Anda di halaman 1dari 18

Klasifikasi Minyak Bumi

Nurul Kholidah, S.ST., M.T.


Pendahuluan
Minyak bumi atau crude oil yang dihasilkan dari berbagai lokasi memilki karakteristik yang
berbeda-beda. Klasifikasi atau penggolongan jenis minyak bumi ini sangat penting bagi kilang
minyak karena akan mengolah minyak mentah baru terutama untuk mengetahui nilai dan potensi
minyak bumi, seperti jenis produk dan sifat-sifat produk serta untuk menentukan jenis proses
pengolahannya. Adapun klasifikasi dari minyak bumi antara lain:
Klasifikasi berdasarkan basisnya
Klasifikasi berdasarkan °API gravity atau berat jenis
Klasifikasi berdasarkan komposisi kimia
Klasifikasi berdasarkan faktor karakteristik (UOP)
Klasifikasi berdasarkan distribusi atom karbon
Klasifikasi berdasarkan indeks korelasi
Klasifikasi berdasarkan komposisi hidrokarbon
Klasifikasi berdasarkan kadar sulfur
Klasifikasi berdasarkan sifat penguapan (volatilitas)
1. Klasifikasi Berdasarkan
Basisnya
Berdasarkan kandungan aspal dan lilin parafin, maka minyak mentah dibagi menjadi 3 golongan
dasar minyak mentah, yaitu:
Minyak mentah dasar aspal (asphaltic base)
Minyak dasar aspal mengandung sejumlah besar aspal dan sedikit lilin parafin. Minyak mentah ini
sangat mengandung aromatik dengan kandungan sulfur, nitrogen dan oksigen relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan minyak-minyak dasar lainnya. Minyak mentah dengan dasar aspal sangat
cocok untuk memproduksi gasolin yang berkualitas tinggi, minyak pelumas mesin dan aspal.

Minyak mentah dasar parafin (paraffin base)


Minyak dasar parafin mengandung sangat sedikit aspal dan penyusun utamanya yaitu lilin parafin
(paraffin wax) yang sebagian besar terdiri dari hidrokarbon parafin. Minyah mentah ini sangat baik
sebagai sumber untuk memproduksi lilin parafin, minyak pelumas motor dan kerosin dengan
kualitas tinggi.
Lanjutan

Minyak mentah dasar campuran (mixed base)


Minyak dasar campuran disusun oleh lilin parafin dan aspal secara bersamaan dan umumnya
dalam jumlah yang seimbang. Produk dasar yang dihasilkan minyak dasar ini lebih rendah
kualitasnya jika dibandingkan dengan minyak dasar aspal dan parafin.
Karena bervariasinya produk dan fraksi minyak di dalam berbagai minyak mentah, maka terdapat
perbedaan pada setiap karakteristik atau sifat-sifat minyak tersebut.

Tabel 1. Sifat-sifat Umum Minyak Mentah Dasar


2. Klasifikasi Berdasarkan
°API Gravity/ Berat Jenis

Klasifikasi yang paling sederhana ialah klasifikasi yang didasarkan kepada °API gravity atau
berat jenis, karena jika °API gravity minyak mentah tinggi atau berat jenis minyak mentah
rendah, maka ada kecenderungan bahwa minyak mentah tersebut mengandung fraksi ringan
dalam jumlah yang besar. Jika jumlah atom karbon sedikit dan atom hidrogen lebih banyak
serta nilai °API gravity besar maka minyak mentah memiliki banyak kandungan parafin dan
cenderung menghasilkan gasoline serta produk fraksi ringan. Sebaliknya jika jumlah atom
karbon lebih besar dan atom hidrogen sedikit maka minyak mentah kaya akan senyawa
aromatik.
Berdasarkan °API gravity atau berat jenis (specific gravity), klasifikasi minyak mentah dapat
digolongkan menjadi 5 bagian, yaitu dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi minyak bumi berdasarkan °API gravity/berat jenis


3. Klasifikasi Berdasarkan
Komposisi Kimia

Klasfifikasi ini dikemukakan oleh Sachanen yang didasarkan pada komposisi kimia fraksi minyak
bumi yang mempunyai rentang titik didh antara 250 - 300°C, yaitu dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Klasifikasi minyak mentah menurut Sachanen

Lanjutan

Kelemahan dari klasifikasi ini ialah bahwa fraksi yang mendidih diatas 200 °C, molekul-
molekulnya jarang terdapat dalam keadaan murni tetapi dalam keadaan gabungan. Molekul
naften atau aromatik murni sangat jarang dijumpai, senyawa siklis pada umumnya menganding
rantai cabang parafin dan bahkan seringkali ditemukan cincin aromatik dan cincin naften
berdampingan.

