Anda di halaman 1dari 15

MEMACETKAN INFLASI DI INDONESIA

A inflasi dan deflasi 2018

a) Target inflasi 2018 atau terkini


Target atau sasaran inflasi merupakan tingkat inflasi yanmg harus dicapai
bank Indonesia, berkoordinat dengan pemeritah. Penetapan masalah inflasi
berdasarkan UU mengenai bank Indonesia dilakukan oleh pemerintaalam
pemerintah. Dalam nota kesepahaman antara pemerintah dan bank Indonesia,
sasaran inflasi ditetapkan untuk 3 tahun kedepan melalui praturan mentri
keuangan (PMK). Berdasarkan PMK nombor. 93/PMK.011/2014 tentang sasaran
inflasi tahun 2016,2017, dan 2018 tanggal 21 mei 2018 sasaran inflasi yang
ditetapkan oleh pemerintah 2016/2018 masing-masing sebesar 4%, 4%, dan 3,5%
dengan defriasi masing-masing kurang lebih 1%. Sementara itu sasaran inflasi
2019-2021 ditetapkan berdasarkan praturan mentri keuangan No.
124/PMK.010/2017. Masing-masing sebesar 3,5%, 3,0%, 3,0%, dengan defiasi
masing-masing kurang lebih 1%.
Sasaran inflasi tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelaku usaha
dan masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonominya kedepan sehinga tingkat
inflasi dapat pemerintah senantiasa berkomitmen untuk mencapai sasaran inflasi
yang di tetapkan tersebut melalui keoordinasi kebijakan yang konsisten dengan
sasaran inflasi tersebut. Salah satu upaya pengendalian inflasi yang tinggi menuju
deflasi yang rendah dan stabil adalah dengan membentuk dan mengarahkan
espektasi inflasi masyarakat agar mengacu (anchor) pada sasaran yang telah di
tetapkan (lihat peraturan mentri keuangan tentang sasaran inflasi 2016,2017, dan
2018 dengan peraturan mentri keuangan tentang sasaran inflasi 2019,2020, dan
2021).1

1 www.bi.go.id/moneter/inflasi/bi-dan-inflasi/penetapan.aspx
Bank Indonesia memperkirakan inflasi hinga minggu keempat agustus
tahun 2018, berdasarkan survey pemantauan harga (SPH) minus 0,02% (mounth
to month/mtm) atau mengalami deflasi. Sehingga secara tahunan inflasi berada
pada posisi 3,24%. Gubernur bank Indonesia Peryy Warjiyo pun menyakini inflasi
di bulan Agustus ini lebih rendah di bandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya
dan mendekati 0% , Peryy menyebut rendahnya inflasi di bulan agustus bahkan
deflasi sebesar 0,02% untuk indeks harga konsumsi (IHK) disebabkan oleh harga
bahan pangan bergejolak (volatile food) yang mulai mengalami penurunan SPH
sampai minggu keempat rendah.
Dengan inflasi yang terhaga stabilitas dan pertumbuhan ekomomi
Indonesia berada dalam kondisi yang kuat jika dibandingkan dengan Negara pasar
berkembang lainya. Sebab pengelolaan perekonomian di dukung oleh kebijakan
moneter serta kebijakan fiskal yang penuh kehati-hatian 2
Bank Indonesia BI optimistif inflasi sampai dengan ahir tahun ini hanya
akan sebesar 3,6% tahun ke tahun. Inflasi akan tetap terkendali meskipun harga
bahan bakar minyak BBM non pertamina bakal meningkat dalam waktu dekat.
Disisi lain,tekanan harga pangan sangat ini hanya musiman karna efek dari dan
menjelang lebaran.
Seperti diketahui mulai 1 juni 2018 harga BBM di stasiun pengisian bahan
baka umum SPBU sheel,total dan AKR akan naik. Di SPBU total performance 92
akan naik dari Rp9.300 menjadi Rp 9.650 per liternya, sedangkan kenaikan harga
BBM disheel dan AKR belum diketahui.
Selain itu harga dari berbagai komoditas pangan juga meningkat sejak
puasa. Harga bawang merah pada 30 mei 2018 di pasar Jakarta rata-rata Rp
37.864 per kilogram. Naik dari awal bulan hanya Rp 33.909 per kilogram. Pada
priode sama harga daging dan ayam broiler juga naik dari Rp 34.103 per kilogram
menjadi Rp 36.113 per kilogram.

