PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Selama ini banyak orang memahami bisnis hanyalah sebatas bisnis, yang tujuan
utamanya memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Hukum ekonomi klasik
yang mengendalikan modal sekecil mungkin dan mengeruk keuntungan sebesar
mungkin telah menjadikan para ‘pelaku bisnis’ menghalalkan segala cara untuk
meraih keuntunga, mulai dari cara memperoleh bahan baku, tempat produksi, tenaga
kerja, pengelolaan dan pemasarannya. Hal ini tidak mengherankan jika para pelaku
bisnis jarang memperhatikan tanggungjawab sosial dan mengabaikan etika dalam
berbisnis.
Jika memang masyarakat sampai hati memakai jalan pintas dengan
menghalalkan segala cara dalam menjalankan bisnisnya, lalu apakah bisnis
merupakan profesi yang etis? Atau sebaliknya ia menjadi profesi yang kotor? Jika
bisnis adala profesi yang kotor dan sarat dengan perilaku tidak terpuji didalamnya,
mengapa begitu banyak orang yang menekuninya bahkan bangga dengan itu? Lalu
kalo ini profesi kotor, betapa mengerikan masyarakat modern ini yang didominasi
dengan kegiatan bisnis.
Padahal, setiap masyarakat tentunya mempunyai etika dalam segala bidang
kehidupannya. Begitu pula dengan profesi dan bidang usaha termasuk bisnis. Etika
sendiri adalah sebuah peraturan sosial yang tidak tertulis, tetapi secara tidak
langsung disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat dalam konteks sosial.
Etika dalam berbisnis secara keseluruhan mempunyai dua point utama, yaitu tidak
menipu atau mengelabui dan tidak melanggar nilai-nilai kesopanan yang berlaku di
masyarakat tempat bisnis itu dijalankan.
Bisnis modern merupakan realitas yang amat kompleks. Banyak faktor turut
mempengaruhi dan menentukan kegiatan bisnis. Antara lain adalah faktor
organisatoris manajerial, ilmiah teknologis, dan politik-sosial-kultural. Maka dalam
hal ini dubutuhkan teori manajemen untuk menghadapi kompleksifitas yang ada.
1
Karena Peran SDM dalam bisnis sangatlah berpengaruh yakni memberikan nilai
tambah (added value) sebagai tolok ukur keberhasilan bisnis.
Perkembangan sistem ekonomi syariah di Indonesia dewasa ini bisa dikatakan
sangatlah signifikan. Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) memperkirakan bahwa
sektor perbankan syariah akan bertumbuh dalam tiga skenario, yaitu Optimis, jika
mampu mencapai 6% market share perbankan nasional, moderat jika mampu
mencapai 5%-6% market share, dan pesimis jika hanya mencapai di bawah 5%
market share. Industri perbankan syariah Indonesia menempati peringkat
kesembilan dunia, tepat di bawah Turki. Sedangkan peringkat pertama masih
dipegang oleh Malaysia.
Hal ini tentunya menjadi kabar baik bagi para pelaku ekonomi syariah.
Mengingat, saat ini perkembangan bisnis syariah secara substantif sudah mulai
mendapat “hati” dari masyarakat. Perkembangan ini, secara riil ditandai dengan
munculnya lembaga keuangan dan lembaga bisnis yang berlabel Islam atau syariah.
Keberadaan BMT, perbangkan syariah, koperasi syariah, jasa keuangan syariah
sampai pada hotel syariah setidaknya menjadi indikator akan geliat gejala ini.
Perkembangan ini, tentu saja harus kita apresiasi sebagai sesuatu yang positif.
Namun ada kecenderungan bahwa badan atau lembaga syariah tersebut terkadang
hanya menonjolkan label dan simbol belaka. Banyak yang memandang bahwa
syariah hanya menentukan akad syah tidaknya secara syariah. Namun substansi dan
dimensi perilaku islami terkadang terabaikan. Di sinilah menjadi tantangan bersama
bagaimana lembaga syariah mempunyai integritas syariah-akhlaq, disamping
akidah, sebagai spirit dalam kegiatan ekonomi.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
2. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
3. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
4. Manajemen Sumber Daya Manusia Islami
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia untuk
mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi.2 Kemudian Buchari
Zainun, memaparkan bahwa MSDM merupakan bagian yang penting, bahkan dapat
dikatakan bahwa manajemen itu pada hakikatnya adalah manajemen sumber daya
manusia. Atau dengan kata lain manajemen sumber daya manusia adalah identik
dengan manajemen itu sendiri.
2 T. Hani Handoko. Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia Edisi 2. (Yogyakarta: BPFE, 2001), hlm.4.
4
Manajemen SDM. Ditujukan untuk membantu karyawan dalam pencapaian
tujuannya, minimal tujuan-tujuan yang dapat mempertinggi kontribusi
individual terhadap organisasi. Tujuan personal karyawan harus
dipertimbangkan jika para karyawan harus dipertahankan, dipensiunkan, atau
dimotivasi. Jika tujuan personal tidak dipertimbangkan, kinerja dan kepuasan
karyawan dapat menurun dan karyawan dapat meninggalkan organisasi.3
3Sofyandi Herman . Manajemen Sumber Daya Manusia. (Yogyakarta: Gra- ha Ilmu, 2005), hlm. 7.
