Anda di halaman 1dari 26

30

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Publik

Manajemen publik atau dapat juga disebut manajemen pemerintah secara

umum merupakan suatu upaya pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan

publik dengan menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia. Unsur

manajemen saat ini menjadi suatu unsur penting dalam penyelenggaraan

organisasi, baik organisasi pada sektor swasta maupun dalam sektor publik

seperti organisasi pemerintahan. Manajemen pada sektor publik yang

diangkat dari manajemen sektor swasta tidak menjadikan orientasi tujuan

dan pelaksanaan pada organisasi sektor publik menjadi sama dengan sektor

swasta. Mahmudi (2010:38-40) mengungkapkan ada setidaknya tujuh

karakteristik manajemen sektor publik yang membedakannya dengan sektor

swasta:

1. Sektor publik tidak mendasarkan keputusan pada pilihan individual

dalam pasar, akan tetapi pilihan kolektif dalam pemerintahan dimana

tuntutan masyarakat yang sifatnya kolektif (massa) akan disampaikan

melalui perwakilannya yang dalam hal ini adalah partai politik atau DPR.

2. Penggerak sektor publik adalah karena adanya kebutuhan sumber daya,

seperti air bersih, listrik, kemanan, kesehatan, pendidikan, transportasi,

dan sebagainya yang menjadi alasan utama sektor publik untuk

menyediakannya.

3. Dalam organisasi sektor publik, informasi harus diberikan kepada publik

seluas mungkin untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas


31

publik, yang artinya sektor publik sifatnya terbuka kepada masyarakat

dibandingkan dengan sektor swasta.

4. Organisasi sektor publik berkepentingan untuk menciptakan adanya

kesempatan yang sama bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

utama hidupnya, misalnya kebutuhan terhadap kesehatan, pendidikan,

transportasi dan sarana-sarana umum lainnya.

5. Sektor publik dihadapkan pada permasalahan keadilan distribusi

kesejahteraan sosial, sedangkan sektor swasta tidak dibebani tanggung

jawab untuk melakukan keadilan seperti itu.

6. Dalam organisasi sektor publik, kekuasaan tertinggi adalah masyarakat.

Dalam hal tertentu masyarakat adalah pelanggan, akan tetapi dalam

keadaan tertentu juga masyarakat bukan menjadi pelanggan.

7. Dalam sektor swasta persaingan (kompetisi) merupakan instrument

pasar, sedangkan dalam sektor publik tindakan kolektif menjadi

instrument pemerintahan. Sangat sulit bagi pemerintah untuk memenuhi

keinginan dan kepuasan tiap-tiap orang dan yang mungkin dilakukan

adalah pemenuhan keinginan kolektif.

Pada pendekatan manajerialisme, fungsi-fungsi strategik seperti perumusan

strategi, perencanaan strategik, dan pembuatan program merupakan hal yang

harus dilakukan oleh manajer publik. Manajerialisme sektor publik

berorientasi pada pemenuhan tujuan, pencapaian visi dan misi organisasi

yang sifat pemenuhannya jangka panjang (Mahmudi, 2010:37). Untuk

mewujudkan perubahan menuju sistem manajemen publik yang berorintasi

pada kepentingan publik dan lebih fleksibel, Alison dalam Mahmudi


32

(2010:37) mengidentifikasikan ada setidaknya tiga fungsi manajemen yang

secara umum berlaku di sektor publik maupun swasta, yaitu:

1. Fungsi strategi, meliputi:

a) Penetapan tujuan dan prioritas organisasi;

b) membuat rencana operasional untuk mencapai tujuan.

2. Fungsi manajemen komponen internal, meliputi:

a) Pengorganisasian dan penyusunan staf;

b) pengarahan dan manajemen sumber daya manusia;

c) pengendalian kinerja.

3. Fungsi manajemen konstituen eksternal, meliputi:

a) Hubungan dengan unit eksternal organisasi;

b) Hubungan dengan organisasi lain;

c) Hubungan dengan pers dan publik.

Konsep manajemen publik dalam penelitian ini dipaparkan dalam 3

paradigma, yaitu sebagai berikut:

a. Old Public Administration

Wodrow Wilson dalam Thoha (2008:72-73) mengemukakan konsep

pemerintahan dalam konsep Old Public Administration (yang kemudian

dikenal dengan OPA) mempunyai tugas melaksanakan kebijakan dan

memberikan pelayanan yang pada pelaksanaannya dilaksanakan dengan

netral, professional, dan lurus mengarah pada tujuan yang telah ditetapkan.