2 Kemenkue.go.id/menko-darmin-pelemahan-rupiah-terus-menerus-pic-inflasi
Pertamina tidak terlalu berefek bagi inflasi, sedangkan tren harga pangan
saat ini hanya akan berefek kepada inflasi mei dan juni” perkiraan inflasi ahir
tahun Ini 3,6% “ jelas gubernur BI Peryy Warjiyo di gedung BI, rabu (30/5).
Deputi gubernur BI Dody waluyo bilang , proyeksi inflasi ahir tahun masih dalam
range yang di targetkan BI, yakni 3,5% plus minus 1% “ inflasi masih masuk
dalam sasaran yang ada termasuk imported inflation karena pelemahan rupiah
daan harga komoditi. “Tetap pada sasarn inflasi kami” jelas Dody.
Sementara itu berkaitan terjadi nya pelemahan rupiah mentri keordinator
(Menko) bidang perekonomian Darmin Nasutiuon tak menampik bahwa
pelemahan rupiah yang terus menenrus yang terjadi belakangan ini akan
mempengaruhi pada inflasi dalam negeri.darmin memprediksi kedepanya rupiah
akan naik turun lantaran bank sentral AS federal reserfe yang bakal kembali
menaikan suku bungga acuan dua kali tiga ahir 2018. Merespon kondisi tersebut
maka bank Indonesia BI mau tak mau mesti menerapkan kebijakan pengetatan
moneter. Darmin mengatakan sejauh inio belum, atrinya core masih di bawah
3,5%. Sebagai informasi, tingkat iniflasi pada juli 2018 adalah 0,28% yang
disumng inflasi inti sebesar 0,41%, yang tertinggi sejak februari 2017.3
Badan pusat statistic (BPS) mencatatn bulan agustus 2018 terjadi inflasi
sebesar 0,05%. Beberapa faktor utama yang mendorong terjadinya inflasi adalah
terjadinya tak terkendalinya harga pangan dan turunnya tarif transfortasi angkutan
udara .”bedasarkan perkembangan harga berbagai komoditas, secara umum
menunjukkan penurunan. Di 82 kota IHK (indeks harga konsumen) terjadi deflasi
sebebsar 0,05%” kata kepala BPS Suhariyanto melalui koferensi pesr di
kantornya, senin (3/9/2018). Seharianto menjelaskan, posisi deflasi agustus 2018
lebih rendah dari deflasi priode yang sama tahun sebelumnya (Agustus 2017)
sebesar 0,7% tapi lebih tinggi dari (Agustus 2016) sebesar 0,2%.
Sementara untuk tingkat inflasi tahun kelender (Januari-Agustus 2018)
sebesar 2,13% dan inflasi dari tahun ketahun 3,20% “Angka ini mengembirakan

3 https//www.bo.go.id
karena, masih di bawah target 3,5% (untuk tahun 2018) kedepan inflasi
diharapkan terus terkendali” tutur Hariyanto.
Dari tujuh kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah bahan
makanan, sandang, transfortasi ,komunikasi, dan jasa keuangan. Sementara empat
kelompok pengeluaran lain masih terjadi inflasi. Dalam kelompok bahan makanan
terjadi deflasi 1,10% dengan andil 0,24% terhadap deflasi bulan agustus 2018.
Komoditas utama yang menyumbang deflasi untuk bahan makanan adalah telur
ayam (andil 0,06%) dan bawang merah (andil 0,05%) disusul dengan komoditas
lain seperti daging ayam ras, cabai merah, cabai rawit ,(andil 0,02%) serta sayur-
sayuran (0,01%).
Sementara dari kelompok sandang mengalami deflasi 0,07% dengan
pendorongnya berupa menurunnya harga emas. Untuk kelompok trasfortasi,
komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi 0,15% yang di dorong oleh
penurunan tarif angkutan udara. Suharianto memgatakan berkurangnya
permintaan menyebabkan turunya harga.
Dari kelompok pengeluaran lainya yang mengalami inflasi paling tinggi di
dapati pada kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi, dan olahraga yaitu
inflasi 1,03%. Faktor pendorong dari inflasi dalam kelompok ini adalah kenaikan
uang sekolah dasar (SD )andil 0,03% , uang sekolah menengah pertama (SMP)
andil 0,02 dan uang sekolah menegah atas (SMA) andil 0,01%.4

Indef: Inflasi Terkendali Harusnya Diikuti Pertumbuhan Ekonomi


Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Jokowi-JK berupaya menjaga inflasi pada
rentang 3,5 persen hingga akhir tahun 2018. Ini dilakukan dengan tujuan agar
masyarakat tetap memiliki daya beli sehingga terjadi pertumbuhan.
Berdasarkan catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) inflasi pada Oktober 2018
sebesar 0,28 persen. Untuk inflasi tahun kalender yaitu Januari-Oktober 2018
mencapai 2,22 persen, sedangkan inflasi tahun kalender sebesar 3,16 persen.

