SETARA D - 1
Mata Kuliah
Bagian I
Oleh :
2014
i
Kata Pengantar
Bahan ajar ini menyajikan materi tentang neraca energi dan konsep-konsep
yang mendasarinya. Materi terbagi ke dalam lima bagian, yakni Pengantar
yang memuat konsep-konsep energi, kerja, dan panas, Sifat Volumetrik Gas
Ideal, Sifat Volumetrik Fludia Nyata, Hukum I Termodinamika, dan Neraca
Energi Proses. Penyajian diawali dengan teori ringkas maupun metode
penyelesaian secara umum, kemudian dijelaskan dengan lebih detil melalui
contoh-contoh soal.
Bahan ajar ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi proses belajar-
mengajar kuliah TK0112 Azas Teknik Kimia II. Kritik dan saran sangat
diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang.
ii
Daftar Isi
Bab 1. Pengantar......................................................................................................................1
1.1. Energi.............................................................................................................................1
1.2. Energi Dalam dan Entalpi...............................................................................................2
1.3. Kapasitas panas..............................................................................................................3
1.4. Panas Laten....................................................................................................................4
1.5. Panas Reaksi..................................................................................................................7
1.6. Pengaruh Temperatur pada Panas Reaksi......................................................................8
1.7. Aturan Fasa..................................................................................................................10
1.8. Steam Table.................................................................................................................10
1.9. Soal-soal Latihan..........................................................................................................12
Bab 2. Hubungan PVT.............................................................................................................13
2.1. Diagram Fasa...............................................................................................................13
2.2. Gas Ideal......................................................................................................................16
2.3. Campuran Gas..............................................................................................................19
2.4. Reaksi Kimia pada Gas.................................................................................................30
2.5. Entalpi dan Energi Dalam Gas Ideal.............................................................................34
2.6. Soal Latihan..................................................................................................................35
Bab 3. Fluida Nyata.................................................................................................................41
3.1. Gas...............................................................................................................................41
3.2. Cairan...........................................................................................................................45
3.3. Soal Latihan..................................................................................................................57
iii
Daftar - ii
Daftar Gambar
ATK II FTI-ITB
Daftar - iii
ATK II FTI-ITB
Bab 1. Pengantar
1.1. Energi
Ada berbagai bentuk energi. Energi yang akan dibahas meliputi energi kinetik,
energi potensial, kerja, dan panas. Adapun bentuk-bentuk panas yang sering
ditemukan dalam industri proses adalah panas sensibel, panas perubahan
fasa (kalor laten), panas pencampuran, panas reaksi, dan panas
pembakaran.
Energi kinetik yang dimiliki sebuah benda dengan massa m dan bergerak
dengan kecepatan v adalah:
E K =0,5 m v2
Energi potensial yang dimiliki sebuah benda dengan massa m pada posisi h
dari permukaan bumi adalah:
E P=mgh
Kerja yang dihasilkan jika gaya F bekerja sepanjang jarak linier dl adalah:
W =∫ Fdl
W =∫ PdV
Kerja dengan formulasi di atas dikenal sebagai kerja volumetrik. Makna fisik
dari kerja volumetrik adalah kerja yang diberikan fluida (sistem) ke
lingkungan. Tanda kerja volumetrik (W):
Energi dalam adalah energi yang dimiliki suatu bahan karena gerakan internal
molekul-molekul atau atom-atom penyusunnya. Hubungan entalpi dan energi
dalam:
H = U + PV
dimana H adalah entalpi (J), U adalah energi dalam (J), P adalah tekanan
(Pa), dan V adalah volume (m3). Jika entalpi dan energi dalam yang dilibatkan
dalam persamaan di atas adalah energi molar, maka gunakan volume molar
untuk volume. Entalpi dan energi dalam dinamakan fungsi keadaan karena
nilainya hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir sistem.
ATK II FTI-ITB
Pengantar - 3
Nilai mutlak entalpi dan energi dalam tidak penting karena perhitungan proses
umumnya memerlukan nilai perubahan entalpi dan energi dalam.
dH
Cp=
dT
dU
CV=
dT
T2
T2
Cp = Cv + R
ATK II FTI-ITB
Pengantar - 4
Penyelesaian
873,15
Q/ R= ∫ ( 1,702+9,081 10−3 T −2,164 102 ) dT =2.378,8
533,15
J J kJ
Q=2,378,8 8,314 ( mol K)=19.780
mol K
atau 19,78
mol K
Panas laten adalah panas yang menyertai perubahan fasa senyawa murni.