4Justine T. Sirait. Memahami aspek-aspek pengelolaan sumber daya manusia dalam organ- isasi. (Jakarta:
Gramedia, 2006), hlm. 18.
5
mencapai tujuan oleh karena itu manajer personal harus membentuk satu
organisasi dengan merancang struktur yang menggambarkan hubungan antara
tugas-tugas antar pegawai dan antar faktor-faktor fisik.
Pengarahan
Disebut juga dengan pemberian motivasi atau pemberian komando agar pegawai
mulai bekerja. Pada dasarnya fungsi ini akan menumbuhkan kemauan pegawai
untuk mulai bekerja secara aktif. Pengarahan dalam hal ini terkait erat dengan
kepemimpinan. Seorang pemimpin akan berperan penting dalam mengarahkan
anak-buah atau yang dipimpinnya.
Pengendalian
Kegiatan-kegiatan yang biasa di lakukan dalam proses pengendalian berupa
observasi terhadap kegiatan-kegiatan perencanaan di samping itu juga koreksi-
koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi selama rencana sedang di
laksanakan
6
ini. Sehingga manusia tidaklah boleh berbuat suatu kerusakan. Dalam hal ini tidak
berbuat kerusakan pula dalam menjalankan kegiatan bisnis.
Namun realitasnya, para pelaku bisnis sering tidak mengindahkan etika. Nilai
moral yang selaras dengan etika bisnis, misalnya toleransi, kesetiaan, kepercayaan,
persamaan, emosi atau religiusitas hanya dipegang oleh pelaku bisnis yang kurang
berhasil dalam berbisnis. Sementara para pelaku bisnis yang sukses memegang
prinsip-prinsip bisnis yang tidak bermoral, misalnya maksimalisasi laba, agresivitas,
individualitas, semangat persaingan, dan manajemen konflik.
Kunci etis dan moral bisnis sesungguhnya terletak pada pelakunya. Itu sebabnya
misi diutusnya Rasulullah ke dunia adalah untuk memperbaiki akhlak manusia yang
telah rusak. Seorang pebisnis muslim berkewajiban untuk memegang teguh etika
dan moral bisnis islami yang mencakup husnul khuluq. Pada derajat ini Allah swt
melapangkan hatinya, dan akan membukakan pintu rezeki, dimana pintu rezeki akan
terbuka dengan akhlak mulia tersebut. Akhlak yang baik adalah modal dasar yang
akan melahirkan praktik bisnis yang etis dan moralis.
Manusia sebagai sumber daya penggerak jalannya suatu kegiatan bisnis, harus
mempunyai karakteristik atau sifat-sifat yang diilhami dari shifatul anbiyaa’ atau
sifat-sifat para nabi. Sifat-sifat tersebut dapat disingkat dengan SIFAT pula, yaitu :
shiddiq (benar), itqan (profesional), fathanah (cerdas), amanah (jujur/terpercaya)
dan tabligh (transparan).
Profesional secara syariah artinya mengelola suatu usaha/kegiatan dengan
amanah. Profesionalisme dalam Islam dijelaskan dalam Al Qur’an Surat Al Qashash
ayat 26. Dalam bisnis Islami dua faktor yang menjadi kata kunci adalah kejujuran
dan keahlian.
Suatu motto dalam manajemen sumber daya manusia adalah menempatkan
orang yang tepat pada posisi yang tepat atau the right man on the right place.
Menempatkan seseorang sesuai dengan keahliannya merupakan salah satu
karakteristik profesionalisme Islam. Rasulullah dan para sahabat benar-benar
mengimplementasikan nilai-nilai mulia ini dalam kepemimpinannya.
7
Tiga aspek yang dimiliki oleh manajemen sumber daya insani adalah sebagai berikut :
1) Memiliki nilai ketauhidan ( Allah SWT mengawasi ) dan memiliki nilai aqidah.
Nilai ketauhidan dan nilai aqidah adalah asas yang paling mendasar yang
membedakan antara syariah dan konvensional. dalam suatu organisasi haruslah
memiliki nilai-nilai ketauhidan dan aqidah, karena dengan memiliki itu akan
merasakan kenyamanan dalam melakukan sesuatu, dan merasakan bahwa Seolah-
olah Allah SWT itu dekat dengannya serta selalu mengawasinya dalam melakukan
segala sesuatu apa yang dikerjakannya. Berbeda dengan manajemen konvensional
yang beranggapan bahwa apapun yang dilakuan itu bebas mau benar atau salah,
asalkan tidak ada orang yang tau perbuatan yang kita lakukan. Walaupun
perbedaan itu adalah rahmat, tetapi bukan perbedaan aqidah. Karena di dalam islam
itu tidak ada toleransi mengenai aqidah ataupun keyakinan. Dan orang yang
mempunyai aqidah dan tauhid yang kuat itu akan mulia di mata Allah SWT. Seperti
firman Allah dalam surat al kafirun ayat 6 “ lakum dinukum waliyadin” bagimu
agamamu dan bagiku agamaku. Pondasi aqidah yang kuat kita bisa yakini bahwa
tidak akan orang itu melakukan hal yang salah ( dalam takaran dosa besar ) ataupun
sampai melupakan agama.
