Anda di halaman 1dari 33

SDGs

Sustainable Development Goals

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru saja meluncurkan program


pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development
Goals (SDGs), menggantikan program sebelumnya Millennium
Development Goals (MDGs) yang akan selesai pada akhir tahun 2015.
SDGs tersebut akan otomatis berlaku bagi negara-negara maju dan
berkembang untuk 15 tahun ke depan (Nirmala, 2015).
Menurut Stevance (2015) kerangka SDG, yaitu:
1. Tujuan pembangunan berkelanjutan akan memperbaiki Millenium
Development Goals (MDGs).
2. SDG akan memberikan hasil yang lebih luas bagi masyarakat dan
dunia ini dengan 17 tujuan pembangunan berkelanjutan.
3. SDG akan dicapai di bawah pimpinan pemerintah, bukan lagi
kelompok sosial. Di mana dulunya MDGs di implementasikan oleh
Bappenas. Menurut laporan Nirmala (2015) Presiden perlu
mengeluarkan Keputusan Presiden (Kepres) mengawal SDGs
4. Perlengkapan dalam tujuan dan sasaran dalam tujuan SDGs harus
ditentukan dalam dokumen tindak lanjut.
Menurut Rakorkop Kemenkes RI (2015) bahwa penekanan SDGs
2015-2030 ada 5P yaitu People, Planet, Peace, Prosperity, and
Partnership. SDGs ini terdiri dari 17 tujuan, 169 target, kurang lebih 220-
300 indikator (sedang dalam proses perumusan, akan ditetapkan Maret
2016). Seluruh tujuan SDGs adalah sebuah kesatuan sistem
pembangunan, tidak mementingkan satu isu tertentu. Menurut Stevance
(2015) dari 169 target, 49 (29 %) yang dianggap berkembang dengan
baik, 91 target (54 %) bisa diperkuat dengan menjadi lebih spesifik, dan
29 (17 %) memerlukan kerja yang signifikan (gambar 1).

1
Sumber: www.icsu.org

Gambar 1. Persentase Target SDGs

Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), dampak yang diharapkan


SDGs yaitu:
1. Pengurangan kemiskinan, pembangunan berkelanjutan yang merata,
mata pencaharian dan pekerjaan layak (dilihat pada tujuan SDGs 1, 2,
7, 8, 9, 10, 12)
2. Akses merata kepada pelayanan dan jaminan sosial (dilihat pada
tujuan SDGs 3, 4, dan 6)
3. Keberlanjutan lingkungan dan mempertinggi ketahanan terhadap
bencana (dilihat pada tujuan SDGs ke 11, 13, 14, dan 15)
4. Pemerintahan yang ditingkatkan kualitasnya dan akses merata
kepada keadilan bagi semua orang (dilihat pada tujuan SDGs ke 16
dan 17).
Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015) prinsip pelaksanaan
SDGs, yaitu:
1. Pembangunan terintegrasi di seluruh aspek kehidupan manusia
(people centered development)
2. Fokus pada capaian 3 dimensi pembangunan: sosial, ekonomi,
lingkungan
3. Kerjasama multisektoral, melibatkan seluruh aktor pembangunan
4. Tanggung jawab yang sama bagi setiap negara, melalui kegiatan yang
terdiferensiasi
5. Memperhatikan kondisi, kapasitas dan prioritas nasional
6. Penguatan fungsi perangkat implementasi
7. Tidak boleh ada yang tertinggal dalam mencapai seluruh tujuan SDGs
8. Menghindari kesenjangan antar kelompok masyarakat dan antar
wilayah

2
9. Mempertajam akuntabilitas pelaporan melalui kelembagaan yang kuat,
pengelolaan data berkualitas, diikuiti inovasi strategi berbasis bukti.
Stevance, dkk (2015) ada 17 poin tujuan Sustainable Development
Goals (SDGs), yaitu:
1. Tanpa Kemiskinan
Tidak ada kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh penjuru dunia.
2. Tanpa Kelaparan
Tidak ada lagi kelaparan, mencapai ketahanan pangan, perbaikan
nutrisi, serta mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan.
3. Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan
Menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan
hidup untuk seluruh masyarakat di segala umur.
4. Pendidikan Berkualitas
Menjamin pemerataan pendidikan yang berkualitas dan meningkatkan
kesempatan belajar untuk semua orang, menjamin pendidikan yang
inklusif dan berkeadilan serta mendorong kesempatan belajar seumur
hidup bagi semua orang.
5. Kesetaraan Gender
Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum ibu dan
perempuan.
6. Air Bersih dan Sanitasi
Menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan
untuk semua orang.
7. Energi Bersih dan Terjangkau
Menjamin akses terhadap sumber energi yang terjangkau, terpercaya,
berkelanjutan dan modern untuk semua orang.
8. Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak
Mendukung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif,
lapangan kerja yang penuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak
untuk semua orang.
9. Industri, Inovasi dan Infrastruktur
Membangun infrastruktur yang berkualitas, mendorong peningkatan
industri yang inklusif dan berkelanjutan serta mendorong inovasi.
10. Mengurangi Kesenjangan

3
Mengurangi ketidaksetaraan baik di dalam sebuah negara maupun di
antara negara-negara di dunia.
11. Keberlanjutan Kota dan Komunitas
Membangun kota-kota serta pemukiman yang inklusif, berkualitas,
aman, berketahanan dan bekelanjutan.
12. Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab
Menjamin keberlangsungan konsumsi dan pola produksi.
13. Aksi Terhadap Iklim
Bertindak cepat untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya.
14. Kehidupan Bawah Laut
Melestarikan dan menjaga keberlangsungan laut dan kehidupan
sumber daya laut untuk perkembangan pembangunan yang
berkelanjutan.
15. Kehidupan di Darat
Melindungi, mengembalikan, dan meningkatkan keberlangsungan
pemakaian ekosistem darat, mengelola hutan secara berkelanjutan,
mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi
penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta
menghentikan kerugian keanekaragaman hayati.
16. Institusi Peradilan yang Kuat dan Kedamaian
Meningkatkan perdamaian termasuk masyarakat untuk pembangunan
berkelanjutan, menyediakan akses untuk keadilan bagi semua orang
termasuk lembaga dan bertanggung jawab untuk seluruh kalangan,
serta membangun institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di
seluruh tingkatan.
17. Kemitraan untuk Mencapai Tujuan
Memperkuat implementasi dan menghidupkan kembali kemitraan
global untuk pembangunan yang berkelanjutan.
The Guardian dalam Nirmala (2015) menulis 7 alasan mengapa
SDGs akan jauh lebih baik dari MDGs, yakni:
1. SDGs lebih global dalam mengkolaborasikan program-programnya.
MDGs sebelumnya dibuat oleh anggota negara OECD dan beberapa
lembaga internasional. Sementara SDGs dibuat secara detail dengan
negosiasi internasional yang juga terdiri dari negara berpendapatan
menengah dan rendah.

4
2. Sekarang, sektor swasta juga akan memiliki peran yang sama, bahkan
lebih besar.
3. MDGs tidak memiliki standar dasar hak asasi manusia (HAM). MDGs
dianggap gagal untuk memberikan prioritas keadilan yang merata
dalam bentuk-bentuk diskriminasi dan pelanggaran HAM, yang
akhirnya berujung kepada masih banyaknya orang yang terjebak
dalam kemiskinan. Sementara SDGs dinilai sudah didukung dengan
dasar-dasar dan prinsip-prinsip HAM yang lebih baik.
4. SDGs adalah program inklusif. Tujuh target SDG sangat eksplisit
tertuju kepada orang dengan kecacatan, dan tambahan enam target
untuk situasi darurat, ada juga tujuh target bersifat universal dan dua
target ditujukan untuk antidiskriminasi.
5. Indikator-indikator yang digunakan memberikan kesempatan untuk
keterlibatan masyarakat sipil.
6. PBB dinilai bisa menginspirasi negara-negara di dunia dengan SDGs.
7. COP21 di Paris adalah salah satu kesempatan untuk maju.
Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015) bahwa perhatian khusus
sektor kesehatan di tujuan SDGs, yaitu:
1. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan
meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan
(Gizi masyarakat)
2. Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi
semua orang di segala usia (sistem ketahanan nasional)
3. Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh wanita
dan perempuan (akses kespro, KB)
4. Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang
berkelanjutan bagi semua orang (sanitasi dan air bersih)