Perubahan fasa senyawa murni terjadi pada temperatur tetap. Panas laten
(∆H) dapat diperkirakan dari data tekanan uap:
d P sat
∆ H =T ∆ V
dT
ATK II FTI-ITB
Pengantar - 5
Perubahan Panas
dimana Tb = temperatur didih dan ∆V vap = beda antara volume uap dan
volume cairan pada titik didih. Tekanan uap jenuh adalah fungsi temperatur.
Persamaan Antoine menghubungkan tekanan uap jenuh dan temperatur
sebagai berikut:
B
ln Psat =A−
T +C
Nilai koefisien A, B, dan C untuk berbagai senyawa dapat dilihat dari tabel
koefisien Antoine.
ATK II FTI-ITB
Pengantar - 6
Panas penguapan pada titik didih normal (∆H n) dapat diperkirakan dengan
baik oleh persamaan Riedel:
∆ H n /T n 1,092(ln Pc−1,013)
=
R 0,930−T n /Tc
dimana Tn = titik didih normal, Pc = tekanan kritik dalam satuan bar, dan Tc =
temperatur kritik
0,38
∆ H 2 1−T r 2
=(
∆ H 1 1−T r 1 )
∆H1 = panas penguapan pada T1
Perkirakan panas penguapan air pada 300 ºC (573,15 K) jika diketahui panas
penguapan air pada 100 ºC (373,15) adalah 2.257 kJ/kg.
Penyelesaian
Dari tabel data kritik diketahui bahwa temperatur kritik air (Tc) adalah 647,1 K.
ATK II FTI-ITB
Pengantar - 7
0,38 0,38
1−T r 2 kJ 1−0,886 kJ
∆ H 2=∆ H 1(1−T r 1 ) ( = 2.257
kg )( 1−0,577 ) =1.371
kg
aA + bB → cC + dD
adalah perubahan entalpi yang menyertai reaksi antara a mol A dan b mol B
pada keadaan standar untuk menghasilkan c mol C dan d mol D pada
keadaan standar.
Keadaan standar:
Gas: senyawa murni sebagai gas ideal pada 1 bar atau 1 atm
Cairan dan padatan: cairan atau padatan murni dalam keadaan nyata
pada 1 bar atau 1 atm.
ATK II FTI-ITB
Pengantar - 8
Penyelesaian
Panas reaksi standar pada sembarang temperatur dapat dihitung dari panas
reaksi standar pada 298,15 K.
T
∆ H oT =∆ H 298
o
+ ∫ ∆ C oP dT
298
∆ C oP =∑ vi C oP ,i
∆ H oT =∆ H 298
o
+∆ C oPm (T −298)
∆ C oPm ∆C 2 ∆D
=∆ A+ ( ∆ B ) T am+ ( 4 T am−T 1 T 2 ) +
R 3 T1 T2
ATK II FTI-ITB
Pengantar - 9
Penyelesaian
I vi Ai Bi Ci Di
T1 T2 = (298)(800) = 238.400 K2
∆ C oPm −3 −6
=(−5,871 ) +4,181 10 ( 549 )+ 0+ (−6,61 10 ) /238.400=−3,576 mol
R
∆ C oPm J J
∆ C oPm =(
R (
) R=−3,576 mol 8,314 )
mol K
=−29,731
K
ATK II FTI-ITB
Pengantar - 10
• Air (cair) yang berkesetimbangan dengan uap air dan nitrogen memiliki
derajat kebebasan 2.
ATK II FTI-ITB
Pengantar - 11
Sebanyak 1 kg air pada temperatur tetap 100 oC. Asumsikan bahwa air
ditempatkan dalam wadah yang dilengkapi dengan torak/piston tanpa
gesekan. Tentukan tekanan dalam wadah. Hitung panas yang diperlukan
untuk penguapan tersebut. Hitung pula perubahan entalpi dan perubahan
energi dalam yang menyertai proses penguapan.
