Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Menentukan specific gravity dan oAPI dari fraksi hasil proses destilasi
crude oil
2. Membandingkan specific gravity yang didapat dengan specific gravity
standar
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Definisi Pengolahan Minyak Mentah
Istilah minyak bumi diterjemahkan dari bahasa latin yaitu petroleum yang
artinya petrol atau batuan dan oleum atau minyak. Nama petroleum diberikan
kepada fosil hewan dan tumbuhan yang ditemukan dalam kulit bumi berupa gas
alam, batubara, dan minyak bumi.
Pada prinsipnya Tahapan pengolahan minyak bumi meliputi proses distilasi,
konversi, pemisahan logam, dan pencampuran fraksi. Prinsip utama dari
pemisahan antar fraksi yang terkandung dalam minyak bumi adalah adanya
perbedaan titik didih/uap dari tiap-tiap fraksinya. Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa senyawa fraksi yang terkandung dalam minyak bumi memiliki
titik didih yang bebeda. Jadi pemisahannya memanfaat perbedaan dari titik
didihnya. Semaking besar perbedaannya, maka semakin mudah pemisahannya.
1.2.2 Definisi Distilasi
Distilasi atau penyulingan merupakan suatu metoda pemisahan satu atau
lebih senyawa dari senyawa lainya dengan memanfaatkan perbedaan titik didih
dari senyawea-senyawa yang akan dipisahkannya. Minyak bumi mengandung
berbagai senyawa hidrokarbon yang memiliki titik didih berbeda-beda yang
tergantung dari struktur molekulnya.
Melalui metoda distilasi, senyawa-senyawa dalam minyak bumi dapat
dipisah menjadi berbagai senyawa hidrokarbon sesuai dengan titik didihnya.
Metoda destilasi dilakukan dengan menggunakan pendinginan bertahap atau

bertingkat. Metoda ini dikenal juga dengan istilah proses distilasi bertingkat. Titik
didih dari senyawa hidrokarbon yang terkandung pada minyak bumi dapat dilihat
pada tabel di bawah.
Tabel 1.2.2 Titidk didih senyawa hidrokarbon pada minyak bumi
Fraksi

Jumlah Atom

Titik Didih (Celcius)

Gas-Gas Petroleum

14

< 30

Petroleum Eter

56

30 60

20 135

Bensin (Gasolin)

6 12

50 180

Minyak Tanah (Kerosin)

11 16

170 290

Minyak Diesel (Solar)

14 18

260 350

Minyak Pelumas

16 24

300 370

Ligroin

Parafin, Aspal

> 25

Dengan memperhatikan data tabel tersebut dapat diketahui, jika minyak


bumi/mentah dipanaskan pada temperatur 30 Celcius maka gas-gas petroleum
akan segera mendidih dan menguap. Sedangkan senyawa lainnya tetap berada
pada fasa awalnya.
Ketika minyak bumi dipanaskan pada temperatur 350 Celcius, maka minyak
pelumas, senyawa parafin dan aspal tetap pada fasa awalnya, sedangkan senyawa
lainnya akan mendidih dan menguap. Jika minyak bumi/mentah dipanaskan
hingga di atas temperatur 370 Celcius, maka seluruh fraksi yang ada dalam
minyak akan mendidih dan menguap. Dan ketika temperatur diturunkan hingga
300 Celcius, maka minyak pelumas, parafin dan aspal dalam fasa uap akan
mengalami pengembunan dan terjadi perubahan fasa lagi, kembali ke fasa
awalnya. Sedangkan fasa lainnya akan tetap pada fasa uap/gas.

Ketika temperatur diturunkan lagi hingga 260 Celcius, maka minyak diesel
dalam fasa uap akan berubah ke fasa awalnya yaitu minyak diesel cair. Fenomena
ini merupakan prinsip dari proses destilasi pada pengolahan minyak bumi/mentah
menjadi fraksi-fraksi bahan bakar. Proses ini dikenal dengan istilah proses
fraksinasi. Secara skematika, pengolahan minyak bumi/mentah dapat dilihat pada
gambar dibawah.

