Oleh:
Defta Adelia Rani
NPM. 0615 3040 0997
Minyak mentah (crude oil) berwujud cairan kental berwarna hitam yang
belum dapat dimanfaatkkan. Agar dapat dimanfaatkan minyak bumi harus mengalami
proses pengolahan dahulu.
Pengolahan minyak bumi dilakukan dengan kilang minyak melalui dua tahap.
Pengolahan tahap pertama (primary processing) dilakukan dengan cara distilasi
bertingkat dan pengolahan tahap kedua (secondary processing) dilakukan dengan
berbagai cara.
Proses-proses tersebut meliputi:
1. Perengkahan (cracking): Pada proses perengkahan, dilakukan perubahan
struktur kimia senyawa-senyawa hidrokarbon yang meliputi: pemecahan rantai,
alkilasi (pembentukan alkil), polimerisasi (penggabungan rantai karbon),
reformasi (perubahan struktur), dan isomerisasi (perubahan isomer).
2. Proses ekstraksi: Pembersihan produk dengan menggunakan pelarut sehingga
didapatkan hasil lebih banyak dengan mutu lebih baik.
3. Proses kristalasasi: Proses pemisahan produk-produk melalui perbedaan titik
cairnya. Misalnya, dari pemurnian solar melalui proses pendinginan, penekanan,
dan penyaringan akan diperoleh produk sampingan lilin.
4. Pembersihan dari kontaminasi (treating): Pada proses pengolahan tahap
pertama dan tahap kedua sering terjadi kontaminasi (pengotoran). Kotoran-
kotoran ini harus dibersihkan dengan cara menambahkan soda kaustik (NaOH),
tanah liat atau hidrogenasi.
Umpan Solven
steam solven
Yield dari produk rafinat tergantung pada tipe dan karakteristik minyak yang
diolah dan kualitas yang diingini perbaikannya. Misalnya yield 82 % diperoleh dari
suatu gas-oil yang sulfurnya turun dari 1,12 % menjadi 0,49 % dan bilangan setana
diperbaiki dari 53,2 menjadi 62,9. Proses ini dilisensi oleh Texaco Development Corp
dimana unit komersil pertama yang dibangun pada tahun 1964.
2. Propane Deasphalting
Proses ini adalah suatu proses ekstraksi dimana minyak yang diinginkan
dilarutkan dalam pelarut propan dan material yang mengandung aspal dapat
dipisahkan. Umumnya yang dipakai sebagai umpan adalah minyak mentah yang telah
direduksi dari distilasi hampa (Vacuum Reduced Crude) dengan berbagai jarak didih
untuk di-finishing menjadi aspal dan minyak-minyak pelumas. Kelarutan minyak
dalam propan menurun dengan naiknya suhu dan sangat dipengaruhi oleh tekanan.
Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Kondisi operasi di menara kontaktor tergantung pada jarak didih umpan dan
sifat-sifat produk yang diingini. Suhu puncak menara biasanya 130 - 180 oF dan
tekanan 400 - 550 psig. Rasio propan-umpan minyak adalah 6 : 1 sampai 10 : 1.
Proses ini dilisensi oleh M.W Kellogg Co. Unit komersil pertama dibangun pada
tahun 1934.
Umpan
Oil stripper
Tanki propan
Minyak
Evaporator
Kontaktor
Asphalt stripper
Dapur
3. Propane Decarbonizing
Proses ini adalah proses ekstraksi menggunakan pelarut yang bertujuan
untuk memulihkan kembali umpan perengkahan katalis dari residu berat. Sejak butan
secara sendiri-sendiri atau bersama dengan propan dapat digunakan sebagai pelarut,
maka proses ini sering dirujuk sebagai proses dekarbonisasi pelarut. Minyak yang
telah mengalami proses dekarbonisasi dan demetalisasi dapat di-recovery dari umpan
yang berasal dari topped crude atau vacuum reduced crude. Aliran proses dan
peralatan yang penting sama dengan pengolahan aspal dari minyak pelumas. Suhu
ekstraksi biasanya 150 – 250 oF dengan tekanan 400 - 600 psi. Yield minyak yang
didekarbonasi mencapai 40 – 75 % berasal dari umpan reduced crude. Umpan yang
mengandung karbon (conradson) 12 – 22 % berat diubah menjadi 2 - 5,5 % berat.
Proses ini dilisensi oleh M.W. Kellog.