Penyelesaian
Panas yang harus diterima sistem sama dengan panas penguapan air pada
temperatur 100 oC. Dari steam table, diperoleh ∆H penguapan air pada 100 oC
adalah 2.256,9 kJ. Jadi Q = 2.256,9 kJ. Perubahan energi dalam sistem sama
dengan peningkatan energi karena menerima panas ditambah pengurangan
energi karena melakukan kerja.
ATK II FTI-ITB
Pengantar - 12
ATK II FTI-ITB
Bab 2. Hubungan PVT
Entalpi dan energi dalam merupakan besaran yang tidak dapat diukur. Akan
tetapi, kedua besaran ini, khususnya perubahannya, dapat dihubungkan
dengan tekanan, volume, dan temperatur fluida. Oleh karena itu, pemahaman
akan hubungan tekanan, volume, dan temperatur sangat penting dalam
perhitungan proses.
masih dapat digambarkan dalam grafik dua dimensi pada berbagai fraksi fasa
uap, dikenal sebagai kubah fasa (phase envelop). Gambar 2 .4 menampilkan
gambar kubah fasa. Gambar tersebut juga menampilkan retgrogate
phenomena.
ATK II FTI-ITB
PVT - 15
ATK II FTI-ITB
PVT - 16
PV =nRT
P V́ =RT
Semua gas pada temperatur kamar dan tekanan rendah cenderung mengikuti
hukum gas ideal. Pada 0 oC dan tekanan 1 atm, hukum gas ideal menyatakan
volume molar gas adalah sebagai berikut:
ATK II FTI-ITB
PVT - 17
Hitung volume yang ditempati oleh 30 lb gas klorin pada tekanan 743 mmHg
dan temperatur 70 oF.
Penyelesaian
70 oF = 530 R
Hitung berat 100 ft3 uap air yang diukur pada tekanan 15,5 mmHg dan
temperatur 23 oC.
Penyelesaian
Basis: 100 ft3 uap air pada 15,5 mmHg dan 23 oC.
ATK II FTI-ITB
PVT - 18
Penyelesaian
30 oC = 303 K
V1 T2
P2=P1
V2 T1
Penyelesaian
ATK II FTI-ITB
PVT - 19
T 2=T 1 ( P2 / P1 ) (V 2 /V 1)
Pada suatu campuran gas berbeda, molekul setiap komponen gas tersebar
secara merata pada seluruh volume wadah. Molekul setiap komponen gas
juga berperan melalui pengaruhnya terhadap tekanan total seluruh campuran.
Pernyataan ini berlaku untuk seluruh gas, baik gas ideal maupun tidak. Di
dalam suatu campuran gas ideal, molekul setiap komponen berlaku secara
independen seperti saat hanya ada gas tersebut dalam ruangan. Sebelum
menetapkan kelakuan sebenarnya dari campuran gas tersebut, penting untuk
mengetahui dua informasi dari gas tersebut. Informasi tersebut adalah
tekanan parsial dan volume komponen murni. Dengan definisi, tekanan
parsial suatu komponen gas dalam campuran gas merupakan volume yang
diisi oleh komponen gas jika komponen gas tersebut terdapat pada tekanan
dan temperatur yang sama sebagai campuran.
ATK II FTI-ITB
PVT - 20
Dari teori kinetik gas sederhana diharapkan banyak sifat campuran gas yang
dapat ditambahkan. Tambahan sifat dasar tekanan parsial dinyatakan oleh
hukum Dalton yang menyatakan tekanan total digunakan oleh campuran gas
adalah sama dengan jumlah tekanan parsial.
P = PA + PB + PC + …
dimana P adalah tekanan total campuran dan PA, PB, PC, .... adalah tekanan
parsial komponen gas seperti yang telah dijelaskan di atas.
V = VA + VB + VC + …
dimana V adalah volume total campuran dan V A, VB, VC, ... adalah volume
komponen murni dari komponen gas seperti yang telah dijelaskan di atas.
ATK II FTI-ITB
PVT - 21
CO2 13,1%
O2 7,7%
N2 79,2%
100,0
%
Penyelesaian
ATK II FTI-ITB
PVT - 22
Jika komposisi suatu campuran gas dinyatakan dalam basis molar atau berat,
maka densitas akan ditentukan dengan memilih basis molar atau berat
sebagai basis perhitungan. Hitung volume gas tersebut pada keadaan
tertentu dengan temperatur dan tekanan melalui penggunaan hukum gas
ideal.
Penyelesaian
Basis: 1 lb campuran.
Jika komposisi campuran gas dinyatakan dalam satuan volume, hukum gas
ideal dapat digunakan secara biasa. Pada kasus ini, analisis volume sama
dengan analisis molar dan rapat massa dapat dihitung dengan basis satuan
molar campuran. Berat basis merupakan yang pertama dihitung, kemudian
baru menghitung volumenya pada keadaan yang ditentukan.
ATK II FTI-ITB
PVT - 23
Penyelesaian
Rata massa aktual udara di atmosfer lebih besar dari pada contoh di atas,
karena mengandung sekitar 1% argon. Gas argon diklasifikasikan sebagai
nitrogen pada contoh di atas. Campuran nitrogen dan gas inert pada atmosfer
dapat dinamakan nitrogen atmosferik. Berat molekul rata–rata campuran ini
adalah 28,2 g/mol.
ATK II FTI-ITB
PVT - 24
gas kadang berfluktuasi. Analisis volumetrik gas juga biasa dibuat dari larutan
mengandung air yang menjaga gas tetap jenuh dengan uap air. Setiap
komponen dihilangkan dari analisis dan sisa sampel dihitung pada tekanan
total yang sama dan pada tekanan uap yang sama. Jika kandungan uap air di
dalam sampel diinginkan, maka kandungan tersebut ditentukan melalui
prosedur terpisah misalnya dengan mengukur temperatur embunnya.
Nitrogen 79,2%
Oksigen 7,2%
100,0%
ATK II FTI-ITB
PVT - 25
Nitrogen 48,3%
Oksigen 4,4%
Air 39,0%
100,0
%
Hitung volume gas yang meninggalkan evaporator per 100 ft 3 air yang masuk
dan berat air yang diuapkan per 100 ft3 gas yang masuk.
Penyelesaian
N2 0,792 g-mol
O2 0,072 g-mol
Total volume (743 mmHg, 200 oC) dihitung dengan persamaan gas ideal:
T = 473 K
R = 82,1 cc-atm/K
ATK II FTI-ITB
PVT - 26
1,0 g-mol gas masuk membentuk 61%-volume gas yang keluar dari
evaporator.
T = 358 K
R = 82,1 cc-atm/K
1,75 x 100
=125 ft 3 (740 mmHg , 85℃ )
1,40
Berat air yang diuapkan per 100 ft3 gas masuk = (0,0254 x 100) /1,40 = 1,81 lb
ATK II FTI-ITB
PVT - 27
(a) Hitung volume gas yang meninggalkan absorber per 100 ft3 gas
umpan.
(c) Hitung berat HCl yang dihilangkan per 100 ft 3 gas umpan.
Penyelesaian
Basis: 100 ft3 gas yang masuk (743 mmHg, 120 o F) dan mengandung 75 ft 3
udara yang tidak akan mengalami perubahan jumlah (inert, tidak terserap
absorben).
ATK II FTI-ITB
PVT - 28
Volume gas sisa = 75 + 0,50 = 75,5 ft3 (743 mmHg, 120 oF)
Udara = 99,34%
Pada beberapa jenis operasi khususnya yang melibatkan uap yang dapat
dikondensasikan, akan lebih baik menyatakan komposisi campuran gas
dalam tekanan parsial. Ketika data dinyatakan dalam bentuk ini, soal dengan
jenis seperti Contoh 2 .16 yang dijelaskan di atas dapat diselesaikan
dengan memanfaatkan perubahan tekanan parsial akibat perubahan
komposisi. Penambahan atau pengurangan massa atau mol komponen pada
campuran dapat dianggap menghasilkan perubahan tekanan parsial. Volume
aktual setiap komponen akan selalu sama di seluruh campuran. Volume
campuran kemudian dapat selalu ditentukan dengan penerapan hukum gas
ideal pada komponen yang mengalami proses dan tidak mengalami
perubahan pada kuantitasnya. Tekanan parsial pada keadaan awal dan akhir
juga diketahui. Penggunaan metode ini akan ditunjukkan pada contoh berikut.