2) Struktur organisasi untuk menjalankan organisasi tersebut
Didalam manajemen sumber daya insani struktur organisasi sagatlah diperlukan
unuk membuat perencanaan sehingga mampu mempermudah dan merangkul lebih
banyak kontribusi positif bagi organisasi, ketimbang hanya untuk mengendalikan
keadaan yang menyimpang. Serta lebih menjamin fleksibilitas baik di dalam
maupun antar posisi-posisi pekerja yang saling berinteraksi. Berbicara struktur
organisasi itu berbicara hubungan manusia dengan manusia, terlepas dari yang di
atas tadi bahwa ada hubungan Allah SWT dalam setiap perbuatan kita. Karena
semua aktivitas di dunia ini, itu merupakan proses yang dilakukan oleh manusia.
Jadi manusia menjadi peran yang sangat utama dan sangat penting dalam
manajemen sumber daya insani ini.Untuk menjalankan suatu perusahaan atau
organisasi, kita perlu mengatur yang namanya struktur organisasi. Yaitu dengan
cara menempatkan orang atau pekerja pada tempatnya atau pada bidang
keahliannya. Setiap orang itu memiliki kemampuan atau skill yang berbeda – beda
8
dengan perbedaan itu bisa membuat roda aktivitas perusahaan itu berjalan dengan
lancar. Misalnya seorang ahli teknologi di tempatkan pada bagian promosi itu
menjadi awal kehancuran suatu perusahaan, karena itu penempatan karyawan pada
tempat keahlian itu sangat penting dalam suatu perusahaan. Maka seperti contoh
tadi dapat kita repair ulang bahwa seorang yang ahli dalam teknologi itu di
tempatkan bagian IT dan orang yang memiliki kemampuan dalam berbicara itu
ditempatkan pada bagian promosi.
3) Semua perbuatan itu harus sesuai dengan system syariah
Sistem syariah yang disusun harus menjadikan perilakunya berjalan dengan baik.
Yaitu dengan pelaksanan sistem kehidupan secara konsisten dalam semua kegiatan
yang akhirnya akan melahirkan sebuah tatanan kehidupan yang baik. Manajemen
sumber daya manusia syariah yang baik adalah manajemen yang mengetahui
tentang SDInya, dan selalu melakukan sesuatu perencanaan itu berdasarkan dengan
syariat islam. Serta menjadikan SDInya itu sebagai SDI yang memiliki wawasan
yang luas dan yang selalu tunduk terhadap aturan-aturan yang berlaku baik hukum
pemerintahan maupun hukum agama atau syariat. Semua ini sangat ada kolerasi
antara nilai tauhid yang sangat penting. Agama yang akan menjadi pengontrol.
Sehingga adanya hubungan antara nilai ketauhidan dan perilaku manusia dengan
manusia dalam kehidupan sehari – hari. Dengan demikian segala sesutu yang yang
dilakukan dengan baik, benar, terencana, dan terorganisasi dengan baik, maka kita
akan terhindar dari keragu-raguan dalam memutuskan sesuatu atau dalam
mengerjakan sesuatu. Sesuatu yang dikerjakan pada keragu-raguan biasanya akan
melahirkan hasil yang tidak optimal dan mungkin akhirnya tidak bermanfaat.
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sumber daya manasia dalah segenap atau seluruh kemampuan pada diri manusia
dan mampu menggunakan kemampuan tersebut untuk mencapai tujuan tersebut. Atau
dapat juga diartikan bahwa, Sumber daya insani adalah suatu kemampuan seseorang
dalam mengelola, menjalankan, menggerakkan atau menciptakan dan lainnya untuk
mencapai urgensi yang dinginkan.
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu ilmu atau cara bagaimana
mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu
secara efisien dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai
tujuan (goal) bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi maksimal.
Tiga aspek yang dimiliki oleh manajemen sumber daya insani adalah sebagai berikut :
1) Memiliki nilai ketauhidan ( Allah SWT mengawasi ) dan memiliki nilai aqida
2) Struktur organisasi untuk menjalankan organisasi tersebut
3) Semua perbuatan itu harus sesuai dengan system syariah
Saran
Kami Mengharapkan saran yang dapat membangun makalah ini , atas saran yang
diberikan pembaca kami mengucapkan trima kasih.
10
DAFTAR PUSTAKA
Barthos, Basir, Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Makro. Jakarta:
Bumi Aksara, 2010
Faustino, Cardoso Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusia.Yogyakarta: Penerbit
Andi, 2003.
Herman, Sofyandi, Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006
Irianti, Jusuf, Tema-tema pokok Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Insan
Cendekia, 2004.
Rivai, Veithzal, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan dari Teori ke
Praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.
Zainun, Buchari, Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia, Jakarta: Gunung, 2001.
11