Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


- Menentukan sifat fisis hasil destilasi crude oil
- Menentukan specific gravity hasil destilasi crude oil
- Menentukan API gravity hasil destilasi crude oil

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Minyak Mentah (Crude Oil)
Minyak bumi adalah campuran kompleks hidrokarbon dan senyawa-senyawa
organik lain. Komponen hidrokarbon adalah komponen utama minyak bumi dan gas
alam. Gas alam terdiri dari alkana suku rendah, yaitu metana, etana, propana, dan
butana. Selain alkana juga terdapat berbagai gas lain seperti karbondioksida (CO2)
dan hidrogen sulfida (H2S).
Sekitar 85 % dari minyak mentah (crude oil) di dunia diklasifikasikan menjadi
3 golongan yaitu :
1. Minyak dasar aspal (asphaltic base)
2. Minyak dasar paraffin (paraffinic base)
3. Minyak dasar campuran (mixed base).
Minyak dasar aspal mengandung sedikit lilin paraffin dengan aspal sebagai
residu utama. Minyak dasar aspal sangat dominan mengandung aromatik. Kandungan
sulfur, oksigen dan nitrogen relatif lebih tinggi dibandingkan dengan minyak-minyak
dasar lainnya. Minyak mentah dengan dasar aspal sangat cocok untuk memproduksi
gasolin yang berkualitas tinggi, minyak pelumas mesin dan aspal. Minyak dasar
parafin (paraffinic base) mengandung sangat sedikit aspal, sehingga sangat baik
sebagai sumber untuk memproduksi lilin paraffin, minyak pelumas motor dan kerosin
dengan kualitas tinggi.
Minyak mentah (cude oil) berbentuk cairan kental hitam dan berbau kurang
sedap. Minyak mentah belum dapat digunakan sebagai bahan bakar maupun untuk
keperluan lainnya, tetapi harus diolah terlebih dahulu. Minyak mentah mengandung
sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan jumlah atom C-1 sampai 50. Titik didih
hidrokarbon meningkat seiring bertambahnya jumlah atom C yang berada di dalam
molekulnya. Oleh karena itu, pengolahan minyak bumi dilakukan melalui destilasi
bertingkat, dimana minyak mentah dipisahkan ke dalam kelompok-kelompok
(fraksi) dengan titik didih yang mirip.

1.2.2 Destilasi
Destilasi adalah pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan
titik didihnya. Dalam hal ini adalah destilasi fraksinasi. Mula-mula minyak mentah
dipanaskan dengan suhu ± 370°C. Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut
kemudian masuk kedalam kolom fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya
berada pada sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan
tekanan dalam kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan
bertekanan tinggi).
Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke bagian atas
kolom dan selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda. Komponen yang
titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan
yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui
sungkup-sungkup yang disebut sungkup gelembung. Makin ke atas, suhu yang
terdapat dalam kolom fraksionasi tersebut makin rendah, sehingga setiap kali
komponen dengan titik didih lebih tinggi akan terpisah, sedangkan komponen yang
titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Fraksi minyak mentah
yang tidak menguap menjadi residu. Residu minyak bumi meliputi parafin, lilin, dan
aspal. Residu-residu ini memiliki rantai karbon sejumlah lebih dari 40. Titik didih
dari senyawa hidrokarbon yang terkandung pada minyak bumi dapat dilihat pada
tabel di bawah.
Tabel 1.2.2 Titik Didih Senyawa Hidrokarbon Pada Minyak Bumi

Fraksi Jumlah Atom TitikDidih (Celcius)

Gas-Gas Petroleum 1–4 < 30


Petroleum Eter 5–6 30 – 60
Ligroin 7 20 – 135
Bensin (Gasolin) 6 – 12 50 – 180
Minyak Tanah (Kerosin) 11 – 16 170 – 290
Minyak Diesel (Solar) 14 – 18 260 – 350
MinyakPelumas 16 – 24
300 – 370
Parafin, Aspal > 25

Dengan memperhatikan data tabel tersebut dapat diketahui, jika minyak


bumi/mentah dipanaskan pada temperatur 30oC maka gas-gas petroleum akan segera
mendidih dan menguap. Sedangkan senyawa lainnya tetap berada pada fasa awalnya.

