Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank wajib memeliharan
kesehatannya. Kesehatan Bank merupakan cerminan kondisi dan kinerja bank. Selain
itu kesehatan bank juga menjadi kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik,
pengelola dan masyarakat pengguna jasa Bank.
Tingkat kesehatan Bank digunakan sebagai salah satu sarana dalam melakukan evaluasi
terhadap kondisi dan permasalahan yang sedang dihadapi oleh Bank serta untuk
menentukan tindak lanjut untuk mengatasi permasalahan Bank, baik berupa corrective
action oleh Bank maupun supervisory action oleh Bank Indonesia.
Bank merupakan sebuah lembaga keuangan yang eksistensinya tergantung mutlak pada
kepercayaan dari nasabahnya. Mengingat Bank adalah bagian dari system keuangan dan
system pembayaran, kepercayaan masyarakat kepada bank merupakan unsur pokok
terhadap eksistensi dari suatu Bank. Maka Kesehatan Bank merupakan tolok ukur bagi
manajemen untuk menilai apakah pengelolaan bank dilakukan sejalan dengan azas-azas
perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tujuan dari tolok ukur
tersebut untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank baik secara
individual maupun perbankan secara keseluruhan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan Bank


Menurut Budisantoso dan Triandaru (2005:51) kesehatan bank diartikan “kemampuan
suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu
memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku”. Pengertian tentang kesehatan bank tersebut merupakan suatu
batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank mencakup kesehatan suatu bank untuk
melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Menurut Budisantoso dan
Triandaru (2005:51), kegiatan tersebut meliputi:
1. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain dan modal
sendiri;
2. Kemampuan mengelola dana;
3. Kemampuan menyalurkan dana ke masyarakat;
4. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik
modal, dan pihak lain;
5. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.
Dengan kata lain tingkat kesehatan bank juga erat kaitannya dengan pemenuhan
peraturan perbankan (kepatuhan pada Bank Indonesia).

B. Dasar Hukum Kesehatan Bank


Standar untuk melakukan penilaian kesehatan Bank telah ditentukan oleh pemerintah
melalui Bank Indonesia, yaitu berdasarkan Undang-Undang No 10 Tahun 1998 tentang
perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, pembinaan dan
pengawasan Bank dilakukan oleh Bank Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1998 tentang perbankan, pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh
bank Indonesia, menetapkan bahwa :
1. bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas,

2
solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian;
2. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan
melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak
merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada
Bank,
3. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan dan
penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia;
4. Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi
pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas milik bank tersebut, serta wajib
memberikan bantuan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala
keterangan, dokumen, dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank tersebut;
5. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala
maupun setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan
akuntan publik untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan
terhadap bank;
6. Bank wajib untuk menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan
laba rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu
dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan laporan laba rugi
tahunan tersebut wajib terlebih dahulu diaudit oleh akuntan publik;
7. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan
bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Peraturan kesehatan bank menekankan bahwa bank di Indonesia memiliki kewajiban
untuk melakukan aturan-aturan yang telah disebutkan diatas. Keadaan bank yang tidak
sehat akan merusak keadaan perbankan secara keseluruhan dan mengurangi rasa
kepercayaan masyarakat. Bank Indonesia sebagai bank sentral mempunyai hak untuk
selalu mengawasi jalannya kegiatan operasional bank dengan mengetahui posisi
keuangan perbankan agar keadaan perbankan di Indonesia dalam keadaan sehat untuk
senantiasa melakukan kegiatannya.

