Anda di halaman 1dari 24

Skematisasi Operasi Absorpsi

V, y1

L, x0

V, yN 1 L, xN
Suatu menara sieve-tray dirancang untuk proses absorpsi gas. Gas umpan memasuki kolom di
bagian bawah dengan kandungan absorptif A sebesar 1,852 %-molar. Gas umpan mengalami
pembersihan sedemikian rupa sehingga tersisa polutan A tidak lebih dari 0,088 %-molar di bagian
keluaran (puncak). Cairan absorben yang digunakan, pada awalnya mengandung 0,008 %-molar.
Sistem diketahui mengikuti Hukum HENRY dengan data seperti pada Tabel 1 di bawah ini. Di

bagian bawah menara (bottom), rasio molar cairan-terhadap-gas adalah  L G b  1, 65 ,

sedangkan di ektremitas lainnya (di puncak, top) adalah  L G t  1, 71 . Pada kondisi operasi ini,
diketahui bahwa efisiensi Murphree dapat dianggap konstan, yaitu pada EMGE  0, 65 .
Tabel 1. Data kesetimbangan A dalam H2 O

CA pA x y
(kPa) (fraksimol A ,cairan)
(g A /100 g H 2 O ) (fraksi mol A , gas)
0,49 0,4620
0,74 0,7000
0,98 0,9114
1,49 1,3952
1,73 1,6195
1,96 1,8258
2,45 2,2829
(Lanjutan..)

Pertanyaan:

(a). Hitunglah y dan x (lengkapi Tabel 1 di atas), sebelum

menentukan H  (konstanta Henry) untuk sistem absorpsi


di atas, jika berlaku!
(b). Hitunglah atau perkirakan jumlah talam yang diperlukan
oleh sistem ini !
(c). Jika diinginkan kriteria diameter kolom sebesar 150 cm
(perhatikan tabel di bawah ini), maka tentukanlah tinggi
kolom yang diperlukan !
Penyesaian:

(a). Hitunglah y dan x (lengkapi Tabel 1 di atas), sebelum menentukan H



(konstanta Henry untuk sistem absorpsi di atas, jika berlaku!
Penyesaian Konstanta Henry:

Pengaluran x A dan y A (dari Tabel 1 di atas), dapat digunakan


untuk
menentukan H  (konstanta Henry) sebagi berikut:
Penyesaian untuk (b).
Penyesaian untuk (b) € cara Grafis:
Penyesaian (b) lanjutan (“check and balances”):
Penyesaian (c) € Penentuan TINGGI Menara:
Kolom Isian (Packed columns) merupakan menara kontak kontinyu yang “secara
fisik tidak memiliki tahap” seperti pada kolom talam.

Secara praktis, Kolom Isian seringkali dianalisis berdasarkan “kesetaraan”


atau “ekivalensi” tahap kesetimbangan dalam Kolom Talam, menggunakan
suatu pendekatan yang disebut “Suatu Ketinggian yang Setara dengan Talam
Teoretis atau disebut sebagai HETP (Height Equivalent to a Theoretical
Plate).
Tinggi Isian (Packing )
HETP 
Jumlah Ekivalen dari Tahap Kesetimbangan

Dengan mengetahui nilai HETP dan Jumlah Tahap Teoretis “n” dari suatu
Menara Talam, maka dapat dihitung tinggi kolom H:

H  n HETP
Konsep HETP tidak memiliki basis teoretis yang kuat. Nilai HETP hanya dapat
dihitung berdasarkan data eksperimen atau kolom komersial dari suatu vendor.
Absorpsi:
Pendekatan Perpindahan Mass (HTU, NTU)

Pada Kolom ISIAN, lebih disukai metode penentuan y2< y spec


Tinggi ISIAN dari pendekatan teoretis yang berbasis
Koefisisen Perpindahan Massa.
Problem absorsi, pada umumnya adalah sebagai
berikut: Suatu aliran Gas MASAM yang tercemar (oleh G, y2 L, x2
ABSORBEN atau ABSORPTIF) dari suatu PROSES
(tertentu) ingin “dibersihkan” kandungan POLUTAN-nya.
z=H
Jika digunakan NOTASI “subskrip yang baru”, pada
bagian DASAR (Bottom) dan ATAS (Top) Kolom, maka
komposisi GAS dan CAIRAN yang “memasuki” dan
T, p
“meninggalkan” kolom adalah:

(x1 , y1 ) (x 2 , y2 )
y x
Selain variabel-variabel di atas, digunakan juga
koordinat
z, yang merepresentasikan tinggi kolom. z=0
Amplop di bagian atas yang berwarna HIJAU G, y1 L, x1
adalah untuk NERACA MASSA Process
diperlukan untuk (membuat) GARIS OPERASI
yang
dari Kolom Absorpsi “Packing”.
Pertama kali, diperlukan NERACA MASSA di bagian
amplop atas yang berwarna HIJAU: membuat L
y
GARIS OPERASI, yang melalui titik (x 2, y 2),
G
L x 2  G y  Lx  G y2
y1 y* = m x
L Lmin
y  x  x 2   y2 (1
G
G )
Dalam Kolom Isian ini, diperlukan juga kondisi
KESETIMBANGAN:
y *  mx (2) y2

x2 x1 x
Dapat dibuat Garis KESETIMBANGAN dan Garis
OPERASI ke dalam suatu diagram seperti contoh. Dari
Garis OPERASI dengan KELANDAIAN “terkecil”
(minimum, yaitu: Lmin/G), didapatkan (L/G) dengan
formula berikut