Ada setidaknya dua tema kunci memahami OPA yang telah diletakkan oleh

Wilson. Pertama, ada perbedaan yang jelas antara politik dengan


33

administrasi. Perbedaan itu dikaitkan dengan akuntabilitas yang harus

dijalankan oleh pejabat terpilih dan kompetensi yang netral dimiliki oleh

administrator. Kedua, adanya perhatian untuk menciptakan struktur dan

strategi pengelolaan administrasi yang memberikan hak organisasi publik

dan manajernya yang memungkinkan untuk menjalankan tugas-tugas secara

efektif dan efisien.

Adapun konsep Old Public Administration adalah sebagai berikut (Thoha:

2008:73-74) :

1) Titik perhatian pemerintah adalah pada jasa pelayanan yang

diberikan langsung oleh dan melalui instansi-instansi pemerintah

yang berwenang;

2) public policy dan administration berkaitan dengan merancang dan

melaksanakan kebijakan-kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan

politik;

3) administrasi publik hanya memainkan peran yang lebih kecil dari

proses pembuatan kebijakan-kebijakan untuk mencapai tujuan-

tujuan politik;

4) upaya memberikan pelayanan harus dilakukan oleh para

administrator yang bertanggungjawab kepada pejabat politk dan

yang diberikan diskresi terbatas untuk melaksanakan tugasnya;

5) para administrator bertanggung jawab kepada pemimpin politik

yang dipilih secara demokratis;


34

6) program-program kegiatan diadministrasikan secara baik melaui

garis hierarki organisasi dan dikontrol oleh para pejabat dari

hirearki atas organisasi;

7) nilai-nilai utama (the primary values) dari administrasi publik

adalah efisiensi dan rasionalitas;

8) administrasi publik dijalankan sangat efisien dan sangat tertutup,

karena itu warga negara keterlibatannya amat terbatas;

9) peran dari administrasi publik dirumuskan secara luas.

b. New Public Management

Organisasi sektor publik sering divisualisasikan sebagai organisasi yang

kaku, tidak inovatif, minim kualitas, dan beberapa kritikan lainnya hingga

memunculkan sebuah gerakan reformasi di sektor publik yaitu dengan

adanya konsep New Public Management (NPM). Ditinjau dari perspektif

historis, istilah New Public Management pada awalnya dikenalkan di Eropa

tahun 1980-an dan 1990-an sebagai reaksi terhadap tidak memadainya

model administrasi publik tradisional (Mahmudi, 2010:33-34). Konsep OPA

perlahan tergantikan dengan konsep NPM yang mampu menjawab adanya

tuntutan masyarakat yang semakin besar agar sektor publik dapat

manghasilkan produk (barang/jasa) yang memiliki kualitas lebih baik atau

minimal sama dengan yang dihasilkan sektor swasta.

Diungkapkan oleh Islamy (2003:55-56) bahwa paradigma manajemen

publik mengkritisi nilai-nilai administrasi publik yang dianggap

fundamental dengan menegaskan beberapa hal, yaitu:


35

1) Birokrasi bukanlah satu-satunya penyedia (provider) atas barang

dan jasa publik karena sesuai dengan prinsip generic management

yang fleksibel, sektor swasta telah lama menjadi pionir dalam

menyediakan juga barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat;

2) sistem manajemen swasata yang fleksibel itu bisa diterapkan atau

diadopsi oleh sektor publik;

3) peran ganda sektor publik di bidang politik dan administrasi yang

telah lama terjadi bisa lebih terwujud di dalam paradigma baru,

manajemen publik;

4) akuntabilitas publik dapat diwujudkan secara lebih nyata.

c. New Public Service

Periode ketiga dalam perkembangan manajemen publik yaitu periode New

Public Service atau NPS. Berbeda dengan konsep model klasik dan NPM,

konsep NPS adalah konsep yang menekankan berbagai elemen. Walaupun

demikian NPS mempunyai normatif model yang dapat dibedakan dengan

konsep-konsep lainnya. Thoha (2008:84) menyatakan bahwa ide dasar dari

NPS dibangun dari konsep-konsep; (1) teori democratic citizenship; (2)

model komunitas dan civil society; (3) organisasi humanism; (4) postmodern

ilmu administrasi publik. Pemahaman mengenai manajemen dalam sektor

publik merupakan adopsi dari unsur-unsur manajemen pada sektor swasta.

Oleh karena itu, senada diungkapkan oleh Mahmudi (2010:36) organisasi

sektor publik perlu mengadopsi prinsip-prinsip sektor swasta.