Gambar.1 Proses Pengolahan Minyak Mentah, Distilasi Fraksinasi


1.2.3 Minyak Bumi
Minyak bumi terutama terdiri dari campuran yang sangat komplek senyawasenyawa hidrokarbon yaitu senyawa-senyawa yang mengandung unsur karbon
dan hidrogen. Disamping itu dalam minyak bumi juga terdapat unsur-unsur
belerang, nitrogen, oksigen dan logam-lagam.yang terdapat dalam jumlah yang
relatif lebih sedikit yang terikat dalam bentuk senyawa-senyawa organik.
Disamping itu air dan garam-garam hampir selalu terdapat dalam minyak bumi
dalam keadaan terdirpersi. Bahan-bahan bukan hidrokarbon ini biasanya dianggap
sebagai kotoran, karena pada umumnya memberikan gangguan dalam proses
pengolahan minyak bumi dalam kilang dan berpengaru jelek terhadap mutu

produk.
Baik senyawa hidrokarbon maupun senyawa bukan hidrokarbon keduanya
akan menentukan cara-cara pengolahan yang dilakukan dalam kilang minyak.
Walaupun senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi sangat banyak
jumlahnya tetapi senyawa tersebut dapat dibagi dalam tiga senyawa hidrokarbon,
yaitu senyawa hidrokarbon parafin, naften dan aromatik. Disamping senyawasenyawa hidrokarbon tersebut dalam produk minyak bumi juga terdapat senyawa
hidrokarbon olefin dan diolefin yang terjadi karena perengkahan dalam proses
pengolahan minyak bumi dalam kilang, misalnya distilasi minyak mentah dan
proses perengkahan.
Densitas minyak adalah massa persatuan volume pada suhu tertentu, atau
dikenal juga dengan perbandingan massa minyak dengan volume pada kondisi
tekanan dan temperature tertentu. Selain densitas, salah satu sifat minyak bumi
yang penting dan mempunyai nilai dalam perdagangan adalah specific gravity
( gravitasi jenis). Specific gravity minyak adalah perbandingan antara berat jenis
minyak pada temperature standar dengan berat jenis air dengan temperature yang
sama dapat di tulis :
SG =

Q
W

pada tekanan dan temperatur

Di Indonesi biasanya berat jenis dinyatakan dalam fraksi, misalnya 0.5 : 0,1
untuk minyak bumi suhu yang digunakan adalah 15O C atau 60O F. Dalam dunia
perdagangan terutama yang dikuasai oleh perusahaan Amerika, gravitasi jenis atau
lebih sering disingkat dengan SG ini dinyatakan dalam API grafity dan juga API
( American Petroleum Institute ) yang sangat mirip dengan Baume gravity adalah
suatu besaran yang merupakan fungsi dari berat jenis yang dapat dinyatakan
dengan persamaan :

SG =
O

API =

SG =

m
v .. (Persamaan 1)
o
w . (Persamaan 2)
141.5
SG

131.5 .. (Persamaan 3)

141.5
131.5+ API ......(Persamaan 4)

API gravity minyak bumi sering menunjukan kualitas dari minyak bumi
tersebut. Makin kecil SG-nya atau makin tinggi OAPI-nya, maka minyak bumi itu
makin berharga karena lebih banyak mengandung bensin. Sebaliknya makin
rendah OAPI atau makin besar SG-nya, maka mutu minyak itu kurang baik karena
lebih banyak mengandung lilin (wax) atau residu (aspal). Perhatikan table
dibawah ini:
Tabel 1.2.3 Componen, API dan SG
Componen

Specific Gravity

Minyak Ringan
Minyak Berat
Tar

>20
10-20
<10

< 0.934
0.934-1.000
>1.000

API

1.2.4 Produk Minyak Bumi


Pada umumnya produk kilang minyak bumi dapat dibagi beberapa golongan
sebagai berikut :
1. Produk-produk yang mudah menguap Liquified Petroleum Gases
atau LPG
2. Minyak ringan; bensin, bahan bakar jet, zat pelarut dan kerosin.
3. Destilat bahan bakar diesel dan minyak gas
4. Minyak pelumas
5. Gemuk (Grease)
6. Malam parafin
7. Residu minyak bakar, kokas dan aspal
Dibawah ini akan dibahas beberapa produk minyak bumi:
1. Produk-produk yang mudah menguap Liquified Petroleum Gases atau LPG
Produk-produk yang mudah menguap Liquified Petroleum Gases
atau LPG adalah gas minyak bumi yang dicairkan pada temperatur biasa
dengan tekanan sedang, sehingga LPG dapat disimpan dan diangkut dalam
bentuk cairan dibawah suatu tekanan. Komponen utama LPG ialah propan
dan butan. LPG yang diperdagangkan harus mempunyai spesifikasi yang

meliputi tekanan uap maksimum yang diperbolehkan pada suatu temperatur


tertentu, kadar belerang, air dan hidrokarbon cair maksimum.
LPG digunakan untuk :
a. Bahan bakar dalam rumah tangga dan industri
b. Bahan bakar mesin pembakaran dalam
c. Bahan baku petrokimia
2.