ATK II FTI-ITB
PVT - 29
Penyelesaian
Tekanan parsial gas inert yang keluar = 743 – 0,5 =742,5 mmHg
Volume ini juga merupakan volume gas inert keluar pada 743 mmHg, 80 oF.
Volume nyata gas klorin yang masuk dan keluar adalah 100 ft 3 and 92,5 ft3.
ATK II FTI-ITB
PVT - 30
Banyak reaksi kimia berlangsung pada fasa gas. Jumlah gas biasanya
dinyatakan dalam satuan volume karena metode pengukuran umumnya
memberikan hasil pada basis ini. Beberapa jenis perhitungan reaksi yang
umum harus mencakup informasi jumlah dan komposisi gas dalam basis
volume. Metode yang dapat digunakan sebagai penyelesaian perhitungan
reaksi adalah penggunaan satuan molar untuk menyatakan jumlah reaktan
dan produk.
Gas dari proses ini dilewatkan melalui dua menara pendingin dan terjadi
oksidasi sempurna berdasarkan persamaan teoritik berikut:
ATK II FTI-ITB
PVT - 31
(a) Hitung volume udara yang digunakan per 100 ft 3 amonia yang masuk
ke dalam proses.
(d) Hitung volume gas yang meninggalkan reaktor per 100 ft3 amonia yang
diproses.
(e) Hitung berat asam nitrat yang dihasilkan per 100 ft 3 amonia yang
diproses. Asumsikan 90% NO masuk ke menara dioksidasi menjadi
asam nitrat.
Penyelesaian
a. Kebutuhan udara
ATK II FTI-ITB
PVT - 32
Dengan demikian:
Volume udara pada (20o C, 755 mmHg) = 11,42 x 388 = 4.440 ft3
Volume udara per 100 ft3 NH3 = (4.440 x 100)/388 =1.142 ft3
O2 = 2,4/12,42 = 19,3%
N2 = 9,02/12,42 = 72,7%
ATK II FTI-ITB
PVT - 33
Total =100%
c. Gas yang keluar dari reaktor: N2, NH3, O2, NO, dan H2O
NO = 0,85/12,64 = 6,7%
O2 = 1,34/12,64 = 10,6%
N2 = 9,02/12,64 = 71,4%
ATK II FTI-ITB
PVT - 34
Total = 100%
Mol gas yang keluar dari reaktor = 0,258 x 12,64 = 3,26 lb-mol
Volume gas yang keluar dari reaktor pada keadaan standar = 1.170 ft3
Jadi volume gas yang keluar dari reaktor adalah 4.270 ft3 (700 oC, 743
mmHg) per 100 ft3 NH3 yang masuk.
Entalpi dan energi dalam gas ideal hanya bergantung pada temperatur, tidak
dipengaruhi tekanan. Oleh karena itu, perubahan entalpi dan energi dalam
gas ideal bernilai nol jika gas ideal mengalami proses isotermal (temperatur
tetap).
ATK II FTI-ITB
PVT - 35
ATK II FTI-ITB
PVT - 36
ATK II FTI-ITB
PVT - 37
12. Dalam produksi arang kayu untuk tujuan absorpsi, tempurung kelapa
dihancurkan dan dipanaskan dengan superheated steam. Hasil dari
perubahan gas keluar dari peralatan proses bercampur dengan steam.
Pada pabrik tempat proses tersebut berlangsung, gas yang dihasilkan
adalah 100.000 ft3/jam pada 850 ºF dan 15 psi absolut. Analisis
komposisi gas tersebut adalah: N2 (10,0%), CO2 (5,0%), H2O (15,0%),
H2 (20,0%), CO (25,0%), NH3 (20,0%), C2H4 (5,0%). Sebelum
mengabsorpsi NH3 dengan H2SO4, gas didinginkan menjadi 150 ºF pada
penukar panas. Hasilnya adalah 90% air dihilangkan melalui
kondensasi. NH3 yang diabsorpsi oleh air hasil kondensasi diabaikan.
Absorpsi NH3 dan penghilangan residu uap air diselesaikan dengan
pendinginan dan absorpsi dalam larutan asam sulfat. Hitung:
(a) Berat molekul rata–rata campuran gas asli (termasuk steam).
(b) Volume spesifik gas (ft 3/pound) yang keluar dari peralatan proses
pada 850 ºF dan 15 psi.
(c) Berat gas (termasuk steam) yang keluar dari peralatan proses
dalam satuan pound/jam.
(d) Berat H2O yang terkondensasi pada penukar panas dalam
pound/jam.
(e) Volume gas (termasuk steam) yang keluar dari penukar panas
pada 150 ºF dan 15 psi dalam ft3/jam.
(f) Berat (NH4)2SO4 yang dihasilkan dalam pound/jam.
(g) Analisis volumetrik gas yang keluar dari absorber H2SO4.
13. Suatu producer gas memiliki komposisi (volume) sebagai berikut: CO
(23,0%), CO2 (4,4%),O2 (2,6%), N2 (70,0%).
(a) Hitung volume (ft3) gas pada 70 ºF dan tekanan 750 mmHg untuk
setiap pound karbon yang ada.
(b) Hitung volume udara pada keadaan bagian (a) yang dibutuhkan
untuk pembakaran 100 ft3 gas pada keadaan yang sama jika
diinginkan oksigen total yang ada sebelum pembakaran kelebihan
20% dari kebutuhan teoritikal.
ATK II FTI-ITB
PVT - 38
ATK II FTI-ITB
PVT - 39
(a) Berat molekul rata – rata gas yang keluar dari tungku dan
absorber.
(b) Berat gas yang keluar dari tungku dan absorber.
(c) Komposisi volumetrik gas yang keluar dari absorber.
(d) Berat benzen dan toluen yang teradsorpsi.
17. Pada fiksasi nitrogen melalui siklus proses, udara dilewatkan melalui
lingkaran listrik dengan magnet. Sebagian nitrogen dioksidasi menjadi
NO yang pada pendinginan mengoksidasi menjadi NO 2. Dalam
pembentukan NO2, 66% akan diuraikan menjadi N2O4 pada temperatur
26 ºC. Gas dilewatkan melalui menara absorpsi air pembersih dimana
asam nitrat dibentuk melalui persamaan berikut:
H2O + 3NO2 → NO + 2HNO3
NO bebas pada reaksi ini akan dioksidasi kembali dan membentuk asam
nitrat. Pada operasi sebuah pabrik diketahui bahwa memungkinkan
untuk menghasilkan gas dari tungku dimana ada 2%-volume nitrat
oksida ketika panas. Gas didinginkan sampai 26 ºC pada tekanan 750
mmHg sebelum masuk ke peralatan absorpsi.
(a) Hitung analisis yang lengkap melalui volume gas panas yang keluar
dari tungku. Asumsikan udara memasuki tungku pada komposisi
rata – rata atmosferik.
(b) Hitung tekanan parsial NO2 dan N2O pada gas yang masuk ke
peralatan absorpsi.
(c) Hitung berat HNO3 yang dibentuk untuk setiap 1.000 ft3 gas yang
masuk ke sistem absorpsi jika konversi kombinasi nitrogen menjadi
asam nitrat pada tungku gas adalah 85%.
18. Gas keluar dari stabilizer bensin memiliki analisis (volume) sebagai
berikut: C3H8 (8,0%), CH4 (78,0%), C2H6 (10,0%), C4H10 (4,0%). Gas ini
keluar pada temperatur 90 ºF dan tekanan 16 psi absolut dengan laju
70.000 ft3/jam. Kemudian gas diumpankan ke pabrik gas reforming
dimana reaksi yang berlangsung adalah:
CnH2n+2 + nH2O → nCO + (2n + 1)H2
CO + H2O → CO2 + H2
ATK II FTI-ITB
PVT - 40
ATK II FTI-ITB
Bab 3. Fluida Nyata
Bab ini membahas secara khusus hubungan volumetrik untuk gas nyata.
Ungkapan maupun data termodinamik, khususnya entalpi dan energi dalam,
juga ditampilkan di bagian akhir bab.
3.1. Gas
Senyawa murni dalam keadaan satu fasa memiliki dua derajat kebebasan.
Dengan demikian, jika dua variabel intensif telah ditetapkan, maka variabel
intensif yang lain dapat dihitung. Hubungan tekanan-volume-temperatur PVT
dapat diungkapkan sebagai:
Z = 1.
Untuk gas nyata, Z ≠ 1. Secara umum untuk gas nyata sebagai satu fasa,
tetap berlaku P = f(V,T) atau V = f(P, T) atau Z = f(V,T) atau Z = f(P, T).
