Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN


IKAN BETOK (Anabas testudineus)

Arif Hidayat

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


DAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDERALAYA
2012

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Biologi perikanan adalah studi mengenai ikan sebagai sumberdaya yang
dapat dipanen oleh manusia, yang mencakup biologi ikan dimana penekanannya
terhadap spesies penting sebagai sumberdaya. Tujuan biologi perikanan
merupakan suatu usaha agar orang yang mempelajarinya mengerti dan memahami
sumberdaya perikanan serta bagaimana pemanfaatan sumberdaya tersebut secara
optimum dan membuat rekomendasi dalam pemanfaatan serta perbaikannya
(Effendie, 2002).
Tujuan yang terkandung dalam biologi perikanan diantaranya merupakan
suatu usaha agar orang yang mempelajari, mengerti dan memahami sumberdaya
tersebut secara optimum dan membuat rekomendasi dalam pemanfaatan serta
perbaikannya. Jadi aplikasi pengetahuan biologi perikanan sebagai alat
pengelolaan perikanan, dimana pengelolaan perikanan itu akan berhubungan
dengan sumberdaya masyarakat. Oleh karena itu selain harus mengetahui dan
memahami biologi perikanan pengelola perikanan itu harus membekali diri
dengan pengetahuan lainnya yang berhubungan dengan ekonomi, keteknikan,
sosiologi, pemerintahan dan sebagainya (Effendie, 2002).
Dengan memahami teori-teori yang ada dalam biologi perikanan
selanjutnya diaplikasikan ke lapangan diharapkan pemanfatan sumberdaya
perikanan dapat mencapai optimal dengan tetap menjaga keseimbangan dan
kelestarian perairan di Indonesia, serta dapat mengandalkan berbagai jenis
komoditas ikan yang bernilai ekonomis tinggi (Cahyono, 2000).
Tujuan dari pemahaman biologi perikanan adalah untuk memahami dan
mengerti sumberdaya perikanan sebagaimana pemanfaatan sumberdaya itu
termanfaatkan secara optimal serta merekomendasikan dalam pemanfaatan serta
perbaikannnya (Effendi, 2002).

B. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Biologi Perikanan ini adalah :
1. dapat melakukan analisis morfometri pada ikan sampel sehingga dapat
diketahui korelasi antara beberapa parameter bagian tubuh dari satu jenis ikan
2. dapat melakukan identifikasi individu ikan, serta dapat membedakan ikan
jantan dan ikan betina
3. mengetahui cara memperoleh indeks kematangan gonad, tingkat kematangan
gonad, dan menghitung nilai fekunditas dari suatu individu
4. dapat menganalisis pola kebiasaan makan dari suatu spesies ikan
5. dapat mengukur diameter telur

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Sistematika dan Morfologi Ikan
Sistematika ikan betok (Anabas testudineus) menurut Lingga, et al.,
(1986) adalah sebagai berikut :
filum

: Chordata

klass

: Pisces

ordo

: Percomorphoidae

sub ordo

: Anabantoidea

famili

: Anabantidae

genus

: Anabas

spesies

: Anabas testudineus
Betok adalah nama sejenis ikan yang umumnya hidup liar di perairan

tawar. Ikan ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti bethok atau bethik
(Jawa), puyu (Melayu) atau pepuyuk (bahasa Banjar). Dalam bahasa Inggris
dikenal sebagai climbing gouramy atau climbing perch, merujuk pada
kemampuannya memanjat ke daratan. (Anonim, 2010)
Ikan yang umumnya berukuran kecil, panjang hingga sekitar 25 cm,
namun kebanyakan lebih kecil. Berkepala besar dan bersisik keras kaku. Sisi atas
tubuh (dorsal) gelap kehitaman agak kecoklatan atau kehijauan. Sisi samping
(lateral) kekuningan, terutama di sebelah bawah, dengan garis-garis gelap
melintang yang samar dan tak beraturan. Sebuah bintik hitam (terkadang tak jelas
kelihatan) terdapat di ujung belakang tutup insang. Sisi belakang tutup insang
bergerigi tajam seperti duri. Dalam keadaan normal, sebagaimana ikan umumnya,
betok bernafas dalam air dengan insang. Akan tetapi seperti ikan gabus dan lele,
betok juga memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen langsung dari udara.
Ikan