Bensin Motor
Bensin motor adalah campuran kompleks senyawa hidrokarbon, yang
mempunyai daerah titik didih ASTM 40 - 200C.

Spesifikasi Produk Bensin

3.

Zat Pelarut
Zat pelarut atau solven yang berasal dari minyak bumi terdiri dari senyawa
hidrokarbon prafin, naften dan aromatis. Zat pelarut hidrokarbon cukup

satabil yaitu bahwa zat pelarut ini umumnya tidak bereaksi dengan bahanbahan lain dan tidak terurai pada temperatur sedang.
Kegunaan zat pelarut antara lain :

4.

Untuk melarutkan zat padat

Mengencerkan larutan pekat

Ekstraksi lemak dan minyak

Zat pelarut dalam pabrik cat

Obat pemberantas serangga

Kerosin
Kerosin adalah fraksi minyak bumi yang lebih berat dari bensin dan
mempunyai daerah didih antara 340 - 530F. Penggunaan utama kerosin
ialah bahan bakar lampu penerangan.

5.

Bahan Bakar Diesel


Solar adalah salah satu produk dari minyak bumi yang mempunyai titik
o
o
didih antara 250 C sampai dengan 350 C .Solar digunakan sebagai bahan
bakar mesin diesel. Kualitas solar sebagai bahan bakar motor diesel
putaran tinggi sangat menetukan kelancaran operasi, cara kerja, usia motor,
dan kebersihan sisa pembuangan dari motor diesel.
Bahan bakar diesel mempunyai sifat utama , yaitu :
Tidak berwarna atau sedikit kekuning-kuningan dan berbau.

6.

Encer dan tidak menguap dibawah temperatur normal.


Mempunyai titik nyala tinggi (40 oC - 100 oC).
Mempunyai berat jenis 0,82-0,86 g/cm3 .
Menimbulkan panas yang besar (sekitar 10.500 kcal/kg).
Mempunyai kandungan sulfur lebih besar dibanding bensin.
Memiliki rantai Hidrokarbon C14 s/d C18.

Minyak Pelumas
Sesuai dengan namanya, minyak pelumas mempunyai tugas utama
melumasi bagian-bagian mesin yang berkontak dan bergerak satu terhadap
yang lain sehingga menghindarkan terjadinya keausan.

1.2.4

Piknometer
Berat jenis suatu zat dapat dihitung yaitu mengukur secara langsung berat

zat dalam piknometer (dengan menimbang) dan volume zat (ditentukan dengan
piknometer).Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan
penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer dilakukan dengan
menimbang air. Ketelitian metode piknometer akan bertambah sampai suatu
optimum tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Optimum ini terletak
sekitar isi ruang 30 ml.Ada dua tipe piknometer, yaitu tipe botol dengan tipe pipet.
1.2.5

Hidrometer

Hidrometer adalah suatu alat terbuat dari kaca yang berguna untuk
mengukur density. Terdapat banyak jenis hidrometer seperti untuk mengukur berat
jenis air, berat jenis minyak dan berat jenis larutan lainnya. Tetapi ada juga
hidrometer yang digunakan untuk mengukur kadar suatu zat.

BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
a. termometer
b. Erlenmeyer 250 ml
c. Batang Pengaduk
d. Gelas Kimia 250 ml
e. Gelas ukur 10 ml dan 100 ml
f. Piknometer 10 ml
g. 1 set alat destilasi crude oil
2.1.2 Bahan
a. Crude oil
b. Es batu
2.2 Prosedur Kerja Destilasi
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Menghubungkan alat pada sumber arus listrik
c. Mengisi bottom flash dengan crude oil, kemudian memasukkan batu didih.
d. Mengisi air dan es batu ke dalam bak reservoir air pendingin
e. Menghidupkan alat dengan memutar power pada posisi on
f. Menghidupkan pompa untuk mengalirkan air pendingin menuju kondensor
dan membuka valve vacuum pada posisi on
g. Menghidupkan heater dengan set temperature sebesar 400 oC.
h. Mencatat temperature pada bottom, tray 1, tray 2, dan top setiap 5 menit
i. Menutup valve vakum lalu membuka valve pada tray 1 dan 2 jika sudah
tedapat produk.
j. Membuka kembali valve vakum setelah mengambil produk pada tray 1
dan tray 2
k. Menghentikan proses destilasi ketika sudah tidak terjadi tetesan dengan
cara mematikan heater dan pompa lalu menutup valve kondensor dan
vacum
l. Mencabut power arus listrik
m. Ketika seluruh peralatan telah dingin ambil hasil destilasi pada bagian
bottom, tray 1, tray 2, dan top dan mengukur densitas masing-masing
n. Menghitung specific gravity dan oAPI