GOAL 1. TANPA KEMISKINAN


Menurut Jokowi dalam laporan Fajriah (2015) bahwa ketimpangan
dan kemiskinan di Indonesia telah menjadi perhatian dunia. Bahkan Bank
Dunia (World Bank) telah memperingatkan tingkat gini rasio (indeks rasio
ketimpangan pendapatan kelompok masyarakat) Indonesia yang terus
meningkat. Pemerintah harus memfokuskan penanggulangan kemiskinan
dengan memperkuat daya beli masyarakat miskin. Sedangkan, Perwakilan

5
Bank Dunia berkomitmen membantu menekan angka kemiskinan di
Indonesia.
Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), ada beberapa target dalam
tujuan SDGs tanpa kemiskinan, yaitu:
1.1. Pada 2030, mengentaskan kemiskinan pada semua orang, di mana
pun, saat ini ukurannya adalah orang-orang yang penguhidupannya
kurang dari USD 1,25/ hari
1.2. Pada 2030, mengurangi setidaknya setengah jumlah laki-laki,
perempuan, dan anak-anak di segala usia yang hidup dalam
kemiskinan di segala dimensi menurut definisi nasional
1.3. Implementasi nasional sistem dan ukuran jaminan sosial yang layak
untuk semua orang, termasuk yang terbawah, dan pada 2030
mencapai cakupan luas atas penduduk miskin dan rentan
1.4. Pada 2030 menjamin bahwa seluruh laki-laki dan perempuan,
terutama yang miskin dan rentan, memiliki hak yang setara atas
sumber daya ekonomi, sebagaimana pula akses pada pelayanan
dasar, kepemilikan dan kendali atas tanah dan bentuk properti
lainnya, harta warisan, sumber daya alam, teknologi baru dan
layanan keuangan yang layak, termasuk microfinance
1.5. Pada 2030, membangun ketahanan penduduk miskin dan yang
berada dalam situasi rentan, serta mengurangi keterpaparan dan
kerentanan mereka terhadap kejadian ekstrem terkait iklim serta
bencana dan goncangan ekonomi, sosial dan lingkungan lainnya
Menurut Stevance (2015) perangkat impelementasi tujuan SDGs
tanpa kemiskinan, yaitu:
1.a. Memastikan mobilisasi berarti atas sumber daya dari berbagai
sumber, termasuk melalui kerja sama pembangunan yang telah
ditingkatkan, untuk menyediakan alat yang mencukupi serta
terprediksi untuk negara-negara berkembang, terutama negara
tertinggal, untuk mengimplementasikan program dan kebijakan untuk
mengakhiri kemiskinan di seluruh dimensinya
1.b. Menyusun kerangka kebijakan yang kuat di tingkat nasional, regional,
dan internasional, berdasaran strategi pembangunan yang pro-rakyat
miskin serta sensitif gender, untuk mendukung investasi yang telah
dipercepat dalam tindakan pengentasan kemiskinan

6
GOAL 2. TANPA KELAPARAN
Pada SDGs diarahkan pada solusi berkelanjutan, yaitu peningkatan
akses pangan dan produksi pertanian. Melalui inovasi strategi, termasuk
implementasi Perpres 42 Tahun 2013 dan kesepakatan ICN2 menuju
target WHA 2025. Unfinished business yaitu melanjutkan pembangunan
gizi (Rakorpop Kemenkes RI, 2015). Pada Perpres 42 Tahun 2013
diupayakan percepatan perbaikan gizi masyarakat pada 1000 hari
pertama kehidupan, yaitu sejak janin dalam kandungan ibu hingga anak
berusia dua tahun.
Untuk mengatasi masalah kekurangan gizi, memerlukan intervensi
langsung yang bersifat spesifik di sektor kesehatan dan gizi, melalui
intervensi di sektor terkait lainnya, seperti penyediaan pangan yang
cukup, penyediaan air bersih dan sanitasi, penanggulangan kemiskinan,
serta penyediaan pelayanan keluarga berencana dan pendidikan,
khususnya pendidikan kaum perempuan. Dalam penanganan masalah
gizi, juga diperlukan komitmen kuat, baik dari pemerintah dan pemerintah
daerah, lembaga sosial kemasyarakatan dan keagamaan, akademisi,
organisasi profesi, media massa, maupun dunia usaha dan mitra
pembangunan.
Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target gizi masyarakat,
yaitu:
2.1. Pada tahun 2030, mengakhiri kelaparan dan menjamin akses pangan
yang aman, bergizi, dan mencukupi bagi semua orang, khususnya
masyarakat miskin dan rentan termasuk bayi, di sepanjang tahun.
2.2. Pada tahun 2030, mengakhiri segala bentuk malnutrisi, termasuk
mencapai target internasional 2025 untuk penurunan stunting dan
wasting pada balita dan mengatasi kebutuhan gizi remaja
perempuan, wanita hamil dan menyusui, serta lansia.
2.3. Pada tahun 2030, menduakalilipatkan produktivitas dan pendapatan
pertanian pada produsen berskala kecil, terutama wanita, bangsa
pribumi, petani keluarga, peternak dan nelayan, termasuk melalui
akses yang aman dan merata kepada tanah, input dan sumber daya
produktif lainnya, pengetahuan, layanan keuangan, pasar dan
peluang untuk pekerjaan pertambahan nilai maupun non-pertanian

7
2.4. Pada tahun 2030, memastikan sistem produksi pangan yang
berkelanjutan dan mengimplementasikan praktik pertanian yang
berketahanan yang meningkatkan produktivitas dan produksi, yang
membantu mempertahankan ekosistem, yang memperkuat kapasitas
adaptasi terhadap perubahan iklim, cuaca ekstrem, kekeringan,
banjir dan bencana lainnya serta yang secara progresif
meningkatkan kualitas daratan dan tanah
2.5. Pada tahun 2020, mempertahankan keanekaragaman genetik pada
bibit, tanaman budidaya serta hewan ternak dan jinak beserta
spesies liar terkaitnya, termasuk secara bijaksana mengelola dan
melakukan diversifikasi bank bibit dan tanamandi tingkat nasional,
regional, dan internasional, serta memastikan akses kepada bagi
hasil, dan bagi hasil yang adil dan merata melalui penggunaan
sumber daya genetik dan asosiasi pengetahuan tradisional,
sebagaimana disetujui secara internasional
Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target gizi
masyarakat, yaitu:
2.a. Meningkatkan investasi, termasuk melalui peningkatan kerja sama
internasional, pada infrastruktur pedesaan, penelitiandan
ekstensifikasi layanan pertanian, pengembangan teknologidan bank
genetik tanaman dan ternak untuk peningkatan kapasitas produksi
pertaniandi negara berkembang, khususnya negara tertinggal
2.b. Mengoreksi dan mencegah restriksi perdagangan serta distorsi pada
pasar pertanian dunia, termasuk melalui eliminasi paralel segala
bentuk subsidi ekspor pertanian dan segala jenis ekspor yang
berdampak serupa, sesuai mandat Doha Development Round
2.c. Mengadopsi cara-cara untuk memastikan fungsi pasar komoditas
pangan yang semestinya berikut turunannya serta memfasilitasi
akses tepat waktu kepada informasi pasar, termasuk mengenai
cadangan pangan untuk membantu membatasi perubahan ekstrem
harga pangan

8
GOAL 3. KESEHATAN YANG BAIK DAN KESEJAHTERAAN

Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program


Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan
status gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial
dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019
adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2)
meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil,
tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan
kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas
pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga
kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem
kesehatan (Renstra Kemenkes, 2015).
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu
paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan
kesehatan nasional: 1) pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi
pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif
preventif dan pemberdayaan masyarakat; 2) penguatan pelayanan
kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan
kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi
berbasis risiko kesehatan; 3) sementara itu jaminan kesehatan nasional
dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali
mutu dan kendali biaya (Renstra Kemenkes, 2015).
Upaya Kesehatan dalam Restra Kemenkes 2015 khususnya di
bagian Kesehatan Ibu dan Anak. Angka Kematian Ibu sudah mengalami
penurunan, namun masih jauh dari target MDGs tahun 2015, meskipun
jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan mengalami
peningkatan. Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh antara lain kualitas
pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang
tidak sehat dan faktor determinan lainnya. Penyebab utama kematian ibu
yaitu hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan post partum. Penyebab
ini dapat diminimalisir apabila kualitas Antenatal Care dilaksanakan

9
dengan baik. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu
hamil tidak sehat antara lain adalah penanganan komplikasi, anemia, ibu
hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria, dan empat terlalu
(terlalu muda 35 tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak
anaknya > 3 tahun). Sebanyak 54,2 per 1000 perempuan dibawah usia 20
tahun telah melahirkan, sementara perempuan yang melahirkan usia di
atas 40 tahun sebanyak 207 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini diperkuat
oleh data yang menunjukkan masih adanya umur perkawinan pertama
pada usia yang amat muda (<20 tahun) sebanyak 46,7% dari semua
perempuan yang telah kawin.

Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015) target sistem ketahanan


nasional, yaitu:
3.1. Pada 2030, mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah 70 per
100.000 kelahiran hidup
3.2. Pada 2030, mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah,
dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka Kematian
Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 KH dan Angka Kematian
Balita 25 per 1.000 KH
3.3. Pada 2030, mengakhiri epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria dan
penyakit tropis yang terabaikan, serta memerangi hepatitis, penyakit
bersumber air dan penyakit menular lainnya.
3.4. Pada 2030, mengurangisepertiga kematian prematurakibat penyakit
tidak menular melalui pencegahan dan perawatan, serta mendorong
kesehatan dan kesejahteraan mental.
3.5. Memperkuat pencegahan dan perawatan penyalahgunaan zat,
termasuk penyalahgunaan narkotika dan alkohol yang
membahayakan
3.6. Pada 2020, mengurangi setengah jumlah global kematian dan cedera
akibat kecelakaan lalu lintas
3.7. Pada 2030, menjamin akses semesta kepada pelayanan kesehatan
seksual dan reproduksi , termasuk keluargaberencana(KB), informasi
dan edukasi, serta integrasi kesehatan reproduksi ke dalam strategi
dan program nasional.

10
3.8. Mencapai universal health coverage, termasuk perlindungan risiko
keuangan, akses kepada pelayanan kesehatan dasar berkualitas
dan akses kepada obat-obatan dan vaksin dasar yang aman, efektif,
dan berkualitas bagi semua orang.
3.9 Pada 2030, mengurangi secara substansial kematian dan kesakitan
akibat senyawa berbahaya serta kontaminasi dan polusi udara, air,
dan tanah.
Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target kesehatan
yang baik dan kesejahteraan, yaitu:
3.a. Memperkuat implementasi FCTC WHO di seluruh negara, sesuai
keperluan
3.b. Mendukung penelitian dan pengembangan vaksin dan obat penyakit
menular maupun tidak menularyang mempengaruhi terutama
negara-negara berkembang, menyediakan akses kepada obat dan
vaksin dasar yang terjangkau, sesuai Doha Declaration tentang
TRIPS Agreement and Public Health, yang menegaskan hak negara
berkembang untuk menggunakan secara penuh ketentuan-ketentuan
dalam Kesepakatan atas Aspek-Aspek terkait Perdagangan pada
Hak Properti Intelektual terkait keleluasaan untuk melindungi
kesehatan masyarakat, dan, pada khususnya, menyediakan akses
obat bagi semua orang.
3.c. Secara substansial meningkatkanpembiayaan kesehatan
sertarekrutmen, pengembangan, pelatihan, dan retensi tenaga
kesehatan di negara-negara berkembang, terutama negara-negara
tertinggal dan negara bagian pulau kecil yang sedang berkembang.
3.d. Memperkuat kapasitas seluruh negara, khususnya negara-negara
berkembang dalam hal peringatan dini, penurunan risiko serta
pengelolaan risiko kesehatan nasional dan global.
Menurut Pallutturi (2015) bahwa aktivitas kesehatan masyarakat
dalam menghadapi SDGs, yaitu:
Mencegah epidemik
Melindungi lingkungan, tempat kerja, perumahan, makanan dan air
Memantau status kesehatan penduduk
Menggerakkan aksi masyarakat
Respons terhadap disaster

11
Menurut Pallutturi (2015) tantangan bagi seluruh tenaga kesehatan,
yaitu:
a. Pola penyakit yang semakin kompleks,
b. Tingginya ketimpangan regional dan sosial ekonomi dalam system
kesehatan.
c. Kecenderungan penyedia utama fasilitas kesehatan beralih ke pihak
swasta.
d. Pembiayaan kesehatan yang rendah dan timpang.
e. Angka penularan HIV/AIDS emakin meningkat

Menurut Pallutturi (2015) bahwa tantangan kesehatan di era SDGs


yaitu:

a. Pergeseran dalam struktur demografi penduduk


b. Beban kesehatan ganda
c. Urbanisasi
d. Kecelakaan lalu lintas
e. Munculnya penyakit baru dengan potensi epidemik global

GOAL 4. PENDIDIKAN BERKUALITAS

Dunia pendidikan di Indonesia tetap mempunyai sekian banyak


rintangan yang mengenai dengan kualitas pendidikan diantaranya
merupakan keterbatasan akses kepada pendidikan, jumlah guru yang
belum merata, juga mutu guru itu sendiri dinilai masihlah kurang.
Terbatasnya akses pendidikan di Indonesia, apalagi lagi di daerah
berujung pada meningkatnya arus urbanisasi buat mendapati akses
ilmu yg lebih baik di perkotaan (Pendidikan Indonesia, 2015). Semua
guru lebih baik diberikan beasiswa untuk mengikuti jenjang pendidikan
yang lebih tinggi. Serta para guru harus selalu diberikan pelatihan
mengenai update pendidikan yang ada. Kini hadirnya SM3T bagi para
pendidik yang mengajar di pelosok negeri.
Menurut Humas UPI (2015) bahwa SM3T (Sarjana Mendidik di
Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) pertama kali diluncurkan pada
tahun 2011, merupakan program pengabdian Sarjana Pendidikan untuk
berpartisipasi dalam percepatan pembangunan pendidikan di daerah 3T

12
selama satu tahun sebagai penyiapan pendidik profesional yang akan
dilanjutkan dengan program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Selain
mempersiapkan calon pendidik profesional sebelum mengikuti PPG,
program ini juga bertujuan untuk membantu daerah 3T dalam mengatasi
permasalahan pendidikan terutama kekurangan tenaga pendidik.
Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015) target pendidikan
berkualitas, yaitu:
4.1. Pada 2030 memastikan bahwa seluruh anak perempuan dan laki-laki
menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah yang gratis, merata
dan berkualitas yang mengarah pada dampak pembelajaran yang
relevan dan efektif
4.2. Pada 2030 memastikan bahwa seluruh anak perempuan dan laki-laki
memiliki akses kepada pengembangan, perawatan, dan pendidikan
pra-dasar usia dini yang berkualitas sehingga siap untuk mengikuti
pendidikan dasar
4.3. Pada 2030 memastikan akses pendidikan teknis, kejuruan, dan tersier
yang merata untuk seluruh perempuan dan laki-laki, termasuk untuk
universitas
4.4. Pada 2030, meningkatkan secara substansial jumlah anak muda dan
orang dewasa yang memiliki keterampilan relevan, termasuk
keterampilan teknis dan kejuruan untuk lapangan pekerjaan,
pekerjaan serta kewirausahaan yang layak
4.5. Pada 2030, menghilangkan kesenjangan gender dalam pendidikan
dan memastikan akses yang merata kepada seluruh jenjang
pendidikan dan pelatihan kejuruan bagi masyarakat rentan, termasuk
penyandang disabilitas, penduduk pribumi dan anak-anak yang
dalam kondisi rentan
4.6. Pada 2030, memastikan bahwa seluruh anak muda dan proporsi
substansial orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan,
mencapai kemampuan mmebaca dan berhitung
4.7. Pada 2030, memastikan bahwa seluruh peserta pembelajaran
memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
mendorong pembangunan berkelanjutan, termasuk, di antaranya,
melalui pendidikan berkelanjutan , serta gaya hidup, hak asasi,
kesetaraan gender, promosi budaya damai dan anti-kekerasan,