36

Dari paradigma-paradigma di atas, telah dikemukakan perubahan konsep

manajemen publik di masing-masing periode. Pada hakikatnya menurut

Islamy (2003:56) manajemen publik memiliki karakter antara lain:

1. Manajemen publik merupakan bagian yang sangat penting dari

administrasi publik (yang merupakan bidang kajian yang lebih luas),

karena administrasi publik tidak membatasi dirinya hanya pada

pelaksanaan manajemen pemerintahan saja tetapi juga mencakup aspek

politik, sosial, kultural, dan hukum yang berpengaruh pada lembaga-

lembaga publik;

2. manajemen publik berkaitan dengan fungsi dan proses manajemen yang

berlaku baik pada sektor publik (pemerintahan), maupun sektor diluar

pemerintahan yang tidak bertujuan mencari untung (nonprofit sector);

3. manajemen publik memfokuskan atau mengarahkan administrasi publik

sebagai suatu profesi dan manajernya sebagai praktisi dari profesi

tersebut;

4. manajemen publik berkaitan dengan kegiatan internal (internal

operations) dari organisasi pemerintahan maupun sektor non

pemerintahan yang tidak bertujuan mencari untung;

5. manajemen publik secara spesifik menyuarakan tentang bagaimanakah

organisasi (organizational how to) publik melaksanakan kebijakan

publik;
37

6. manajemen publik memanfaatkan fungsi-fungsi: perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan sebagai sarana untuk

mencapai tujuan publik, maka berarti memfokuskan diri pada the

managerial tools, techniques, knowledges and skills yang dipakai untuk

mengubah kebijakan menjadi pelaksanaan program.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip

dalam sektor swasta yang diadopsi ke dalam manajemen sektor publik demi

pemenuhan kebutuhan publik dilakukan oleh pemerintah yang

menginginkan perubahan yang berorientasi pada kepentingan publik dan

lebih fleksibel. Sebagai bentuk nyata dari manajemen publik, pada

penelitian ini penyelenggaraan program BRT di Kota Bandar Lampung akan

dilihat sisi perencanaanya. Selain itu, pengadopsian aktivitas manajemen

yang menekankan pada sasaran akhir demi mewujudkan kepentingan

masyarakat kota Bandar Lampung merupakan aspek yang penting dalam

penelitian ini.

2.2. Manajemen Perencanaan

2.2.1 Manajemen

Ada beberapa pengertian manajemen yang dapat digunakan dalam

penelitian ini antara lain: menurut Manullang (1996:2) yang mengatakan

bahwa manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian,

penyusunan, pengarahan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai

tujuan yang sudah ditetapkan. Jadi dapat dikatakan bahwa manajemen


38

merupakan serangkaian kegiatan yang disiapkan dalam rangka pencapaian

tujuan.

Selain itu, menurut Stoner dan Wankel dalam Siswanto (2007:2)

manajemen diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,

kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan

seluruh sumber daya organisasi lainnya demi tercapainya tujuan organisasi.

Dalam hal ini yang dimaksud dengan proses adalah cara sistematis untuk

menjalankan suatu pekerjaan.

Menurut Sikula dalam Hasibuan (2006:2) manajemen pada umumnya

dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian,

pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan

pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan

untuk mengkordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh

perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien.

Pada konteks manajemen publik barang dan jasa yang dihasilkan bukan

dalam bentuk profit atau keuntungan tapi dalam bentuk pelayanan publik.

Definisi mengenai manajemen juga dikemukanan oleh Terry (Hasibuan,

2006:2) yang mengemukakan pendapatnya mengenai manajemen sebagai

suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk

menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.


39

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dalam penelitian ini dapat ditarik

kesimpulan bahwa manajemen mencakup penentuan tujuan, bagaimana

rencana untuk mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan dan

memaksimalkan sumber daya yang ada, yang kesemuanya difokuskan

dalam rangka pencapaian tujuan di organisasi tersebut.

2.2.2. Konsep Perencanaan

Untuk memberikan pemahaman mengenai penelitian ini, maka berikut

beberapa definisi tentang perencanaan dari para ahli. Kata perencanaan

merupakan istilah yang memiliki cakupan yang luas dalam kegiatannya.

Perencanaan (planning) adalah fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan

diproses oleh perencana (planner), hasilnya menjadi rencana (plan).

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan rencana. Produk dari

perencanaan adalah rencana (Hasibuan, 2006:91). Para perencana

dikemukakan oleh Hamzens (2005:142) bahwa haruslah orang-orang yang

profesional di bidangnya yang mampu melihat pada kondisi empiris serta

melakukan anlisis sesuai bidangnya masing-masing.

Konsepsi dasar yang diungkapkan oleh Siswanto (2007:42) menggambarkan

perencanaan sebagai proses dasar yang digunakan untuk memilih tujuan dan

menentukan cakupan pencapaiannya. Tidak jauh berbeda, secara sederhana

berkaitan dengan tujuan perencanaan juga diungkapkan oleh Allen dalam

Manullang (1996:38) yang merumuskan perencanaan sebagai sebuah

penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Pendapat ini serupa dengan apa yang dikemukakan oleh Stoner dan Wankel
40

dalam Siswanto (2007:2) bahwa perencanaan adalah menetapkan tujuan dan

tindakan yang akan dilakukan. Robbins dan Coulter dalam Sule dan

Saefullah (2005:96) mendefinisikan perencanaan sebagai sebuah proses

yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk

pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, serta merumuskan

sistem perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan

mengkordinasikan seluruh pekerjaan hingga tercapainya tujuan organisasi.