1.2.3 Specific Gravity dan API Gravity


Specific gravity minyak adalah perbandingan antara berat jenis minyak pada
temperatur standar dengan berat jenis air dengan temperatur yang sama dapat di tulis :

𝜌𝐴
Sg =
𝜌𝑟𝑒𝑓

Keterangan :
Sg = Specific gravity
𝜌𝐴 = Densitas zat A (g/ml)
𝜌𝑟𝑒𝑓 = Densitas zat referensi / standard (g/ml)
Di Indonesia biasanya berat jenis dinyatakan dalam fraksi, misalnya 0,5 : 0,1
untuk minyak bumi suhu yang digunakan adalah 15O C atau 60O F. Dalam dunia
perdagangan terutama yang dikuasai oleh perusahaan Amerika, gravitasi jenis atau
lebih sering disingkat dengan SG ini dinyatakan dalam API gravity dan juga API
(American Petroleum Institute) yang sangat mirip dengan Baume gravity adalah suatu
besaran yang merupakan fungsi dari berat jenis yang dapat dinyatakan dengan
persamaan :
𝑚
𝜌 = ………………………..…….. (Persamaan 1)
𝑣
𝜌𝑜
Sg = …………….…………...…..(Persamaan 2)
𝜌𝑤
141.5
O
API = – 131.5 …………..…...(Persamaan 3)
𝑆𝑔
141.5
Sg = ………………..........(Persamaan 4)
131.5+°𝐴𝑃𝐼

Keterangan :
𝜌 = Densitas (g/ml)
m = Massa (g)
v = Volume (ml)
Sg = Specific gravity
𝜌𝐴 = Densitas zat A (g/ml)
𝜌𝑟𝑒𝑓 = Densitas zat referensi / standard (g/ml)
O
API = American Petroleum Institute

API gravity minyak bumi sering menunjukan kualitas dari minyak bumi
tersebut. Makin kecil Sg-nya atau makin tinggi OAPI-nya, maka minyak bumi itu
makin berharga karena lebih banyak mengandung bensin. Sebaliknya makin rendah
O
API atau makin besar Sg-nya, maka mutu minyak itu kurang baik karena lebih
banyak mengandung lilin (wax) atau residu (aspal).
1.2.4 Bensin
Bensin tersusun dari hidrokarbon rantai lurus, mulai dari C6-C12. Dengan kata
lain, bensin terbuat dari molekul yang hanya terdiri dari hidrogen dan karbon yang
terikat antara satu dengan yang lainnya sehingga membentuk rantai. Bensin memiliki
titik didih 50-180°C.
Bensin dibuat dari minyak mentah, cairan berwarna hitam yang dipompa dari
perut bumi dan biasa disebut dengan petroleum. Cairan ini mengandung hidrokarbon;
atom-atom karbon dalam minyak mentah ini berhubungan satu dengan yang lainnya
dengan cara membentuk rantai yang panjangnya yang berbeda-beda.
Kualitas bensin dapat ditentukan dari banyaknya kandungan isooktan atau
yang disebut juga dengan nilai bilangan oktan. Semakin tinggi bilangan oktannya,
semakin efisien proses pembakaran bensin tersebut. ( Anonim, 2015 )