ini

memiliki organ

labirin (labyrinth

organ)

di

kepalanya,

yang

memungkinkan hal itu. Alat ini sangat berguna manakala ikan mengalami
kekeringan dan harus berpindah ke tempat lain yang masih berair. Betok mampu
merayap naik dan berjalan di daratan dengan menggunakan tutup insang yang
dapat dimegarkan, dan berlaku sebagai semacam kaki depan. Namun tentu saja

ikan ini tidak dapat terlalu lama bertahan di daratan, dan harus mendapatkan air
dalam beberapa jam atau ia akan mati (Bloch, 1792).
B. Analisa Morfometri Ikan
Ikan betok yang umumnya berukuran kecil, panjang hingga sekitar 25 cm,
namun kebanyakan lebih kecil. Berkepala besar dan bersisik keras kaku. Sisi atas
tubuh (dorsal) gelap kehitaman agak kecoklatan dan kehijauan. Sisi samping
(lateral) kekuningan, terutama di sebelah bawah, dengan garis-garis melintang
yang samar dan tak beraturan. Sebuah bintik hitam (kadang-kadang tak jelas
kelihatan) terdapat duri di ujung belakang tutup insang. Sisi belakang tutup insang
bergerigi tajam seperti duri (Effendie, 2002).
Ikan ini memiliki karakter meristik meliputi jumlah jari-jari sirip dan
jumlah sisik, yaitu Jumlah jari-jari sirip dorsal, jari-jari sirip anal,
ventral, jari-jari sirip pektoral,

jari-jari sirip

jari-jari sirip caudal, sisik pada garis rusuk (LL),

sisik di atas garis rusuk (LL), sisik di bawah garis rusuk, sisik di muka sirip
dorsal, sisik pada pipi, sisik sekeliling

badan,

sisik sekeliling batang

ekor.Penghitungan karakter morfometrik menggunakan Analisis Komponen


Utama, Untuk memperoleh korelasi antar karakter serta pengelompokan individu
berdasarkan karakter morfometrik. Karakter yang berperan pada komponen
utama kedua yaitu Panjang kepala di depan mata, panjang rahang atas, panjang
rahang bawah, tinggi pipi, panjang dasar jari-jari lemah sirip ventral,
menunjukkan korelasi yang besar terhadap keragaman bentuk (Murtidjo, 2001).
C. Seksualitas Ikan
Ciri-ciri ikan jantan dan ikan betina dapat dilihat dari beberapa parameter
antara lain ikan jantan tubuhnya ramping dan panjang, warna badan agak cerah,
sirip punggung lebih panjang, bagian bawah perut rata, jika perut diurut akan
keluar cairan sperma berwaran putih susu. Ikan betina juga mempunyai ciri-ciri
antara lain tubuh gemuk dan lebar kesamping, warna badan agak gelap, sirip
punggung lebih pendek, bagian bawah perut agak melengkung, jika matang gonad

pada bagian perut diurut akan keluar telur, alat kelamin berwarna kemerahmerahan (Effendie, 2002).
Dalam sistem reproduksi ikan, kelenjar gonad memiliki peran yang sangat
penting. Untuk ikan kelamin betina, gonad disebut ovarium. Sedangkan untuk
ikan kelamin jantan diebut testes. Pada ikan betina bentuk ovarium umumnya
memanjang dan bulat. Letak ovarium ikan ada yang melekat langung pada
dinding rongga tubuh sebelah dorsal dan ada pula yang mengantung pada rongga
tubuh. Luas rongga tubuh pada ikan yang digunakan untuk perletakan ovarium
sangat beragam. Hal ini berkaitan dengan tingkat perkembangan kelamin ikan
(Murtidjo, 2001).
D. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan
cara morfologi ialah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna, dan perkembangan
gonad yang dapat dilihat. Perkembangan gonad ikan betina lebih banyak
diperhatikan daripada ikan jantan karena perkembangan diameter telur yang
terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat daripada sperma yang terdapat dalam
testes (Effendie, 2002).
Tingkat kematangan gonad ikan betook (Anabas testudineus) menurut
makwin (2009) adalah sebagai berikut:
I.

