas sehari-hari secara
normal dan terhindar dari cedera yang timbul akibat kejang. Obat ini juga dapat
digunakan sebagai obat penenang dan membantu untuk tidur, yang biasanya
digunakan untuk waktu singkat, yaitu tidak lebih dari 2 minggu. Phenobarbital
bekerja dengan cara mengendalikan aktivitas listrik abnormal di sistem saraf dan
bagian otak tertentu, yang menjadi penyebab kejang.
Epilepsi merupakan suatu manifestasi gangguan fungsi otak dengan berbagai
etiologi, dengan gejala tunggal yang khas, yaitu kejang berulang lebih dari 24 jam
yang diakibatkan oleh lepasnya muatan listrik neuron otak secara berlebihan dan
paroksismal serta tanpa provokasi (Engel et al 2008). Epilepsi terjadi karena dipicu
oleh adanya abnormalitas aktivitas listrik di otak yang dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan spontan pada gerakan tubuh, fungsi, sensasi, kesadaran serta
perilaku yang ditandai dengan kejang berulang (WHO 2010). Epilepsi di Indonesia
lebih dikenal masyarakat dengan sebutan ayan atau sawan yang disebabkan oleh
pengaruh roh jahat, guna-guna, atau bahkan dianggap sebagai suatu kutukan
(Hawari 2010)
Tujuan terapi epilepsi adalah untuk mengontrol atau mengurangi frekuensi
kejang dan memastikan kepatuhan pasien terhadap pengobatan, dan memungkinkan
pasien dapat hidup dengan normal (Ikawati 2011). Dalam mengontrol atau
mengurangi frekuensi kejang perlu adanya terapi pemeliharaan.
Obat anti epilepsi (OAE) merupakan tatalaksana utama pada epilepsi. Prinsip
tatalaksana epilepsi adalah tercapainya bebas kejang tanpa mengalami reaksi
simpang obat, sehingga idealnya berupa monoterapi dengan dosis obat terendah
yang dapat mengendalikan kejang. Menurut Brodie dkk pendekatan terapi epilepsi
yang baru didiagnosa telah disepakati untuk memberikan OAE (Obat Anti Epilepsi)
monoterapi. Ketika salah satu OAE (Obat Anti Epilepsi) tidak bekerja atau tidak
dapat menekan kejang, pilihan obat kedua diberikan dengan tetap mempertahankan
OAE (Obat Anti Epilepsi) pertama. (Sillanpa M,2011)
Prinsip pengobatan epilepsi adalah mulai dengan satu macam obat karena
sebagian besar anak epilepsi respons dengan menggunakan OAE (Obat Anti
Epilepsi) monoterapi. Pilihan obat harus sesuai dengan tipe kejang dan epilepsinya.
Polifarmasi menyebabkan banyak masalah diantaranya obat berkompetisi pada
ikatan protein satu dengan yang lainya, meningkatkan kecepatan metabolism obat
kedua, efek kumulasi yang bisa menyebabkan toksisitas dan kepatuhan yang buruk.
(Pina Garza, 2013)
Cara membuat sediaan puyer sesuai dengan resep diatas adalah :
1. Disiapkan alat dan bahan seperti mortir dan steamper, luminal, fenitoin, kertas
puyer dan timbangan serta sudip
2. Ditimbang bahan sesuai pertimbangan
3. Dimasukkan fenitoin kedalam mortir sebanyak 2 tablet karena dalam 1 tablet
mempunyaiberat 50 mg digerus
4. Kemudian dimasukkan luminal 50 mg kedalam mortir kemudian digerus ad
homogen dengan fenotioin tadi
5. Diambil serbuk yang sudah homogen tadi lalu ditimbang ( 150 mg)
6. Serbuk dibagi menjadi 10 (masing-masing 15 mg) karena dalam resep
tertuliskan 10 bungkus
7. Diletakkan kemasing-masing puyer lalu lipat dengan rapih
8. Dimasukkan kedalam plastik klip kemudian diberikan etiket putih karena puyer
termaduk obat dalam (peroral)
Kombinasi fenitoin dan fenobarbital digunakan pada 54% pasien. Kombinasi
ini merupakan kombinasi yang umum digunakan pada pengobatan. Hasil penelitian
oleh Leppik dan Sherwin (1997) disebutkan bahwa kombinasi ini efektif dalam
mengendalikan kejang. Menurut mekanisme aksi dari kedua obat ini, mempunyai
mekanisme aksi yang saling mendukung Yaitu fenitoin sebagai penghambat kanal
Na sedangkan fenobarbital merupakan Gamma-Aminobutyric Acid (GABA)
enhancer (Lee dan Dworetzky, 2010). Kombinasi di atas bermanfaat dan rasional
(Louis, 2009). politerapi dikatakan rasional apabila OAE yang digunakan secara
kombinasi mempunyai mekanisme yang berbeda. (Lawthom dan Smith , 2001)
Fenobarbital dan fenitoin adalah obat dengan waktu paruh yang panjang,
sehingga diberikan sekali sehari menjelang tidur malam