4 Bps.go.id/September-2018/deflasi-018
Dengan demikian pemerintah optimistis inflasi akan terjaga di bawah 3,5 persen.
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF),
Eko Listiyanto menilai, inflasi yang rendah tersebut bukan karena keberhasilan
pemerintah lewat serangkaian kebijakan. Akan tetapi karena tren global yang
memang sedang menurun.
"Artinya, memang dalam hal ini daya beli yang memang cenderung lebih rendah
baik secara domestik maupun secara global," kata Eko dalam sebuah diskusi yang
digelar di Jakarta, Kamis (15/11/2018).
Eko mengatakan, kondisi tersebut diperkuat dengan inflasi yang dialami oleh
sejumlah negara lain juga rendah. Misalnya saja pada China, inflasinya jauh lebih
rendah di bawah Indonesia yakni di level 2,3 persen.
"Kalau mau diklaim berhasil mengendalikan inflasi, harusnya diikuti dengan
pertumbuhan yang cukup tinggi. Tapi nyatanya, pertumbuhan ekonomi yang lebih
tinggi tidak terjadi, yang terjadi justru stagnasi pertumbuhan ekonomi," kata dia.
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2018 yang dilaporkan BPS
sebesar 5,17 persen. Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan periode sama
tahun lalu hanya 5,06 persen.
Namun, meski lebih tinggi jika dibandingkan periode sama 2017, angka ini lebih
rendah jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2018 yang saat itu di
level 5,27 persen.5

5 https://www.liputan6.com/bisnis/read/3692902/indef-inflasi-terkendali-harusnya-diikuti-
pertumbuhan-ekonomi
A. Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan kondisi kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan
terus menerus. Umum berarti kenaikan harga tidak hanya terjadi pada satu jenis
barang saja, tapi kenaikan harga itu meliputi kelompok barang yang dikonsumsi
oleh masyarakat, terlebih lagi kenaikan itu akan mempengaruhi harga barang lain
di pasar. Terus menerus berarti bahwa kenaikan harga terjadi tidak sesaat saja,
misalnya kenaikan harga barang menjelang hari raya. Kenaikan harga pada
kondisi tertentu tidak menjadi permasalahan kerena harga akan kembali normal.6
Secara umum, inflasi merugikan bagi sebagian besar masyarakat. Untuk
mengatasi kerugian ini, maka setiap masyarakat dan semua pelaku ekonomi
lainnya harus mampu membaca gejala dan trend inflasi yang sudah pernah terjadi
sebelumnya, sebagai salah satu cara mengantisipasi supaya tidak terjadi kerugian
yang membengkak akibat terjadinya inflasi. Sebagai contoh, apabila reta-rata
inflasi yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya adalah 10% per tahun, maka
setiap pengusaha dapat memasukkan perubahan harga itu dalam struktur harga
barang yang dihasilkannya. Begitu pula dengan kelompok masyarakat yang
berpendapatan tetap dapat menuntut kenaikan gaji atau upah sebesar rata-rata
inflasi yang terjadi sehingga pendapatannya secara riil tidak mengalami
penurunan.
Inflasi pada dasarnya mengukur perubahan kenaikan harga dari waktu ke
waktu, baik bulanan, triwulanan, maupun tahunan. Angka indeks biaya hidup
mencatat perubahan harga barang-barang dan jasa-jasa sehingga dapat
menentukan kondisi inflasi(kenaikan harga) ataupun deflasi(penurunan harga).
Salah satu angka indeks yang dipakai untuk menghitung inflasi adalah angka
indeks laspeyres7