Secara sederhana pula perencanaan diartikan oleh Tjokroamidjojo dalam

Widjaya (1995: xiii) sebagai suatu proses mempersiapkan secara sistematis

kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan

tertentu. Terry dan Rue (1996:43-44) menjelaskan bahwa di dalam fungsi-

fungsi manajemen, perencanaan merupakan sebuah proses memutuskan

tujuan-tujuan apa yang akan dikejar selama suatu jangka waktu yang akan

datang dan apa yang dilakukan agar tujuan-tujuan itu dapat tercapai.

Pelaksanaan perencanaan seperti diungkapkan oleh Hamzens (2005:8) juga

harus dipandang sebagai suatu kegiatan yang yang terus-menerus dan

berkelanjutan untuk menyelesaikan masalah publik.

Terry dan Rue juga mengemukakan bahwa perencanaan merupakan bagian

yang paling awal dari fungsi-fungsi manajemen yang lain dengan urutan

siklus sebagai berikut:

1. Planning – menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu

masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat

mencapai tujuan-tujuan tersebut.


41

2. Organizing – mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan

penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-

kegiatan tersebut.

3. Staffing – menentukan kebutuhan-kebutuhan sumber daya manusia,

pengarahan, penyaringan latihan dan pengembangan tenaga kerja.

4. Motivating - mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia-manusia

ke arah tujuan.

5. Controlling – mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan

sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan-

tindakan korektif bila diperlukan.

Definisi mengenai perencanaan juga diungkapkan oleh Sarwoto dalam

Syafii (1998:49) yang menganggap bahwa perencanaan adalah suatu gejala

yang umum dan mutlak diperlukan terutama bagi usaha-usaha yang

mempunyai lapangan yang luas, serta merupakan fungsi pertama yang harus

dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan. Jadi, perencanaan merupakan

persiapan teratur dari setiap usaha untuk mewujudkan tujuan.

Terry dalam Syafii (1998:49) kemudian juga mengemukakan bahwa

perencanaan adalah memilih dan menghubungkan fakta dan membuat serta

menggunakan asumsi mengenai masa yang akan datang dengan jalan

menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk

mencapai hasil yang diinginkan. Oleh sebab itu, maka manajemen

perencanaan merupakan sebuah tindakan yang berupaya menghasilkan

keputusan-keputusan dan tindakan yang mengarahkan suatu kebijakan pada


42

suatu tujuan dan hasil dengan memperhatikan resiko, dan tindakan yang

diambil.

Sementara itu, Miro (2005:3) menjelaskan perencanaan sebagai proses,

tahapan, langkah-langkah yang harus dilalui dan dilakukan untuk mencapai

produk atau hasil, sasaran (object), tujuan (goals), cita-cita atau keinginan

(target) serta mewujudkan dan merealisasikan ide-ide atau gagasan yang

sudah dinyatakan sebelumnya. Ini menerangkan bahwa tahapan perencanaan

merupakan tahap yang menentukan dalam pencapaian sebuah tujuan dan

sasaran. Beberapa hal menurut Hasibuan (2006:91) yang membuat

perencanaan menjadi tahapan yang sangat penting, karena:

1. Tanpa perencanaan dan rencana berarti tidak ada tujuan yang akan

dicapai;

2. tanpa perencanaan dan rencana tidak ada pedoman pelaksanaan

sehingga banyak pemborosan;

3. rencana adalah dasar pengendalian, karena tanpa ada rencana

pengendalian tidak dapat dilakukan;

4. tanpa perencanaan dan rencana berarti tidak ada keputusan dan proses

manajemen yang dilakukan.

Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan merupakan kegiatan

terintegrasi yang dikoordinasikan dalam rangka pencapaian tujuan

organisasi. Dari perumusan-perumusan mengenai definisi perencanaan di

atas, suatu rencana juga harus memuat hal-hal sebagai berikut:


43

1. Penjelasan dari perincian kegiatan-kegiatan yang dibutuhkannya,

faktor-faktor produksi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-

kegiatan tersebut agar apa yang menjadi tujuan dapat dihasilkan;

2. penjelasan mengapa kegiatan-kegiatan itu harus dikerjakan dan

mengapa tujuan yang ditentukan itu harus dicapai;

3. penjelasan tentang lokasi fisik setiap kegiatan yang harus dikerjakan

sehingga tersedia segala fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk

mengerjakan pekerjaan itu;

4. penjelasan mengenai waktu dimulainya pekerjaan dan diselesaikannya

pekerjaan baik untuk tiap-tiap bagian pekerjaan maupun untuk seluruh

pekerja;

5. penjelasan tentang para petugas yang akan mengerjakan pekerjaannya,

baik mengenai kuantitas maupun kualitas, yaitu kualifikasi-kualifikasi

pegawai, seperti keahlian, pengalaman, dan sebagainya; serta

6. penjelasan tentang tehnik mengerjakan pekerjaan.