1.2.5 Kerosin
Minyak tanah atau kerosin merupakan cairan hidrokarbon yang tak berwarna
dan mudah terbakar dan memiliki titik didih antara 170 °C dan 290 °C. Minyak tanah
atau disebut juga parafin Menurut Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi No.
O
002/P/D.M./Migas/1979 batasan maksimum specific gravity at 60/60 F sebesar
0,835. Kerosin terdiri dari senyawa hidrokarbon jenuh, harus bebas dari aromatik dan
hidrokarbon tak jenuh dan sebaiknya dengan kandungan sulfur serendah mungkin.
Struktur molekul hidrokarbon terdiri dari C11–C16 per molekulnya.
Minyak tanah banyak digunakan untuk lampu minyak dan kompor, sekarang
banyak digunakan sebagai bahan bakar mesin jet (Avtur, Jet-A, Jet-B, JP-4 atau JP-
8). Kerosen dikenal sebagai RP-1 digunakan sebagai bahan bakar roket. Pada proses
pembakarannya menggunakan oksigen cair. Kerosin didestilasi langsung dari minyak
mentah dan memerlukan pengendalian khusus dalam sebuah unit merox atau
hydrotreater untuk mengurangi kadar belerang dan perkaratan. Kerosin dapat juga
diproduksi oleh hydrockraker, yang digunakan untuk meningkatkan bagian dari
minyak mentah yang cocok untuk bahan bakar minyak. Minyak tanah sifatnya berada
antara minyak gas dan bensin.
Salah satu sifat yang terpenting bagi kerosin adalah bahwa kerosin harus dapat
memberikan intensitas terang nyala yang tinggi dan sedikit mungkin memberikan
asap yang dapat mengganggu lingkungan. Titik asap ialah tinggi nyala maksimum
dalam milimeter dimana kerosin yang dibakar dengan menggunakan lampu uji baku
tidak memberikan asap. Makin tinggi titik asap,makin baik mutu kerosin. Asap yang
timbul pada pembakaran kerosin disebabkan oleh senyawa aromatik. (Anonim,2015).

1.2.6 Solar
Minyak solar ialah fraksi minyak bumi berwarna kuning coklat yang
jernih yang mendidih sekitar 260-350°C dan yang digunakan sebagai bahan bakar
mesin diesel. Solar tersusun dari struktur molekul hidrokarbon yang terdiri dari C14–
C18 per molekulnya. Umumnya, solar mengandung belerang dengan kadar yang
cukup tinggi. Penggunaan solar pada umumnya adalah untuk bahan bakar pada
semua jenis mesin diesel dengan putaran tinggi (diatas 1000 rpm),yang juga dapat
digunakan sebagai bahan bakar pada pembakaran langsung dalam dapur-dapur
kecil yang terutama diinginkan pembakaran yang bersih. Minyak solar ini biasa
disebut juga Gas Oil, Automotive Diesel Oil, High Speed Diesel.
Diantara sifat-sifat bahan bakar solar yang terpenting ialah kualitas
penyalaan, volatilitas, viskositas, titik tuang dan titik kabut. Menurut Direktorat
Jendral Minyak dan Gas Bumi No. 002/P/D.M./Migas/1979 batasan maksimum dan
minimum specific gravity at 60/60 OF sebesar 0,870 dan 0,820. Sifat-sifat bahan
bakar solar lainnya yang perlu juga diperhatikan ialah kebersihan, kecenderungan
bahan bakar untuk memberikan endapan karbon dan kadar belerang. Bahan bakar
solar harus bebas dari kotoran seperti air dan pasir. Adanya pasir yang sangat halus
yang terikut bahan bakar solar dapat mengakibatkan keausan bagian injektor
bahan bakar. Kadar abu dalam bahan bakar merupakan ukuran sifat abrasi bahan
bakar. (Anonim, 2015)
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat
1. Heater 7. Beaker glass
2. Labu dasar bulat 8. Gelas ukur
3. Destilasi bridge 9. Termometer
4. Kondensor 10. Hidrometer
5. Termokopel 11. Batang pengaduk
6. Erlenmeyer 12. Double jet vakum

2.2 Bahan
1. Bensin 3. Solar
2. Kerosin 4. Es Batu

2.3 Prosedur kerja


2.3.1 Prosedur destilasi crude oil
1. Isi masing-masing bahan (Solar, Kerosin, Bensin) ± 250 ml hingga
menyentuh termokopel.
2. Memasukkan es batu ke dalam cooling circulation.
3. Putar vakum dan cooling circulation (bukaan 1/2).
4. Hubungkan alat ke arus listrik.
5. Menyalakan tombol power, kemudian atur heater (muncul temperature di
display SP : 390 oC, PV yang terukur di alat/pemanas), pengaturan SP
selesai lalu tekan sel lalu aktifkan vakum.
6. Setiap 5 menit mengamati dan mencatat suhu T1, T2, T3, T4, T5 di display.
7. Mengambil destilat pada setiap tray dan mengukur densitas.
8. Mematikan alat destilasi.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Pengamatan