13
kependudukan global serta penghargaan terhadap keberagaman
budaya yang (juga) berkelanjutan dan daripada kontribusi budaya
kepada pembangunan berkelanjutan
Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target pendidikan
berkualitas, yaitu:
4.a. Membangun dan mengupgrade fasilitas pendidikan yang sensitif
anak-anak, penyandang disabilitas, dan gender, serta menyediakan
lingkungan pembelajaran yang aman, anti-kekerasan, inklusif dan
efektif bagi semua orang
4.b. Pada 2020, memperluas ketersediaan beasiswa secara substansialdi
tingkat global untuk negara-negara berkembang, terutama negara
tertinggal, negara bagian berkembang berupa pulau kecil serta
negara Afrika, untuk pendaftaran pendidikan tinggi, termasuk
pelatihan kejuruan dan teknologi informasi dan edukasi, program
teknis, permesinan dan ilmiah pada negara maju maupun negara
berkembang lainnya
4.c. Pada 2030, meningkatkan secara substansial suplai guru
berkualifikasi, termasuk melalui kerja sama internasional untuk
pelatihan guru di negara berkembang, terutama negara tertinggal
dan negara bagian berkembang berupa pulau kecil

GOAL 5. KESETARAAN GENDER

Kesetaraan gender dapat terlihat bahwa banyaknya jumlah wanita yang


memenangkan pilkada di tahun 2015 ini. Selain itu, Menurut UNIC (2015)
menunjukkan laporan dari berbagai artikel bahwa di sub-Sahara Afrika,
gadis-gadis termiskin hampir sembilan kali lipat memiliki kesempatan
untuk menginjakkan kaki di kelas, bila dibandingkan dengan anak laki-laki
terkaya. Di Negara-negara Arab, seperlima dari gadis-gadis miskin belum
pernah ke sekolah, bila dibandingkan dengan sepersepuluh dari anak laki-
laki termiskin. Namun, di Amerika Latin dan Karibia, 55 persen dari anak
laki-laki, bila dibandingkan dengan 62 persen dari anak-anak perempuan
di daerah pedesaan telah menyelesaikan pendidikan menengah. Dalam
laporan artikel juga merekomendasikan bahwa untuk mencapai
pendidikan kesetaraan gender harus benar-benar bebas. Laporan juga
mendesak bahwa kebijakan dirancang untuk menangani berbagai

14
masalah yang dihadapi oleh anak laki-laki dan perempuan dalam
mengakses dan menyelesaikan pendidikan. Mereka juga
merekomendasikan untuk disediakan pilihan pendidikan menengah untuk
remaja yang putus sekolah. Laporan juga mendesak untuk
mengintegrasikan isu gender ke dalam semua aspek kebijakan dan
perencanaan untuk mencapai kesetaraan gender. Untuk itu, campuran
perubahan legislatif, advokasi dan mobilisasi masyarakat harus dimulai.
Laporan ini juga menyerukan pemerintah, organisasi internasional dan
penyedia pendidikan untuk bekerja sama guna mengatasi kekerasan
terkait berbasis gender di sekolah. Selanjutnya, pemerintah harus
merekrut, melatih dan mendukung secara efektif untuk mengatasi
ketidaksetaraan gender.

Menurut Rakorpop Kemenkes (2015), target kesetaraan gender,


yaitu:
5.1. Mengakhiri segala bentuk diskriminasi terhadap wanita dan
perempuan di mana pun
5.2. Menghilangkan segala bentuk kekerasan terhadap seluruh wanita dan
perempuan pada ruang publik maupun pribadi, termasuk
perdagangan manusia, seks dan jenis eksploitasi lainnya
5.3. Menghilangkan segala bentuk praktik berbahaya, seperti pernikahan
anak-anak, usia dini dan terpaksa, serta sunat perempuan.
5.4. Mengakui dan memberi nilai pada pelayanan tak berbayar dan
pekerja rumah tangga dengan penyediaan kebijakan-kebijakan
layanan umum, infrastruktur dan jaminan sosial, serta promosi
pembagian tanggung jawab dalam rumah tangga dan keluarga
sesuai dengan kondisi nasional
5.5. Memastikan partsipasi penuh dan efektif serta peluang yang sama
untuk kepemimpinan pada seluruh tingkat pengambilan keputusan
dalam kehidupan politik, ekonomi, dan masyarakat
5.6. Menjamin akses semesta kepada kesehatan seksual dan reproduksi
serta hak-hak reproduksi sebagaimana yang disetujui, sesuai
Programme of Action of the International Conference on Population
and Development serta Beijing Platform for Action berikut dokumen
hasil konferensi kajiannya

15
Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target kesetaraan
gender, yaitu:
5.a. Melakukan reformasi untuk memberikan kesetaraan hak sumber daya
ekonomi kepada wanita, sebagaimana pula akses kepada
kepemilikan dan kendali atas tanah dan properti lainnya, layanan
keuangan, harta warisan, dan sumber daya alam, sesuai hukum
nasional
5.b. Meningkatkan penggunaan teknologi yang mendukung, khususnya
teknologi informasi dan komunikasi, untuk mendorong
pemberdayaan perempuan
5.c. Mengadopsi dan memperkuat kebijakan yang logis serta legislasi
yang dapat ditegakkanuntuk mendorong kesetaraan gender dan
pemberdayaan seluruh wanita dan perempuan di segala tingkatan

GOAL 6. AIR BERSIH DAN SANITASI


Perilaku hidup bersih dan sehat terkait akses kepada air bersih dan
akses sanitasi dasar layak.
Menurut Rakorpop Kemenkes (2015) target sanitasi dan air bersih,
yaitu:
6.1. Mencapai akses air minum aman yang universal dan merata
6.2 Mencapai akses sanitasi dan higiene yang cukup dan merata bagi
semua orang serta mengakhiri defekasi terbuka, memberi perhatian
khusus pada kebutuhan perempuan dan wanita serta orang-orang
yang berada pada situasi rentan
6.3. Meningkatkan kualitas air dengan mengurangi polusi, menghilangkan
penumpukan sampah, dan meminimalisir pembuangan kimia dan
materi berbahaya, mengurangi setengah proporsi air limbah yang
tidak dimurnikan serta meningkatkan daur ulang dan penggunaan
kembali yang aman secara global
6.4. Meningkatkan efisiensi penggunaan air di seluruh sektor dan
memastikan pengambilan dan suplai air tawar yang berkelanjutan
untuk mengatasi kelangkaan dan secara substansial mengurangi
jumlah orang yang mengalami kelangkaan air

16
6.5. Mengimplementasikan pengelolaan sumber daya air terintegrasi di
seluruh tingkatan, termasuk melalui kerja sama transperbatasan,
sebagaimana mestinya
6.6. Melindungi dan memulihkan ekosistem terkait air, termasuk
pegunungan, hutan, lahan basah, sungai, mata air dan danau
Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target
kesejahteraan gender, yaitu:
6.a. Memperluas kerja sama internasional dan dukungan peningkatan
kapasitasuntuk negara-negara berkembang dalam aktivitas dan
program terkait air dan sanitasi, termasuk teknologi pemanenan air,
pemurnian dari garam, efisiensi air, penanganan limbah, serta daur
ulang dan penggunaan kembali
6.b. Mendukung dan memperkuat partisipasi masyarakat lokal dalam
perbaikan pengelolaan air dan sanitasi

GOAL 7. ENERGI BERSIH DAN TERJANGKAU


Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target energi bersih dan
terjangkau, yaitu:
7.1 Pada 2030, menjamin akses universal kepada layanan energi yang
terjangkau, terpercaya, dan modern.
7.2 Pada 2030, meningkatkan secara substansial pembagian energi
terbarukan dalam paduan energi global (global energy mix).
7.3 Pada 2030, menduakalilipatkan angka perbaikan global untuk efisiensi
energi.
Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target energi
bersih dan terjangkau, yaitu:
7.a. Pada 2030, meningkatnya kerjasama international untuk memfasilitasi
akses teknologi dan penelitian energi bersih, termasuk energi
terbarukan, efisiensi energi serta teknologi energi fosil yang lebih
canggih dan bersih, juga mempromosikan investasi infrastruktur
energi dan teknologi energi bersih.
7.b. Pada 2030, memperluas infrastruktur dan meningkatkan teknologi
untuk pasokan energi modern dan berkelanjutan bagi semua di
negara-negara berkembang, khususnya negara tertinggal dan

17
negara kecil kepulauan, dan negara berkembang terkurung daratan
(landlocked), sesuai dengan program pendukung masing-masing.