Berdasarkan pendapat di atas, dalam penelitian ini konsep perencanaan

program BRT Kota Bandar Lampung oleh pemerintah kota dan stakeholder

dapat diidentifikasi melalui tujuan program BRT yang akan dicapai di masa

depan, pedoman perencanaan program BRT, perincian kegiatan-kegiatan

yang dibutuhkan, hingga aktivitas pemerintah kota Bandar Lampung dan

stakeholder yang terkait dalam perencanaan program BRT.

2.2.3. Fungsi dan Tujuan Perencanaan


44

Beberapa ahli mendeskripsikan fungsi dari tahap perencanaan, beberapa

diantaranya adalah fungsi perencanaan menurut Robbins dan Coulter dalam

Sule dan Saefullah (2005:07) antara lain sebagai berikut:

1. Perencanaan sebagai pengarah.

Perencanaan akan menghasilkan upaya untuk meraih sesuatu dengan cara

yang lebih terkoordinasi. Perencanaan dalam hal ini memegang fungsi

pengarahan dari apa yang harus dicapai oleh organisasi.

2. Perencanaan sebagai minimalisasi ketidakpastian.

Dengan adanya perencanaan, diharapkan ketidakpastian yang mungkin

akan terjadi di masa yang akan datang dapat diantisipasi.

3. Perencanaan sebagai minimalisasi pemborosan sumber daya.

Jika perencanaan dilakukan dengan baik, maka jumlah sumber daya yang

diperlukan, dengan cara bagaimana penggunaanya dan untuk penggunaan

apa saja dengan lebih baik dipersiapkan sebelum kegiatan dijalankan.

4. Perencanaan sebagai penetapan standar dalam pengawasan kualitas.

Perencanaan berfungsi sebagai penetapan standar kualitas yang harus

dicapai oleh organisasi dan diawasi pelaksanaannya dalam fungsi

pengawasan manajemen.

Selain memiliki fungsi, berbicara mengenai perencanaan juga berbicara

mengenai tujuan dari perencanaan itu sendiri. Hasibuan (2006:95)

mengungkapkan ada setidaknya 9 tujuan dari perencanaan,antara lain:

1. Perencanaan bertujuan untuk menentukan tujuan, kebijakan-kebijakan,

prosedur, dan program serta memberikan pedoman cara-cara pelaksanaan

yang efektif dalam mencapai tujuan;


45

2. perencanaan bertujuan untuk menjadikan tindakan ekonomis, karena

semua potensi terarah dengan baik kepada tujuan;

3. perencanaan adalah satu usaha untuk memperkecil risiko yang dihadapi

pada masa yang akan datang;

4. perencanaan menyebabkan kegiatan-kegiatan dilakukan secara teratur

dan bertujuan;

5. perencanaan memberikan gambaran yang jelas dan lengkap tentang

seluruh pekerjaan;

6. perencanaan membantu penggunaan suatu alat pengukuran hasil kerja;

7. perencanaan menjadi suatu landasan untuk pengendalian;

8. perencanaan merupakan usaha untuk menghindari mismanagement dalam

penempatan karyawan;

9. perencanaan membantu peningkatan data guna dan hasil guna organisasi.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa perencanaan berfungsi sebagai pengarah,

meminimalisir ketidakpastian termasuk dalam pemborosan sumber daya

yang digunakan dalam pelasksanaan rencana kemudian, serta sebagai

standar dari target yang akan dicapai. Perencanaan juga memliliki tujuan,

dan yang paling utama dari tujuan perencanaan ialah penetapan tujuan yang

ingin dicapai, kebijakan-kebijakan, prosedur, dan program yang akan

dilakukan guna efisiensi pencapaian tujuan.

2.2.4. Proses Perencanaan

Perencanaan sebagai suatu proses dapat diibaratkan sebagai pengolahan dari

keputusan-keputusan yang telah ditetapkan di awal perencanaan. Sebagai


46

sebuah proses, perencanaan merupakan suatu cara yang sistematis untuk

menjalankan suatu pekerjaan. Perencanaan mengandung suatu aktivitas

tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Beberapa ahli mendeskripsikan tahapan dari proses perencanaan, beberapa

diantaranya adalah aktivitas perencanaan yang dimaksud oleh Allen dalam

Siswanto (2001:45-46):

1. Prakiraan (forecasting)

Merupakan suatu usaha yang sistematis untuk meramalkan atau

memperkirakan waktu yang akan datang dengan penarikan kesimpulan

atas fakta yang telah diketahui.