6 Suparmono. Pengantar Ekonomika Makro. Unit Penerbit dan Percetakan(UPP) AMP YKPN.
Yogyakarta. 2004. hlm. 128
7 Ibid. hlm. 137
Tahun dasar merupakan tahun basis yang digunakan sebagai dasar
perhitungan perubahan harga, yang biasanya diberi nilai 100. Pada tahun
berikutnya, apabila indeksnya lebih besar dari 100 berarti terjadi kenaikan harga,
sebaliknya jika nilainya kurang dari 100 berarti terjadi penurunan harga.
B. Macam-macam Inflasi
Inflasi yang terjadi di suatu negara tentu jenisnya berbeda-beda. Hal ini
tergantung dari penyebabnya. Adapun pembagian inflasi adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan Tingkat Keparahan atau Laju Inflasi
a. Inflasi ringan
Adalah inflasi yang lajunya kurang dari 10 % setahun, sehingga inflasi ini
tidak begitu dirasakan. Inflasi ini sering disebut juga dengan inflasi yang merayap
dan tidak begitu mengganggu perekonomian secara nasional.
b. Inflasi sedang
Adalah inflasi yang lajunya antara 10% - 30% setahun. Pada tingkatan ini
mulai dapat dirasakan naiknya harga-harga meski tidak begitu signifikan, dan jika
tidak segera diatasi akan menjadi inflasi berat.
c. Inflasi berat
Inflasi yang lajunya berada pada batas antara 30% - 100% setahun. Pada
tingkat ini harga-harga kebutuhan masyarakat naik secara signifikan dan sulit
dikendalikan. Indonesia pernah mengalami inflasi berat pada tahun 1998. Pada
waktu itu inflasi per Desember mencapai 77,63 %.
d. Hiperinflasi
Jenis inflasi ini sangat dirasakan karena dapat terjadi secara besar-besaran dan
jika diukur berada di atas 100% setahun. Di Indonesia pada tahun 1966 pernah
mengalami inflasi sebesar 600%, hal ini disebab-kan pencetakan uang baru secara
besar-besaran untuk menutup defisit anggaran pada waktu itu.8

8 Putra. http://ekonomikelasx.blogspot.com/2012/02/macam-macam-inflasi.html. 06 November


2012
2. Berdasarkan Penyebab Awal Inflasi
a. Demand Pull Inflation
Yaitu Inflasi yang disebabkan karena permintaan masyarakat akan berbagai
barang terlalu kuat. Akibatnya adalah sesuai dengan hukum permintaan, bila
permintaan banyak sementara penawaran tetap, maka harga akan naik.
Jumlah barang dan jasa yang dihasilkan secara total oleh suatu perekonomian
ditunjukkan oleh kurva AS, mula-mula permintaan masyarakat terhadap barang
dan jasa yang dihasilkan tersebut ditunjukkan oleh kurva permintaan AD,
sehingga di pasar terjadi harga keseimbangan awal (P1) dan jumlah keseimbangan
awal (Q1). Karena kapasitas perekonomian tidak mampu menghasilkan barang
dan jasa melebihi penawaran awal AS dan disisi lain permintaan meningkat
menjadi AD’. Maka harga naik dari P1 menjadi P2. Kenaikan permintaan inilah
yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga, sehingga menyebabkan terjadinya
inflasi dari sisi permintaan. Kenaikan permintaan ini dapat diakibatkan oleh
pertambahan jumlah penduduk maupun semakin bertambahnya jenis dan
kebutuhan masyarakat. 9
b. Cost Push Inflation
Inflasi yang disebabkan turunnya produksi atau jasa yang ditawarkankarena
naiknya biaya produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak
efisiennya perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan jatuh /
menurun, kenaikan harga bahan baku industri, adanya tuntutan kenaikan upah dari
serikat buruh yang kuat dan sebagainya).
Dalam kondisi normal, produksi ditunjukkan oleh kurva penawaran (AS)
dengan permintaan awal (AD). Keseimbangan terjadi dititik E dengan harga
keseimbangan P1 dan jumlah keseimbangan Q1. Apabila terjadi penurunan
jumlah produksi sehingga kurva penawarannya bergeser ke kiri atas dari AS ke
AS’. Kondisi ini mengakibatkan keseimbangan bergeser dari E ke E’dan harga
naik menjadi P2.