4. Klasifikasi Berdasarkan
Faktor Karakteristik (UOP)

Klasifikasi ini adalah hubungan antara trayek titik didih dan °API gravity yang kemudian
dinyatakan senyawa yang dominan dalam minyak mentah. Klasifikasi ini diajukan oleh Watson
dari Universal Oil Product (UOP) Company yang didefinisikan faktor karakterisasi Watson K
sebagai berikut:
Lanjutan

Klasifikasi ini juga berlaku untuk fraksi minyak bumi langsung (straight run fractions). Adapun
faktor karakterstik untuk berbagai golongan dasar minyak mentah adalah sebagai berikut:
Minyak mentah dasar parafin : K = >12,1
Minyak mentah dasar intermediate : K = 11,5 – 12,1
Minyak mentah dasar naften : K = 10,5 – 11,45
Minyak mentah dasar aromatik : K = <10,5
5. Klasifikasi Berdasarkan
Distribusi Atom Karbon

Klasifikasi ini diajukan oleh Van Ness dan Van Westen yang didasarkan atas distribusi karbon
parafinik, naftenik dan aromatik dalam minyak mentah. Pada klasifikasi ini dapat digunakan
diagram segitiga, di mana ketiga titik sudutnya masing-masing menunjukkan 100% karbon parafin
CP , 100% karbon naften CN dan 100% karbon aromat CA. Jadi sebuah titik yang ada di dalam
diagram akan menunjukkan distribusi struktur karbon parafin, naften dan aromat dalam sesuatu
minyak mentah.
Distribusi karbon dapat ditentukan dengan metode n-d-M, yaitu dengan cara mengukur indeks
bias (n), densitas (d) dan berat molekul rata-rata (M). indeks bias dan densitas ditentukan pada
suhu 20°C. Selanjutnya dengan menggunakan rumus empiris diperoleh hitungan persentase
karbon parafin, karbon naften dan karbon aromat dalam minyak mentah, yang selanjutnya
kedudukan minyak mentah tersebut dapat ditentukan dalam diagram segitga.
Lanjutan

Gambar 1. Distribusi karbon beberapa minyak


mentah (Van Nes & Van Westen)
6. Klasifikasi Berdasarkan
Indeks Korelasi
Klasifikasi ini dikembangkan oleh H.M. Smith dari US Bureau of Mines yang juga berlaku untuk fraksi minyak
bumi. Indeks ini diperoleh dengan melukiskan kebalikan titik didih rata-rata volumetrik sesuatu fraksi
terhadap berat jenis pada 60/60 °F di dalam garis untuk setiap hidrokarbon. Klasifikasi ini menggunnakan
specific gravity dan titik didih rata-rata fraksi minyak bumi sebagai dasar untuk membuat suatu indeks
korelasi (ASTM D86), yaitu dengan persamaan berikut:
7. Klasifikasi Berdasarkan
Kadar Sulfur
Klasifikasi minyak bumi ini adalah kadar Sulfur (belerang) dalam minyak bumi, dinyatakan dalam % massa
yang terkandung dalam minyak bumi itu yang diperoleh dari hasil pengujian di laboratorium dengan
menggunakan metode standar (ASTM D1552).

Tabel 4. Klasifikasi minyak bumi berdasarkan kadar sulfur


8. Klasifikasi Berdasarkan
Sifat Penguapan
Sifat penguapan (volatilitas) minyak bumi dijadikan ukuran dalam klasifikasi ini. Sebagai ukuran dalam
klasifikasi minyak bumi ini adalah jumlah fraksi ringan dinyatakan dalam % volume yang terkandung di
dalam minyak bumi yang diperoleh dari hasil distilasi sampai suhu 300 °C. Klasifikasi minyak bumi
berdasarkan sifat penguapan atau tingkat volatilitas nya dapat dilihat pada tabel 5..

Tabel 5. Klasifikasi minyak bumi berdasarkan sifat penguapan


9. Klasifikasi Berdasarkan
Komponen Hidrokarbon
Klasifikasi ini dikemukakan oleh Lane & Garton dari U.S. Bureau of Mines yang paling banyak
digunakan pada saat ini, yaitu dengan menggunakan API gravity fraksi kunci nomor 1 dan nomor 2
sebagai dasar klasifikasinya yang diperoleh dengan metode distilasi (distillation range) dengan
standar (ASTM D2892).
Fraksi kunci nomor 1 adalah fraksi minyak bumi yang memiliki titik didih pada temperatur 250°C-
270°C (480°F - 520°F) pada tekanan 1 atm. Sedangkan fraksi kunci nomor 2 memiliki titik didih
pada temperatur 275°C - 300°C (525°F - 570°F) pada tekanan 40 mmHg.
Fraksi kunci nomor 1 termasuk dalamfraksi kerosin dan fraksi kunci nomor 2 termasuk dalam
fraksi minyak pelumas. Klasifikasi ini dapat lebih jelas dilihat pada tabel 6.
API gravity merupakan fungsi dari berat jenis (specific gravity) yangmengikuti persamaan berikut:
Lanjutan

Specific gravity (sg) adalah massa jenis suatu zat yang dibandingkan dengan massa jenis air pada
temperatur 60°F yang dinyatakan sebagaiSp.gr 60/60°F.

Tabel 6. Klasifikasi minyak bumi menurut U.S. Bureau of Mines

Anda mungkin juga menyukai