2. Penetapan tujuan (esthabilishing objective)

Penetapan tujuan merupakan suatu aktivitas untuk menetapkan sesuatu

yang ingin dicapai melalui pelaksanaan pekerjaan.

3. Pemrograman (programming)

Pemrograman adalah suatu aktivitas yang dilakukan dengan maksud

untuk menetapkan: (a) Langkah-langkah utama yang diperlukan untuk

mencapai suatu tujuan; unit dan anggota yang bertanggungjawab untuk

setiap langkah. (b) Urutan serta pengaturan waktu setiap langkah.

4. Penjadwalan (scheduling)

Penjadwalan adalah penetapan atau penunjukan waktu menurut kronologi

tertentu guna melaksanakan berbagai macam pekerjaan.

5. Penganggaran (budgeting)
47

Penganggaran merupakan suatu aktivitas untuk membuat pernyataan

tentang sumber daya keuangan (financial resources) yang disediakan

untuk aktivitas dan waktu tertentu.

6. Pengembangan prosedur (developing procedure)

Pengembangan prosedur merupakan suatu aktivitas menormalisasikan

cara, teknik, dan metode pelaksanaan suatu pekerjaan.

7. Penetapan dan interpretasi kebijakan (esthablishing and interpreting

policies)

Penetapan dan interpretasi kebijakan adalah suatu aktivitas yang

dilakukan dalam menetapkan syarat berdasarkan kondisi yang akan

melaksanakan perencanaan tersebut.

Beberapa tindakan yang harus dilakukan untuk membuat suatu rencana juga

dipaparkan oleh Manullang (1996:42). Ada setidaknya 5 langkah pada

proses perencanaan, yaitu:

1. Menetapkan tugas dan tujuan.

Tugas menjadi penentu kegiatan apa saja yang akan dan harus dikerjakan

dalam pembuatan suatu rencana. Sedangkan tujuan merupakan landasan

dari pembuatan rencana kemudian. Seluruh perencanaan ditujukan

kepada pencapaian tujuan, karena perencanaan yang efektif haruslah

memiliki tujuan yang akan dicapai dari perencanaan tersebut.

2. Mengobservasi dan menganalisis

Langkah berikutnya adalah mencapai atau mengobservasi faktor yang

mempermudah untuk mencapai tujuan. Dalam langkah ini, pembelajaran

terhadap pengalaman organisasi/instansi lain dapat dijadikan bahan


48

analisis untuk mengetahui apakah faktor tersebut masih efektif untuk

digunakan.

3. Mengadakan kemungkinan-kemungkinan

Tersedianya bahan-bahan yang diperoleh pada langkah terdahulu,

memberikan perencana untuk dapat membuat beberapa kemungkinan

untuk mencapai tujuan.

4. Membuat sintesis

Kemungkinan-kemungkinan yang ada untuk mencapai suatu tujuan

membuat perencana harus mengambil pilihan akan alternatif yang ada.

Pada fase ini, perencana harus memperhitungkan sisi negatif dari tiap

alternatif dan mengambil sisi positif sehingga proses diperoleh sintesis

dari beberapa alternatif kemungkinan tersebut.

5. Menyusun rencana.

Sementara itu, Prajudi dalam Syafii (1998:50) membuat beberapa

langkah-langkah tertentu, untuk menetapkan perencanaan yang baik,

yaitu: identifikasi masalah, analisis situasi, merumuskan yang hendak

dicapai, menyusun garis besar senacam proposal, membicarakan proposal

yang telah disusun, menetapkan komponen, penentuan tanggung jawab

masing-masing komponen, menentukan outline, mengadakan kontak

antar unit, pengumpulan data terkait, pengolahan data, penyimpulan data,

pendiskusian rencana sesuai data, penyusunan naskah final, evaluasi

naskah rencana, persetujuan naskah rencana, penjabaran untuk

pelaksanaan.
49

Pada tahapan perencanaan juga dilakukan sebuah perumusan terhadap

semua rangkaian aktivitas, mengapa keputusan itu diambil, serta bagaimana

keputusan itu direalisasikan. Robbins dan Coulter dalam Sule dan Saefullah

(2005:97) menjelaskan bahwa paling tidak ada empat fungsi dari

perencanaan, yaitu sebagai arahan, meminimalkan dampak dari perubahan,

meminimalkan pemborosan dan kesia-siaan, serta menetapkan standar

dalam pengawasan kualitas. Jadi, dalam tahap perencanaan akan

menghasilkan upaya untuk mengkoordinasikan dampak dari keputusan yang

diambil terhadap perencanaan akan perubahan.