BAB III
PENGOLAHAN DATA
3.1 Data Pengamatan
Tabel 3.1.1 Data Kenaikan Temperatur
No.
1
2
3
4
5
6
7

Waktu
9:40
9:50
10:00
10:10
10:20
10:30
10:40

T1
31
51
74
93
113
146
189

T2
30
32
34
38
40
41
44

T3
29
30
31
33
34
36
38

T4
29
30
31
32
34
34
36

T5
135
249
300
319
332
344
353

8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

10:50
11:00
11:10
11:20
11:30
11:40
11:50
12:00
12:10
12:20
12:30
12:40
12:50
13:00
13:10
13:20
13:30
13:40
13:50
14:00
14:10
14:20
14:30
14:40
14:50
15:00
15:10

245
254
256
258
255
256
262
258
259
258
259
260
253
257
259
261
263
260
260
262
258
262
266
262
262
262
262

42
56
58
65
70
65
73
74
82
74
79
79
80
80
87
77
83
84
152
138
127
123
126
124
121
119
132

38
43
46
49
53
47
50
50
57
56
56
57
57
54
61
57
56
57
53
52
50
51
50
54
52
51
52

36
39
43
46
46
45
47
47
51
50
50
51
49
51
54
46
48
46
43
41
40
41
39
41
41
40
42

363
365
371
371
372
372
373
374
373
375
375
374
375
374
375
375
377
376
375
372
371
373
372
371
371
373
372

Tabel 3.1.2 Hasil pengamatan muncul smoke pertama kali


Waktu
10:52

T1
252

T2
44

T3
38

T4
36

T5
364

Tabel 3.1.3 : Hasil pengamatan massa crude oil menggunakan Piknometer


dan Gelas Ukur
Bahan

Massa (gram)
Pikno kosong

Pikno + isi

Bensin

(gram)
15,8870

(gram)
23,6951

Kerosin

29,7937

34,1716

Titik didih
rata-rata (oC)
51
57

Solar

15,8870

23,8383

112

3.2 Data Hasil Perhitungan


praktek 60

air ref .60 F

BAHAN
3

(kg/m )
Bensin

780,81

Kerosin

742,02

Solar

795,13

SG (

(kg/m )

999,007

Tabel 3.2.1 : Hasil perhitungan , SG , API

60

o
60 F

API

0,7816

49,5389

0,7427

59,0211s

0,7959

46, 2861

menggunakan Piknometer dan

Gelas Ukur
BAB IV
PEMBAHASAN

Percobaan kali ini bertujuan untuk menetukan specific gravity dan oAPI dari
fraksi hasil proses destilasi crude oil dan membandingkan specific gravity yang
didapat dengan specific gravity standar.
Ketika percobaan dilakukan dengan bahan baku yang sudah encer perlu
waktu yang lama. Smoke pertama kali terbentuk pada jam 10:52 dan untuk
menghasilkan produk pada waktu 13:50 baru pertama kali menetesnya tray 1.
Sedangkan tray 2 terbentuk pada jam 14:10 .
Pada praktikum ini diperoleh nilai specific gravity bensin, kerosin, dan solar
berturut-turut adalah 0,7816 ; 0,7427 ; dan 0,7959. Hal ini menunjukkan nilai s.g
kerosin lebih besar dari pada bensin dan solar. Namun hasil ini tidak sesuai
dengan teori s.g refrensi yang menyatakan bahwa semakin berat fraksi maka nilai
s.g semakin besar pula.
Pada praktikum ini juga diperoleh nilai oAPI untuk bensin, kerosin, dan solar
masing-masing adalah 49,5389 ; 59,0211 ; dan 46,2861. Hal ini juga