9 Suparmono. Op.Cit. hlm. 129


3. Berdasarkan Asal Inflasi
a. Domestic Inflation atau inflasi yang berasal dari dalam negeri. Inflasi yang
berasal dari dalam negeri yang timbul misalnya karena deficit anggaran belanja
yabg dibiayai dengan pencetakan uang baru, panen yang gagal dan sebagainya.
b. Imported Inflation atau inflasi yang tertular dari luar negeri. Inflasi ini timbul
karena kenaikan harga-harga di luar negeri atau Negara-negara langganan
berdagang kita. Kenaikan harga barang-barang yang kita impor mengakibatkan:
1. Secara langsung menaikkan indeks biaya hidup karena sebagian dari barang-
barang yang tercakup di dalamnya berasal dari impor.
2. Secara tidak langsung menaikan indeks harga melalui kenaikan ongkos
produksi (dan kemudian, harga jual) dari berbagai barang yang menggunakan
bahan mentah atau mesin-mesin yang harus di impor (cost inflation).
3. Secara tidak langsung menimbulkan kenaikan harga di dalam negeri karena
ada kemungkinan (tetapi ini tidak harus demikian) kenaikan harga barang-
barang impor mengakibatkan kenaikan pengelauaran pemerintah atau swasta
yang berusaha mengimbangi kenaikan harga impor tersebut (demand Pull
Inflation).
C. Teori-teori Inflasi
Secara garis besar ada 3 (tiga) kelompok teori mengenai inflasi. Ketiga teori
itu adalah sebagai berikut:
1. Teori Kuantitas
Teori kuantitas adalah teori yang paling tua mengenai inflasi namun teori ini
masih sangat berguna untuk menerangkan proses inflasi di zaman modern ini,
terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Teori ini menyoroti peranan
dalam proses inflasi dari jumlah uang yang beredar dan psikologi masyarakat
mengenai kenaikan harga-harga. Inti dari teori ini adalah sebagai berikut : 10
a. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang beredar (uang
kartal dan uang giral).

10 Boediono. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi no.2 EKONOMI MAKRO. BPFE-
YOGYAKARTA. Yogyakarta. 2001. hlm. 161
b. Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan oleh
psikologi masyarakat mengenai kenaikan harga-harga dimasa mendatang.
2. Teori keynes
Teori Keynes mengenai inflasi didasarkan atas teori makronya, teori ini
menyoroti aspek lain dari inflasi. Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu
masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Pross infasi
menurut pandangan ini, tidak lain adalah proses perebutan bagian rizeki diantara
kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar dari pada
yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan ini akhirnya
diterjemahkan menjadi keadaan di mana permintaan masyarakat akan barang-
barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia (inflatiory gap).
Selama inflationary gap tetap ada, selama itu pula proses inflasi berkelanjutan.
3. Teori Strukturalis
Teori strukturalis adalah teori mengenai inflasi yang didasarkan atas
pengalaman di negara-negara Amerika Latin. Teori ini memberikan tekanan pada
ketegaran (inflexibilities) dari struktur perekonomian negara-negara sedang
berkembang. Teori strukturalis adalah teori inflasi jangka panjang. Disebut teori
inflasi jangka panjang karena teori ini mencari factor-faktor jangka panjang
manakah yang bisa mengakibatkan inflasi? .Menurut teori ini, ada 2 ketegaran
utama dalam perekonomian negara-negara sedang berkembang yang bisa
menimbulkan inflasi.11
a. Ketegaran yang pertama berupa “ketidakelastisan” dari penerimaan ekspor, yaitu
nilai ekspor yang tumbuh secara lamban dibanding dengan pertumbuhan sektor-
sektor lain. Kelambanan ini disebabkan karena :
1. Harga di pasar dunia dari barang-barang ekspor negara tersebut makin tidak
menguntungkan dibanding dengan harga barang-barang impor yang harus
dibayar.