Merujuk pada berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan

pada proses perencanaan yang paling utama adalah penetapan tujuan

sebagai latar belakang dari perencanaan, kemudian mengobservasi dan

menganalisis kemungkinan-kemungkinan yang muncul, mengambil pilihan

alternatif kemungkinan dan menetapkan pilihan pada aktivitas dalam bentuk

program yang terjadwal, serta memiliki anggaran yang jelas.

Pada penelitian mengenai analisis perencanaan program BRT (Trans Bandar

Lampung) ini, peneliti merumuskan hanya yang dianggap mewakili dari

beberapa tahapan yang telah disebutkan sebelumnya dan sesuai dengan

keadaan yang ingin diteliti. Adapun tahapan yang dipakai meliputi:

Prakiraan (forecasting), Pemrograman (programming), Penjadwalan

(scheduling), Penganggaran (budgeting), dan pengembangan prosedur yang

telah diinterpretasikan dalam bentuk-bentuk aktivitas maupun kegiatan.


50

2.3. Perencanaan Transportasi

2.3.1. Transportasi

Menurut Miro (2005:4), transportasi dapat diartikan sebagai usaha

memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek

dari suatu tempat ke tempat lain, di mana di tempat lain ini objek tersebut

lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu. Lebih

jauh, transportasi juga merupakan sebuah proses, yakni proses pindah,

proses gerak, proses mengangkut dan mengalihkan di mana proses ini tidak

dapat dilepaskan dari keperluan akan alat pendukung untuk menjamin

kelancaran proses perpindahan sesuai dengan waktu yang diinginkan.

Sementara itu, menurut Sadyohutomo (2008:159), layanan transportasi

adalah memindahkan barang atau manusia dari satu tempat ke tempat lain

sehingga memperoleh manfaat. Manfaat pemindahan tersebut dapat dilihat

dari berbagai aspek sesuai dengan tujuannya, yaitu aspek ekonomi, sosial,

politis, bahkan hankam. Transportasi dapat dikatakan sangat diperlukan

sebagai fasilitas pendukung seluruh kegiatan kehidupan, tanpa harus melihat

lokasi, perkembangan transportasi wajib setara dengan perkembangan

kegiatan kehidupan, baik kualitas maupun kuantitasnya (Miro, 2005:2).

Dikemukakan lebih lanjut oleh Adisasmita (2011:6) bahwa transportasi

memiliki peranan dan fungsi yang amat penting, yaitu sebagai fasilitas

penunjang dan fasilitas pendorong. Sebagai fasilitas penunjang, transportasi

dimaksudkan akan meningkatkan pengembangan berbagai kegiatan di

sektor-sektor lain di luar sektor transportasi. Sedangkan sebagai fasilitas

pendorong diharapkan akan membantu membuka daerah-daerah terisolasi.


51

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa transportasi

merupakan suatu upaya pengalihan suatu objek dari suatu tempat ke tempat

lain dengan proses pemindahan. Dalam penelitian ini, transportasi terfokus

pada pola perencanaan pengangkutan penumpang oleh sarana transportasi

angkutan massal dengan jenis angkutan busway.

2.3.2. Bus Rapid Transit (BRT)

Sarana angkutan umum perkotaaan yang banyak digunakan di kota-kota

besar adalah jenis bus. Salah satunya adalah busway. Busway adalah alat

transportasi massal perkotaan yang memiliki daya tampung penumpang

setara dengan 4-5 angkutan kota. Penyelenggaraan busway membutuhknan

terminal khusus dan jalur jalan khusus (Adisasmita, 2005:131). Bus Rapid

Transit (BRT) beroperasi dengan rute trayek tertentu di jalur yang telah

disediakan. Jalur BRT sebagian atau parsial, artinya BRT dengan lajur

khusus di beberapa ruas jalan, namun pada ruas jalan dan persimpangan

yang tidak memungkinkan dibangun lajur khusus maka BRT bercampur

dengan kendaraan lainnya.

2.3.3. Perencanaan Transportasi

Semakin berkembangnya aktivitas penduduk di suatu daerah, maka segala

fasilitas pendukung sebaiknya turut dikembangkan mengikuti pergerakan

yang ada. Tuntutan akan perkembangan aktivitas, gaya hidup, pertambahan

penduduk, kebutuhan hidup yang bertambah, membuat sistem transportasi

sebagai sarana perpindahannya harus mampu direncanakan dengan tepat dan

sesuai dengan kondisi (Miro, 2005:3).


