Oleh
Fani Oktaviani
Qurota Aini
Ulfa Rizky Wulandari
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 LATAR BELAKANG
Proses laju merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan bagi setiap orang yang
berkaitan dengan bidang farmasi. Kita harus jelas menunujukkan bahwa bentuk obat atau
sediaan yang dihasilkanny cukup stabil sehingga dapat disimpan lama.
Beberapa prinsip dan proses laju yang berkaitan :
1. Kestabilan dan tak tercampurkan. Proses laju umumnya adalah sesuatu yang
menyebabkan ketidak aktifan obat melalui penguraian obat, atau melalui hilangnya
khasiat obat karen aperubahan bentuk fisik dan kimia yang kurang diinginkan dari
obat tersebut.
2. Uji disolusi, disini diperhatikan terutama kecepatan berubahnya obat dalam bentuk
padat menjadi bentuk larutan.
3. Proses absorpsi, distribusi dan eliminasi. Beberapa proses ini berkaitan dengan laju
absorpsi obat kedalam tubuh.
4. Kerja obat pada tingkat molekuler. Obat dapat dibuat dalam bentuk yang tepat dengan
menganggap timbulnya respon dari obat merupakn suatu proses laju.
BAB II
LAJU DAN ORDE REAKSI
II.1 LAJU REAKSI
Laju atau kecepatan suatu reaksi dirumuskan sebagai : dC/dt , Artinya terjadi
penambahan ( + ) atau pengurangan ( - )konsentrasi C dalam selang waltu dt.
Contoh pada pembentukan etil asetat dari etil alkohol dan asam asetat
CH3COOH + C2H5OH = CH3COOHC2H5 + H2O
Menurut hukum aksi massa, laju reaksi kimia sebangding dengan hasil kali dari
konsentrasi molar reakstan yang masing masing dipangkatkan.
2. Kedua, dengan menganggap kasus hipotesa mobil yang bergerak antara kota A dan
kota B, kecepatan sesaatnya tidak konstan tetapi hampir sebanding dengan jarak sisa S
yang ditempuh waktu tertentu.
Kecepatan jelas paling besar pada awal perjalanan dan berkurang saat mobil
makin mendekati tujuan. Keadaan ini dianalogikan dengan penguraian orde pertama dari
suatu reaksi.
hari pertama. Karena waktu paruh konstan tidak bergantung pada konsentrasi, maka tetap
dibutuhkan 54,3 hari untuk jumlah obat yang belum terurai untuk mengalami penguraian
separuhnya. Dalam waktu paruh kedua, yaitu 54,3 hari, setengah dari sisanya ( 250
satuan/ ml ) atau 125 satuan / ml terurai, dalam waktu paruh ketiga, 62,5 satuan/ ml
terurai dan seterusnya.
BAB III
PENGARUH TEMPERATUR DAN FAKTOR LAIN
PADA LAJU REAKSI
III. 1 TEMPERATUR
Sejumlah
faktor
lain,
selain
konsentrasi
dapat
mempengaruhi
Sangay sulit dalam banyak hal, untuk memberikan nilai terhadap temperatur pada reaksi
kompleks; ketergantungan terhadap temperatur reaksi bimolekuler dan unimolekuler
tampak
menggambarkan
kebutuhan
fisik
dasar
yang
harus
dipenuhi
untuk
Efek pelarut
Pengaruh pelarut terhada laju penguraian obat merupakan suatu topik terpenting
untuk ahli farmasi. Walau efek-efek tersebut rumit dan generalisasi tidak dapat
dilaksanakan, tampak reaksi non elektolit dihubungkan dengan tekanan dalam relatif atau
parameter kelarutan dari pelarut dan zat pelarut. Pengaruh kekuatn ion dan konstanta
dielektrik dari mdium pada laju reaksi ion juga penting dan larutan biasanya bersifat
tidak ideal.
