1. Memberikan penjelasan kepada setiap orang yang ada dalam organisasi, mengenai tujuan
yang harus dicapai.
2. Setiap orang harus menyadari, memahami serta menerima dengan baik tujuan tersebut.
3. Pimpinan menjelaskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ditempuh oleh organisasi dalam
usaha pencapaian tujuan.
4. Setiap orang harus mengerti struktur organisasi.
5. Setiap orang harus menjalankan peranan apa yang diharapkan oleh pimpinan organisasi
dengan baik.
6. Menekankan pentingnya kerjasama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
diperlukan.
7. Memperlakukan setiap bawahan sebagai manusia dengan penuh pengertian.
8. Memberikan penghargaan serta pujian kepada pegawai yang cakap dan teguran serta
bimbingan kepada orang-orang yang kurang mempu bekerja.
9. Meyakinkan setiap orang bahwa dengan bekerja baik dalam organisasi tujuan pribadi
orang-orang tersebut akan tercapai semaksimal mungkin.
Sedangkan menurut Haris (2011) teknik-teknik penggerakan yang efektif bagi manajemen
sekolah antara lain:
1. Kepala sekolah merangsang guru dan personal sekolah lainnya melaksanakan tugas dengan
antusias dan kemauan yang baik untuk mencapai tujuan dengan penuh semangat.
2. Kepala sekolah cenderung mempunyai hubungan dengan bawahan yang sifatnya
mendukung (suportif) dan meningkatkan rasa percaya diri menggunakan kelompok membuat
keputusan.
3. Kepala sekolah merencanakan cara untuk memungkinkan guru, tenaga kependidikan dan
personal sekolah lainnya secara teratur mempelajari seberapa baik ia telah memenuhi tujuan
sekolah yang spesifik dapat meningkatkan mutu sekolah.
4. Penggerakan yang dilakukan kepala sekolah tersebut dapat berupa pengakuan dan pujian
atas prestasi kerja personal sekolah, karena ancaman atas kesalahan yang dilakukan oleh para
personalnya hanya akan berdampak buruk terhadap manajemen sekolah.
5. Sanksi hanya akan diberikan, jika betul-betul ada bukti dan tidak mungkin lagi untuk
dibina, jauh efisien membentuk perilaku guru, tenaga kependidikan, dan personal sekolah
lainnya dengan menghargai hasil yang positif dan memberi motivasi ke arah yang positif
pula.
Langkah-langkah Penggerakan
1. PENGARAHAN (DIRECTING)
Pengarahan merupakan aspek hubungan antar manusiawi dalam kepemimpinan yang
mengikat para bawahan untuk bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaga kerja efektif
serta efesien untuk mencapai tujuan. Dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat
kompleks karena disamping menyangkut manusia, juga menyangkut berbagai tingkah laku
dari manusia- manusia itu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah laku yang berbeda-beda,
memiliki pandangan serta pola hidup yang berbeda pula.
Pada umumnya, pimpinan menginginkan pengarahan kepada bawahan dengan maksud agar
mereka bersedia bekerja dengan sebaik mungkin, dan diharapkan tidak menyimpang dari
prinsip-prinsip di muka. Adapun cara-cara pengarahan yang dilakukan dapat berupa:
1) Orientasi merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi yang perlu agar
supaya kegiatan dapat dilakukan dengan baik. Biasanya, orientasi ini diberikan kepada
pegawai baru dengan tujuan untuk mengadakan pengenalan dan memberikan pengertian atas
berbagai masalah yang dihadapinya. Pegawai lama yang pernah menjalani masa orientasi
tidak selalu ingat atau paham tentang masalah-masalah yang pernah dihadapinya. Suatu
ketika mereka bisa lupa, lalai, atau sebab-sebab lain yang membuat mereka kurang mengerti
lagi. Dengan demikian orientasi ini perlu diberikan kepada pegawai-pegawai lama agar
mereka tetap memahami akan perananya. Informasi yang diberikan dalam orientasi dapat
berupa diantara lain, :
a) Perintah umum dan khusus Penggunaan perintah ini sangat bergantung pada preferensi
manajer, kemampuan untuk meramalkan keadaan serta tanggapan yang diberikan oleh
bawahan. Perintah umum memiliki sifat yang luas, serta perintah khusus bersifat lebih
mendetail.
b) Perintah lisan dan tertulis Kemampuan bawahan untuk menerima perintah sangata
mempengaruhi apakan perintah harus diberikan secara tertulis atau lisan saja. Perintah tertulis
memberikan kemungkinan waktu yang lebih lama untuk memahaminya, sehingga dapat
menghindari adanya salah tafsir. Sebaliknya, perintah lisan akan lebih cepat diberikan
walaupun mengandung resiko lebih besar. Biasanya perintah lisan ini hanya diberikan untuk
tugas-tugas yang relatif mudah.
c) Perintah formal dan informal Perintah formal merupakan perintah yang diberikan kepada
bawahan sesuai dengan tugas/aktivitas yang telah ditetapkan dalam organisasi. Sedangkan
perintah informal lebih banyak mengandung saran atau dapat pula berupa bujukan dan
ajakan. Contoh perintah informal antara lain dapat berupa kata-kata: “apakah tidak lebih baik
bilamana saudara menggunakan cara lain”. “marilah kita mulai mengerjakan pekerjaan ini
lebih dulu”, dan sebagainya. Perintah formal yang banyak dipakai dibidang militer bersifat
kurang fleksibel dibandingkan dengan perintah informal.
2. Motivasi
Motivasi merupakan suatu kekuatan (power), tenaga (forces), daya (energy), atau suatu
keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan
tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. Gibson (1985) menyatakan dalam
mempertimbangkan motivasi, perlu diperhatikan faktor-faktor fisiologikal, psikologikal, dan
lingkungan (environmental) sebagai faktor-faktor yang penting.
