Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN

Threadfin bream (Marga Nemipterusy atau lebih dikenal dengan nama lokal kurisi atau terisi
merupakan salah satu jenis ikan demersal yang banyak ditangkap oleh nelayan di Indonesia.
Kenaikan rata-rata tangkapan ikan kurisi di Indonesia pada tahun 200 1hingga 2011 meneapai
5,24% (KKP, 2012). Sedangkan di India.jenis ikan iniberkontribusi sebesar 15,34% dari total
basil tangkapan ikan demersal (Sen et ai, 2014). Hasil tangkapan yang tereatat biasanya
merupakan gabungan dari beberapa jenis atau spesies kurisi. Memisahkan dan
mengklasifikasikanjenis-jenis ikan pada Marga Nemipterus eukup sulit, bahkan Russell (1990)
menyatakan bahwa Suku Nemipteridae adalah salah satu suku yang paling membingungkan.
Salah satu jenis ikan kurisi yang banyak ditemukan di tempat pendaratan ikan di indonesia
adalah Nemipterus japonicus atau Japanese threadfin bream. Dikatakan dalam Triharyuni (2013),
selainjenis N.japonicus, jenis lain yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
Tegalsari adalab N. hexodon, N. mesoprion dan N. gracilis. N. japonicus biasanya hidup pada
kedalaman 5-80 meter dengan substrat dasar berupa lumpur atau pasir. Trawl dasar merupakan
alat tangkap yang dominan digunakan nelayan untuJcmenangkap ikan ini. Selain itu, kurisi juga
bisa ditangkap oleh paneing rawai atau pukat einein. Tulisan ini mengutarakan mengenai
klasifikasi dan morfologi dari N. japonicus yang diharapkan membantu mengenal dan
memisahkan dengan jenis-jenis kurisi lainnya serta beberapa aspek biologinya yang dapat
menjadi informasi tambahan yang bermanfaat.
II. ISI
Ikan kurisi
Suhu salinitas kedalaman
Pelagic demersal
Ekosistem
Migrasi/non migrasi
Reproduksi dan pemijahan
Makanan, umur,
waktu musim ikan
Fototaksis
distribusinya

Klasifikasi
Ikan kurisi, Nemipterus japonicus merupakan salah satu jenis dari suku Nemipteridae.
Jenis ikan ini biasa hidup didekat dasar perairan atau dengan kata lain merupakan jenis ikan
demersal. Secara sistematika, N. japonicus dapat dikJasifikasikan sebagai berikut (Baily,2008) :

Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Nemipteridae
Genus : Nemipterus
Spesies : Nemipterus japonicus (Bloach, 1791)
Nama FAO : Japanese threadfin bream
Nama Lokal : Ikan terisi (Jakarta)
Ikan kurisi (Jawa)

Morfologi
Jenis ikan pada Marga Nemipterus memiliki ciri-ciri morfologi yang hampir sama,
sehingga terkadang sulit menentukan jenisnya secara kasat mata. Bentuk badan yang pipih dan
memanjang dengan warna tubuh agak kemerahmudaan merupakan ciri umum dari marga
tersebut. Beberapa karakter morfometrik dan ciri morfologi khusus menjadi faktor kunci dalam
menentukan jenisnya. Nijaponicus memiliki ciri khas yaitu terdapat sebelas atau dua belas garis
berwarna kuning keemasan yang memanjang dari belakang kepala hingga ke dasar sirip ekor
serta adanya totol atau bercak merah kekuningan dekat pangkal garis rusuk (lateral line)
(ElHaweet, 2013).

Tinggi tubuh N.japonicus adalah 2,73,5 kali panjang standamya, sedangkan panjang
bidungnya sarna atau lebih besar dari diameter mata. Diameter mata ikan ini 3,2 hingga4,4 kali
panjang kepala. Lebar interorbital dan tinggi suborbital 1sampai l,9 kali diameter mata. Sirip
dada N.japonicus sangat panjang, yaitu 1-1,3 kali panjang kepaJa bahkan bisa mencapai pangkaJ
sirip dubur. Sirip perut cukup panjang, yaitu 1,2-1,6 kali panjang kepala, dan dapat melewati tepi
anus. Bentuk sirip ekor ikan ini bercabang dengan cabang bagian atas sedikit lebih panjang
dibandingkan dengan cabang bawah dan terdapat filamen. Pada bagian rahang atas terdapat
empat atau lima pasang gigi yang runcing (canines) dan tapis insang terhitung berjumJab 14
hingga 17. Tubuh bagian atas berwarna merah muda dan bagian bawah keperak-perakan. Sirip
punggung, dada dan dubur berwarna keputihan, sedangkan sirip dada danekor agak merahmuda
Terdapatfilamen berwarna kuning pada bagian atas sirip ekor serta bennata merah (Russell,
1990).