Tabel 3.1.1 Data Pengamatan Perubahan Temperatur Tiap Bagian

Waktu T1 (ºC) T2 (ºC) T3 (ºC) T4 (ºC) T5 (ºC)


No. (Menit) (Bottom) (Tray 1) (Tray 2) (Top) (Heater)
1. 5 106 57 59 1777 307
2. 10 132 79 81 1778 327
3. 15 166 105 107 1779 339
4. 20 189 127 138 1781 346
5. 25 208 147 157 1781 352
6. 30 223 170 151 1782 358
7. 40 253 195 113 1784 368
8. 50 274 213 85 1786 377
9. 60 291 228 66 1787 387
10. 70 302 234 61 1788 392
11. 80 307 238 60 1789 398
Rata-rata 222, 82 163 98,09 1782,91 359,18

Tabel 3.1.2 Data Sifat Fisis Hasil Destilasi Fraksionasi Crude Oil

Warna Titik Didih (ºC) Titik Didih (ºC)


Produk Warna (Teoritis) Bau
(Praktek) (Praktek) (Teoritis)

Bensin Bening Bening 1782,91 50 – 180 Menyengat

Kerosin Bening Bening 98,09 170 – 290 Menyengat

Solar Kecokelatan Kuning-kecoklatan 163 260 – 350 Tidak menyengat


Tabel 3.1.3 Data Spesific Gravity Hasil Destilasi Fraksionasi Crude Oil

Spesific Gravity (60o/60oF) Spesific Gravity (60o/60oF)


Produk
(Praktek) (Teoritis)
Bensin 0,705 0,7563
Kerosin 0,800 0,8249
Solar 0,921 0,8249

Tabel 3.1.4 Data API Gravity Hasil Destilasi Fraksionasi Crude Oil

Produk ºAPI
Bensin 69,209
Kerosin 45,375
Solar 22,137

3.2 Pembahasan

Praktikum kali ini yaitu destilasi crude oil, dengan memisahkan komponen-
komponen yang terkandung dalam crude oil berdasarkan perbedaan titik didih yang
mana perbedaan titik didihnya jauh. Crude oil yang terdiri dari beberapa fraksi yaitu
bensin, kerosin dan solar dimasukkan ke dalam labu dasar bulat. Pada praktek didapat
bau dari bensin menyengat, kerosin menyengat, dan solar tidak menyengat sesuai
dengan bau bensin, kerosin dan solar pada umumnya. Kemudian warna yang didapat
sesuai dengan warna pada umumnya dipasaran yaitu, bensin berwarna bening,
kerosin berwarna bening dan solar berwarna kecoklatan.
Pada praktikum ini digunakan alat destilasi fraksionasi dengan sistem vakum,
sehingga diharapkan titik didih dari setiap fraksi dapat diturunkan, agar dapat lebih
mudah dalam mendapatkan masing-masing fraksi dari crude oil. Secara teoritis
semakin panjang rantai C (karbon) yang menyusun komponen tersebut maka semakin
besar titik didihnya, dimana diketahui rantai C pada solar yaitu C14 – C18, rantai C
pada kerosin yaitu C11– C16, dan rantai C pada bensin yaitu C6 – C12.
Fraksi dari crude oil yang menetes pertama kali adalah bensin karena bensin
memiliki titik didih yang rendah dengan Trata-rata 1782,91ºC. Hal ini tidak sesuai
dengan teoritis, dikarenakan alat yang digunakan tidak berfungsi dengan baik.
Seharusnya titik didih bensin berkisar antara 50-180 ºC dengan jumlah C6–C12. Fraksi
selanjutnya yaitu kerosin yang menghasilkan destilat pada tray 2 dengan Trata-rata
98,09ºC dengan jumlah C11– C16, dimana lebih banyak pada fraksi ringan. Hingga
fraksi dengan titik didih paling tinggi yaitu solar yang menghasilkan destilat pada tray
1 dengan Trata-rata 163ºC. Titik didih pada solar yang didapat sangat rendah
dikarenakan kondisi operasi yang digunakan adalah kondisi vakum. Dimana secara
teoritis, titik didih solar berkisar antara 260 – 350ºC dengan jumlah C14 – C18.
Kemudian hasil dari destilasi crude oil yang diperoleh diukur berat jenis dan dihitung
specific gravity dan API gravitynya.
Specific gravity adalah perbandingan berat jenis cairan tertentu dengan berat
jenis air pada volume dan kondisi temperatur yang sama. Didapat spesific gravity
bensin sebesar 0,705; kerosin sebesar 0,800; dan solar sebesar 0,921.
API gravity merupakan besaran yang merupakan fungsi dari berat jenis. Secara
O
teoritis semakin kecil Sg-nya atau semakin tinggi API-nya maka menunjukkan
kualitas yang baik dari crude oil tersebut. Sebaliknya semakin rendah OAPI atau
semakin besar Sg-nya, maka mutu crude oil itu kurang baik karena lebih banyak
mengandung lilin (wax) atau residu. Didapat OAPI bensin sebesar 62,09; kerosin
sebesar 45,375; dan solar sebesar 22,137. Sehingga ketiga data dari hasil crude oil
diperoleh fraksi yang memiliki kualitas mutu yang tinggi hingga terendah adalah
bensin, kerosin, lalu solar.
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
1. Sifat fisis dari hasil destilasi crude oil yang didapat dari praktek, yaitu :
- Bensin : berwarna bening, bau menyengat dan Trata-rata 1782,91 ºC
- Kerosin : berwarna bening, bau menyengat dan Trata-rata 98,09 ºC
- Solar : berwarna kecoklatan, bau tidak menyengat dan Trata-rata 163
ºC
2. Spesific gravity dari hasil destilasi crude oil yang didapat dari praktek,
yaitu :
- Bensin : 0,705
- Kerosin : 0,800
- Solar : 0,921
3. ºAPI dari hasil destilasi crude oil yang didapat dari praktek, yaitu :
- Bensin : 69,209
- Kerosin : 45,375
- Solar : 22,137