Katalisis
Katalis didefinisikan sebagai suatu zat yang mempengaruhi kecepatan reaksi tanpa
ijut berubah secara nimia. Jika suatu katalis menurunkan kecepatan suatu reaksi, disebut
sebagai katalis negatif. Sebenarnya katalis negatif sering berubah secara tetap selama
reaksi, dan katalis negatis yang demikian lebih tepat disebut inhibitor daripada katalis.
a. katalis asam basa spesifik
larutan sejumlah obat mengalami percepatan penguraian pada penambahan
asam atau basa. Jira larutan obat didapar, penguraian tidak akan dipengaruhi oleh
perubahan konsentrasi asam atau basa, sehingga reaksi diperkirakan dikatalis oleh
ion hidrogen atau hidroksil dan reaksi demikian disebut katalis asam basa
spesifik.
b. katalis asam basa umum
dalam kebanyakan sistem yang penting untuk farmasi, dapat digunakan untuk
mempertahankan larutan pada ph tertentu. Sebagai tambahan pada efek ph
terhadap laju reaksi, serimg menjadi kemungkinan reaksi dikatalisis ole satu atau
beberapa componen penyusun dapar. Reaksi yang demikian disebut katalis asam
basa umum.
Pengaruh cahaya
Cahaya tidak digolongkan sebagai katalis, dan efeknya terhadap reaksi nimia dapat
memberikan keaktifan yang diperlukan untuk terjadinya reaksi. Radiasi dengan frekuensi
yang sesuai dan dengan energi yang cukup akan diadsorbsi untuk mengaktifkan molekulmolekul.
membedakan atara keduanya. Tardif mengamati bahwa asam askorbat terurai dalam
tablet menurut reaki orde pertama semu
BAB IV
ANALISA KESTABILAN YANG DIPERCEPAT
Pada masa lalu banyak perusahaan farmasi mengadakan evaluasi mengenai
kestabilan sediaan farmasi dengan pengamatan selama 1 tahun atau lebih, sesuai dengan
waktu normal yang diperlukan dalam penyimpanan dan penggunaan. Metode seperti itu
memakan waktu dan tidak ekonomis. Penelitian yang dipercepat pada temperatur tinggi
juga banyak dilakukan oleh banyak perusahaan, tetapi kriterianya sering merupakan
kriteria buatan yang tidak didasarkan pada prinsip-prinsip dasar kinetik. Contohnya
beberapa perusahaan menggunakan aturan bahwa penyimpanan cairan pada 37C
mempercepat penguraian 2 x lajunya pada temperature normal, sementara perusahaan
lain mengandaikan bahwa kondisi tersebut mempercepat penguraian dengan 20 x laju
normal. Levy telah membuktikan bahwa koefisien temperature buatan dan kestabilan
tidak dapat diterapkan pada sediaan cair dan sediaan farmasi yang lain. Perkiraan waktu
penyimpanan harus di ikuti dengan analisi yang dirancang secara hati-hati untuk
bermacam-macam bahan dalam tiap produk jika hasilnya ingin cukup berarti.
Metode uji dipercepat untuk produk-produk farmasi yang didasarkan pada prinsipprinsip kinetika kimia ditunjukkan oleh Garret dan Carper. Menurut teknik ini nilai k
untuk penguraian obat dalam larutan pada berbagai temperatur yang dinaikkan diperoleh
dengan memplot beberapa fungsi konsentrasi terhadap waktu, Logaritma laju penguraian
sfesifik kemudian diplot terhadap kebalikan dari temperatur mutlak dan hasil berupa garis
lurus berupa diekstrapolasi sampai temperatur ruang. k25o digunakan untuk memperoleh
pengukuran kestabilan obat pada kondisi penyimpanan biasa.
Contoh 1. Kosentrasi awal suatu obat yang terurai menurut kinetika orde-pertama
adalah 94 satuan/ml. Laju penguraian spesifik k yang diperoleh dari plot arrhenius adalah
2,09 x 10-5/jam pada temperature ruang 25C. Percobaan terdahulu menunjukkan jika
konsentrasi obat menurun sampai 45 satuan/ml maka tidak cukup berkhasiat lagi untuk
digunakan dan harus ditarik dipasaran. Kapan tanggal kadarluarsa yang harus ditulis pada
produk ini ?