3
C. BEBERAPA CONTOH KASUS
 BANK CENTURY
Tahun 1998 dari 101 bank yang melakukan merger dan akuisisi hanya tersisa 30
Bank (71 Bank dilikuidasi) dan kemudian hanya tersisa 12 Bank (InfoBank 2001).
Di tahun 2004 Century merupakan satu-satunya Bank yang melakukan merger
dalam program yang dicanangkan Bank Indonesia yaitu API (Arsitektur Perbankan
Indonesia). Hal itu karena Century International merupakan merger dari perbankan
yang dimiliki satu orang (bank CIC, Pikko, Danpac).
Adapun kondisi kinerja keuangan bank sebelum dan setelah merger menjadi
Bank Century dapat diteliti dengan menggunakan Capital Adequasi Ratio atau
rasio permodalan (CAR), CAR pada Bank Pikko, CIC, dan Danpac setelah
dilakukan merger menjadi Bank Century mengalami penurunan yaitu pada tahun
2004 dan 2005 sebesar 8,76% dan 8,36%, hal ini dikarenakan peningkatan jumlah
modal tidak berimbang dengan peningkatan ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut
Resiko), dimana peningkatan ATMR lebih tinggi daripada peningkatan jumlah
modal. Kualitas aktiva produktif pada Bank Century mengalami peningkatan
daripada ketiga bank (Bank Pikko, Bank CIC dan Bank Danpac) sebelum
dilakukan merger yaitu pada tahun 2004 sebesar 1,52%.Namun pada tahun 2005
mengalami penurunan sebesar -0,74%, hal ini disebabkan karena peningkatan
beban bunga yang harus ditanggung lebih besar daripada peningkatan pendapatan
bunga sehingga pendapatan bunga bersihnya mengalami penurunan dan
menunjukkan angka negatif.
 BANK DANAMON
Bank Danamon merupakan hasil pengambil alihan dibawah Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN) dari delapan bank, yaitu PT. Bank Tamara Tbk, PT.
Bank Tiara Asia Tbk, PT. Bank Rama Tbk, PT JayaBank International, PT. Bank
Risyad Salim International, PT. Bank Duta Tbk., PT. Bank Pos Nusantara, dan PT.
Bank Nusa Nasional.
Dari ke-8 bank yang bergabung hanya Bank Tamara yang mendapatkan laba
sedangkan bank lainnya menderita kerugian dimana biaya yang dikeluarkan dan
kerugian yang diderita hampir sebanding besarnya. Dua tahun sebelum merger dari

4
8 bank yang bergabung hanya Bank Tamara yang mendapatkan laba. Laba yang
diperoleh saat itu adalah 2,844,232 (jutaan Rp). Satu tahun setelah merger Bank
Danamon mendapatkan laba sebesar 754,878 (jutaan Rp). Keadaan ini terlihat
membaik setelah beberapa bank mengalami kerugian sebelum melakukan merger.
 BANK PERMATA
Bank permata merupakan hasil merger dari 5 bank yaitu PT. Bank Bali Tbk, PT.
Universal Tbk., PT. Prima Express, PT. Arta Media Bank dan PT. Patriot. Nama
Bank Permata resmi digunakan pada 18 Oktober 2002 dibawah PP No. 28/2000.
Gabungan bank tersebut memiliki kelebihan 320-an kantor cabang, 456 ATM
bersama, mempunyai customer base 1,3 juta nasabah dengan produk baru dan
bervariasi. Dua tahun sebelum merger Bank Prima Ekspress memperoleh laba
sekitar 7,818 (jutaan Rp), sedangkan bank lainnya menderita kerugian yang cukup
besar. Setahun sebelum bergabung terlihat kondisi perubahan bahwa laba
dihasilkan oleh Bank Bali dengan 136,975 (jutaan Rp) dan bank lainnya rugi.
Cukup besar kerugian yang dicapai Bank Universal sebesar -1,328,524 (jutaan
Rp). Satu tahun setelah merger Bank Permata mendapatkan laba sebesar 542,504
(jutaan Rp). Keuntungan yang didapatkan dalam merger bank memang baik, tetapi
dari data yang diperoleh dapat diasumsikan bahwa bank hasil merger belum
menyalurkan kredit seperti yang diharapkan meskipun sudah mendapatkan laba.