4. Fraksionasi Propan
Proses ini adalah proses ekstraksi kontinyu untuk pemisahan residu hasil dari
distilasi hampa menjadi 2 macam atau lebih minyak pelumas. Proses ini
menggunakan propan sebagai pelarut dan merupakan pengembangan dari proses
propane deasphalting. Produk dari proses ini adalah minyak-minyak yang
bersesuaian dengan distilat netral yang berat, dan pelumas jernih (bright stock) yang
mempunyai warna lebih baik, residu karbon dan indeks viskositas lebih baik dari
fraksi-fraksi distilasi hampa. Pada proses ini dihasilkan juga aspal. Diagram alir
proses ini dapat dilihat pada Gambar 3.
5. Ekstraksi HF
Ekstraksi ini adalah proses ekstrasi cair-cair untuk memisahkan sulfur dan
kokas yang terbentuk dari nafta rengkahan, nafta murni (virgin naphtha), distilat
menengah, dan gas oil. Umpan minyak setelah melalui suatu absorber seperti terlihat
pada Gambar 4 dikontakkan secara berlawanan arah dengan cairan HF di dalam
menara ekstraksi. Produk atas berupa rafinat dikirm ke menara stripper untuk
pemisahan HF. Pelarut HF diambil kembali (recovery) dari ekstrak dengan
penguapan dan stripping.
Proses ini relatif tidak sensitif terhadap suhu dan tekanan. Biasanya suhu
yang dipakai adalah 100 – 125 oF dan tekanan di bawah 100 psi. Nisbah pelarut
terhadap minyak adalah rendah berkisar antara 0,15 - 0,3 berbanding 1. Pengolahan
kerosin, gas-oil dan recycle-oil dengan HF akan menghasilkan produk rafinat dengan
yield 85 – 95 % pada pengambilan sulfur 60 – 90 %.
Vent
HF ke
Recovery
Umpan
Absorber Ekstraktor
raffinate Ekstrak
HF dari Stripper Stripper
Recovery
HF ke recovery
Rafinat Ekstrak
HF Recovery &
HF segar
Evaporator HF
Tangki HF
6. Ekstrasi SO2
Proses ini adalah proses ekstraksi cair-cair secara kontinyu, dipakai untuk
pemisahan aromatik dan senyawa-senyawa yang menahan sulfur dari minyak-minyak
dasar naftenik dan parafinik. Umpan yang dipakai meliputi nafta ringan, kerosen,
gas-oil, cycle-oil dari proses katalis, dan minyak pelumas berat dan menengah.
Aplikasi-aplikasi lain dari proses ini dapat dilihat pada seksi penyulingan minyak
pelumas seperti proses Edeleanu SO2..
Apabila proses digunakan untuk mengolah kerosin maka suhu operasi
dipakai pada 60oF. Yield 65 – 90 % diperoleh pada reduksi sulfur 10 – 70 % dan
perbaikan diesel index pada rasio berat solven-minyak antara 0,25 - 1,0 berbanding
1,0. Pengolahan cycle-oil dari proses menggunakan katalis dapat menurunkan kokas
hasil perengkahan sebesar 50 % atau lebih.
2. Propane Dewaxing
Melalui proses ini, minyak-minyak pelumas dan komponen blending pelumas
dapat diambil lilinnya. Umpan yang diolah berjarak antara distilasi paraffin
(viskositas 70 SSU pada 100 ℉) sampai ke minyak-minyak silinder (viskositas 250
SSU pada 210℉) menghasilkan produk dengan titik tuang yang rendah sekali. Seperti
halnya proses-proses menggunakan pelarut, propan sebagai proses tunggal yang dapat
digunakan untuk menarik minyak lilin (deoiling wax). Minyak yang ditarik lilinnya
menghasilkan yield 60-85% (tergantung kandungan lilin dalam minyak) dengan
nisbah pelarut-minyak berkisar antara 2,5 – 3,0 berbanding 1,0. Suhu filtrasi berkisar
antara 14 sampai -41℉. Tekanan operasi 180-200 psi. proses ini dilisensi oleh M.W
Kellog Co.
4. Separator-Nobel Dewaxing
Proses ini dirujuk sebgaia proses S-N Dewaxing atau proses trikhloroetilen.
Pelarut yang digunakan adalah tri khloro etilen merupakan hidrokarbon yang
dikhlorinasi. Kebanyakan pelarut tersebut mempunyai berat jenis yang tinggi (>1),
sehingga untuk pemisahan lilin dilakukan dengan sentrifugal (tidak dengan fitrasi).