menunjukkan bahwa kerosin memiliki nilai oAPI lebih besar dari pada bensin dan
solar. Hal ini juga tidak sesuai dengan teori oAPI referensi yang menyatakan
bahwa semakin berat fraksi maka nilai oAPI semakin kecil, jadi nilai s.g dan oAPI
berbanding terbalik.
Teori tentang mengapa s.g itu dari fraksi ringan ke berat nilai x semakin
tinggi Teori tentang mengapa oAPI itu dari fraksi ringan ke berat nilai x semakin
kecil.
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan temperatur rata-rata untuk masingmasing tray maka didapatkan temperatur untuk tray pertama yaitu solar sebesar
112oC , tray ke 2 yaitu kerosin sebesar 57oC, dan tray top yaitu bensin sebesar
51oC. Hal ini berbeda dari rentang temperatur berdasarkan teori, temperatur untuk
bensin yaitu 40 - 200oC, kerosin 171,11 276,67oC, dan solar 148,89 371,11oC.
Yang memasuki range suhu hanya fraksi bensin, namun yang lainnya dibawah
dari range yang ada. Hal ini lah yang mnyebabkan tidak sesuainya nilai-nilai yang
didapatkan dibandingakan dengan nilai-nilai berdasarkan refrensi

BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Menentukan specific gravity dan oAPI dari fraksi hasil proses destilasi
crude oil
Nilai specific gravity dan oAPI
Bensin: 0,7816 ; 49,5389
Kerosin: 0,7427 ; 59,0211
Solar : 0,7959 ; 46,2861
b. Hal ini menunjukkan nilai s.g kerosin lebih besar dari pada bensin dan
solar. Namun hasil ini tidak sesuai dengan teori s.g refrensi yang
menyatakan bahwa semakin berat fraksi maka nilai s.g semakin besar pula.

DAFTAR PUSTAKA

Alida, Roni. 2013. Buku Penuntun Praktikum Analisa Fluida Reservoir.


Palembang: Politeknik Akamigas Palembang.
Tim penyusun.2015.Penuntun Praktikum Laboratorium Satuan
Operasi.Samarinda: POLNES.
Zurohaina. 2014. Penentun Praktikum Hidrokarbon. Palembang : Politeknik
Negeri Sriwijaya
http://www.engineeringtoolbox.com/specific-gravity-liquids-d_336.html

LAMPIRAN

Lampiran 1

PERHITUNGAN
o Dari pengamatan diperoleh data-data sebagai berikut :
Massa picnometer kosong
Massa gelas ukur kosong
Volume Picnometer
Massa picnometer + bensin
Massa picnometer + solar
Massa gelas ukur + kerosin
Volume kerosin
o Menghitung berat jenis masing-masing fraksi
=

massa piknoisimassa pikno kosong


volume pikno

1. Bensin
=

23,6951 gr 15,8870 gr
=0,78081 gr /ml
10 ml

2. Solar
=
3. Kerosin

23,8383 gr15,8870 gr
=0,79513 gr /ml
10 ml

34,1716 gr29,7937 gr
= specific gravity
=0,74202 gr /ml
o Menghitung
5,9 ml
1. Bensin
2. Solar

sg=

sampel
airref

780,81
kg
//m
m33
795,13
kg
sg=
sg=999,007 kg / m33=0,7816
=0,7959
999,007 kg /m
3. Kerosin
742,02 kg /m3
sg=
=0,7427
999,007 kg /m 3

= 15,8870 gr
= 29,7973gr
= 10 ml
= 23,6951 gr
= 23,8383 gr
= 34,1716 gr
= 5,9 ml

o Menghitung oAPI
141.5
O
API = SG 60
131.5
60
0
o
F praktek
Perhitungan API secara
1. Bensin

API =
2. Solar

API =

141.5
0,7816

131.5 =

141.5
0,7959

131.5 =

3. Kerosin
141.5
0,7424 131.5 =
o
Perhitungan API secara teori
1. Bensin
O

API =

141.5
0,713

131.5 =

141.5
0,893

131.5 =

141.5
0,820

131.5 =

API =
2. Solar

API =
3. Kerosin

API =

Lampiran 2
Specific Gravity - Liquids
Specific gravity of some common liquids and fluids as alcohol,
oils, benzene, water and many more
The specific gravity of some common liquids and fluids can be found in the table
below:
Temperature

Fluid

Specific Gravity

( C)

SG

Acetic Acid

25

1.052

Acetone

25

0.787

Acetylene, liquid

-121oF

0.62

Acetylene, liquid

70oF

0.38

Temperature

Fluid

( C)