L
 ⎛ L⎞  f  (1 ,
f ⎜ ⎟
⎝ G 2)
⎠ m in
G
Sebagai persamaan ketiga, diperlukan suatu “Persamaan
Laju Perpindahan Massa”. Jika, dibuat porsi bagian kecil
L
dari kolom dimaksud, maka Neraca MASSA “sisi GAS” G
dalam potongan kecil tersebut adalah: z
N Δz
IN gas
 OUTgas  OUTmasstransfer
S G y(z)  S G y(z  Δz)  N a S Δz ⎡⎢mol ⎤
⎣ s L z
⎥ G

S adalah luas penampang dari kolom. Perlu dicatat bahwa N,
G dan L semuanya didefinisikan sebagai fluksi (fluxes) bukan
sebagai laju alir molar [mol/s]:

molar flowrate
G  ⎡ mol ⎤
column sec tion S G  ⎢⎣ cm 2s

mass transfer surface ⎦ 2
  ⎢cm ⎤
a  ⎡
a
volume of the column ⎥
⎢⎣ 3
cm
Perhitungan Tinggi ISIAN dari suatu Kolom umumnya
⎥⎦ melibatkan Koefisien Perpindahan Gas
Menyeluruh atau overall gas-phase coefficient (Ky), karena cairan pada umumnya memiliki
AFINITAS yang KUAT pada zat terlarut (absorbat atau absorptif). Driving Force dari peristiwa
perpindahan ini adalah “perbedaan fraksi mol” dalam fasa gasnya (y - y*).

⎡ mol ⎤
N  Ky  y  y N   ⎢⎣cm 2s


*
y(z  Δz)  y(z)
Bagilah Persamaan Laju Perpindahan Massa Na G
dengan S dan Δz, didapatkant: Δz
dy
Karena diinginkan suatu “perbedaan tinggi” (differential Na  G
height) dari potongan tersebut, maka berarti: Δz  0. dz
dy
Didefinisikan, untuk besaran N, digunakan persamaan: G   K y a y  y *  (3)
dz

H y2
G dy
Pemisahan variabel dan pengintegrasian, didapat:
H  0 dz    Ky 1
y 
a y  y*

H y1 
G dy
Mengambil term konstanta ke luar integrasi dan
“menukar” batas-batas integrasi tersebut, sehingga: H  0 dz  K a y y  y  y *
2

HOG NOG

Ruas KANAN dapat ditulis sebagai hasil kali:


HOG and NOG:
H
 H OG N OG
The term HOG is called the overall Height of a Transfer Unit (HTU) G
based on the gas phase. Experimental data show that the HTU
H OG 
varies less with G than with Kya. The smaller the HTU, the more K ay
efficient is the contacting.

Term disebut overall Number of Transfer Units (NTU) y1


NOG
didasarkan pada fasa gas. Besaran tersebut menggambarkan dy

  y  y *
perubahan menyeluruh dalam “zat terlarut” (solute) dalam fraksi N OG

mole dibagi dengan rerata fraksi mole dari “driving force”. Semakin
besar NTU, maka semakin besar diperlukan luas permukaan y2
kontak (extent of contacting).
y1
dy
Diinginkan SOLUSI dari Integral NOG, maka kita ganti y* dengan N OG
Persamaan (2): 
 y
2 y  m x 
y y2
Selesaikan (1) untuk x, dengan diketahui A = L/(G·m): x  x2 
Am Am

y1
Ady
Menyatukan hasilnya ke dalam persamaan untuk NOG:  1) y  y2  A y*
N OG

 y
(A
2
2
y1

Integrasikan N OG ,  A  A  1  y  y2  A y * 2
N OG A  1 ln A
hasilnya: y2

 A ln  A  1 y1  y2  A y* 2
N OG A1
A y2  y * 
2

A ⎛1
Memisahkan bagian dalam logaritma menjadi dua  
 A  1 y1  y* ⎞ 2

bagian: N OG A  1 ln ⎜⎜ A
⎝A y2  y 2⎟ ⎠
*

Jumlah yang DIABSORPSI y1  y2


Diketahui, bahwa Fraksi Absorption :   
Jumlah maksimum yang DIABSORPSI y1  y * 2