t = 2,303/k log co/c
(1)
Dimana To adalah temperature awal dan a adalah kebalikan dari konstanta laju
pemanasan. Pada setiap waktu, selama proses, persamaan arrhenius untuk waktu nol dan t
dapat ditulis:
ln kt = ln ko Ea/R
(2)
(3)
Karena temperature merupakan fungsi dari waktu t, suatu pengukuran kestabilan kt,
secara langsung diperoleh pada kisar temperature tersebut. Meskipun metode kinetika
tadak melibatkan penelitian yang terinci mengenai mekanisme degradasi dalam
memperkirakan kestabilan, tetapi memberikan penerapan yang sesuai dengan prinsipprinsip ilmiah, jika ingin dikembangkan pada penelitian yang diperluas dalam
temperature ruang. Beberapa tindakan pencegahan umummengenai metode uji dipercepat
ini sesuai apabila dilakukan dalam hal ini.
Hal pertama yang harus ditekankan kembali bahwa akibat yang diperoleh dari
penelitian degradasi suatu komponen tertentu dalam pembawa tidak dapat diterapkan
sekehendak hati dan cairan-cairan lain secara umum. Bila energi aktivasi untuk suatu
komponen telah diketahui, mungkin baik untuk meneruskan penggunaan nilai ini
meskipun ada sedikit perubahan konsentrasi (misalnya penambahan overage) atau
diadakan sedikit formula. Energi aktivasi yang diketahui dan penelitian laju-tunggal pada
temperature yang dinaikkan dapat digunakan untuk memperkirakan kestabilan dari
komponen tersebut pada temperature biasa.
Metode pengujian yang didasarkan pada hukum Arrhenius hanya berlaku jika
penguraian merupakan fenomena termal dengan energi aktivasi sekitar 10 sampai 30
kkak/mol. Jika laju reaksi ditentukan dengan difusi atau reaksi fotokimia, atau jika
penguraian karena membeku, kontaminasi oleh mikroorganisme, guncangan yang terlalu
kuat selama pengangkutan, dan sebagainya, penelitian tentang temperature yang
dinaikkan ternyata kurang berguna untuk memperkirakan umur produk. Kenaikan
temperature juga tidak dapat digunakan untuk produk yang mengandung bahan
pensuspensi seperti metilselulosa yang menggumpal pada pemanasan, protein yang
mungkin didenaturasi, salep dan suppositoria yang mudah meleleh pada kondisi
temperature yang sedikit dinaikkan. Pecahnya emulsi melibatkan agregasi dan
pengumpulan bola-bola dan beberapa emulsi bahkan lebih stabil pada temperature yang
dinaikkan karena terjadi kenaikan gerakan brown.
Metode statistik harus digunakan untuk mengestimasi kesalahan laju konstanta,
khususnya jika pengerjaan dilakukan berdasarkan metode biologi, ini diselesaikan dengan
metode
kuadrat
kecil.
Kesimpulannya,
peneliti
pada
laboratorium
penelitian
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatNya lah, kami bisa menyelesaikan tugas makalah kuliah Fisika Farmasi I dengan baik.
Tak lupa juga kami menyampaikan terima kasih kepada bapak Amir Murod, Apt selaku
dosen mata kuliah Fisika Farmasi I sekaligus sebagai pembimbing kami dalam
pembuatan makalah ini.
Makalah kuliah Fisika Farmasi I ini merupakan diklat kumpulan Materi kuliah
Fisika Farmasi I dengan judul KINETIKA .
mahasiswa jurusan farmasi, diharapkan juga dapat dimanfaatkan oleh para mahasiswa di
bidang kesehatan lainnya.
Knetika sangat penting dalam kehidupan. Pembahasan kali ini yang mencakup
tentang kinetika adalah Orde dan laju reaksi, yang merupakan dasar dari prinsip kinetika.
Demikianlah kata pengantar dari kami, mohon maaf apabila ada salah-salah kata,
saran dan kritiknya kami harapkan guna perbaikan untuk makalah ini. Terima kasih.
Palembang,
Penyusun
Februari 2010
KINETIKA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
FANI OKTAVIANI
QURROTA AINI
ULFA RIZKY WULANDARI