Anda di halaman 1dari 20

Siap Mendidik Anak Cerdas Emosional!

Pengertian Anak
Secara umum, anak adalah buah cinta dari sepasang
suami-istri yang sudah menikah. Sebagai cikal bakal
penerus keluarga, bangsa, dan negara.
Masa depan bangsa dan negara di masa mendatang
berada di tangan anak-anak kita. Semakin baik
kepribadian anak sekarang,maka akan semakin baik pula
kehidupan masa depan bangsa, begitu pula sebaliknya.
Bagaimana Anak Menjadi Lebih Cerdas Secara Emosional?

Ayah dan Bunda pasti sering mendengar mengenai IQ, bukan? Nah,
apakah Ayah dan Bunda juga sudah tahu mengenai EQ?
EQ (Emotional Quotient) adalah kemampuan untuk memantau emosi diri
sendiri serta emosi orang lain, untuk membedakan dan memberi label antar
emosi yang berbeda dengan benar.
Kecerdasan Emosional adalah apa yang kita gunakan saat kita berempati
terhadap orang lain, melakukan percakapan mendalam, berusaha
memahami dan mengatur anak yang sulit diatur atau yang sedang putus
asa. Cerdas secara emosional memungkinkan kita untuk terhubung dengan
orang lain, memahami diri kita sendiri dengan lebih baik, dan menjalani
hidup yang lebih sehat dan bahagia.
Seperti Apa, sih, Bentuk Kecerdasan Emosional?
• Menurut Daniel Goleman, ada lima komponen atau
elemen kecerdasan emosional:
1. Kesadaran diri;
2. Regulasi diri;
3. Motivasi;
4. Empati;
5. Keterampilan sosial.

Mari kita bahas lebih dalam bersama!


1. Kesadaran Diri
Kesadaran diri merupakan kemampuan untuk
mengenal dan memilah-milah perasaan, memahami hal
yang sedang kita rasakan dan mengapa hal itu kita
rasakan, dan mengetahui penyebab munculnya perasaan
tersebut, serta pegaruh perilaku kita terhadap orang lain.
2. Regulasi Diri
Regulasi diri ialah menangani emosi sedemikian rupa
sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas,
peka terhadap kata hati dan sanggup menunda
kenikmatan sebelum tercapainya satu gagasan, maupun
pulih kembali dari tekanan emosi.
3. Motivasi
Motivasi ialah menggunakan hasrat yang paling dalam
untuk menggerakkan dan menuntut kita menuju sasaran,
membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat
efektif, serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan
frustasi.
4. Empati
Empati adalah merasakan yang dirasakan oleh orang
lain, mampu memahami perspektif mereka,
menumbuhkan hubungan saling percaya dan
menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.
5. Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial ialah menangani emosi dengan
baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan
cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi
dengan lancar, menggunakan keterampilan-keterampilan
ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah
dan menyelesaikan perselisihan, serta untuk bekerja
sama dan bekerja dalam team.
Mengapa Kecerdasan Emosional itu Penting Diajarkan Sejak
Dini?

Mampu memahami emosi anak sangat penting untuk


memahami apa yang akan membuat anak berkembang
dan menjadi lebih berfungsi, loh, Ayah dan Bunda.