Persamaan yang menghubungkan PVT atau ZVT dinamakan persamaan
keadaan. Ada berbagai persamaan keadaan gas nyata. Kebanyakan
persamaan-persamaan tersebut berupa persamaan empirik,
pengembangannya tidak didasari pada teori yang jelas. Satu-satunya
Fluida Nyata - 42
B' =B/(RT )
C ' =(C−B2 )/ ( RT )2
D' =(D−3 BC +2 B3 )/ ( RT )3
Penyelesaian
ATK II FTI-ITB
Fluida Nyata - 43
RT ( 83,14 )( 473,15 )
V= = =3.934 c m 3 mol −1
P 10
Z=1
RT ( 83,14 ) ( 473,15 )
V= +B= −388=3.546 c m3 mo l −1
P 10
PV V 3.546
Z= = = =0,9014
RT ( RT /P) 3.934
RT B C 388 26.000
V=
P ( )
1+ + 2 =3,934 1−
V V V
−
( V2 )
Perhitungan harus dilakukan melalui metode trial and error.
PV V 3.488
Z= = = =0,8866
RT ( RT /P) 3.934
Z = Z0 + ωZ1
ATK II FTI-ITB
Fluida Nyata - 44
ω adalah faktor asentrik, diperoleh dari tabel data kritik. Z 0 dan Z1 merupakan
fungsi tekanan tereduksi dan temperatur tereduksi, diperoleh dari grafik.
Penyelesaian
a. Gas ideal
b. Korelasi Pitzer
ATK II FTI-ITB
Fluida Nyata - 45
Entalpi, energi dalam, dan fungsi termodinamik lainnya dapat dihitung dari
hubungan volumetrik. Dengan menggunakan persamaan keadaan,
ungkapan-ungkapan fungsi termodinamik yang dihasilkan sangat kompleks.
Untuk keperluan yang tidak membutuhkan ketelitian tinggi dan dengan sarana
penghitung yang sederhana, metode grafis yang diturunkan dari korelasi Lee-
Kesler dapat digunakan.
R 0 R 1
HR (H ) (H )
= +ω
RTc RTc RTc
HR adalah entalpi residual, selisih antara entalpi gas nyata dan entalpi gas
ideal. (HR)0 dan(HR)1 diperoleh dari Gambar 3 .9 s/d Gambar 3 .12.
T cr =∑ y i Tc i
P c r=∑ y i Tc i
ω r=∑ y i ω i
3.2. Cairan
ATK II FTI-ITB
Fluida Nyata - 46
ln ( V 2 /V 1 )= β ( T 2−T 1) −κ (P2−P1 )
Untuk aseton pada 1 bar dan 20 ºC, diketahui: β = 1,487x10-3 K-1, κ = 6,2x10-5
bar-1, V = 1,287 cm3·g-1. Hitung:
Penyelesaian
b. Volume akhir
ATK II FTI-ITB
Fluida Nyata - 47
V 2 /V 1=0,9702
Korelasi grafis juga telah dikembangkan untuk cairan, seperti yang diberikan
oleh Lydersen-Greenkorn-Hougen, di Gambar 3 .13.
Untuk volume molar cairan pada keadaan jenuh, persamaan Rackett dapat
digunakan:
0,2857
V sat =V c Z (c1−Tr )
Penyelesaian
V sat =( 72,5 ) ¿
ATK II FTI-ITB
Fluida Nyata - 48
Perkirakan rapat massa amonia cair pada 310 K dan 100 bar.
Penyelesaian
Pr = 100/112,8 = 0,887
ATK II FTI-ITB
Fluida Nyata - 49
ATK II FTI-ITB
Fluida Nyata - 50
ATK II FTI-ITB
Fluida Nyata - 51
ATK II FTI-ITB
Fluida Nyata - 52
ATK II FTI-ITB
Fluida Nyata - 53
ATK II FTI-ITB
Fluida Nyata - 54
ATK II FTI-ITB
Fluida Nyata - 55
ATK II FTI-ITB
Fluida Nyata - 56
ATK II FTI-ITB
Fluida Nyata - 57
ATK II FTI-ITB
Fluida Nyata - 58
RT a
P= − 2
V −b V
ATK II FTI-ITB