NIM : 2181111020
DESEMBER 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmatnya, sehingga
kami mampu menyelesaikan makalah dengan judul “Hakikat Belajar Mengajar Bahasa
Indonesia” untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia.
1. Bapak Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
2. Ibu Trisnawati Hutagalung, M.Pd., Sekretaris jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
3. Ibu Fitriani Lubis, M.Pd., Ka Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia
4. Bapak Dr.Mutsyuhito solin,M.Pd. dosen pengampu mata kuliah Strategi Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia
Semoga laporan makalah “Hakikat Belajar Mengajar Bahasa Indonesia “yang telah
kami buat ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Desember2019
Winda Hutagalung
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................1
D. Manfaat................................................................................................................1
A. Simpulan.............................................................................................................19
B. Saran...................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masih lemahnya proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan
kemampuan. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk
menghafal informasi tanpa menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya seperti
yang dikemukakan Wina Sanjaya: “Ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka pintar secara
teoritis, tetapi miskin aplikasi”.
A. Pengertian Belajar
Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsiran tentang “belajar”.
Seringkali pula perumusan dan tafsiran itu berbeda satu sama lain. Dalam uraian ini kita akan
berkenalan dengan beberapa perumusan saja, guna melengkapi dan memperluas pandangan kita
tentang belajar.Belajar adalah suatu kegiatan penting setiap orang, termasuk didalamnya belajar
bagaimana seharusnya belajar.
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian
kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah
tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat (W. Gulö, 2002: 23).
Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman,
Defenisi lain menyebutkan bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh
individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut
aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu, (Abdillah,
2002).
Dapat dilihat dalam arti luas, belajar adalah sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke
perkembangan pribadi seutuhnya. Sedangkan dalam arti sempit, belajar ialah sebagai usaha
penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya
kepribadian yang seutuhnya.
Belajar adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan
nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah
dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain
seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar merupakan tindakan dan
perilaku siswa yang kompleks.
Dengan demikian dapat disimpulkan belajar adalah perubahan tingkah laku pada
individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu
pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat,
watak, penyesuaian diri. Jadi, dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa
raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya.
B. Tujuan Belajar
Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah laku dari individu
setelah individu tersebut melaksanakan proses belajar. Melalui belajar diharapkan dapat terjadi
perubahan (peningkatan) bukan hanya pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek lainnya. Selain
itu tujuan belajar yang lainnya adalah untuk memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup.
Menurut Sardiman (2003: 26-28), Jika dirangkum dan ditinjau secara umum, tujuan
belajar dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan
berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat mengembangkan
kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan
memperkaya pengetahuan. Tujuan ini mempunyai pengaruh yang lebih besar perkembangan di
dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih menonjol.
2. Pemahaman konsep dan keterampilan
Pemahaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi
soal keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmaniah adalah
keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada
keterampilan gerak atau penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.
Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurysan dengan
masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih
abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, penghayatan dan keterampilan berpikir
serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.
3. Pembentukan Sikap
Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan terlepas dari soal
penanaman nilai-nilai. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, peserta didik akan tumbuh kesadaran dan
kemauannya, untuk mempraktekkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya.
Jadi pada intinya tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan
dan penanaman sikap mental atau nilai-nilai. Pencapaian belajar berarti akan menghasilkan, hasil
dari tujuan belajar,
C. Ciri-Ciri Belajar
Hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku sehingga Djamarah (2002:15)
mengemukakan ciri-ciri dalam belajar sebagai berikut:
1. Belajar adalah perubahan yang terjadi secara sadar.
7. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan
9. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi
Jadi, mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberikan
pengetahuan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah
dirumuskan. Karena belajar merupakan suatu proses yang kompleks, tidak hanya sekedar
menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan yang harus
dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar lebih baik pada seluruh peserta didiknya.
Dari definisi mengajar dari para pakar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajar
adalah suatu aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan
peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga terjadi proses
belajar dan tujuan pengajaran tercapai. Tujuan mengajar adalah pengetahuan yang disampaikan
pendidik dapat dipahami peserta didik, agar dijadikannya perubahan tingkah laku terhadap
dirinya.