GOAL 8. PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PEKERJAAN YANG LAYAK


Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target pertumbuhan
ekonomi dan pekerjaan yang layak, yaitu:

8.1 Mempertahankan pertumbuhan ekonomi per kapita sesuai dengan


kondisi nasional, khususnya, pertumbuhan produk domestik bruto
minimal 7 persen per tahun di negara-negara berkembang.
8.2 Mencapai tingkat yang lebih tinggi dari produktivitas ekonomi melalui
diversifikasi , peningkatan teknologi dan inovasi, termasuk melalui
fokus pada sektor nilai tinggi dan padat tenaga kerja.
8.3 Mendorong kebijakan berorientasi pembangunan yang mendukung
kegiatan produktif, penciptaan lapangan kerja yang layak ,
kewirausahaan , kreativitas dan inovasi dan memotivasi formalisasi
bentuk usaha mikro, kecil dan menengah, termasuk melalui
ketersediaan akses layanan keuangan.
8.4 Meningkatkan secara progresif sampai tahun 2030 , efisiensi sumber
daya global dalam konsumsi dan produksi dan berusaha untuk
memisahkan pertumbuhan ekonomi dari degradasi lingkungan,
sesuai dengan kerangka 10 tahun program konsumsi dan produksi
yang berkelanjutan, dengan negara-negara berkembang yang maju
memimpin
8.5 Pada tahun 2030 , mencapai kondisi pekerja tetap dan produktif dan
pekerjaan yang layak untuk semua wanita dan laki-laki , termasuk
untuk orang-orang muda dan penyandang cacat, dan upah yang
sama untuk pekerjaan yang sama nilainya.
8.6 Pada tahun 2020 , secara substansial mengurangi proporsi pemuda
tidak dalam pekerjaan , pendidikan atau pelatihan .
8.7 Mengambil tindakan efektif dan segera untuk menjamin pelarangan
dan penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak,
memberantas kerja paksa dan pada tahun 2025 , akhir pekerja anak

18
dalam segala bentuknya, termasuk perekrutan dan penggunaan
tentara anak
8.8 Melindungi hak-hak buruh dan mempromosikan aman dan aman
lingkungan kerja untuk semua pekerja, termasuk pekerja migran,
migran perempuan khususnya , dan orang-orang dalam pekerjaan
berbahaya
8.9 Pada tahun 2030, menyusun dan melaksanakan kebijakan untuk
mempromosikan pariwisata berkelanjutan yang menciptakan
pekerjaan dan mempromosikan budaya lokal dan produk
8.10 Memperkuat kapasitas lembaga keuangan domestik untuk
mendorong dan memperluas akses layanan perbankan , asuransi dan
keuangan untuk semua
Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target
pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan yang layak, yaitu:
8.a Meningkatkan dukungan bantuan dan perdagangan untuk negara-
negara berkembang, terutama negara-negara tertinggal, termasuk
melalui Enhanced Integrated Framework for Trade-Related Technical
Assistance to Least Developed Countries (Kerangka Kerja
Terintegrasi yang Baik untuk Asistensi Teknis terkait Perdagangan
untuk Negara-Negara Teringgal)
8.b Pada 2020, mengambangkan dan mengoperasionalisasikan strategi
global untuk pekerjaan bagi anak muda dan mengimplementasikan
Global Jobs Pact of the International LabourOrganization (Pakta
Pekerjaan Global yang dikeluarkan oleh ILO

GOAL 9. INDUSTRI, INOVASI DAN INFRASTRUKTUR


Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target industri, inovasi dan
infrastruktur, yaitu:

9.1 Mengembangkan kualitas, infrastruktur yang handal, berkelanjutan


dan tangguh, termasuk daerah dan infrastruktur lintas batas, untuk
mendukung pembangunan ekonomi dan kesejahteraan manusia,
dengan fokus pada akses yang dapat diterima semua orang dan
merata untuk semua

19
9.2 Mempromosikan industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan, pada
tahun 2030, secara signifikan meningkatan peran dunia kerja dan
GDP, sejalan dengan kondisi nasional, dan menggandakan pangsa di
negara berkembang.
9.3 Meningkatkan akses industri skala kecil dan industri lainnya,
khususnya di negara-negara berkembang, ke layanan keuangan,
termasuk kredit yang mudah diterima, dan integrasi mereka ke dalam
rantai nilai dan pasar
9.4 Pada tahun 2030, upgrade infrastruktur industri agar berkelanjutan,
dengan peningkatan sumber daya yang efisiensi dan penggunaan
teknologi yang lebih bersih dan ramah lingkungan, dengan semua
negara mengambil tindakan sesuai dengan mereka kemampuan
masing-masing
9.5 Meningkatkan penelitian ilmiah, meningkatkan kemampuan teknologi
sektor industri di semua negara, khususnya negara-negara
berkembang, termasuk, pada tahun 2030, mendorong inovasi dan
meningkatkan jumlah peneliti dan pekerja pengembang per 1 juta
orang serta belanja penelitian dan pengembangan publik maupun
swasta.
Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target industri,
inovasi dan infrastruktur, yaitu:
9.a Memfasilitasi pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dan
tangguh di negara-negara berkembang melalui peningkatan keuangan
, dukungan teknologi dan teknis untuk negara-negara Afrika , negara
berkembang yang paling kecil, negara berkembang daratan dan
negara berkembang kepulauan kecil.
9.b Mendukung pengembangan teknologi domestik, penelitian dan inovasi
dalam di negara berkembang, termasuk dengan memastikan
kebijakan lingkungan yang kondusif untuk semua, antara lain
diversifikasi industri dan komoditas nilai tambah.
9.c Peningkatan yang signifikan dalam akses teknologi informasi dan
komunikasi dan berusaha untuk memberikan akses universal dan
dapat diterima semua ke Internet di negara-negara kurang
berkembang pada tahun 2020

20
GOAL 10. MENGURANGI KESENJANGAN
Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target mengurangi
kesenjangan, yaitu:

10.1 Pada tahun 2030, secara progresif mencapai dan mempertahankan


pertumbuhan pendapatan dari 40 persen populasi terbawah pada
tingkatan yang lebih tinggi dari rata-rata nasional
10.2 Pada tahun 2030, memberdayakan dan mempromosikan inklusi
sosial, ekonomi dan politik dari semua, tanpa memandang usia, jenis
kelamin, disabilitas, ras, etnis, asal, agama atau status ekonomi atau
lainnya
10.3 Memastikan kesempatan yang sama dan mengurangi kesenjangan
hasil, termasuk dengan menghilangkan hukum, kebijakan dan praktik
yang diskriminatif, serta mempromosikan undang-undang, kebijakan
dan tindakan yang sesuai dalam hal ini
10.4 Mengadopsi kebijakan, terutama fiskal, kebijakan upah dan
perlindungan sosial, dan secara progresif mencapai kesetaraan yang
lebih nyata
10.5 Memperbaiki regulasi dan pengawasan pasar keuangan global dan
lembaga-lembaga serta memperkuat pelaksanaan peraturan
semacamnya
10.6 Memastikan peningkatan representasi dan suara untuk negara-
negara berkembang dalam pengambilan keputusan di lembaga
keuangan dan ekonomi internasional global dalam rangka menjadikan
lembaga yang efektif, kredibel, akuntabel dan sah
10.7 Memfasilitas migrasi dan mobilitas yangi tertib, aman, teratur dan
bertanggung, termasuk melalui penerapan kebijakan migrasi yang
direncanakan dan dikelola dengan baik

Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target mengurangi


kesenjangan, yaitu:
10.a Menerapkan prinsip perlakuan khusus dan berbeda untuk negara-
negara berkembang, khususnya negara tertinggal khususnya sesuai
dengan perjanjian World Trade Organization.

21
10.b Mendorong bantuan keuangan pembangunan yang resmi, termasuk
investasi asing langsung, di mana kebutuhan paling besar seperti di
negara-negara berkembang khususnya, Afrika negara, negara pulau
kecil dan negara-negara berkembang yang terkurung daratan,
berkembang sesuai dengan rencana dan program nasional mereka
10.c Pada tahun 2030 , mengurangi kurang dari 3 persen biaya transaksi
pengiriman uang migran dan menghilangkan koridor
remittancedengan biaya yang lebih tinggi dari 5 persen

GOAL 11. KEBERLANJUTAN KOTA DAN KOMUNITAS


Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target keberlanjutan kota
dan komunitas, yaitu:

11.1. Pada 2030, memastikan akses semua orang terhadap tempat


tinggal dan pelayanan dasar yang layak, aman dan terjangkau serta
memajukan daerah kumuh
11.2. Pada 2030, membuka akses semua orang terhadap sistem
transportasi yang aman, murah, terjangkau dan berkelanjutan,
meningkatkan keamanan jalan, terutama dengan memperluas
transportasi publik, dengan perhatian khusus kepada mereka yang
memerlukan seperti perempuan, anak-anak, orang-orang dengan
kebutuhan khusus dan lanjut usia.
11.3. Pada 2030, mendorong urbanisasi yang inklusif dan berkelanjutan
serta kapasitas berpartisipasi, perencanaan dan manajemen
pemukiman bagi manusia yang terintegrasi dan berkelanjutan di
semua negara
11.4.Penguatan upaya perlindungan dan penjagaan terhadap warisan
budaya dan alam dunia
11.5. Pada 2030, mengurangi secara signifikan angka kematian dan
jumlah orang yang terpapar serta menurunkan secara substansial
kerugian ekonomi terhadap produk domestik bruto yang disebabkan
oleh bencana alam, termasuk bencana yang berhubungan dengan
air, dengan foKus kepada orang miskin dan orang dalam situasi
lemah.

22
11.6. Pada 2030, mengurangi dampak yang merugikan dari lingkungan
perkotaan per kapita, termasuk dengan memberikan perhatian
khusus kepada kualitas udara serta pengelolaan sampah kota
lainnya
11.7. Pada 2030, menyediakan akses yang aman, inklusif dan terjangkau,
ruang yang hijau dan terbuka, bagi semua orang terutama untuk
perempuan dan anak-anak, lanjut usia dan orang-orang
berkebutuhan khusus
Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target
keberlanjutan kota dan komunitas, yaitu:
11.a. Mendukung hubungan ekonomi, sosial dan lingkungan yang positif
antarakota, pinggiran kota dan desa melalui penguatan perencanaan
pembangunan nasional dan daerah
11.b. Pada 2020, meningkatkan secara substansial jumlah kota dan
pemukiman yang mengadopsi dan menerapkan kebijakan dan
perencanaan yang terintegrasi menuju inklusivitas, pemanfaatan
sumber daya yang efisien, mencegah dan adaptasi terhadap
perubahan iklim, ketahanan terhadap bencana, mengembangkan
dan menerapkan, sejalan dengan Hyogo Framework, manajemen
risiko bencana secara keseluruhan di semua tingkatan.
11.c. Mendukung negara-negara miskin, termasuk melalui bantuan
keuangan dan teknis, dalam membangun bangunan yang
berkelanjutan dan tangguh dengan memanfaatkan bahan lokal

GOAL 12. KONSUMSI DAN PRODUKSI BERTANGGUNG JAWAB


Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target konsumsi dan
produksi bertanggung jawab, yaitu:

12.1.Menerapkan program agenda kerja 10 tahunan dalam konsumsi dan


produksi yang berkelanjutan, semua negara turut ambil bagian,
dimana negara-negara maju memimpin, dengan mempertimbangkan
pembangunan dan kemampuan negara-negara berkembang
12.2. Pada 2030, mencapai pengelolaan sumber daya alam yang
berkelanjutan secara manajemen dan efisien

23
12.3 Pada 2030, mengurangi hingga setengahnya limbah pangang lobal
per kapita di tingkat retail dan konsumen serta mengurangi
kehilangan pangan selama masa rantai produksi dan pasokan,
termasuk pascapanen
12.4. Pada 2020, mencapai pengelolaan lingkungan dari bahan kimia dan
semua jenis limbah sepanjang siklus kehidupannya,sesuai dengan
kerangka kerja internasional yang disepakati, dan secara signifikan
mengurangi paparannya/polusi ke udara, air dan tanah untuk
meminimalisir dampak buruk terhadap kesehatan manusia dan
lingkungan
12.5. Pada 2030, mengurangi produksi limbah secara substansi melalui
pencegahan, pengurangan, daur ulang dan penggunaan kembali
12.6. Mendorong perusahaan, terutama perusahaan besar dan
transnasional, untuk menerapkan praktik-praktik yang berkelanjutan
dan untuk mengintegrasikan informasi yang berkelanjutan di dalam
siklus pelaporannya
12.7. Mendorong praktik lelang publik yang berkelanjutan, sejalan dengan
kebijakan nasional dan prioritas
12.8. Pada 2030, memastikan semua orang dimanapun berada memiliki
informasi dan kepedulian yang sejalan untuk pembangunan dan
gaya hidup yang berkelanjutan dalam berinteraksi dengan alam
Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target konsumsi
dan produksi yang bertanggung jawab, yaitu:
12.a Mendukung negara-negara berkembang dalam penguatan sains dan
teknologi untuk dapat lebih maju dalam pola konsumsi dan produksi
yang berkelanjutan
12.b Mengembangkan dan menerapkan alat-alat dalam memantau
dampak dari pembangunan yang berkelanjutan untuk pariwisata
yang berkelanjutan yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan
serta mempromosikan budaya dan produk lokal
12.c Rasionalisasi subsidi bahan bakar fosil yang tidak efisien yang
mendorong pemborosan pemakaian dengan menghapus distorsi
pasar, sesuai dengan kondisi nasional, termasuk dengan restrukturi
pajak dan menghentikan semua subsidi menghambat pembangunan,
dimana kondisi itu ada, untuk menggambarkan dampak

24
lingkungannya, dengan mempertimbangkan secara penuh
kebutuhan khusus dan kondisi negara-negara berkembang dan
meminimalkan dampak buruk yang mungkin terjadi dalam
pembangunan dengan cara melindungi orang miskin dan masyarakat
yang terkena dampak

GOAL 13. AKSI TERHADAP IKLIM


Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target aksi terhadap iklim,
yaitu:

13.1 Memperkuat daya lenting dan kapasitas adaptif terhadap bahaya


terkait iklim dan bencana alam di semua negara
13.2 Mengintegrasikan pengukuran perubahan iklim kepada kebijakan
nasional, strategi dan perencanaan
13.3 Meningkatkan pendidikan, meningkatkan kesadaran dan kapasitas
perorangan dan institusi tentang mitigasi perubahan iklim, adaptasi,
pengurangan dampak dan peringatan dini
Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target aksi
terhadap lingkungan, yaitu:
13.a Mengimplementasikan komitmen yang disetujui/ditandatangani oleh
kelompok negara-negara maju pada the United Nations Framework
Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja PBB
untuk Perubahan Iklim) untuk tujuan mobilisasi bersama $100 milyar
setiap tahun pada tahun 2020 dari semua sumber untuk mengatasi
kebutuhan negara-negara berkembang pada konteks aksi mitigasi
yang bermakna dan transparan dalam implementasi dan operasional
penuh the Green Climate Fund (Dana Iklim Hijau) melalui
kapitalisasinya dengan segera.
13.b Mendorong mekanisme untuk meningkatkan kapasitas untuk rencana
dan tata kelola yang efektif terkait perubahan iklim di negara-negara
berkembang, termasuk fokus pada wanita, generasi muda, lokal dan
komunitas yang marjinal/terpinggirkan.

GOAL 14. KEHIDUPAN BAWAH LAUT

25
Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target kehidupan bawah
laut, yaitu:

14.1 Pada 2025, mencegah dan menurunkan secara signifikan/nyata


segala macam polusi laut, khususnya dari aktivitas daratan,
termasuk puing-puing/serpihan dari laut, dan polusi nutrien
14.2 Pada 2025, secara bekelanjutan mengelola dan melindungi
ekosistem laut dan pantai untuk menghindari dampak yang
merugikan, termasuk dengan memperkuat daya tahan dan
mengambil tindakan restorasi untuk mencapai samudera yang sehat
dan produktif
14.3 Meminimalisir dan mengatasi dampak pengasaman laut, termasuk
melalui meningkatan kerjasama ilmiah pada semua tingkat
14.4 Pada 2020, secara efektif mengatur pemanenan dan mengakhiri
penangkapan ikan yang berlebihan, illegal, tidak terlaporkan, dan
penangkapan ikan yang tidak diatur/tidak ada aturannya dan praktik
penangkapan ikan yang merusak/destruktif, serta melaksankan
manajemen rencana yang berbasis ilmiah, dalam rangka
mengembalikan stok ikan dalam waktu yang paling singkat,
setidaknya sampai pada tahap mampu memproduksi hasil maksimal
yang berkelanjutan, ditentukan dari karakteristik biologisnya
14.5 Pada 2020, melestarikan sedikitnya10% area pantai dan laut, sesuai
dengan hukum nasional dan internasional dan berdasar pada
informasi ilmiah terbaik yang tersedia
14.6 Pada 2020, mencegah beberapa bentuk tertentu dari subsidi
perikanan yang berkontribusi terhadap kapasitas berlebih
(overcapacity) dan penangkapan ikan yang berlebihan, menghapus
subsidi yang berkontribusi terhadap penangkapan ikan yang illegal,
tidak terlapor dan tidak diatur dan menahan diri untuk tidak
memperkenalkan subsidi baru sejenis, dengan mengetahui bahwa
perlakukan special dan berbeda yang tepat dan efektif untuk negara
maju dan negara berkembang harus menjadi bagian yang
terintegrasi dari negosiasi subsidi perikanan WTO
14.7 Pada 2030, meningkatkan keuntungan ekonomi bagi kepulauan kecil
dan negara berkembang dari penggunaan sumber daya laut yang

26
berkelanjutan, termasuk manajemen yang berkelanjutan dari
perikanan, aquaculture/perairan dan pariwisata.
Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target kehidupan
bawah laut, yaitu:
14.a Meningkatkan pengetahuan ilmiah, mengembangkan kapasitas
penelitian dan alih teknologi kelautan, mempertimbangkan the
Intergovernmental Oceanographic Comission Criteria (Komisi Kriteria
antar Pemerintah untuk Kelautan) danGuidelines on the Transfer of
Marine Technology (Pedoman Alih Teknologi Kelautan), dalam
rangka meningkatkan kesehatan laut dan untuk meningkatkan
kontribusi keragaman hayati kelautan untuk pembangunan negara-
negara berkembang, khususnya kepulan kecil dan negara-negara
yang belum maju.
14.b Menyediakan akses sumber daya laut dan pasar untuk nelayan kecil
14.c Meningkatkan konservasi dan penggunaan lautan serta sumber
dayanya secara berkelanjutan dengan menerapkan hukum
internasional sebagaimana tercermin dalam Konvensi Hukum
Kelautan PBB yang menyediakan kerangka hukum untuk konservasi
dan penggunaan laut dan sumber daya laut yang berkelanjutan.
Sebagaimana disebutkan pada paragraf 158 mengenaiThe Future
We Want/ Masa Depan yang kita Inginkan (pada naskah deklarasi)

GOAL 15. KEHIDUPAN DI DARAT


Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target kehidupan di darat,
yaitu:

15.1. Pada 2020, memastikan konservasi, restorasi, dan penggunaan


berkelanjutan dari ekosistem daratan dan perairan darat beserta
penggunaannya, pada khususnya hutan, rawa, gunung, dan lahan
kering, sejalan dengan kewajiban-kewajiban untuk kesepakatan
internasional.
15.2. Pada 2020, mendorong penerapan pengelolaan berkelanjutan
seluruh jenis hutan, memperlambat penggundulan hutan,
merestorasi hutan terdegradasi dan secara substansial
meningkatkan peghutanan dan reboisasi secara global.

27
15.3. Pada 2030, memerangi penggurunan, restorasi daratan tanah yang
terdegradasi, termasuk daratan yang terkena dampak penggurunan,
kekeringan dan banjir, serta berusaha mencapai dunia yang bebas
dari degradasi daratan.
15.4. ada 2030, memastikan konservasi ekosistem gunung, termasuk
keanekaragamanhayatinya, dalam rangka meningkatkan
kapasitasnya untuk menyediakan keuntungan yang penting bagi
pembangunan berkelanjutan.
15.5. Mengambil tindakan segera dan signifikan untuk mengurangi
degradasi habitat alami, menghentikan kerugian keanekaragaman
hayati, dan pada 2020, melindungi dan mencegah kepunahan
species-spesies yang terancam kepunahan.
15.6. Mendorong pembagian keuntungan yang adil dan merata bersumber
penggunaan sumber daya genetik dan mempromosikan akses
semestinya kepada sumber daya tersebut sebagaimana
kesepakatan internasional.
15.7. Mengambil tindakan segera untuk mengakhiri perburuan dan jual-
beli spesies flora dan fauna yang dilindungi serta menangani
permintaan dan suplai ilegal untuk produk alam liar.
15.8. Pada 2020, memperkenalkan cara-cara mencegah pengenalan dan
secara signifikan mengurangi dampak invasi spesies asing pada
ekosistem darat dan laut atau penghilangan spesies prioritas.
15.9. Pada 2020, mengintegrasikan nilai-nilai ekosistem dan
keanekaragaman hayati ke dalam perencanaan, pembangunan,
strategi dan perhitungan pengentasan kemiskinan di tingkat nasional
dan lokal.
Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target kehidupan
di darat, yaitu:
15.a. Mobilisasi dan secara signifikan meningkatkan sumber daya finansial
dari berbagai sumber untuk konservasi dan penggunaan
keanekaragaman hayati dan ekosistem secara berkelanjutan.
15.b. Mobilisasi sumber daya berharga dari berbagai sumber dan seluruh
tingkatan untuk membiayai pengelolaan hutan yang berkelanjutan
dan menyediakan insentif yang cukup kepada negara berkembang

28
untuk memperbaiki pengelolaan tersebut, termasuk konservasi dan
penghijauan kembali.
15.c. Meningkatkan dukungan global untuk upaya-upaya memerangi
perburuan dan jual-beli spesies-spesies dilindungi, termasuk dengan
meningkatkan kapasitas komunitas lokal untuk meraih peluang
kehidupan berkelanjutan.

GOAL 16. INSTITUSI PERADILAN YANG KUAT DAN KEDAMAIAN


Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target institusi peradilan
yang kuat dan kedamaian, yaitu:

16.1. Secara signifikan mengurangi segala bentuk kekerasan dan


kematian terkait di mana pun
16.2. Mengakhiri penyiksaan, eksploitasi, jual-beli, dan segala bentuk
kekerasan dan penyiksaan terhadap anak
16.3. Mempromosikan aturan hukum pada tingkat nasional dan
internasional serta memastikan akses setara kepada keadilan bagi
semua orang
16.4. Pada 2030, secara signifikan mengurangi aliran keuangan dan
persenjataan ilegal, memperkuat pemulihan dan pengembalian
senjata hasil curian dan memerangi segala bentuk kriminalitas
terencana
16.5. Secara substansial mengurangi korupsi dan penyuapan dalam
segala bentuk
16.6. Mengembangkan institusi yang efektif, akuntabel, serta transparan di
seluruh tingkatan
16.7. Memastikan pengambilan keputusan yang responsif, inklusif,
partisipatif, dan representatif di segala tingkatan
16.8. Memperluas dan memperkuat partisipasi negara-negara
berkembang dalam institusi-institusi pemerintahan global
16.9. Pada 2030, menyediakan identitas legal bagi semua, termasuk
registrasi kelahiran
16.10. Memastikan akses publik kepada informasi dan melindungi
kebebasan asasi, sesuai legislasi nasional dan kesepakatan
internasional

