Dewi Aryani
1806194630
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2020
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................................................... 4
BAB III................................................................................................................................................... 5
BAB IV ................................................................................................................................................... 7
BAB V .................................................................................................................................................. 10
BAB VI ................................................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
scabies, pruritus dan bisul, pengobatan demam, jaundice, dan gigitan ular (Takooree et
al., 2019).
2
• Anti kanker
Piperin dapat memiliki efek antikanker dengan mekanisme apoptosis melalui
aktivasi caspase-3 dan PARP, menahan siklus sel pada G0/G1, mengatur turunnya
cyclin D1 dan cyclin A, menginduksi autofag, inhibisi gen HER2, memblok sinyal
ERK1/2, mengurangi efek dari SREBP-1 dan FAS, sertas menekan efek dari EGF
yang diinduksi oleh MMP-9.
1.4 Alasan pemilihan
Alasan pemilihan tanaman Piper nigrum adalah tanaman ini cukup mudah
ditemukan di Indonesia. Indonesia sendiri merupakan salah satu penghasil lada terbesar
di dunia (Ravindran, 2000). Lada umum digunakan oleh masyarakat Indonesia terutama
sebagai rempah yang umum ditambahkan ke dalam masakan. Sangat mudah
menemukan simplisia dari tanaman lada itu sendiri di pasaran seperti lada hitam dan
lada putih. Proses pembuatan simplisia buah lada hitam dari buah segar cukup mudah
dilakukan yaitu dengan melakukan pengeringan buah lada yang masih segar selama
kurang lebih 5-7 hari. Buah lada memiliki senyawa khas yaitu piperin (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2017). Banyak juga penelitian yang menggambarkan
manfaat lada bagi kesehatan karena kandungan kimia yang dimilikinya sehingga
membuat simplisia dari tanaman Piper nigrum ini menarik untuk dibahas.
3
BAB II
KLASIFIKASI DAN TATA NAMA
4
BAB III
MORFOLOGI, HABITAT, DAN PENYEBARAN
3.1 Morfologi
Tanaman Piper nigrum atau yang umum disebut sebagai lada di Indonesia
merupakan tanaman yang berbentuk liana dengan tinggi 5-15 m. Liana merupakan
tumbuhan yang berakar pada tanah, tetapi batangnya membutuhkan penopang dari
tumbuhan lain agar dapat menjulang dan memperoleh cahaya matahari secara maksimal
guna pertumbuhannya. Piper nigrum memiliki daun tunggal yang berseling, bertangkai
bulat dengan panjang 7,5 – 8 cm, berwarna hijau tua, dan berakar pada tiap buku
bukunya. Helaian daun berbentuk bulat telur hingga bulat telur memanjang dengan
ukuran 8-20 x 5 - 15 cm, pada bagian pangkal berbentuk bulat, tumpul atau berbentuk
baji, bagian ujung runcing; permukaan daun bagian atas berkilau, hijau tua, kuat
menjengat hingga coklat tua, terdapat bintik-bintik kelenjar yang rapat, permukaan
bagian bawah kasar, kusam; ibu tulang daun agak tenggelam, menonjol pada bagian
bawah, berbulu pendek, tebal, putih; daun penumpu cepat rontok dan meninggalkan
bekas berbentuk cincin. Perbungaan bertipe malai, berbentuk bulir-bulir menggantung,
panjang mencapai 25 cm, panjang tangkai 1 - 3,5 cm, berdaun pelindung, berbentuk
jorong menggalah, 4 - 5 x 0,5 - 1 mm, benang sari 2 helai, tangkai sari tebal, panjang 1
mm; kepala putik 2-5, umumnya 3-4. Buah bertipe buni, berbentuk bulat atau agak
elips, coklat kelabu sampai hitam kecoklatan, diameter 2,5 - 6 mm, permukaan keriput,
kasar, dalam, serupa jala, pada ujung buah terdapat sisa kepala putik yang tidak
bertangkai, buah muda hijau tua, kemudian menjadi merah dan akhimya hitam, gundul,
panjang 4 mm (IPBiotics, 2014)
5
3.2 Habitat
Tumbuhan Piper nigrum tumbuh dengan baik pada daerah iklim yang panas
lembab dan curah hujan yang tinggi tanpa ada musim kemarau yang keras dan lama.
Curah hujan optimal untuk pertumbuhan tanaman ini adalah 2.300 mm/tahun dan rata-
rata tiap bulan yang optimal adalah 100 mm/bulan. Tumbuhan Piper nigrum dapat
tumbuh pada ketinggian tempat lebih dari 500 m diatas permukaan laut, sedangkan
temperatur yang optimal adalah sekitar 23°- 30°C. Tumbuhan ini tumbuh pada jenis
tanah berpasir dan apabila keadaan tanahnya cukup baik, yaitu mengandung unsur-
unsur hara dan dapat meresap air dengan baik atau tidak tergenang air karena akar
tanaman lada tidak tahan terhadap genangan air (IPBiotics, 2014).