Itu karena sebagai manusia, kita cenderung menjadi


makhluk yang sangat emosional dan sosial.
Menjadi cerdas secara emosional akan membantu
Anak terhubung dengan orang lain, meningkatkan
keterampilan komunikasi anak, menjadi lebih tangguh,
dan banyak lagi. Ternyata memiliki Kecerdasan Emosional
tingkat tinggi dapat membuat anak sukses di hampir
semua aspek kehidupannya.
Apa yang Ayah dan Bunda Harus Lakukan Untuk Mendidik
Anak yang Cerdas Secara Emosional?
Berikan contoh konkrit bagaimana anak seharusnya
menyalurkan emosinya.
Seperti misalnya, saat anak jatuh terpeleset karena lantainya
yang licin sehabis di pel oleh petugas (padahal sudah ada tanda
hati-hati) lalu kita malah berkata : "Lantainya nakal! Sini biar Ibu
pukul lantai yang bikin adek sakit" Hayooo, seberapa sering Ayah
dan Bunda mengatakan hal ini kepada anak?
Refleksikan Perasaannya
Namun, Namun, kita bisa beri mereka Kasih Sayang
sambil Merefleksikan Perasaannya : "Adek sakit, ya, habis
terjatuh. Itu karena Adek lari-larian di lantai yang licin.
Lain kali kalau ada tanda itu (lantai licin) kita jalannya
perlahan saja, ya, agar tidak terjatuh lagi."
tentunya kalimat ini disesuaikan dengan kondisi anaknya, ya, Ayah dan
Bunda. Bisa juga dengan merefleksikan perasaannya sebatas "Adek sakit,
ya, habis jatuh." ketika emosi negatif anak sedang keluar. Lalu diberi
refleksi mendalam ketika sudah lebih tenang.
Dengan tetap memberi cinta meski disaat ia sedang ceroboh
atau berperilaku negatif, bukan dengan memarahinya
dengan berkata “Tuh, kan, Adek jatuh, kamu sih lari-larian,
udah tau lantainya basah sehingga jadi licin. Sakit kan?”.
Kalau kita merespon dengan kemarahan, anak malah akan
cenderung memandang dirinyalah yang negatif. Dia merasa
dirinya adalah kesalahan, bukan tindakan yang dia lakukan
karena dia tidak dapat melakukan hal dengan benar. Bila ini
terjadi, dia pun tidak akan belajar solusi untuk apa yang
perlu dilakukan jika ia mengalami masalah yang serupa
dikemudian hari.
Ayah dan Bunda bisa memberikan
penjelasan kepada anak
“Emosi itu bukan ditahan, Sayang. Tapi diatur. Jadi,
kamu tidak perlu manahan tangis. Menangislah jika perlu.
Namun emosi dapat diatur. Termasuk menangis dalam
mengungkapkan kesehedihan. Tidak perlu berlebihan,
sampai meraung-raung. Namun tidak perlu kamu tahan
mati-matian saat kamu perlu melepaskan kesedihan
dengan menangis.
Jelaskanlah Ayah, Bunda, bahwa
“Menangis, bukanlah tanda kelemahan. Menangis adalah hal
yang wajar, Nak.Jadi tidak perlu kamu gantikan dengan emosi
apapun, termasuk kemarahan.
Saat kamu sedih, resapi bahwa itu sedih. Dan menangis kalau
memang perlu. Menggantikannya dengan kemarahan saat
kamu sedih, tidak membuat kamu kuat, Nak. Malah akan
mengendap dalam ketidaksadaranmu. Dan dapat keluar
sewaktu-waktu secara tidak terduga.”
Ayah, Ibu, masih ingatkah ketika
Ketika Ayah dan Bunda menggendong anak kita
ketika bayi, sembari mengatakan, “Adik menangis
karena lapar mau minum susu, yaa?”

Apa yang sudah Ayah dan Bunda lalukan ini


juga termasuk cara mendidik anak cerdas secara
emosional, loh..
Hal-hal mudah namun butuh konsistensi ini sangat
membantu anak untuk lebih memahami bagaimana cara
mengontrol emosi negatif.

Bukan menahan, mengalihkan, atau yang bahkan bisa


menjadikan salah melampiaskan jika tidak dibantu sejak
dini. Sehingga sebagai orangtua, kita bisa membuat anak
berdaya sejak dini. Agar lain kali ia mampu untuk
mengatasi sendiri masalahnya yang serupa.
Ayah dan Bunda..
Kami berharap, semoga usaha Ayah dan Bunda yang
menyuarakan emosi anak saat anak belum bisa berkata-kata,
dapat membantu anak untuk dapat merasakan dan
menyuarakan sendiri emosi yang kamu rasakan saat kamu
sudah mampu berkata-kata.
Sehingga tak perlu anak menggunakan tangan untuk
melempar barang atau berteriak, karena anak merasa tak
nyaman namun tak tahu harus apa, apalagi mengaturnya.
Ayah dan Bunda..
Semoga anak kita dapat menjadi manusia
yang mampu cerdas secara emosi, ya, Ayah
dan Bunda

Anda mungkin juga menyukai