Ukuran panjang standarmaksimum N japonicus adalah 250 mm, sedangkan pada umumnya
berukuran sekitar l50 rom (RusselJ, 1990). Betina banyak ditemukan pada ukuranukurankecil
dibandingkanjantan, diduga tingkat pertumbuhan jantan lebib cepat dibandingkan betina (Lee
daJam Russell, 1990).Hal initerjadi karen a betina lebih banyak memanfaatkan energinya untuk
pertumbuhan gonad dibandingkan pertumbuhan tubuh atau somatiknya (Clarke do/am ElHaweet,
2013). Selain itu, ikan jenis ini dapat digolongkan sebagai kelornpok yang betinanya akan lebih
cepat matang gonad kemudian lebih cepat mati dibandingkan jantan, sebingga jantan akanlebih
banyak ditemukan pada ukuran-ukuran besar (Brojo &Sari,2(02).

Bioekologi

Reproduksi dan Pemijahan

Pada umumnya penentuan jenis kelamin pada ikan dapat dilakukan melalui pengamatan
terhadap gonad. Gonad terdiri dari testes yang berfungsi menghasilkan sperma dan ovarium yang
berfungsi menghasilkan ovum (Effendie, 1997).Njaponicusi bersifat dioecious yaitu organ
reproduksi betina dan jantan terbentuk pada individu yang berlainan. Selain itu, pengamatan
terhadap gonad juga bisa digunakan untuk mengetahui stadia perkembangan gonad atau dikenal
sebagai Tingkat kematangan gonad (TKG). Tingkat Kematangan Gonad adalah tahap tertentu
perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah (Effendie, 1997). Penentuan TKG
dapat dilakukan melalui dua cara yaitu melalui pengamatan morfologi dan histologi. Bentuk,
ukuran panjang dan berat gonad, warna dan isi perkembangan gonad merupakan dasar penentuan
TKG dengan cara morfologi (Effendie, i997). Sedangkan, secara histologi, penentuan TKG
dilakukan dengan mengarnati perkembangan gonad melalui perkembangan sel dari gonad
tersebut Salah satu kelebihan penentuan TKG secara histologi adalah anantomi perkembangan
gonad lebih jelas dan detail (Effendie, ]997). Pada penelitian Amine (2012) dan ElHaweet
(2013), penentuan jenis kelamin dilakukan secara morfologi dengan mata telanjang dan tahapan
kematangan gonad dikategorikan menjadi 6 tahap, yaitu (I immature,nrestingstage,illmature,
IVnearly ripe, V ripe dan VI spent).

Ukuran pertama kali matang gonad N japonicus di Blanakan dan Tegal terjadi pada pada
ukuran antara 90-125 nun (Wabyuni eta/., 2009), sedangkan di India, terjadi saat tubuh mencapai
panjang150 mm (Raje, 2002) atau menurut Manojknmar (2004) adalah pada ukuran 183 rom.
Hasil penelitian lainj uga menyebutkan bahwa Njaponicus betina matang pada ukuran panjang
tota1125 rom dan 114 rom untukjantan (Amine, 2012), sedangkan menurut Sen et aJ., (2014)
terdapat pada ukuranpanjang tota1180 IDm. Ukuran waktu pertama kali matang gonad bervariasi
di antara dan di daIam spesies (Udupa, 1986). Perbedaan sediaan makanan, subu perairan dan
kepadatan stok dapat mempengaruhi panjang ikandan ukuran pertama kali matang gonad
(Tormosova dalam Amine, .2012).Adanya perbedaan pola adaptasi ikanbaik karena pengaruh
alami atau tekanan penangkapan juga bisa menjadi salah satu faktor penyebabnya.

Hampir semua ikan termasuk N. japonicus, pemijabannya berdasarkan reproduksi seksual


yaitu terjadinya penyatuan sel produksi organ seksual berupa telur dan sperma. Persatuari kedua
sel produksi organ seksual terjadi di luar tubuh (fertilisasi eksternal). Berdasarkan cara
pemijahannya tersebut maka N. japonicus dikategorikan sebagai ikan ovipar yaitu ikan yang
mengeluarkan telur saat terjadi pemijahan (Effendie, 1997). Jumlah telur yang dikeluarkan dapat
bervariasi berdasarkan ukuran panjangnya. Ikan-ikan yang sudah tua dengan ukuran yang relatif
besar memiliki fekunditas relatif yang lebih kecil, begitu juga sebaliknya (Nikolsky dolam
Effendie, 1997).