4.2 Saran
1. Dalam melaksanakan praktikum ini disarankan untuk menggunakan APD
(Alat Pelindung Diri) dengan lengkap, serta harus berhati-hati dalam
mengambil destilat sehingga tidak ada tetesan yang terkena pada heater
agar tidak menimbulkan kebakaran.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Bensin. From : https://id.wikipedia.org/wiki/bensin. 20 November


2016. 20.12 WITA
Anonim. (2014). Kerosin. From : https://ml.srcibd.com/doc/222509031/dasar-
teori-abah-tambahan-docx. 20 November 2016. 22.00 WITA.
Anonim. Solar. From : repository.uin-suska.ac.id/3322/3/BAB%2011.pdf. 20
November 2016. 22.30 WITA.
Departemen Pertambangan dan Energi, Direktorat Jendral Minyak dan Gas
Bumi. (1979). Spesifikasi Bahan Bakar Minyak. From:
https://persembahanku. files.wordpress.com/2007/03/002-p-dm-migas-
1979-avgas-kero-solar-diesel.PDF. 17 November 2016. 22.05 WITA.
Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi. (2013). Standar dan Mutu
(Spesifikasi) Bahan Bakar Minyak Jenis Bensin 88 yang di Pasarkan di
dalamNegeri.http://migas.esdm.go.id/public/images/uploads/posts/gerban
g-345-1.pdf. 17 November 2016. 22.33 WITA.
Tim Laboratorium Operasi Teknik Kimia. (2016). Penuntun Praktikum
Perpindahan Panas Dan Termodinamika Semester V. Samarinda:
Politeknik Negeri Samarinda.
Perhitungan :

 Menghitung berat jenis solar

(𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 + 𝑖𝑠𝑖) − (𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)


𝜌=
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

(21,3930 − 12,1845)𝑔𝑟 𝑔𝑟
𝜌= = 0,921
10 𝑚𝑙 𝑚𝑙

 Menghitung specific gravity solar

𝜌𝐴
𝑆𝑔 =
𝜌𝑟𝑒𝑓

0,921 𝑔/𝑚𝑙
𝑆𝑔 = = 0,921
1 𝑔/𝑚𝑙

 Menghitung ºAPI solar

141,5
ºAPI = − 131,5
𝑆𝑔
141,5
ºAPI = − 131,5 = 22,137
0,921

Anda mungkin juga menyukai