D. Kronologi Aliran Rp 6,7 Triliun ke Bank Century


Sekjen PDI Perjuangan Pramono Anung membentuk tim kecil untuk
menggulirkan hak angket guna mengkaji kasus Bank Century. Lima hari kemudian,
wacana pembentukan Panitia Khusus Hak Angket DPR untuk mengusut kasus Bank
Century menjadi perdebatan di DPR. Berikut kronologi kasus Bank Century:
1989
Robert Tantular mendirikan Bank Century Intervest Corporation (Bank CIC). Namun,
sesaat setelah Bank CIC melakukan penawaran umum terbatas alias rights issue pertama
pada Maret 1999, Robert Tantular dinyatakan tidak lolos uji kelayakan dan kepatutan
oleh Bank Indonesia.

5
2004
Dari merger Bank Danpac, Bank Pikko, dan Bank CIC berdirilah Bank Century.
Mantan Deputi Senior Bank Indonesia Anwar Nasution disebut-sebut ikut andil
berdirinya bank tersebut. Tanggal 6 Desember 2004 Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia mengesahkan Bank Century.
Juni 2005
Budi Sampoerna menjadi salah satu nasabah terbesar Bank Century cabang Kertajaya,
Surabaya.
2008
Beberapa nasabah besar Bank Century menarik dana yang disimpan di bank besutan
Robert Tantular itu, sehingga Bank Century mengalami kesulitan likuiditas. Dintara
nasabah besar itu adalah Budi Sampoerna, PT Timah Tbk, dan PT Jamsostek.
1 Oktober 2008
Budi Sampoerna tak dapat menarik uangnya yang mencapai Rp 2 triliun di Bank
Century. Sepekan kemudian, bos Bank Century Robert Tantular membujuk Budi dan
anaknya yang bernama Sunaryo, agar menjadi pemegang saham dengan alasan Bank
Century mengalami likuiditas.
13 November 2008
Gubernur Bank Indonesia Boediono membenarkan Bank Century kalah kliring atau
tidak bisa membayar dana permintaan dari nasabah sehingga terjadi rush.
Kemudian, Bank Indonesia menggelar rapat konsulitasi melalui telekonferensi dengan
Menteri Keungan Sri Mulyani, yang tengah mendampingi Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dalam sidang G-20 di Washington, Amerika Serikat.
14 November 2008
Bank Century mengajukan permohonan fasilitas pendanaan darurat dengan alasan sulit
mendapat pendanaan. Budi Sampoerna setuju memindahkan seluruh dana dari rekening
di Bank Century cabang Kertajaya, Surabaya ke Cabang Senayan, Jakarta.
20 November 2008
Bank Indonesia menyampaikan surat kepada Menkeu tentang Penetapan Status Bank
Gagal pada Bank Century dan menyatakan perlunya penanganan lebih lanjut. Selaku