Ilyas (2003) mengartikan motivasi sebagai suatu kondisi kejiwaan dan mental seseorang
berupa aneka keinginan, harapan, dorongan, dan kebutuhan yang membuat seseorang
melakukan sesuatu untuk mengurangi kesenjangan yang dirasakannya. Lebih lanjut Siagian
(2002) mendefinisikan motivasi sebagai semangat atau dorongan terhadap seseorang untuk
melakukan serangkaian kegiatan dengan bekerja keras dan cerdas dalam mencapai tujuan
tertentu.
Dari beberapa pengertian motivasi di atas, setidaknya ada beberapa hal yang terkandung di
dalamnya, antara lain: keinginan, harapan, kebutuhan , tujuan, sasaran, dorongan, dan
insentif. Dengan demikian, suatu motif adalah keadaan kejiwaan yang mendorong,
mengaktifkan, dan menggerakkan serta mengarahkan dan menyalurkan perilaku sikap dan
tindak tanduk seseorang yang selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan, baik tujuan
organisasi maupun tujuan pribadi anggota organisasi yang bersangkutan. Jadi, dapat
dikatakan bahwa bagaimanapun motivasi didefinisikan akan terdapat tiga komponen utama,
yaitu: kebutuhan, dorongan, dan tujuan.
Motivasi memiliki arti penting dalam menumbuhkan dan mempertinggi semangat kerja
sehingga salah satu aktivitas manajemen adalah memberikan motivasi atau proses pemberian
kegairahan kerja pada setiap anggota organisasi agar ada kerelaan dan semangat dalam
melaksanakan tugas demi tercapainya tujuan organisasi. Pola sederhana proses terjadinya
motivasi oleh Siagian (2002) adalah sebagai berikut :
1) Dalam kehidupan manusia akan selalu timbul kebutuhan dan yang bersangkutan
merasa perlu untuk memuaskannya;
2) Sesuatu yang dibutuhkan itu diktegorikan sebagai kebutuhan apabila menimbulkan
ketegangan dalam diri yang bersangkutan. Semakin urgen kebutuhan itu akan
semakin tinggi ketegangan yang dialaminya;
3) Ketegangan itulah yang menimbulkan dorongan agar yang bersangkutan berbuat
sesuatu;
4) Sesuatu itu adalah upay mencri jalan keluar agar ketegangan yang dihadapi tidak
berlanjut;
5) Jika upaya mencari jalan keluar berhasil, kebutuhan pun akan terpuaskan; dan
Kebutuhan yang Dirasakan Timbulnya Ketegangan Dorongan Upaya Mencari Solusi
Kebutuhan Dipuaskan Ketegangan Berkurang
6) Kebutuhan yang terpuaskan akan menurunkan ketegangan, tetapi tidak
menghilangkan sama sekali karena cepat atau lambat akan muncul kebutuhan yang
lain.
c. Teori Motivasi
Teori motivasi didasarkan pada asumsi bahwa seseorang akan bekerja dengan baik bila
diberi kesempatan dan dorongan yang tepat. Teori motivasi dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu: teori isi (content theory) dan teori proses (process theory).
Teori motivasi berdasarkan isi ada tiga teori yang penting dan menjadi referensi para
pemimpin untuk memotivasi anggotanya, yaitu: teori hirarki kebutuhan (Maslow), teori X
dan Y (Mc Gregor), dan teori konsep dua faktor (Herzberg). Sedangkan pada teori proses
dikenal beberapa teori, yaitu: teori harapan (expectancy theory), teori pembentukan
perilaku, teori keadilan, dan lain-lain. Berikut dijabarkan teori-teori motivasi.
Oleh karena itu, pencapaian tujuan lembaga adalah tanggung jawab mereka juga,
bukan semata-mata tanggung jawab pimpinan. Implementasi teori ini di lapangan
adalah bahwa untuk memotivasi karyawan dengan tipe X akan lebih berhasil dengan
menggunakan motivasi yang bersifat negatif, yaitu dengan memberikan imbalan
disertai dengan ancaman. Sedangkan, karyawan dengan tipe Y, bentuk pemberian
motivasi positif berupa pujian atau penghargaan akan meningkatkan kinerjanya.
Teori motivasi Herzberg dikenal dengan Model Dua Faktor, yaitu: faktor motivasional
dan faktor hygiene atau pemeliharaan. Faktor motivasional adalah hal-hal yang
mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik yang bersumber dalam diri seseorang,
seperti: pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh,
kemajuan dalam karir, dan pengakuan orang lain. Sedangkan, faktor hygiene atau
pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang bersumber dari luar
diri yang turut menentukan perilaku dalam kehidupan seseorang, seperti: status dalam
organisasi, hubungan individu dengan atasan, hubungan seorang dengan rekan-rekan
kerja, teknik penyeliaan yang diterapkan, kebijakan organisasi, sistem administrasi
dalam organisasi, kondisi kerja, dan sistem imbalan yang berlaku.
8) Teori Keadilan
Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang.
Atasan harus berlaku adil terhadap semua bawahannya. Penilaian dan pengakuan
mengenai perilaku bawahan harus dilakukan secara obyektif bukan atas suka atau
tidak suka.
Teori keadilan menyatakan bahwa faktor keadilan/ kewajaran yang mempengaruhi
pengupahan mencakup tida dimensi, yaitu: internal, eksternal, dan individual. Inti
teori keadilan adalah pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan
kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dan imbalan yang
diterima. Artinya, apabila seorang individu mempunyai persepsi bahwa imbalan yang
diterimanya tidak memadai maka ada dua kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu:
(a)Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar.
(b)Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya.