PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu dari pelaku ekonomi
dalam sistem perekonomian nasional dimana seluruh atau sebagian besar modalnya
berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan, ikut berperan dalam menghasilkan
barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya
kemakmuran masyarakat. Selain itu, BUMN juga semakin berperan dalam hal
sebagai pelopor dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati oleh swasta,
pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar dan turut
membantu pengembangan usaha kecil dan koperasi, serta sebagai salah stau sumber
penerimaan Negara yang signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak, dividen, dan
hasil privatisasi.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
A. DASAR HUKUM
1. Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3587).
3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4286).
4. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4297).
B. PENGERTIAN BUMN
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan badan usaha yang dimiliki
oleh Negara. BUMN didirikan oleh Negara, dalam hal ini pemerintah, untuk
mengelola asset (kekayaan) Negara yang menguasai hajat hidup orang banyak.
Misalnya bumi, air dan kekayaan yang terkandung di dalam bumi dikelola Negara
untuk kepentingan rakyat banyak. Jadi, BUMN dapat diartikan sebagai badan usaha
yang modalnya dikuasai oleh Negara. Dalam pelaksanaannya, BUMN dikelola
berdasarkan kebijakan departemen terkait sesuai bidang yang menjadi hajat Negara.
Misalnya listrik, gas, air dan telekomunikasi. BUMN ini didirikan berdasarkan pasal
33 ayat (2) UUD 1945.
C. BENTUK-BENTUK BUMN
D. PENDIRIAN BUMN
Dalam hal terjadi perubahan anggaran dasar Persero maka perubahan anggaran
dasar tersebut harus ditetapkan dalam RUPS dan acara mengenai perubahan
anggaran dasar tersebut harus dicantumkan dalam panggilan RUPS secara jelas. Atas
perubahan anggaran dasar tersebut haruslah memperolaeh persetujuan dari Menteri.
Dalam hal terjadi perubahan anggran dasar Perum, inisitif pengusulan atas
perubahan anggran dasar ini dapat berasal dari Menteri Teknis maupun dari Menteri
BUMN.
1. Jika usulan atas perubahan anggaran dasar Perum ini berasal dari Menteri
BUMN maka usulan ini langsung disampaikan kepada presiden disertai dengan
dasar pertimbangan yang telah dikaji bersama dengan menteri teknis atau dapat
juga dalam pengkajian ini menyertakan Menteri/Pimpinan lembala lain apabila
hal ini dianggap perlu.
2. Jika usulan atas perubahan anggaran dasar ini berasal dari Menteri Teknis maka
usulan ini harus disampaikan terlebih dahulu kepada Menteri untuk kemudian
dilakukan pengkajian atas usulan tersebut yang dikoordinaskan oleh Menteri .
Jika usulan tersebut dianggap layak maka, selanjutnya usulan tersebut akan
disampaikan kepada Presiden.
Penulisan / penentuan nama untuk Persero atau Perum tidaklah bisa dilakukan
sTecara sembarangan. Atas penulisan nama ini pun sudah diatur dalam PP No. 45
ahun 2005. Ketentuan mengenai penulisan nama Persero maupun Peru mini
dimaksudkan untuk membedakan mana yang merupakan perusahaan milik Negara
dan mana yang merupakan perusahaan milik swasta. Berikut aturan penulisan nama
baik untuk Persero maupun Perum.
1. Kelebihan BUMN
BUMN sebagai perusahaan milik Negara memilik kelebihan sebagai berikut :
2. Kelemahan BUMN
Setiap usaha pasti memiliki kelemahan, begitu pun dengan BUMN yang
memiliki kelemahan sebagai berikut :
a. Terjadinya penyelewangan dana operasional akibat kurangnya
pengawasan dari Negara.
b. Pengelolaan kurang profesional sehingga menimbulakan terjadinya
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
G. PEMBUBARAN BUMN
a. Dalam hal usulan atas pembubaran BUMN ini diajukan oleh Menteri
BUMN, maka usulan ini disampaikan kepada Presiden disertai dengan
2. Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah
berakhir
Secara hukum, jika jangka waktu berdirinya sebagaimana tercantum
dalam anggaran dasar Perseroan maka dilakukan pembubaran Perseroan. Dan
paling lambat 30 hari setelahnya, RUPS sudah harus menunjuk likuidator.
5. Karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam
keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Pembubaran Perum dapat terjadi karena hal hal berikut, antara lain :
1. Penetapan pengadilan
Pengadilan dapat membubarkan Perum dimana permohonan kejaksaan
dalam rangka pembubaran Perum didasarkan pada alasan kuat bahwa Perum
melanggar kepentingan umum.Dalam penetapan pengadilan ini juga ditetapkan
pula penunjukan likuidator.
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Persero dan Perum
sebagai bentuk dari BUMN yang merupakan badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, memiliki tujuan umum yaitu untuk
memajukan kesejahteraan rakyat.
Karena tujuan dan sumber pendanaan BUMN ini maka pengelolaan BUMN
tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Dan karena itu ditetapkanlah Peraturan
Pemerintah Nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan
Pembubaran BUMN. Dengan adanya Peraturan Pemerintah ini maka dalam rangka
pengelolaan BUMN tidak boleh menyalahi aturan yang sudah ditetapkan dalam
Peraturan Pemerintah tersebut begitu juga aturan hukum yang mengatur tentang
BUMN ini sebagaimana telah disebutkan dalam Bab 2 Pembahasan bagian A.
mengenai Dasar Hukum.
Feryanto, Agung. 2008. Mengenal Badan Usaha di Indonesia. Klaten : Cempaka Putih
Basri, Faisal. 2002. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Erlangga
Undang Undang RI Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara
Oleh :
Kelompok 7
Saat ini Indonesia menggunakan motode initial public Offering (IPO), strategic
sales (SS) serta employee and management buy out (EMBO) dalam privatisasi. Initial
public offering (IPO) melalui pasar saham mempunyai kelemahan, terutama berkaitan
dengan daya serap pasar modal. Apabila pasar modal tidak mampu menyerap jumlah
saham yang ditawarkan, harga yang diperoleh rendah sehingga dapat merugikan negara.
Strategic sales (SS) merupakan penjualan saham kepada mitra strategis dengan alasan-
alasan tertentu. Alasan yang digunakan pemerintah adalah harga yang ditawarkan
investor biasanya lebih tinggi daripada harga pasar. Selain itu, adanya komitmen investor
(dalam bentuk kontrak tertulis) untuk mengembangkan perusahaan, baik dari sisi alih
teknologi, perluasan jaringan pemasaran, maupun pendanaan untuk investasi.
Kelemahannya, metode SS dianggap kurang transparan dalam proses seleksi investor dan
tidak memberikan kesempatan bagi masyarakat luas untuk membeli saham. BUMN yang
dijual dengan cara tersebut, antara lain, PT Socfindo (2001), PT WNI (2002), dan PT
Indosat (2002). Employee and mangement buy out (EMBO) merupakan penjualan saham
kepada karyawan dan manajemen perusahaan. Tujuan penjualan saham BUMN dengan
cara ini, antara lain, memberikan nilai tambah bagi perusahaan dengan pengoptimalan
kemampuan SDM serta loyalitas karyawan.
Diantara tiga metode privatisasi BUMN yang sering digunakan, yang dianggap
relatif sesuai dengan kondisi BUMN saat ini adalah penawaran saham BUMN kepada
umum dan pembelian BUMN oleh manajemen atau karyawan. Pasalnya, dengan metode
penjualan saham BUMN kepada pihak swasta tertentu berarti akan ada pemusatan
kepemilikan pada satu atau sekelompok pihak swasta saja. Hal ini kurang sesuai dengan
jiwa demokrasi ekonomi yang menghendaki pemerataan kesejahteraaan.
Halaman : 1 10
Judul : Dampak Privatisasi Bumn Bagi Masyarakat Ekonomi Indonesia
Nama Peneliti : Djoko Kristianto
Oleh :
Kelompok 7
Sebagian masyarakat berpendapat bahwa BUMN adalah aset negara yang harus
tetap dipertahankan kepemilikannya oleh pemerintah, walaupun tidak mendatangkan
yang lebih baik bagi negara dan masyarakat Indonesia. Penolakan terhadap privatisasi
BUMN, terutama privatisasi terhadap investor asing. Pelaksanaan privatisasi hendaknya
dicari strategi-strategi agar pelaksanaan privatisasi tidak menimbulkan resistensi terhadap
pihak terkait.