6
Ketua Komite Stabilitas Sektor Keuangan, Sri Mulyani langsung menggelar rapat untuk
membahas nasib Bank Century.
Dalam rapat tersebut, Bank Indonesia melalui data per 31 Oktober 2008 mengumumkan
bahwa rasio kecukupan modal atau CAR Bank Century minus hingga 3,52 persen.
Diputuskan, guna menambah kebutuhan modal untuk menaikkan CAR menjadi 8 persen
adalah sebesar Rp 632 miliar. Rapat tersebut juga membahas apakah akan timbul
dampak sistemik jika Bank Century dilikuidasi. Dan menyerahkan Bank Century
kepada lembaga penjamin.
21 November 2008
Mantan Group Head Jakarta Network PT Bank Mandiri, Maryono diangkat menjadi
Direktur Utama Bank Century menggantikan Hermanus Hasan Muslim.
22 Noevember 2008
Delapan pejabat Bank Century dicekal. Mereka adalah Sualiaman AB (Komisaris
Utama), Poerwanto Kamajadi (Komisaris), Rusli Prakarta (komisaris), Hermanus Hasan
Muslim (Direktur Utama), Lila K Gondokusumo (Direktur Pemasaran), Edward M
Situmorang (Direktur Kepatuhan) dan Robert Tantular (Pemegang Saham).
23 November 2008
Lembaga penjamin langsung mengucurkan dana Rp 2,776 triliun kepada Bank Century.
Bank Indonesia menilai CAR sebesar 8 persen dibutuhkan dana sebesar Rp 2,655
triliun. Dalam peraturan lembaga penjamin, dikatakan bahwa lembaga dapat menambah
modal sehingga CAR bisa mencapai 10 persen, yaitu Rp 2,776 triliun.
26 November 2008
Robert Tantular ditangkap di kantornya di Gedung Sentral Senayan II lantai 21 dan
langsung ditahan di Rumah Tahanan Markas Besar Polri. Robert diduga mempengaruhi
kebijakan direksi sehingga mengakibatkan Bank Century gagal kliring. Pada saat yang
sama, Maryono mengadakan pertemuan dengan ratusan nasabah Bank Century untuk
meyakinkan bahwa simpanan mereka masih aman.
Periode November hingga Desember 2008
Dana pihak ketiga yang ditarik nasabah dari Bank Century sebesar Rp 5,67 triliun.

7
Desember 2008
Lembaga penjamin mengucurkan untuk kedua kalinya sebesar Rp 2,201 triliun. Dana
tersebut dikucurkan dengan alasan untuk memenuhi ketentuan tingkat kesehatan bank.
3 Februari 2009
Lembaga penjamin mengucurkan lagi Rp 1,55 triliun untuk menutupi kebutuhan CAR
berdasarkan hasil assesment Bank Indonesia, atas perhitungan direksi Bank Century.
1 April 2009
Penyidik KPK hendak menyergap seorang petinggi kepolisian yang diduga menerima
suap. Namun penyergarapan itu urung lantaran suap batal dilakukan. Dikabarkan
rencana penangkapan itu sudah sampai ke telinga Kepala Polri Jenderal Bambang
Hendarso Danuri. Sejak itulah hubungan KPK-Polri kurang mesra.
Pertengahan April 2009
Kabareskrim Polri Komjen Susno Duadji mengeluarkan surat klarifikasi kepada direksi
Bank Century. Isi surat tersebut adalah menegaskan uang US$ 18 juta milik Budi
Sampoerna dari PT Lancar Sampoerna Besatari tidak bermasalah.
29 Mei 2009
Kabareskrim Susno Duadji memasilitasi pertemuan antara pimpinan Bank Century dan
pihak Budi Sampoerna di kantornya. Dalam pertemuan itu disepakati bahwa Bank
Century akan mencairkan dana Budi Sampoerna senilai US$ 58 juta -dari total Rp 2
triliun- dalam bentuk rupiah.
Juni 2009
Bank Century mengaku mulai mencairkan dana Budi Sampoerna yang diselewengkan
Robert Tantular sekitar US$ 18 juta, atau sepadan dengan Rp 180 miliar. Namun, hal ini
dibantah pengacara Budi Sampoerna, Lucas, yang menyatakan bahwa Bank Century
belum membayar sepeserpun pada kliennya.
Juli 2009
KPK melayangkan surat permohonan kapada Badan Pemeriksa Keuangan untuk
melakukan audit terhadap Bank Century.
Akhir Juni 2009
Komisaris Jendral Susno Duadji mengatakan ada lembaga yang telah sewenang-wenang
menyadap telepon selulernya.