11 Ibid. hlm. 161


2. Supply atau produksi barang-barang ekspor yang tidak responsive terhadap
kenaikan harga (supply barang-barang ekspor yang tidak elastis).
b. Ketegaran yang kedua berkaitan dengan ketidakelastisan dari supply atau
produksi bahan makanan di dalam negeri.
Proses Inflasi yang timbul karena dua ketegaran tersebut dalam praktek jelas
tidak berdiri sendiri. Umumnya kedua proses tersebut saling berkaitan dan sering
kali memperkuat satu sama lain.
D. Pengaruh Inflasi
1. Pengaruh Terhadap Perekonomian Indonesia
a. Inflasi Menggalakkan Penanaman Modal Spekulatif
Pada masa inflasi terdapat kecenderungan diantara pemilik modal untuk
menggunakan uangnya dalam investasi yang bersifat spekulatif. Membeli rumah
dan tanah dan menyimpan barang yang berharga akan lebih menguntungkan
daripada melakukan investasi yang produktif
b. Tingkat Bunga Meningkat dan Akan Mengurangi Investasi.
Untuk menghindari kemlorosotan nilai modal yang mereka pinjamkan,
institusi keuangan akan menaikkan tingkat bunga keatas pinjaman-pinjaman
mereka. Makin tinggi tingkat inflasi, makin tinggi pula tingkat bunga yang akan
meraka tentukan. Tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi kegairahan
penanam modal untuk mengembangkan sektor-sektor produktif.
c. Inflasi Menimbulkan Ketidakpastian Keadaan Ekonomi dan Masa Depan.
Inflasi akan bertambah cepat jalannya apabila tidak dikendalikan. Pada
akhirnya inflasi akan menimbulkan ketidakpastian dan arah perkembangan
ekonomi tidak lagi dapat diramalkan dengan baik. Keadaan ini akan mengurangi
kegairahan pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi.
d. Menimbulkan Masalah Neraca Pembayaran.
Inflasi menyebabkan harga barang impor lebih murah dari pada barang yang
dihasilkan di dalam negeri. Maka pada umumnya inflasi akan menyebabkan impor
berkembang lebih cepat, tetapi sebaliknya perkembangan ekspor akan bartambah
lambat. Hal ini seterusnya akan menimbulkan kemerosotan nilai mata uang. Dan
kecenderungan ini akan memperburuk keadaan neraca pembayaran.

2. Pengaruh Terhadap Individu dan Masyarakat


a. Memperburuk Distribusi Pendapatan
Dalam masalah inflasi nilai harta tetap seperti tanah, rumah, bangunan pabrik
dan pertokoan akan mengalami kenaikan harga yang ada kalanya lebih cepat dari
kenaikan inflasi itu sendiri. Keadaan tersebut lebih menguntungkan masyarakat
yang berpendapatan tinggi karena bisa menginvestasikan uangnya untuk harta
tetap tersebut. Sebaliknya, masyarakat yang berpendapatan rendah pendapatan
riilnya akan merosot sebagai akibat inflasi. Dengan demikian inflasi melebarkan
ketidaksamaan distribusi pendapatan.
b. Pendapatan Riil Merosot.
Sebagian tenaga kerja disetiap Negara terdiri dari pekerja-pekerja bergaji
tetap dalam masa inflasi biasanya kenaikan harga-harga selalu mendahului
kenaikan pendapatan. Dengan demikian inflasi cenderung menimbulkan
kemerosotan pendapatan riil sebagian besar tenaga kerja. Ini berarti kemakmuran
masyarakat merosot
c. Nilai riil tabungan merosot.
Dalam perekonomian biasanya masyarakat menyimpan sebagian
kekayaannya dalam bentuk deposit dan tabungan di institusi keuangan. Nilai riil
tabungan tersebut akan merosot sebagai akibat inflasi. Juga pemegang uang tunai
akan dirugikan karena kemerosotan nilai riilnya.12
E. Kebijakan Untuk Mengatasi Inflasi
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan ini adalah kebijakan yang berasal dari bank sentral dalam
mengatur jumlah uang yang beredar melalui instrument-instrumen moneter yang
dimiliki oleh bank sentral. Melalui instrument ini diharapkan peredaran uang