Dengan menggunakan  dan melakukan N OG  A ⎜ ⎛1 A⎞


beberapa transformasi, akhirnya diperoleh N OG 1
ln ⎝

: A1 ⎠
Perbandingan antara HTU/NTU and HETP

Tinggi KOLOM dapat dihitung dengan 2 cara: H  HOG NOG  n HETP

Jangan keliru antara NTU dan HTU dengan HETP


dan jumlah tahap kesetimbangan teoritis n, yang 1 ⎛1A ⎞⎟
n ln ⎜
dapat dihitung dengan Persamaan KREMSER: ln A ⎝ 1 ⎠

Pada saat Garis Operasi dan Garis keseimbangan tidak hanya lurus tetapi juga paralel, NTU
= n dan HTU = HETP. Jika tidak, NTU lebih besar dari atau kurang dari n.

y op. line y op. line y op. line

eq. line eq. line eq. line

x x x
NTU  n NTU  n NTU  n
Perbandingan antara HTU/NTU and HETP

Pada saat Garis Operasi dan Garis Keseimbangan lurus tapi tidak N OG
HETP  H
sejajar (NTU  n), diperlukan suatu formula untuk mengubanya. OG
n
Dapat ditulis:

A ln A
Ganti NOG dan n dengan formula yang didapatkan sebelumnya, HETP  H OG
maka didapatkan untuk HETP: A1

A ln A
Lakukan perhitungan yang sama untuk NOG, didapatkan:  n
N OG A1

H G
Akhirnya, diinginkan menghitung koefisien perpindahan massa H OG  
volumetrik menyeluru (Kya). Diketahui, bahwa: N OG K ya

G N OG
Solusi untuk Kya, didapatkan: K ya 
H
Desorpsi (Stripping):
Pendekatan Perpindahan Massa (HTU, NTU)

L, x2
Process
Sekarang kita fokus pada masalah Stripping, dengan problem G, y2
sebagai berikut: aliran cairan tercemar keluar dari suatu proses
z=H
akan dipulihkan dari polutannya dalam rangka untuk
membersihkan cairan tersebut.
T, p
Pertama, diperlukan Neraca Massa di sekitar “amplop hijau”, di
y x
bagian bawah kolom, yang terkait dengan Garis Operasi, melalui
titik (x1, y1):

G y1  L x  L x1  G y
z=0
L G, y1
(1) L, x1
y
G
 x  x1   y 1

Pada keadaan kesetimbangan:

y
(2)
x*
m
Desorpsi (Stripping):
Garis Operasi dan Garis Kesetimbangan

Garis Kesetimbangan dan Garis Operasi dapat dibuat dalam y


suat diagram seperti di sebelah kanan ini. Dari Garis Operasi L
dengan kemiringan terbesar (L/G)maks, dihitung (L/G) dengan
formula berikut: G
y2
y* = m x
L  1⎛ L ⎞  f  (1 .2 , 2 )
⎜ ⎟
f ⎝G
G ⎠ma k s

Sebagai persamaan ketiga, kita perlukan suatu persamaan ⎛L


⎝⎜⎞ G
⎠max
laju perpindahan massa. Diambil irisan kecil terkait dari y1 ⎟
kolom. Neraca massa "sisi cair" dari irisan kecil tersebut:
x1 x2 x

INliq
 OUTliq  OUTmasstransfer

S L x(z  Δz)  S L x(z)  N a S Δz ⎡


⎢mol ⎤
⎥ s G
L

z

N Δz

Fluksi N melibatkan koefisien perpindahan menyeluruh


fase cair Kx dengan “driving force” (x - x*): L z
G

N  K x x  x * 
Desorpsi (Stripping):
Laju Perpindahan Massa, HTU dan NTU

Bagilah persamaan laju perpindahan massa dengan S x(z  Δz)  x(z)


L Na
dan Δz, diperoleh: Δz

dx
Dengan Δz  0, dkemudian menggunakan definisi N: L  Kx a x  x *  (3)
dz

H x2
L dx
Pemisahan variabel dan integrasi, menghasilkan: H   dz 
0 Ka
x
 xx  x *
1

HOL NOL

HOL adalah overall Height of a Transfer Unit (HTU) untuk fasa cair. L
H OL 
K xa

x2
dx
NOL adalah overall Number of Transfer Units (NTU) untuk fasa cair.
x x
N OL
  x *
1
Desorpsi (Stripping):
Fraksi Desorpsi (Stripping) dan Faktor Stripping

Jumlah yang didesorpsi x 2  x1


Diketahui, bahwa fraction of stripping σ:  
Jumlah maksimum yang didesorpsi x2  x 1

mG
Kemudian, pengertian Faktor stripping, S: S
L

Hasil integral dari NOL dapat dicari dengan cara S ⎛1


S  1 x 21x  ⎞
 ln ⎜  S  ⎟ 
N OL
yang sama seperti dalam kasus absorpsi: S1 ⎝⎜ S x1  x ⎟1 ⎠

S ⎛1S ⎞
Akhirnya, setelah berbagai transformasi, didapat:  ln ⎜ ⎟
⎝ 1 ⎠
N OL
S1

Anda mungkin juga menyukai