F. Tujuan Mengajar
Dalam konteks pendidikan, ilmu pengetahuan dibagi menjadi dua bagian, yaitu ilmu
eksak dan noneksak. Ilmu eksak adalah ilmu yang membutuhkan logika, perhitungan, dan daya
analisis yang kuat, misalnya matematika, fisika, dan kimia. Ilmu eksak ini cenderung
memaksimalkan kerja otak kiri. Sebaliknya, ilmu noneksak adalah ilmu yang membutuhkan
teori, pemahaman, dan daya ingat yang kuat, misalnya ekonomi, seni, bahasa, dan sebagainya.
Berbeda dengan ilmu eksak, kinerja otak kanan sangat dibutuhkan oleh ilmu noneksak ini.
1. Pengetahuan, Pada tingkatan ini, guru mengajar dengan cara menyampaikan suatu fakta
kepada anak-anak didiknya. Guru hanya sebatas menyampaikan informasi saja kepada
mereka. Hasil akhir yang diharapkan adalah pengetahuan anak-anak didik menjadi
bertambah. Mereka yang semula tidak tahu mengenai suatu fakta menjadi tahu.
2. Pemahaman, Pada tingkat ini, guru mulai mengembangkan teknik mengajar kepada anak-
anak didiknya. Guru tidak hanya menyampaikan informasi saja, tetapi juga merangsang
pola pikir mereka terhadap apa-apa yang diketahuinya. Misalnya, setelah mereka
mengetahui pengertian sisi, titik sudut, dan rusuk suatu kubus. Guru mencoba
memberikan pertanyaan mengenai banyaknya sisi, titik sudut, dan rusuk sebuah balok,
prisma, limas, tabung, dan bangun ruang yang lain.
3. Penerapan, Pada Tingkatan pola pikir ini, guru memberikan bentuk kegiatan kepada
anak-anak didiknya dalam proses belajar. Mereka secara langsung menerapkan segala
sesuatu yang telah dipelajarinya berdasarkan pengetahuan maupun pemahaman yang
dimilikinya.
4. Analisis, Pada tingkatan yang lebih jauh lagi, guru dapat menjelaskan berbagai
kemungkinan dan hubungan dalam suatu materi pembelajaran. Dalam tahap ini, guru
membuat anak-anak didik berpikir sendiri mengenai suatu permasalahan dan mengajak
mereka untuk membuat kesimpulan dari pemikiran mereka.
5. Kreatif, Tingkatan yang terakhir adalah pola pikir kreatif. Pada tingkat ini, guru tidak
hanya membuat anak-anak didik berpikir sendiri terhadap suatu permasalahan, tetapi juga
membuat mereka dapat menciptakan sebuah ide, konsep, gagasan, atau karya yang baru.
G. Model-Model Dalam Mengajar
Model dalam mengajar terdiri dari lima model, sebagai berikut:
1. Model Information Processing (Tahapan Pengolahan Informasi)
Model mengajar jenis ini berorientasi pada kecakapan siswa dalam memproses informasi
dan cara-cara mereka dapat memperbaiki kecakapan untuk menguasi informasi. Model mengajar
jenis ini bertujuan agar ranah cipta siswa dapat berfungsi dan berkembang seoptimal mungkin
Rumpun model personal pada umumnya berorientasi pada pengembangan pribadi siswa
dengan lebih banyak memperhatikan kehidupan ranah rasa, terutama fungsi emosionalnya.
Diharapkan dengan menggunakan model ini dapat menolong siswa dalam mengembangkan
sendiri hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Siswa sebagai peserta didik juga dapat
menyadari dirinya sebagai seorang pribadi yang berkecakapan (capable) cukup untuk
berinteraksi dengan pihak luar sehingga tercipta pola hubungan inter-personal yang kondusif.
Model sosial adalah rumpun model mengajar yang menitikberatkan pada proses interaksi
antar individu yang terjadi dalam kelompok individu tersebut. Rumpun model ini lazim juga
disebut sebagai interactife model (model yang bersifat hubungan antar individu). Aplikasi model
social diprioritaskan untik mengembangkan kecakapan individu siswa dalam berhubungan
dengan orang lain atau masyarakat.
NO
Aspek Belajar Mengajar Pembelajaran
.