Pada prakteknya nisbah palerut-minyak bervariasi 0,67 – 1,5 berbanding 1. Umpan
minyak dan pelarut dikontakkan pada suhu 110 – 120℉ dibawah titik tuang produk
yang diinginkan. Kecepatan pendinginan bervariasi 8 - 15℉/jam. Pelarut tri khloro
etilen dipisahkan dari minyak dan lilin dengan distilasi ada suhu 230℉ lalu diikuti
dengan steam stripping.
5. Proses Bari-Sol
Proses penarikan lilin ini sebagaimana proses S-N, memakai pelarut yang
lebih baik, baik dengan minyak yang diolah maupun dengan lilin yang akan
dipisahkan sehingga operasi penarikan lilin menggunakan sentrifugal. Pelarut yang
digunakan adalah seara komersial, yaitu campuran etilen dikhloro (78%) dan benzol
(22%). Benzol dapat digunakan karena mempunyai daya pelarutan yang rendah
terhadap kandungan minyak pada suhu rendah. Nisbah pelarut-minyak yang
digunakan sekitar 3 berbanding 1. Campuran dipanaskan menjadi 110℉ lalu
didinginkan sampai -12℉ dan yang kedua adalah -5 sampai (1 – 20) ℉. Pelarut
dipisahkan dari fasa minyak dan lilin pada suhu 290℉.
6. Urea Dewaxing
Proses ini adalah proses yang sangat selektif, dan berbeda dengan proses-
proses yang lain, yaitu tanpan menggunakan refrigerasi (chiller). Aliran proses sama
seperti diagram alir pada Gambar 5. umpan dan pelarut urea bercampur secara
kontinyu di dalam tangki berpengaduk. Pada proses ini digunakan activator pelarut
yang dapat berupa cair, ester, keton atau alcohol seperti methanol. Urea dan activator
dalam waktu yang singkat akan membentuk suatu gumpalan dengan lilin paraffin dari
umpan minyak. Effluent dari kontraktor disaring, minyak yang sudah diambil lilin
dipisahkan dari pelarut dengan penguapan. Urea dan lilin didekomposisi dalam
system urea recovery.
7. Benzene-Acetone Dewaxing
Proses ini adalah salah satu pelopor dari proses-proses tipe benzol-ketn seperti
MEK-benzol, MEK-toluol yang bayak dipakai dalam industry pengilangan minyak.
Aliran proses umumnya sama dengan diagram alir pada Gambar 5. uraian proses
sama dengan proses solven dewaxing menggunakan MEK. Proses ini biasanya
menggunakan campuran pelarut aseton dan MEK yang mudah diganti-ganti jika
digunakan dengan benzene. Jumlah aseton yag dibutuhkan untuk menekan kelarutan
lilin di dalam campuran pelarut pada proses dewaxing dan untuk mendapatkan
kecepatan penyaringan yang memuaskan adalah lebih kecil dibandingkan dengan
kebutuhan MEK, tetapi MEK kurang mampu memisahkan minyak dibandingkan
aseton. Demikian juga titik didih MEK lebih tinggi dari aseton yang cenderung
bertambah besar, sehingga penguapan akan menyebabkan kehilangan pelarut aseton.
Lingkungan yang mendukung penggunaan benzene-asetat sebagai proses
komersial pada penarikan lilin minyak pelumas (lube dewaxing) adalah:
1. Langka nya kebutuhan untuk minyak pelumas dengan titik tuang yang rendah.
Konsekuensinya iklim sedang tidak memerlukan titik tuang pelumas lebih rendah
dari 0 ℉.
2. Pengolahan yang ekonomis pada operasi pengilangan di daerah iklin sedang.
3. Persediaan dan tersedianya benzene dan aseton.
Proses ini telah beroperasi secara komersial pada kilang Elbyn di Moshaton Yunani
pada tahun 1950.
Prosedur produksi lilin dan penarikan minyak dari dalam lilin terdiri dari :
1. Wax fractionating
Proses ini adalah proses fisik yang beroperasi untuk memproduksi lilin
dengan kandungan minyak rendah. Produk lilin dapat dikristalkan dengan berbagai
titik leleh, tergantung pada umpan yang diolah. Lilin kristal dapat diproduksi dengan
kandungan minyak kurang dari 0,5 %. Proses ini sering digabung dengan oil
dewaxing dengan dosis pelarut keseluruhan bervariasi 3,5 – 9,0 berbanding 1.
Diagram alir proses dapat dilihat pada Gambar 6. Proses ini dilisensi oleh Texaco
Development Corp.
Cooler
produk
lilin
Filter Filter
Filtrat solven
Filtrat
Chiller Chiller
lilin lunak
umpan solven
Tanki
konsentrat lilin
Solven