Sosial (Psychosocial)
Bahaya Psychosocial adalah suatu bahaya non fisik yang timbul karena
adanya interaksi dari aspek-aspek job description, disain kerja dan organisasi serta
managemen di tempat kerja serta konteks lingkungan sosial yang berpotensi
menimbulkan ganggua fisik, sosial dan psikologi.
Pentingnya mempelajari Bahaya Psychosocial dan Stress Kerja adalah agar
produktivitas kerja dapat tetap terjaga. Hal ini dapat ditinjau dari dua faktor yaitu:
· Dari aspek Kesehatan adalah untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan
yang timbul karena faktor-faktor yang ada di tempat kerja, dan
· Dari aspek Keselamatan adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan karena
orang yang terkena stress memiliki risiko yang lebih besar untuk terjadinya
kecelakaan.
Dengan mempelajari Bahaya Psychosocial dan Stress kerja, kita bisa mengetahui
dampak apa saja yang ditimbulkannya, seperti timbulnya masalah sosial dan
kejiwaan, performa yang rendah dalam bekerja, dan derajat kesehatan atau fisiknya
tidak optimal untuk bekerja, angka absensi yang tinggi dan hal lain yang tentu dapat
merugikan perusahaan.
Dengan begitu kita bisa melakukan pencegahan agar dampak tersebut tidak terjadi
sehingga kerugian dan akibat yang tidak diinginkan dapat diminimalisasi atau
bahkan dihilangkan. Sehingga dapat tercipta lingkungan kerja yang sehat, aman,
nyaman, dan kondusif bagi para pekerjanya.
Bahaya psikososial ini secara langsung atau tidak akan berpengaruh terhadap
konflik fisik dan karyawan sehari-hari, jika seorang karyawan tidak dapat mengatasi
beban bahaya ini dengan baik maka karyawan tersebut akan jatuh dalam kondisi
bosan, jenuh, stress dan akan mengalami gangguan serta keluhan penyakit serta
menurunkan produktivitas kerja keryawan.
Yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek
psikologis ketenaga kerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian
seperti : penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat,
kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi
tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam
melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh,
serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi
kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.
Faktor psikososial utama yang berperan adalah stress, dimana stressor
kerja dapat berupa hubungan antar pekerja maupun beban kerja (secara kuantitatif
atau kualitatif).
Hasil studi di Jepang menunjukkan bahwa:
Kelelahan fisik akibat kerja sebesar 70 – 74%
Kelelahan mental akibat kerja sebesar 73 – 75% (lebih tinggi)
Penderita jantung koroner memiliki waktu kerja lebih dari 60 jam per minggu
(tinggi)
Seorang manusia pada hakikatnya akan selalu menerima rangsangan (baik fisik,
kimia, biologis, maupun psikis) dan menimbulkan reaksi atas hal tersebut.
Pengalaman ini akan direkam dalam memori, kemudian nantinya akan menentukan
reaksi seseorang dalam menghadapi masalah serupa atau lainnya. Tentunya,
pengalaman yang berbeda akan membuat orang bereaksi secara berbeda pula.
Bentuk reaksi ini dapat timbul dalam 2 pilihan: distress atau stress.
kerja, peralatan, pelatihan, shift kerja, kerja overload atau underload, bahaya
fisik, harga diri terkait pekerjaan
3. Peranan dalam organisasi: ambiguitas peran, konflik peran, tanggung jawab