Ovari seperti benang panjang kedepan, rongga tubuh,warna jernih dan


permukaan licin. Testes seperti benang lebih pendek (terbatas) dan terlihat

ujungnya di rongga tubuh, warnanya jernih.


II. Ukuran ovari lebih besar pewarnanya, lebih gelap kekuning-kuningan, telur
belum terlihat jelas dengan mata. Ukuran testes lebih besar, pewarnaan putih
seperti susu,bentuk lebih jelas.
III. Ovarinya berwarna kuning, secara morfologi telur mulai terlihat butirnya oleh
mata. Permukaan testes tampak bergerigi, warna makin putih, testes makin
besar dalam keadaan diam mudah putus.
IV. Ovarium makin besar, telur berwarna kuning mudah dipisahkan, mengisi 2/3 rongga perut, usus terdesak seperti pada TKG III tampak lebih jelas, dan
testes sama pejal.

V. Ovari berkerut, dinding tebal butir telur sisa terdapat didekat pelepasan,
banyak telur seperti pada TKG II Testes bagian belakang kempis dan dibagian
pelepasan masih kempis.
E. Indeks Kematangan Gonad (IKG)
Gonad ikan betok akan bertambah berat seiring dengan semakin besar
ukurannya termasuk garis tengah telurnya. Berat gonad akan mencapai maksimum
disaat akan memijah, kemudian berat gonad menurun dengan cepat selama
pemijahan berlangsung sampai selesai (Pellokila, 2009).
Pada ikan betok jantan (testes) bersifat internal dan bentuknya memanjang,
umumnya berpasangan. Ukuran dan warna gonad bervariasi tergantung kepada
tingkat kematangannya. Berat bisa mencapai 12% atau lebih dari berat tubuhnya.
Sedangkan

ikan betok betina gonadnya (ovarium) berbentuk longitudinal,

letaknya internal dan biasanya berjumlah sepasang. Ukuran dan perkembangannya


bervariasi terantung dengan tingkat kematangannya. Jika dalam keadaan matang,
ovarium bisa mencapai 70% ari berat tubuhnya (Pellokila, 2009).
F. Fekunditas
Potensi induk ikan dalam pemijahan sangat penting untuk diketahui
terutama yang berkaitan dengan jumlah telur yang dikandung individu ikan. Pada
umumnya, terdapat hubungan antara fekunditas, ukuran berat, panjang, usia dan
ukuran butir telur. Semakin berat atau panjang tubuh ikan dan semakin tua
usianya, maka fekunditasnya makin tinggi. Selain itu, ikan memiliki kebiasaan
tidak menjaga telurnya, umumnya memberikan petunjuk bahwa fekunditas tinggi.
Sebaliknya, ikan yang mempunyai kebiasaan menjaga telurnya setelah memijah
memiliki fekunditas rendah (Murtidjo, 2001).
Fekunditas atau jumlah telur ikan betok berkisar antara 595 butir hingga
9408 butir, dengan kisaran panjang total ilkan antara 7,2-15 cm dan kisaran bobot
tubuh antara 4,5-39 g (Cahyono, 2000).

G. Feeding Habits
Ikan betok merupakan karnivora yang biasa memangsa larva udang
ataupun benih ikan yang ada di perairan. Namun apabila jenis nutrisi ini sedikit,
ikan betok mampu mengkonsumsi berbagai tumbuhan air renik maupun
makrophyta, misalnya fitoplankton atau ganggang air tawar yang lainnya
(Cahyono, 2000).
Ukuran mulut ikan dapat memberikan petunjuk terhadap kebiasaan
makan, terutama bila dikaitkan dengan ukuran dan tempat gigi berada. Begitu
pun pada lambungnya yang menunjukkan beberapa adaptasi dalam bentuknya
(Tim Iktiologi, 1989).