12 Sadono Sukirno. Pengantar Teori Ekonomi MakroEdisi Kedua. PT. RajaGrafindo Persada.
Jakarta. 2002. hlm. 308
dapat diatur dan inflasi dapat di kendalikan sesuai dengan yang telah ditargetkan
sebelumnya. Kebijakan Moneter dapat dilakukan melalui instrument berikut ini:13
a. Politik Diskonto (discount policy) adalah politik bank sentral untuk memengaruhi
peredaran uang dengan jalan menaikkan dan menurunkan tingkat bunga. Dengan
menaikkan tingkat bunga diharapkan jumlah uang yang beredar di masyarakat
akan berkurang karena orang akan lebih banyak menyimpan uangnya di bank
daripada menjalankan investasi.
b. Politik Pasar Terbuka (open market policy) dijalankan dengan membeli dan
menjual surat-surat berharga. Dengan menjual surat-surat berharga diharapkan
uang akan tersedot dari masyarakat.
c. Politik Persediaan Kas (cash ratio policy) adalah politik Bank Sentral untuk
memengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan dan menurunkan
persentase persediaan kas dari bank. Dengan dinaikkannya persentase persediaan
kas, diharapkan jumlah kredit akan berkurang.
d. Pengawasan kredit secara selektif adalah kebijakan Bank sentral untuk
memberikan kredit secara selektif untuk membatasi uang yang beredar
dimasyarakat.
2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang berhubungan dengan financial
pemerintah. Kebijakan fiskal dapat dilakukan melalui instrument berikut ini:
a. Pengaturan Pengeluaran Pemerintah (APBN), sehingga pengeluaran keseluruhan
dalam perekonomian bisa dikendalikan. Pemerintah tidak akan menambah
pengeluarannya agar anggaran tidak defisit.
b. Menaikkan Pajak. Dengan menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi jumlah
konsumsinya karena sebagian pendapatannya untuk membayar pajak, dan juga
akan mengakibatkan penerimaan uang masyarakat berkurang dan ini berpengaruh
pada daya beli masyarakat yang menurun, dan tentunya permintaan akan barang
dan jasa yang bersifat konsumtif tentunya berkurang.

13 Putra. http://ekonomikelasx.blogspot.com/2012/02/kebijakan-untuk-mengatasi-inflasi.html. 06
November 2012
Kesimpulan
Inflasi merupakan kondisi kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan
terus menerus. Inflasi pada dasarnya mengukur perubahan kenaikan harga dari
waktu ke waktu, baik bulanan, triwulanan, maupun tahunan. Salah satu angka
indeks yang dipakai untuk menghitung inflasi adalah angka indeks laspeyres.
Inflasi yang terjadi digolongkan bermacam-macam berdasarkan
penyebabnya: Berdasarkan Tingkat Keparahan atau Laju Inflasi (Inflasi ringan,
Inflasi sedang, Inflasi berat, Hiperinflasi), Berdasarkan penyebab awal inflasi
(Demand Pull Inflation, Cost Push Inflation), Berdasarkan asal inflasi (Domestic
Inflation, Imported Inflation).
Ada 3 teori utama mengenai inflasi. Teori Kuantitas menekankan bahwa
penyebab utama inflasi adalah pertambanahn jumlah uang beredar dan psikologi
masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang. Teori Keynes: inflasi
terjadi karenan masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya..
Teori strukturalis: sebab inflasi adalah dari ketidakelastisan struktur ekonomi.
Pengaruh Inflasi terhadap perekonomian adalah Inflasi Menggalakkan
Penanaman Modal Spekulatif, Tingkat Bunga Meningkat dan Akan Mengurangi
Investasi, Inflasi Menimbulkan Ketidakpastian Keadaan Ekonomi dan Masa
Depan. Menimbulkan Masalah Neraca Pembayaran. Pengaruh Inflasi Terhadap
Individu dan Masyarakat adalah Memperburuk Distribusi Pendapatan, Pendapatan
Riil Merosot, Nilai riil tabungan merosot
Saran
Dengan dua pendekatan (moneterist dan strukturalist) pada komposisi yang tepat,
maka diharapkan bukan saja dalam jangka pendek inflasi dapat dikendalikan,
tetapi juga dalam jangka panjang. Dan, bila ada upaya yang serius untuk
memperkecil atau bahkan menghilangkan hambatan-hambatan struktural yang
ada, maka akan berakibat pada membaiknya fundamental ekonomi Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Suparmono. Pengantar Ekonomika Makro. Unit Penerbit dan Percetakan(UPP)


AMP YKPN. Yogyakarta. 2004. hlm. 128
Putra. http://ekonomikelasx.blogspot.com/2012/02/macam-macam-inflasi.html.
06 November 2012
Suparmono. Op.Cit. hlm. 129
Boediono. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi no.2 EKONOMI MAKRO.
BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta. 2001. hlm. 161
Sadono Sukirno. Pengantar Teori Ekonomi MakroEdisi Kedua. PT. RajaGrafindo
Persada. Jakarta. 2002. hlm. 308
Putra. http://ekonomikelasx.blogspot.com/2012/02/kebijakan-untuk-mengatasi-
inflasi.html. 06 November 2012

Anda mungkin juga menyukai