Anda di halaman 1dari 3

Merelakan Harapan

Di suatu tempat dimana

aku sering pergi ke tempat ini

ketika aku ingin benar-benar

sendiri. Tempat yang begitu sejuk

dengan nuansa pemandangan di

sekelilingnya yang tampak

sederhana namun membuat

hatiku tenang dan damai, inilah

sebabnya aku meyukai tempat ini.

Bahkan teman-teman ku pun tidak mengetahui bahwa aku sering pergi ke tempat ini,

hanya orang-orang tertentu saja yang aku ajak kemari.Hmmmm… misalnya dia, dia

adalah sahabatku yang pernah aku ajak kemari.Aku mengenal dia sudah lama, suka dan

duka sering kita jalani bersama.Dari pengalaman yang paling konyol,

menyakitkanhingga yang menggembirakan kita jalani bersama. Dia adalah sosok

sahabat yang paling mengerti akan perasaan yang ku alami, bahkan aku sering sekali

curhat kepada dia tentang semua yang ku alami. Sejak aku dan dia masih SD hingga

sekarang SMA sealu bersama-sama walau terkadang beda kelas. Dia adalah sahabat

dekatku bernama Afira Syafira, biasa disapa fira. Ya…nama yang indah bukan? Cocoklah

dengan kepribadiannya yang juga menyenangkan.

Fira berasal dari kalangan keluarga dokter, mulai dari ayahnya, kakak ayahnya,

adik ayahnya, dan juga neneknya pun seorang dokter, sedangkan ibunya berprofesi

sebagai bidan.Sungguh berasal dari keluarga yang cerdas-cerdas bukan? tak heran jika

fira juga murid yang cerdas dalam sekolahnya, ya walupun dia itu agak malas. Di kelas

1
fira selalu mendapat peringkat empat atau lima, sebenarnya dia bisa saja mendapat

peringkat pertama, tapi ya karena kemalasannya itu jadi dia sedikit acuh dan cuek saat

guru sedang menjelaskan. Fira selalu menghabiskan waktunya berlama-lama hanya

untuk bermain game, hampir setiap hari dia selalu bermain game karena memang itulah

hobi dia.

Ketika memasuki awal bulan desember semua murid di sekolah kami sibuk

mempersiapkan ujian akhir semester, tak jarang jika para murid hanya tersenyum saja

untuk menyapa temannya, jarang sekali untuk sekedar mengakatan hai.Begitu pula

dengan aku dan fira yang kini komunikasi kita jadi berkurang. Setelah ujian akhir

semester usai, pada saat bebas-bebas nya, tiba-tiba fira menghampiri ku yang sedari

tadi aku sedang mengotak-ngatik laptop, “hei ca…” (sambil menepuk pundakku), aku

langsung menjawabnya “eh fira, gimana nih kabarnya? Oiya udah hampir sebulan loh

kita ga ke tempat favorit kita bersama” fira terdiam sejenak, sedangkan aku kembali

mengotak-ngatik laptopku, fira menarik napas panjang lalu menghembuskannya lagi

“ga baik ca, iyanih aku udah kangen banget sama tempat itu ca, besok kesana yuk?’’ aku

mulai menutup laptop ku dan beralih pandanga kepada fira “ayooo…. Bener ya nanti

besok kita ke tempat biasa, oke sampai jumpa besok ya fir”

Keesokan harinya, aku melihat fira sudah duduk menunggu disana, aku

menghampiri fira “hei fir, udah lama ya?” tanyaku pada fira “belum kok, duduk ca” jawab

fira dengan lesu “kenapa fir?Lagi ada masalah?’’ tanyaku penasaran “iya nih ca, biasa

tentang perbedaan pendapat dengan orang tua ku” jawabnya sambil tersenyum kecut.

Fira menceritakan semua masalah nya pada ku, ia berkata bahwa kedua orang

tuanya itu menginginkan fira untuk kuliah di jurusan kedokteran. Ayahnya ingin fira

meneruskan profesi ayahnya yang sebagai seorang dokter agar fira juga dapat lebih

sukses dari ayahnya. Akan tetapi fira tidak berminat dengan jurusan tersebut, justru ia

2
lebih berminat mengenai jurusan teknik ya misalnya teknik kimia. Dulu waktu fira kelas 2

SMA ia pernah ikut lomba kimia tingkat nasional dan dia akhirnya mendapat juara ke 3,

sungguh membanggakan sekali bukan?Akan tetapi kedua orang tua fira tidak

menyetujui jika fira nanti kuliah memilih jurusan teknik kimia.

Setelah fira mempertimbangkan kembali, akhirnya dia memutuskan untuk

menuruti kemauan orang tuanya karena ia ingin sekali membahagiakan orang tuanya,

mungkin dengan fira menuruti keinginan mereka, fira bisa melihat orang tuanya bangga

dan bahagia karena selama ini ia juara dalam bidang kimia, akan tetapi reaksi orang

tuanya biasa saja.

Fira merelakan harapannya yang selama ini ia

impikan. Dia pun rela sampai belajar tengah malam hanya

karna penasaran terhadap suatu artikel yang iabaca di

internet tentang kimia, dia benar-benar ngulik apapun

tentang kimia. Tapi dia menyadari bahwa restu kedua

orang tua juga penting jadi dia menuruti kemauan mereka

dan merelakan harapannya yang selama ini dia impikan.

Anda mungkin juga menyukai