3.3 Penyebaran
Piper nigrum merupakan tanaman yang berasal dari Teluk Malabar (India
Selatan). Kemudian tanaman ini mulai menyebar ke beberapa wilayah meliputi
Amerika Tropika, kepulauan tropik di Timur Pantai Afrika dan Asia Tenggara. Negara
dengan penghasil lada terbesar diantaranya India, Indonesia, Brazil, Malaysia, dan
beberapa negara lainnya (Ravindran, 2000). Di Indonesia persebarannya meliputi
hampir seluruh wilayah Indonesia, seperti Sumatera, Kalimantan, Jawa, Madura, Bali,
Nusa Tenggara, Sulawesi, Ambon dan Maluku (IPBiotics, 2014).
6
BAB IV
IDENTIFIKASI SIMPLISA
4.1 Makroskopik
Bagian tumbuhan yang digunakan dalam pembuatan simplisia adalah buah.
Cara pembuatan simlisia adalah buah lada yang belum terlalu matang dikeringkan
selama 5-7 hari hingga berwarna kecoklatan (lihat lampiran 1). Karakteristik
makroskopik dari rajangan Piper nigrum berupa buah berbentuk hampir bulat,
permukaan keriput kasar, menyerupai jala; Pada ujung buah terdapat sisa dari kepala
putik yang tidak bertangkai, perikarpium melekat erat pada biji,memiliki warna coklat
kelabu sampai hitam kecoklatan, mempunyai bau aromatik yang khas, dan rasa sangat
pedas. Saat dibuat menjadi serbuk, aroma yang dimiliki lada menjadi lebih kuat.
7
Gambar 4.2 Fragmen serbuk simplisia buah lada hitam
Sumber: Farmakope Herbal Indonesia, 2017
8
endocarp dilihat dari permukaan, 6. Endokarp dengan pigmen dan hialin, 7. Parenkim
mesokarp dengan sel minyak, 8. Sklereid dengan penebalan dinding, 9. Endokarp dilihat dari
permukaan, 10. Serat sklereid, 11. Endokarp, lapisan testa dan parenkim luar dari perisperm,
12. Sel endokarp berasosiasi dengan pigmen dari testa. 13. Sel endokarp berasosiasi dengan
lapisan pigmen dari testa dilihat dari bawah
9
BAB V
KANDUNGAN KIMIA, CARA ISOLASI, DAN PENGGUNAAN SECARA
TRADISIONAL BERDASARKAN PENELITIAN
10
Umumnya buah lada digunakan sebagai rempah-rempah yang ditambahkan
pada masakan. Namun di beberapa negara seperti India dan China, lada hitam umum
digunakan sebagai obat tradisional. Di India, dalam deskripsi Ayurveda lada
dideskripsikan sebagai katu (pedas), tikta (pahit), usnaveerya (potensi, mengarah pada
penyimpanan energi dan mempermudah pencernaan), menundukkan vatta (fenomena
biologis yang dikendalikan oleh system saraf pusat), dan kapha (mengatur koordinasi
tubuh). Di India, Lada digambarkan sebagai obat yang meningkatkan daya pencernaan,
meningkatkan nafsu makan, menyembuhkan masuk angin, batuk, dispnea, penyakit
tenggorokan, demam intermiten, kolik, disentri, cacingan dan wasir; juga berguna
untuk sakit gigi, nyeri pada hati dan otot, peradangan, leucoderma dan serangan
epilepsy (Ayier and Kolammal, 1966, Kirtikar and Basu, 1975). Pada pengobatan
tradisional China, lada hitam digunakan sebagai obat luar untuk gigitan ular dan
kalajengking karena dipercaya dapat menghilangkan racun (Ravindran, 2000).
11
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kesimpulan, saran (pemanfaatan tradisional, pemanfaatan penelitian, nama tanaman)
12
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. (2008). Acuan Sediaan Herbal Volume Keempat (1st ed.). Jakarta: BPOM RI.
ITIS. (2011). ITIS Standard Report Piper nigrum. Retrieved November 28, 2020, from
https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=18
310&print_version=PRT&source=to_print#null
Jackson, B. P. (1990). Atlas of Microscopy of Medicinal Plants, Culinary Herbs and Spices.
London: Belhaven Press.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia (2nd ed.).
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Takooree, H., Aumeeruddy, M. Z., Rengasamy, K. R. R., Venugopala, K. N., Jeewon, R.,
Zengin, G., & Mohamad, F. (2019). A systematic review on black pepper ( Piper nigrum
L .): from folk uses to pharmacological applications. Critical Reviews in Food Science
and Nutrition, 0(0), 1–34. https://doi.org/10.1080/10408398.2019.1565489
13