8
2 Juli 2009
KPK menggelar koferensi pers. Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Bibit
Samad Riyanto megatakan jika ada yang tidak jelas soal penyadapan, diminta datang ke
KPK.
21 Juli 2009
Lembaga penjamin mengucurkan lagi Rp 630 miliar untuk menutupi kebutuhan CAR
Bank Century. Keputusan tersebut juga berdasarkan hasil assesment Bank Indonesia
atas hasil auditro kantor akuntan publik. Sehingga total dana yang dikucurkan mencapai
Rp 6,762 triliun.
12 Agustus 2009
Mantan Direktur Utama Bank Century Hermanus Hasan Muslim divonis 3 tahun
penjara karena terbukti menggelapkan dana nasabah Rp 1,6 triliun. Dan tanggal 18
Agustus 2009, Komisaris Utama yang juga pemegang saham Robert Tantular dituntut
hukuman delapan tahun penjara dengan denda Rp 50 miliar subsider lima tahun penjara.
27 Agustus 2009
Dewan Perwakilan Rakyat memanggil Menkeu Sri Mulyani, Bank Indonesia dan
lembaga penjamin untuk menjelaskan membengkaknya suntikan modal hingga Rp 6,7
triliun. Padahal menurut DPR, awalnya pemerintah hanya meminta persetujuan Rp 1,3
triliun untuk Bank Century.
Dalam rapat tersebut Sri Mulyani kembali menegaskan bahwa jika Bank Century
ditutup akan berdampak sistemik pada perbankan Indonesia. Pada hari yang sama pula,
Wakil Ketua KPK Bibit Samad Riyanto menyatakan bhwa kasus Bank Century itu
sudah ditingkatkan statusnya menjadi penyelidikan.
28 Agustus 2009
Wakil Presiden Jusuf Kalla membantah pernyataan Sri Mulyani yang menyatakan
bahwa dirinya telah diberitahu tentang langkah penyelamatan Bank Century pada
tanggal 22 Agustus 2008 --sehari setelah keputusan KKSK. Justru Kalla mengaku
dirinya baru tahu tentang itu pada tanggal 25 Agustus 2008.
10 September 2009
Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang dipimpin Sugeng Riyono memutus
Robert Tantular dengan vonis hukuman 4 tahun dengan denda Rp 50 miliar karena

9
dianggap telah memengaruhi pejabat bank untuk tidak melakukan langkah-langkah
yang diperlukan sesuai dengan UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
30 September 2009
Laporan awal audit Badan Pemeriksa Keuangan terhadap Bank Century sebanyak 8
halaman beredar luas di masyarakat. laporan tersebut mengungkapkan banyak
kelemahan dan kejanggalan serius di balik penyelamatan Bank Century dan ada dugaan
pelanggaran kebijakan dalam memberikan bantuan ke Bank Century.
2 Oktober 2009
Nama Bank Century diganti menjadi Bank Mutiara.
21 Oktober 2009
Akibat kejanggalan temuan BPK tersebut, Sekjen PDI Perjuangan Pramono Anung
membentuk tim kecil untuk menggulirkan hak angket guna mengkaji kasus Bank
Century. Lima hari kemudian, wacana pembentukan Panitia Khusus Hak Angket DPR
untuk mengusut kasus Bank Century menjadi perdebatan di DPR.
12 November 2009
139 anggota DPR dari 8 Fraksi mengusulkan hak angket atas pengusutan kasus Bank
Century.

Pengucuran modal kembali dilanjutkan hingga 30 Desember yang seluruhnya mencapai


Rp4,997 triliun. Kemudian dilanjutkan pada 4 Februari 2009 sebesar Rp850 miliar
dalam bentuk Surat Utang Negara, 24 Februari 2009 sebesar Rp185 miliar dalam bentuk
SUN dan terakhir Rp150 miliar melalui real time gross settlement (RTGS) hingga
terakhir pada 26 Juli 2009 dikucurkan Rp630,221 miliar.Total penyertaan modal
sementara kepada Bank Century dari LPS sejak 24 November 2008 hingga 24 Juli 2009
adalah Rp6,76 triliun. Perbuatan tersebut memperkaya Budi Mulya sebesar Rp1 miliar,
pemegang saham PT Bank Century yaitu Hesham Talaat Mohamed Besheer
Alwarraqdan Rafat Ali Rizvi sebesar Rp3,115 triliun, Robert Tantular sebesar Rp2,753
triliun, dan Bank Century sebesar Rp1,581 triliun. Serta merugikan keuangan negara
dalam pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek sebesar Rp689,39 miliar dan
Rp6,76 triliun karena menetapkan Bank Century sebagai bank gagal berdampak
sistemik. Jaksa KPK mendakwa Budi Mulya dengan dakwaan primer dari pasal 2 ayat