F. KONSELING
Pada resep diatas obat yang diresepkan berupa sediaan sirup dan puyer, tetapi pada
resep diatas ampicillin lebih tepat jika dibuat sediaan sirup kering atau puyer dan
disarankan untuk diminum saat perut kosong ( 1 jam sebelum makan atau 2 jam
setelah makan ) diminum 3 kali sehari , harus dihabiskan dan pada bodrexin
diberikan sesudah makan atau bersamaan dengan makan diminum 3 kali sehari 1
sendok teh dan berikan hanya pada saat pasien demam. Pada sediaan puyer berisi
fenitoin dan luminal obat ini dikonsumsi 1 kali sehari sebelum tidur karena
menimbulkan efek mengantuk. . Pasien dianjurkan untuk beristirahat dan jika
masih mengalami kejang segera konsultasikan ke dokter.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III,


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Riset Kesehatan Dasar, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan,
Jakarta.
Ikawati, Z. 2011. Farmakoterapi Penyakit Sistem Syaraf Pusat. Cetakan Ketiga.
Yogyakarta: Bursa Ilmu.hlm 85-102.
Lawthom, C., and Smith, P.E.M., 2001, Polytherapy in The Treatment of Epilepsy.
University Hospital of Wals : Unit Epilepsy
Lee, J.W dan Dworetzky. 2010, Rational polytherapy with Antiepileptic Drugs.
Pharmaceuticals. 3: 2362-237
Leppik IE, Sherwin AL. Anticonvulsant activity of phenobarbital and phenytoin in
combination. .J Pharmacol Exp. Ther. 1977, Mar;200(3):570-5
Louis, E.K., Rosenfeld, W. E., dan Bramley, T., 2009, Antiepileptic Drug
monotherapy : The Initial Approach in Epilepsy Management, Curr.
Neurofarmacol, (7): 77-82
Pina-Garza JE. Paroxysmal disorders. Dalam: Fenichel’s clinical pediatric neurology.
Edisi ke-7. London: Elseiver- Saunders. 2013.h.36-45.
Sillanpaa M, Schmidt D. Predicting antiepileptic drug response in children with
epilepsy. Expert Rev Neurother.2011;11:877-87.

LAMPIRAN
1. Copy resep
APOTEK DUABELAS
Jl.Cut NyakDhien, Kalisapu
APA : Dina fitrianti, S.Farm,. Apt.
SIPA : 701/17/3126/XII/2020
Copy resep

No. : 012 Tgl.Resep :30/04/20


Dari Dokter : dr. Bajang Suryoningrat Tgl.Copy Resep :30/04/20
Untuk : Kusumo ( 8 tahun)

R/ Ampicilin 250 mg
Bodrexin syr demam fls. I
m.f. mixt
S.3 dd Cth. 1
-----------------------------

R/ Fenitoin 100 mg
Luminal 50 mg
m.f. pulv. dtd No. X
S. 1 dd pulv. 1
-----------------------------
Pcc

Dina fitrianti, S.Farm,. Apt.

2. Etiket
Untuk Ampicillin (Sirup kering)

APOTEK DUABELAS
Jl.Cut NyakDhien, Kalisapu
APA : Dina fitrianti, S.Farm,. Apt.
SIPA : 701/17/3126/XII/2020
No: 01 Tgl: 30/04/20

Pro : Kusumo (8th)


3 X Sehari 1 sendok teh
Sebelum makan

Untuk Bodrexyn

APOTEK DUABELAS
Jl.Cut NyakDhien, Kalisapu
APA : Dina fitrianti, S.Farm,. Apt.
SIPA : 701/17/3126/XII/2020
No: 01 Tgl: 30/04/20

Pro : Kusumo (8th)


3 X Sehari 1 sendok teh
Sesudah makan

Untuk Puyer (Fenitoin dan Luminal )

APOTEK DUABELAS
Jl.Cut NyakDhien, Kalisapu
APA : Dina fitrianti, S.Farm,. Apt.
SIPA : 701/17/3126/XII/2020
No: 01 Tgl: 30/04/20

Pro : Kusumo (8th)


1 X Sehari 1 bungkus puyer
Sesudah makan
3. Label
Untuk Ampicillin

HABISKAN

Untuk bodrexin
KOCOK DAHULU

Untuk puyer (Fenitoin dan Luminal )


TIDAK BOLEH DIULANG TANPA
RESEP BARU DARI DOKTER

Anda mungkin juga menyukai