52

Perencanaan transportasi menurut Adisasmita (2011:45) dapat didefinisikan

sebagai suatu proses yang tujuannya mengembangkan sistem transportasi

yang memungkinkan manusia dan barang bergerak atau berpindah tempat

dengan aman, murah, cepat, dan nyaman. Lebih lanjut, dikatakan bahwa

perencanaan transportasi yang baik adalah perencanaan yang mampu

meramalkan lalu lintas masa depan, yang ditunjukkan dalam peningkatan

kebutuhan pergerakan dalam bentuk perjalanan manusia, barang dan

kendaraan yang ditunjang oleh tersedianya kapasitas prasarana transportasi;

yang selanjutnya diikuti oleh penjabaran ke dalam keterkaitan antar wilayah

yang digambarkan dalam distribusi lalu lintasnya; untuk selanjutnya

dilakukan pemilihan moda transportasi yang serasi dan penyusunan

rute/proyek yang mampu melayani kebutuhan pergerakan perjalanan lalu

lintas masa depan.

Masih diungkapkan oleh Adisasmita, proses perencanaan transportasi

meliputi beberapa tahapan analisis, sebagai berikut:

1. Inventarisasi kondisi saat ini, meliputi tata guna lahan, pemilikan

kendaraan, pergerakan orang dan kendaraan, fasilitas transportasi,

aktivitas ekonomi, sumber dana yang tersedia, dan perjalanan;

2. keputusan kebijakan umum masa mendatang meliputi pengontrolan

peraturan dan kebijakan umum terhadap pengembangan lahan pada

masa mendatang dan karakteristik dari jaringan trasportasi pada masa

mendatang;
53

3. perkiraan pertumbuhan daerah perkotaan pada masa mendatang,

meliputi perkiraan jumlah penduduk, aktivitas ekonomi, pemilikan

kendaraan, tata guna lahan, dan jaringan transportasi pada masa

mendatang;

4. perkiraan pergerakan pada masa mendatang, meliputi pembangkitan

perjalanan, pemilihan moda, perpindahan antar zona pada jaringan

transportasi dan evaluasi terhadap jaringan yang telah tersedia, serta

kemajuan teknologi transportasi (perkotaan).

Berdasarkan pemaparan perencanaan transportasi di atas, dapat dipahami

bahwa perencanaan transportasi sebagai sebuah proses yang berlangsung

dengan beberapa tahapan dari kebijakan yang dipersiapkan untuk keadaan di

masa depan. Di dalam penelitian ini, perencanaan transportasi yang

dimaksud adalah perencanaan program BRT (Trans Bandar Lampung)

sebagai sarana angkutan umum massal yang diterapkan di kota Bandar

Lampung.

2.4. Program

Tujuan atau sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi diturunkan dalam

bentuk perencanaan. Perencanaan menjadi arahan pada usaha-usaha sebuah

organisasi yang diwujudkan dalam bentuk program. Beberapa definisis

mengenai program digunakan dalam penelitian ini, antara lain: menurut

Kunarjo (2002:206) secara sederhana program merupakan sekumpulan

kegiatan yang saling berkaitan satu sama lain untuk mencapai tujuan

tertentu. Kemudian Hasibuan (2006:100), mendefinisikan program sebagai


54

satu rencana yang pada dasarnya telah menggambarkan rencana yang

konkret. Rencana dapat dikatakan konkret, karena dalam program telah

tercantum, baik itu sasaran, kebijaksanaan, prosedur, waktu, maupun

anggarannya. Jadi, program juga merupakan usaha-usaha untuk

mengefektifkan rangkaian tindakan yang harus dilaksanakan menurut

bidangnya masing-masing.

Disamping itu, diungkapkan oleh Manullang (1996:41) bahwa program

adalah campuran dari politik, prosedur, dan budget yang dimaksudkan untuk

menetapkan suatu rangkaian tindakan untuk waktu yang akan datang. Hal

ini menjelaskan bahwa ada dimensi politik, aspek prosedural, serta

pendanaan yang memadai yang disiapkan dalam menunjang keberadaan

sebuah program.

Sementara itu, Terry (2003:64-65) mengatakan bahwa program merupakan

jenis rencana komprehensif yang dihimpun oleh ke dalam suatu bentuk

gabungan dari berbagai rencana untuk masa yang akan datang berasal dari

berbagai sumber di dalam sebuah organisasi. Di dalam program terdapat

rencana-rencana jangka panjang atau jangka pendek, rencana orientasi,

rencana operasional, sasaran-sasaran kebijaksanaan dan prosedur-prosedur.

Namun demikian, sesungguhnya suatu program mencakup bagian-bagian

yang besar dari sebuah organisasi, terutama yang berhubungan dengan

pekerjaan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Berdasarkan penjabaran di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

program mencakup sasaran, kebijaksanaan, prosedur, waktu, maupun


55

anggarannya. Pada program juga terdapat rencana-rencana jangka panjang

atau jangka pendek, rencana orientasi, rencana operasional, sasaran-sasaran

kebijaksanaan dan prosedur-prosedur program tersebut.

Anda mungkin juga menyukai