10
(1) jo Pasal 18 UU No 31 tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU No 20 tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo pasal
64 ayat (1) KUHP; dan dakwaan subsider dari pasal 3 o Pasal 18 UU No 31 tahun 1999
sebagaimana diubah dengan UU No 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo pasal 64 ayat (1) KUHP.
Pasal tersebut mengatur tetang penyalahgunaan kewenangan, kesempatan atau sarana
yang ada padanya jabatan atau kedudukan sehingga dapat merugikan keuangan dan
perekonomian negara. Ancaman pelaku yang terbukti melanggar pasal tersebut adalah
pidana penjara maksimal 20 tahun denda paling banyak Rp1 miliar.

PENYELESAIAN KASUS BANK CENTURY


Penggelontoran dana pemerintah kepada Bank Century dianggap hanyalah sebuah cara
untuk menguntungkan pihak lain, dengan dalih penyelamatan dari dampak krisis global
yang melanda saat itu yaitu dengan alasan bahwa tumbangnya Bank century akan
berdampak sistemik kepada perekonomian nasional. Bank-bank saat ini, baik itu bank
“plat merah” ataupun bank swasta, semuanya berorientasi pada keuntungan. Bank
pemerintah maupun bank swasta berdiri tegak di atas sistem ribawi, bank-bank tersebut
tidak dapat berjalan tanpa adanya sistem riba yang menopangnya. Karena pada
prinsipnya bank pemerintah maupun bank swasta dapat mengoprasikan perbankan
dengan riba yang didapatkan dari peminjam. Ada ketidakadilan dalam pengelolaan bank
swasta, bank-bank swasta yang mayoritas kepemilikan sahamnya dikuasai swasta ketika
dalam pengembangannya mendapatkan keuntungan, maka keuntungan tersebut akan
masuk ke kantong para pemegang saham bank. Akan tetapi ketika bank swasta tersebut
bermasalah bahkan akan berdampak sistemik yang akhirnya mengancam perekonomian
nasional maka negara akan menanggung beban tersebut dengan berbagai cara untuk
menyelamatkannya meskipun harus mengucurkan dana (bailt out) yang sangat besar,
seperti kasus BLBI yang terjadi pada tahun 1998 dan skandal Bank Century saat ini.
Para pemegang saham yang hanya segelintir orang mendapatkan gelontoran dana segar
dari pemerintah yang sangat besar, pada kasus BLBI total dana yang digelontorkan
pemerintah untuk 164 bank bermasalah mencapai Rp 650 triliun
(www.pikiranrakyat.com), sedangkan pada kasus bank Century sebesar 6,7 triliun.