Ikan ovipar memi1ikimusim pemijahan tertentu, namun belum banyak informasi mengenai
haJitudi Indonesia. Musim pemijahan N.joponicus di sekitar Teluk Abu Qir, Mesir terjadi pada
bulan Mei hiogga November dengan puncak pemijahan terjadi pada bulan Juli (ElHaweet, 2013).
Sedangkan hasil penelitian Manojkumar (2004) menyebutkan babwa pemijahan ikankurisi di
India terjadi pada bulan November hingga Desember dan di bulan Februari.

Makanan

Secara umum, ikan pada Marga Nemipteridae tmerupakan jenis ikan kamivora atau pemakan
daging. Jenis-jenis makanannya antara lain adalah ikan-ikan kecil, krustasea, moluska (terutama
cephalophoda), polychaeta dan enchinodermata (Russell. 1990). Krustasea diduga merupakan
makanan utama N.japonicus, sedangkan ikan dan moluska sebagai makanan lainnya (Afshari et
01.,2013). Sjafei & Robiyani (2001) juga menyebutkan bahwa kelompok makanan pada kurisi
adalah kelompok udang, Squilla, kep iting, ikan, crustacea lain, cephalopoda, gastropoda,
bintang laut dan polychaeta. Ikankamivora memiliki ciri-ciri seperti adanya gigi untuk
menyergap, menahan dan merobek dan jari-jari tapis insangnya menyesuaikan untuk penaban,
memegang, memarut dan menggilasmangsa (Effendie, 1997). SeJain itu, ikan kamivora
mempunyai lambung, berusus pendek, tebal dan elastis seperti pada Gambar2(Effendie,
1997).lntensitas makan tidak meningkat dengan peningkatan ukuran panjang, tetapi sifat
komponen makanannya tergantung pada ukuran (Krishnamoortbi, 1971). Perbedaan kebiasaan
makanan ikan dapat disebabkan oleh adanya perbedaan letak geografis, umur atau ukuran ikan.

Habitat

Habitat ikan kurisi meliputi perairan estuari dan perairan laut. Tipe substrat sangat
mempengaruhi kondisi kehidupan ikan kurisi untuk dapat berkembang dengan baik, karena
sedimen dasar laut mempengaruhi kehidupan organisme yang hidup di dasar perairan.
Kebanyakan ikan ini hidup di dasar laut dengan jenis substrat berlumpur atau lumpur bercampur
pasir (Burhanuddin et al. 1984 in Siregar 1997). Hidup di dasar, karang-karang, dasar lumpur
atau lumpur berpasir pada kedalaman 10-50 m (Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan 2005 in
Sulistiyawati 2011). Selain itu, ikan kurisi biasanya hidup berasosiasi dengan karang
(www.fishbase.org 2012).

Ikan kurisi ditemukan pada kedalaman lebih dari 100 m (Masuda 1984 in Harahap et al.
2008). Menurut Allen (1985) in Harahap et al. (2008), ikan ini terdapat pada lingkungan laut
pada kedalaman mencakup 100-330 m. Ikan kurisi merupakan hasil tangkapan nelayan dengan
menggunakan alat tangkap cantrang yang temasuk ke dalam kategori Danish Seine. Habitatnya
di daerah karang dan area dasar berbatu-batu dengan kedalaman minimal 100 m. Menurut
Myers (1991) in Harahap et al. (2008), menyatakan bahwa ikan ini ditemukan pada kedalaman
90 m sampai 360 m. Hukom et al. (2004) in Harahap et al. (2008) mengatakan bahwa ikan kurisi
terdapat pada kedalaman lebih dari 100 m (antara 100-500 m).