1. Pengertian Semua aktivitas Adanya komunikasi Proses interaksi
mental atau psikis dari pendidik ke antara peserta
yang dilakukan oleh peserta didik sebagai didik dengan
seseorang di usaha menanamkan pendidik yang
lingkungan sekitarnya dan memberikan saling
sehingga informasi baik berkesinambungan
menimbulkan berupa pengetahuan yang disertai
perubahan tingkah juga keterampilan dengan adanya
laku yang tentunya kepada peserta didik perubahan tingkah
bersifat positif yang mengenai hal yang laku sebagai hasil
berbeda antara sebelumnya tidak dari pembelajaran.
sesudah belajar dan diketahui.
sebelum belajar.
Siswa/pelajar/peserta Guru/pengajar/ Guru-siswa,
didik/penerima pendidik/pemberi pendidik-peserta
informasi. informasi. didik, ataupun
pelaku-pelaku
2. Pelaku
lainnya yang
mendukung
terjadinya proses
pembelajaran.
Menerima,dan Membimbing, Interaksi antara
mengolah informasi menyampaikan pendidik,peserta
yang didapat, informasi dan didik dan
3. Jenis Kegiatan mengalami perubahan pengetahuan, lingkungan belajar
tingkah laku ke arah mendidik, dan lain- selama proses
positif yang lain. berlangsung
cenderung tetap.
Sebagai penerima Sebagai penggerak/ Sebagai sarana
informasi/yang Pembimbing/ prasarana kegiatan
4. Peran Pelaku
dibimbing. fasilitator belajar-mengajar.
/motivator.
b. Persamaan Belajar, Mengajar, Pembelajaran
Mengajar adalah sebuah kegiatan yang memancing siswa untuk belajar, maka tidak akan
ada yang namanya belajar jika tidak ada tindakan mengajar. Kedua kegiatan ini saling berkaitan
dan bagian dari pembelajaran. Ketiganya sama-sama saling mendukung untuk perubahan tingkah
laku siswa ke arah yang positif serta mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswa dan
berlangsung dalam satu waktu dan satu lingkungan yang sama.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya
belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang berlangsung sejak lahir hingga
akhir hayat, dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen,
hasil belajar ditunjukan dengan tingkah laku,dalam belajar ada aspek yang berperan yaitu
motivasi, emosional, sikap,dan yang lainnya. Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai
peserta belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar, yang memberikan
kemungkinan terjadinya kegiatan belajar.Tujuan dari belajar adalah untuk memperoleh hasil
belajar dan pengalaman hidup yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. .
Belajar dan pembelajaran memiliki hubungan yang sangat erat dan keduanya tidak dapat
dipisahkan dari dunia pendidikan. Balajar merupakan proses yang dilakukan manusia untuk
mendapatkan aneka ragam kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap
(attitudes). Sedangkan pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memfalitasi dan
mendukung guna meningkatkan intensitas dan kualitas belajar peserta didik. Dengan kata lain,
kegiatan pembelajaran bertujuan untuk mengoptimalkan potensi pada siswa dan belajar
merupakan proses yang dilakukan untuk mengoptimalkan potensi tersebut.
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, maka kami menyarankan kepada pembaca khususnya kepada
peserta didik bahwa belajar sangatlah penting untuk diri kita. Belajar juga harus dipahami bukan
hanya sekedar dimengerti. Belajar bukan hanya tuntunan tapi tuntutan. Belajar juga bukan hanya
kebutuhan tapi kewajiban. Dimana dengan belajar dapat merubah tingkah laku kearah yang
lebih baik. Dengan belajar pula kita dapat mengembangkan bergam kemampuan dan sikap.
Sedangkan untuk para peserta didik, khususnya penulis sendiri menyarankan bahwa seorang
pendidik, menjadi fasilisator bagi peserta didiknya untuk mengembangkan potensi yang ada pada
diri peserta didik dan merubah tingkah laku peserta didik menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
A.M, Sadirman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Tarigan, Henry Guntur. 1993. Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa. Bandung :
Angkasa.
Dari Kelompok .... Untuk Kelompok .... Dosen Pengampu :Dra. Rosdiana Siregar, M.Pd