11
Bandingkan bantuan-bantuan negara kepada rakyat seperti BLT pada tahun 2008,
pemerintah hanya mengalokasikan anggaran sebesar Rp 14,1 triliun untuk bagi 19,1 juta
rumah tangga miskin (www.inilah.com). Kebijakan pemerintah ini terkesan
diskriminatif (tidak adil), mestinya kebijakan strategis seperti ini dirubah, bahwa untuk
kepentingan jutaan rakyat porsinya harus lebih besar apalagi mereka jadi pemimpin
hasil dari suara rakyat. Oleh karena itu, kalau bank-bank swasta dibiarkan tetap ada,
maka kasus-kasus seperti BLBI, Bank Centruy tidak menutup kemungkinan akan
muncul kembali dengan drama perbankan yang berbeda. Masuk akal sebenarnya jika
bank-bank swasta dilarang menjalankan usahanya sebab keberadaan bank-bank swasta
telah terbukti banyak merugikan negara dan rakyat. Keberadaan bank pemerintah
apalagi bank-bank swasta seharusnya justru banyak membebani rakyat. Tidak ada sama
sekali aspek pelayanan kepada rakyat, sebagi bukti bahwa rakyat akan mengembangkan
usahanya atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, ketika melakukan
peminjaman ke bank maka akan dikenakan bunga yang besarnya bervariasi. Untuk
mendapatkan pinjamanpun harus ada jaminan sertifikat berharga, sehingga ketika sudah
jatuh tempo dan tidak mampu melunasi maka apapun yang dimiliki rakyat sebagai pihak
peminjam seperti rumah, tanah, kendaraan dll. Akan disita oleh pihak bank tanpa ada
rasa kemanusiaan. Kedzoliman inilah yang sering dinampakkan pihak-pihak bank yang
kalau dibiarkan akan semakin menindas kehidupan rakyat. Kasus Century merupakan
bukti bahayanya keberadaan bank swasta yang telah memakan triliunan uang rakyat
(nasabah) dan menggelapkan 6,7 trilliun uang negara. Bank di dalam Islam bukanlah
seperti fakta-fakta bank saat ini. Hal ini tentunya sangat bertolak belakang dengan
keberadaan bank dalam Islam. Keberadaan Bank dalam Islam adalah sebagai pelayan
kepada umat bukan untuk mencari keuntungan. Keberadaan Bank adalah sebagai
institusi negara untuk memberikan pinjaman kepada setiap warganya yang
membutuhkan tanpa adanya bunga sepersenpun. Landasan kinerja dari bank dalam
Islam adalah untuk melayani rakyat bukan untuk mencari keuntungan dari rakyat.
Adapun biaya operasional perbankan seperti gaji pegawai bank tidak dibiayai oleh bank,
akan tetapi akan ditanggung negara layaknya mereka seperti pegawai negara yang lain.
Hal ini merupakan perbedaan yang prinsip akan keberadaan Bank dalam sistem Islam
dan kapitalis. Berkaitan dengan penyelesaian kasus Bank Century ini, ada hal penting

12
yang harus diperhatikan oleh masyarakat, bahwa skandal kasus Bank Century ini harus
dibongkar sampai ke akar-akarnya. Bagaimana dana itu dikucurkan, ke mana larinya
dana-dana yang ada tersebut. Peran wakil rakyat (DPR) sangat signifikan untuk
mengkap skandal bank century yang merugikan uang rakyat sebagai kejahatan negara
kepada rakyat yang harus dibawa keperadilan. Penegakan hukum terhadap siapa saja
yang terlibat dan terbukti melakukan pelanggaran dalam kasus bank Century harus terus
jalan tanpa takut adanya intervensi pihak-pihak yang sengaja menghalangi
pembongkaran kasus ini. Pembuktian siapa saja yang terlibat dalam kasus bank century
adalah kewenangan peradilan, peradilan juga harus transparan, bersih dan berpihak
kepada kebenaran dan keadilan. Semoga sekandal Bank Century dapat terbongkar,
kebijakan-kebijakan pemerintah ke depannya tidak salah lagi dan tidak mendzolimi
rakyatnya, serta tetap mengutamakan pelayanan untuk kesejateraan seluruh warga
negaranya.

13
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
 Kesehatan Bank dapat diartikan kemampuan suatu bank untuk melakukan
kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
 Dasar Hukum Kesehatan Bank adalah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang perbankan, pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank
Indonesia.
 Aspek-aspek penilaian kesehatan Bank meliputi Aspek permodalan (Capital),
Kualitas Aset (Asset Quality), Manajemen (Management), Profitabilitas
(Earnings), Likuiditas (Liquidity), Sensitivitas terhadap resiko pasar (Sensitivity
to Market Risk).

14
DAFTAR PUSTAKA

 Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan
Lain. Jakarta: Salemba Empat.
 2011. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

15

Anda mungkin juga menyukai