H. Diameter Telur
Fekunditas individu ikan betok yang berukuran panjang total 18 cm
sebanyak 17.235 butir telur. Ikan ini mulai matang kelamin pada ukuran 14 cm.
Musim pemijahannya pada awal musim penghujan. Kisaran fekunditas total ikan
betok adalah 964-30.208 butir dengan panjang total berkisar antara 0,36-6,37
gram. Kisaran diameter telur ikan betina yang telah matang gonad (TKG III dan
IV) adalah 0,23-1,42 mm. Berdasarkan pola penyebaran diameter telur TKG III
dan IV dapat diduga bahwa pola pemijahan ikan betok berdasarkan 3 bulan
penelitian adalah pemijahan secara serentak (total spawning) (Pellokila, 2009).

I. Acetocarmin
Acetocarmin adalah zat pewarna, sehingga jelas fungsinya adalah untuk
memberi pigmen kepada sel-sel sehingga mudah sekali untuk diamati.
Acetocarmin pada suatu larutan memiliki sifat member warna pada kromosom
dan pada larutan acetocarmin bersifat asam. Fungsi dari zat warna aceocarmn

sebagai pemberi warna pada organel. Sedangkan komponen/ bahan-bahan


penyusun acetocarmin adalah acetocarmin B sebagai zat warna itu sendiri dan
auxochrome yang berfungsi sebagai radikal pengikat, aquadest, dan asam asetat.
Warna yang diberikan acetocarmin adalah merah tua (Iqbal, 2007).

III. METODELOGI PRAKTIKUM


A. Waktu dan Tempat
Praktikum Biologi Perikanan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 19 Oktober
2011 pukul 14.30 WIB di Laboratorium Dasar Perikanan, Program Studi
Budidaya Perairan dan Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya Indralaya.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum Biologi Perikanan ini adalah
alat-alat bedah (gunting, pisau, cutter, pinset),

timbangan analitik/digital

(ketelitian 0,1 g), penggaris (ketelitian 1 mm), stereoform (ukuran 30 cm x 20


cm), alat tulis, kertas tissue, cawan petri, mikroskop. Bahan yang digunakan
pada praktikum Biologi Perikanan ini adalah ikan betok (Anabas testudineus)
(jenis ikan ditentukan oleh asisten).
C. Cara Kerja
1. Analisa Morfometrik
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Identifikasi masing-masing jenis ikan sampel,
b. Ukur berat ikan, panjang total, panjang standar, lebar mulut dan tinggi badan
c. Tuliskan data/hasil pengamatan dalam tabel/lembar kerja.
2. Membedakan jenis kelamin jantan dan betina
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Amati perbedaan ikan jantan dan ikan betina berdasarkan parameter-parameter
berikut ini :
- Bentuk tubuh
- Ekor

- Sirip dada
- Sirip punggung
- Sirip perut
- Warna tubuh
- Bentuk kepala
b. Menuliskan data/hasil pengamatan dalam tabel/lembar kerja.
3. Indeks kematangan Gonad (IKG)
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Membersihkan tubuh ikan dari segala kotoran dan keringkan dengan kertas
tissu
b. Menimbang berat ikan beserta gonadnya (Bt)
c. Membedah ikan pada bagian perutnya dan keluarkan gonad dengan hati-hati,
jangan sampai pecah
d. Keringkan gonad tersebut dengan kertas tissu dan timbang (Bg)
e. Menentukan IKG dengan persamaan sebagai berikut
IKG = Bg x 100%
Bt
4. Tingkat kematangan Gonad (TKG)
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Ikan yang sudah diperoleh nilai IKG-nya disiapkan untuk diamati, baik dengan
mata biasa maupun dengan kaca pembesar
b. Pengamatan terhadap gonad ikan meliputi
Ukuran ikan jantan :
- Bentuk testes
- Besar kecilnya testes
- Warna testes
- Pengisian testes dalam rongga tubuh
- Keluar tidaknya testes dalam tubuh ikan (dalam keadaan segar)