29
Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target industri
peradilan yang kuat dan kedamaian, yaitu:
16.a. Memperkuat institusi nasional yang relevan, termasuk melalui kerja
sama internasional, untuk membangun kapasitas di segala
tingkatan, terutama negara-negara berkembang, untuk mencegah
kekerasan serta memerangi terorisme dan kriminalitas
16.b. Mendorong dan menegakkan hukum dan kebijakan non-diskriminatif
untuk pembangunan berkelanjutan

GOAL 17. KEMITRAAN UNTUK MENCAPAI TUJUAN


Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target kemitraan untuk
mencapai tujuan, yaitu:
17.1. Memperkuat mobilisasi sumber daya dalam negeri, termasuk melalui
dukungan internasional ke negara-negara berkembang, untuk
meningkatkan kapasitas dalam negeri terhadap pajak dan
pengumpulan pendapatan lainnya.
17.2. Negara-negara maju untuk melaksanakan sepenuhnya komitmen
mereka terhadap bantuan pembangunan, termasuk untuk
memberikan 0,7 persen dari pendapatan bruto nasional dalam
bantuan pembangunan resmi untuk negara-negara berkembang,
yang mana 0,15-0,20 persen harus disediakan untuk setidaknya
negara-negara kurang berkembang.
17.3. Memobilisasi sumber daya keuangan tambahan untuk negara-
negara berkembang dari berbagai sumber
17.4. Membantu negara-negara berkembang dalam mengatasi hutang
jangka panjang melalui kebijakan terkoordinasi yang bertujuan
untuk membina pembiayaan hutang, penghapusan hutang dan
restrukturisasi hutang, dan membantu negara-negara miskin yang
terjerat hutang untuk mengurangi tekanan hutang
17.5. Mengadopsi dan menerapkan pola promosi investasi bagi negara-
negara tertinggal

Teknologi
17.6. Meningkatkan kerjasama Utara-Selatan, Selatan-Selatan dan kerja
sama triangular regional dan internasional dan meningkatkan akses
ke ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi dan berbagi

30
pengetahuan dengan persyaratan yang disepakati bersama,
termasuk melalui peningkatan koordinasi antar mekanisme yang
ada, khususnya di tingkat PBB, dan melalui mekanisme fasilitasi
teknologi global
17.7. Mempromosikan pembangunan, transfer, diseminasi dan
penyebaran teknologi yang ramah lingkungan ke negara-negara
berkembang, termasuk persyaratan pemberian dan preferensi,
berdasarkan kesepakatan bersama
17.8. Mengoperasionalkan secara penuh bank teknologi dan ilmu
pengetahuan, teknologi dan inovasi mekanisme pembangunan
kapasitas bagi negara-negara yang kurang berkembang pada
tahun 2017 dan meningkatkan penggunaan teknologi yang
mendukung untuk, informasi tertentu dan teknologi komunikasi

Peningkatan Kapasitas
17.9. Meningkatkan dukungan internasional untuk menerapkan
peningkatan kapasitas yang efektif dan tepat sasaran di negara-
negara berkembang guna mendukung rencana nasional untuk
menerapkan semua tujuan pembangunan yang berkelanjutan,
termasuk melalui kerjasama Utara-Selatan, Selatan-Selatan dan
triangular
Perdagangan
17.10. Mempromosikan sistem perdagangan universal, berbasis aturan,
terbuka, non-diskriminatif dan keadilan multilateral di bawah
Organisasi Perdagangan Dunia, termasuk melalui kesimpulan dari
negosiasi di bawah Agenda Pembangunan Doha
17.11. Meningkatkan ekspor negara-negara berkembang secara
signifikan, khususnya dengan maksud untuk menggandakan saham
negara-negara kurang dari ekspor global pada tahun 2020
17.12. Merealisasikan penerapan akses pasar bebas bea dan kuota
bebas dengan tepat waktu bagi semua negara-negara maju, sesuai
dengan keputusan Organisasi Perdagangan Dunia, termasuk
dengan menjamin bahwa aturan awal berlaku untuk impor dari
negara-negara tertinggal yang transparan dan sederhana , dan
berkontribusi untuk memfasilitasi akses pasar

31
Masalah sistemik
Koherensi Kebijakan dan Kelembagaan
17.13. Meningkatkan stabilitas makroekonomi global, termasuk melalui
koordinasi kebijakan dan koherensi kebijakan
17.14. Meningkatkan koherensi kebijakan untuk pembangunan
berkelanjutan
17.15. Menghormati kebijakan dan kepemimpinan masing-masing negara
untuk membangun dan menerapkan kebijakan guna pengentasan
kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan
Kemitraan Multi-stakeholder
17.16. Meningkatkan kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan
yang dilengkapi dengan kemitraan multi-stakeholder yang
memobilisasi dan membagi pengetahuan, keahlian, sumber dara
teknologi dan keuangan guna mendukung pencapaian tujuan
pembangunan berkelanjutan di semua negara, khususnya di
negara-negara berkembang
17.17. Mendorong dan mempromosikan kemitraan publik yang efektif,
publik-swasta dan sipil, membangun pengalaman dan strategi
kemitraan
Data, Pemantauan dan Akuntabilitas
17.18. Pada tahun 2020, meningkatkan dukungan pembangunan
kapasitas untuk negara-negara berkembang, termasuk negara-
negara kurang berkembang dan pulau kecil negara berkembang,
meningkat secara signifikan ketersediaan data yang berkualitas
tinggi, tepat waktu dan dapat dipercaya dipilah berdasarkan
pendapatan, jenis kelamin, usia, ras, etnis, status migrasi,
kecacatan, lokasi geografis dan karakteristik lain yang
berhubungan dalam konteks nasional
17.19. Pada tahun 2030, membangun inisiatif yang ada untuk
mengembangkan pengukuran kemajuan pembangunan
berkelanjutan yang melengkapi produk domestik, dan mendukung
pembangunan kapasitas statistik di negara-negara berkembang

32
DAFTAR PUSTAKA

Fajriah, R, L. 2015. Kemiskinan RI Disorot Dunia, Jokowi Peringatkan


Jajaran Menteri(online),
http://ekbis.sindonews.com/read/1071845/34/kemiskinan-ri-disorot-
dunia-jokowi-peringatkan-jajaran-menteri-1450868015, Diakses 4
Desember 2015.

HUMAS UPI. 2015. SM3T Memberikan Dampak Positif Bagi Pendidikan Di


Indonesia (online, http://berita.upi.edu/?p=7132, diakses 5 desember
2015
Nirmala. 2015. Tujuh alasan SDGs lebih baik dari MDGs(online),
http://beritagar.id/artikel/berita/tujuh-alasan-sdgs-lebih-baik-dari-
mdgs, diakses 3 Desember 2015.

Pallutturi, S. 2015. Peran Tenaga Kesehatan Dalam Program Mdgs


Menuju SDGs. Disampaikan pada seminar nasional kesehatan 2015,
Sabtu 19 desember 2015

Pendidikan indonesia. 2015. Potret Dunia Pendidikan di


Indonesia(online).
http://www.pedidikanindonesia.com/2015/01/potret-dunia-
pendidikan-di-indonesia.html. Diakses 4 Desember 2015
Rakorpop Kemenkes RI. 2015. RAKORPOP KEMENTERIAN
KESEHATAN RI Kesehatan Dalam Kerangka Sustainable
Development Goals (SDGs).
http://www.pusat2.litbang.depkes.go.id/pusat2_v1/wp-
content/uploads/2015/12/SDGs-Ditjen-BGKIA.pdf, diakses 5
Desember 2015

Renstra Kemenkes. 2015. Rencana Strategis Tahun 2015-2019.


Keputusan menteri kesehatan RI nomor HK. 02.02/menkes52/2015
(online). www.depkes.go.id/resources/download/info-publik/Renstra-
2015.pdf, Diakses 4 Desember 2015.

Stevance, S.,A.,dkk (2015). Review of Targets for the Sustainable


Development Goals:The Science Perspective(online), International
Council for Science (ICSU) & International Social Science Council
(ISSC), (http://www.icsu.org/publications/reports-and-
reviews/review-of-targets-for-the-sustainable-development-goals-
the-science-perspective-2015/SDG-Report.pdf, diakses 3
Desember 2015)

33

Anda mungkin juga menyukai