Adipic acid
Alcohol, ethyl (ethanol)

Specific Gravity

SG

0.72
25

0.787

Alcohol, methyl (methanol) 25

0.791

Alcohol, propyl

25

0.802

Ammonia (aqua)

25

0.826

Aniline

25

1.022

Benzene

25

0.876

Benzil

25

1.084

Bromine

25

3.12

Butane, liquid

25

0.601

Caproic acid

25

0.924

Carbolic acid

15

0.959

Carbon disulfide

25

1.265

Carbon tetrachloride

25

1.589

Carene

25

0.860

Oil, Castor

25

0.959

Chloride

25

1.56

Chloroform

25

1.469

Citric acid

25

1.665

Coconut Oil

15

0.927

Cotton Seed Oil

15

0.929

Cresol

25

1.027

Creosote

15

1.070

Crude oil, California

60oF

0.918

Crude oil, Mexican

60oF

0.976

Crude oil, Texas

60oF

0.876

Temperature

Fluid

Specific Gravity

( C)

SG

Cumene

25

0.862

Decane

25

0.728

Dodecane

25

0.757

Ethane

-89

0.572

Ether

25

0.716

Ethylamine

16

0.683

Ethylene glycol

25

1.100

25

1.480

Fluorine refrigerant R-12

25

1.315

Fluorine refrigerant R-22

25

1.197

Formaldehyde

45

0.815

Fuel oil

60oF

0.893

Furan

25

1.421

Furforal

25

1.159

Gasoline, natural

60oF

0.713

Gasoline, Vehicle

60oF

0.739

Glycerin

25

1.263

Glycerol

25

1.129

Heptane

25

0.681

Hexane

25

0.657

Hexanol

25

0.813

Hexene

25

0.673

Hydrazine

25

0.797

Kerosene

60oF

0.820

Linolenic Acid

25

0.902

Linseed Oil

25

0.932

Fluorine (freon) refrigerant


R-11

Temperature

Fluid

Specific Gravity

( C)

SG

Mercury

25

13.633

Methane

-164

0.466

Milk

1.035

Naphtha,Petroleum Naphtha 15

0.667

Wood

25

0.701

Napthalene

25

0.963

Nonanol

25

0.823

Octane

25

0.701

Olive Oil

15

0.703

Oxygen

-183

1.14

Palmitic Acid

25

0.853

Pentane

25

0.755

Phenol

25

1.075

Phosgene

1.381

Phytadiene

25

0.826

Pinene

25

0.858

Propane

-40

0.585

Propane

25

0.495

Propylene

25

0.516

Propylene glycol

25

1.036

Pyridine

25

0.968

Parole

25

0.969

Resorcinol

25

1.272

Sabiname

25

0.814

Sea water

25

1.028

Silane

25

0.719

Sorbaldehyde

25

0.898

Temperature

Fluid

Specific Gravity

( C)

SG

Stearic Acid

25

0.941

Styrene

25

0.906

Terpinene

25

0.850

Toluene

25

0.865

Turpentine

25

0.871

Water, pure

39.2oF (4oC)

1.000

Water, sea

77oF

1.025

T(oC) = 5/9[T(oF) - 32]

T(oF) = [T(oC)](9/5) + 32

Specific Gravity of a substance is the ratio of density of the substance to the


density of water at 4oC.

Karakteristik mutu solar


NO

PR O PE RTI E S

LIMITS

TEST METHODS

Min

Max

IP

ASTM

1.

Specific Grafity 60/60 0C

0.82

0.87

D-1298

2.

Color astm

3.0

D-1500

3.

Centane Number or

45

Alternatively calculated Centane Index


4.

D-613
48

Viscosity Kinematic at 100 0C cST or

1.6 35

5.8 45

D-88

Viscosity SSU at 100 0C secs


5.

Pour Point 0C

65

D-97

6.

Sulphur strip % wt

0.5

D-1551/1552

7.

Copper strip (3 hr/100 0C)

No.1

D-130

8.

Condradson Carbon Residue %wt

0.1

D-189

9.

Water Content % wt

0.01

D-482

10.

Sediment % wt

11.

Ash Content % wt

12.

Neutralization Value :

13.

No.0.01
0.01

- Strong Acid Number mgKOH/gr

Nil

-Total Acid Number mgKOH/gr

0.6

Flash Point P.M.c.c 0F

Sumber : www.Pertamina.com

150

D-473
D-482

D-93

Lampiran 3

Anda mungkin juga menyukai