Distribusi dan Musim

Daerah penyebaran ikan kurisi hampir terdapat di seluruh perairan Indonesia, ke utara
meliputi Teluk Siam dan Philipina (Pusat informasi Pelabuhan Perikanan 2005 in Sulistiyawati
2011). Distribusi ikan kurisi meliputi bagian utara sampai selatan Jepang, secara luas ditemukan
di Indo Pasifik (Masuda 1984 in Harahap et al. 2008). Allen (1985) in Harahap et al. (2008)
menyatakan bahwa ikan ini penyebarannya selain di Indo Pasifik juga terdapat di timur Afrika,
Kepulauan Hawai, utara Ryukyu, Kepulauan Ogasawara, Australia selatan dan Atlantik
Tenggara: Port Alfred, Afrika Selatan. Menurut Myers (1991) in Harahap et al (2008),
penyebaran ikan ini meliputi Indo-Pasifik (Laut Merah ke Mangareva dan Hawai), Bonins,
selatan Caledonia Baru. Di Indonesia ikan kurisi menyebar hampir di seluruh Perairan
Indonesia.
Gambar 1. Distribusi Ikan Kurisi
Sumber : http://www.fishbase.org (2012)
III. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Afshari, M., T. Valinassab , J. Seifabadi. & E. KamaJy. 2013. Age Determination and
Feeding Habits of Nemipterus japonicus (Bloch, 1791) inthe Nothern Oman
Sea. Irian Journal of Fisheries Sciences. 12(2).:248·264.
Amine, A.M. 2012. Biology and assessment of the tread fin bream Nemipterus
japonicus in Gulf of Suez, Egypt. Egypt. J. Aquat. BioI. &Fish. 16:47·57
Baily, N. 2008. Nemipterus japonicus (Bloch, 1791) [online] (http://www. mar
inespec ies. org/ap h ia. ph p? p=taxdetails&id=2I85I5).
Brojo, M. & R.P. Sari. 2002. Biologi reproduksi ikan kurisi (Nemipterus tambuloides
Blkr.) yang didaratkan di Tempat PeleJangan Ikan Labuan, Pandeglang.
Jurnal Ikhtiologi Indonesia. 2 (1): 9·13.
Effendie, Ml. 1997.Biologi Perikanan. Yayasan PustakaNusatama,
Yogyakarta:162h1m.
El Haweet, A.EA. 2013. Biological studies of the invasive species Nemipterus
japonicus (Bloch, 1791) as a Red Sea Immigrant into the Meditteranian.
Egyptian Journal of Aquatic Research. 39: 267274.
Fishbase. 2014. Nemipterus japonicus (Bloch, 1791) [online]
(http://www.tishbase.org/Summary/SpeciesSummary.php?
D=4559&genusname=Nemipterus&speciesname=iaponicus&AT=nemipterus
+japonicuS&lang=English). Diakses pada tanggal 2 Desember 2019.
KKP. 2012. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia, 2011. Kemeruerian Kelautan dan
Perikanan 12 (1).
Krishnamoorthi, B. 1971.Biologi of the treadfin bream, Nemipterus Japonicus
(Bloch). Indian Journal Fish. 18: 1-21
Manojkumar, P.P. 2004. Some aspects on the biology of Nemipterusjaponicus
(Bloch) from Veraval inGujarat. Indian J. Fish. 51(2):185-191.
Pawar, H.B., M.M Shirdhankar., S.K. Barve & S.B. Patenge. 2011. Discrimination of
Nemipterus japonicus (Bloch, 1791) Stock from Maharashtra and Goa States
of lndian Journal of 'Geo-Marine Sciences. 40(3): 471-475.
Raje, S.G. 2002. Observation on the biology of Nemipterus japonicus (Bloch) from
Veraval.Indian J. Fish. 49(4): 433-440.
Russell, B.C. 1990. Nemipterid Fishes of the World FAO,Rome: 149hlm.
Russell, B.C. 1993. A review of the threadfin breams of the genus Nemipterus
(Nemipteridae) from Japan and Taiwan, with description of a new species.
Jap. J. lcthyol. 39: 295-310.
Sen, S., G.R. Dash, M.K. Koya, K.R. Sreenath, S.K. Mojjada, M.K. Fofandi, MS.
Zala & S. Kumari. 2014. Stock Assessment of Japanese Treadfin Bream,
Nemipterus japonicus (Bloch, 1791) from Veraval Water. Indian Journal of
Geo-Marine Sciences. 43(4): 519-527.
Sjafei, D.S & Robiyani. 2001. Kebiasaan makanan dan faktor kondisi ikan kurisi
Nemipterus tambuloides Blkr.di Perairan Teluk Labuan, Banten, Jumal
Ikhiiologi Indonesia. t{l):7-11.
Triharyuni, S.,S.T.Hartati &R.F.Anggawangsa. 2013. Produktivitas dan kerentanan
ikan kurisi (Nemipterus spp.) basil tangkapan cantrang di LautJawa. Bawal.
19(4):213-220
Udupa, K.S. 1986. Statistical method of estimating the size at first maturity of fishes.
Fishbyte. 4(2): 8-10
Wahyuni,I.S., S.T.Hartati & IJ.Indarsyah.2009. Informasi biologiperikanan ikan
kurisi (Nemipterusjaponicus) di Blanakan dan Tegal.Bawal.2(4): 171-176.

Anda mungkin juga menyukai