Ukuran ikan betina :


- Bentuk ovarium
- Besar kecilnya ovarium
- Pengisian ovarium dalam rongga perut
- Warna ovarium
- Warna telur
c. Ditentukan klasifikasi kematangan gonad dengan melihat kunci kematangan
gonad menurut Kesteven dan Nikolsky.
5. Fekunditas
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Gonad yang telah diambil dari tubuh ikan dan telah dibersihkan, ditimbang
beratnya dengan menggunakan timbangan digital
b. Gonad diambil, kemudian potong gonad menjadi empat bagian dan ambil
sebagian gonad pada bagian pangkal, tengah dan ujung gonad untuk
pengamatan selanjutnya, sehingga diharapkan seluruh bentuk dan ukuran telur
terwakili
c. Sebagian telur yang telah diambil tersebut ditimbang beratnya
d. Setelah ditimbang, gonad diencerkan dengan air sebanyak 100 cc dan aduk
hingga homogen, dimana tidak ada lagi telur yang mengelompok
e. Setelah homogen, hitung telur dari ikan sampel.
6. Penentuan Kebiasaan Makan
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Ikan dibedah
b. Ambil ususnya jangan sampai pecah atau putus. Jika ikan mempunyai
lambung, angkat dari bagian perutnya.
c. Ambil usus atau lambung dengan hati-hati kemudian keluarkan isinya dengan
membedahnya. Kemudian usus atau lambung tersebut diukur volumenya tanpa
isi.

d. Pisahkan jenis usus yang berukuran besar ataupun kecil, identifikasi jenisnya
dan jika mungkin ukur volumenya sesuai prosedur.
e. Aduk hingga homogen dan ambil dengan pipet, tuangkan ke kaca objek dan
amati di bawah mikroskop.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Analisis Morfometri
Dari praktikum yang dilakukan data analisa morfometri dapat dilihat pada tabel
1, yaitu :
Tabel 1. Analisis Morfometri pada ikan betok (Anabas testudineus)
No

Berat (g)

Panjang
Total (cm)

1
2
3
4
5

14
10
16
14
20

9,2
9,0
9,5
9,1
10

Panjang
Standar
(cm)
7,5
6,3
8
7,1
8,5

Lebar
Mulut
(cm)
1
1
1,5
1
1

Tinggi
Badan (cm)
2
2,2
3
3
3

Pada analisis morfometri pada ikan betok (Anabas testudineus)


menggunakan empat sampel ikan dengan ukuran yang berbeda-beda yaitu pada
sampel pertama beratnya 14 gr, panjang total 9,2 cm, panjang standar 7,5 cm,
lebar mulut 1 cm, dan tinggi badan 2 cm. Pada sampel kedua beratnya 10 gr,
panjang total 9,0 cm, panjang standar 8 cm, lebar mulut 1 cm, dan tinggi badan
2,2 cm. Pada sampel ketiga beratnya 16 gr, panjang total 9,5 cm, panjang standar
8 cm, lebar mulut 1,5 cm, dan tinggi badan 3, cm. Sampel keempat beratnya 14 gr,
panjang total 9,1 cm, panjang standar 7,1 cm, lebar mulut 1 cm, dan tinggi badan
3, Sampel keempat beratnya 20 gr, panjang total 10 cm, panjang standar 8,5 cm,
lebar mulut 1 cm, dan tinggi badan 3, Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa
ukuran tiap ikan berbeda-beda, hal ini dapat disebabkan oleh tingkat kematangan
gonad tiap ikan serta pakan yang dimakan oleh ikan dan lingkungan ikan berada.
B. Membedakan Ikan Jantan dan Ikan Betina
Dari praktikum yang dilakukan data perbedaan ikan jantan dan ikan betina
dapat dilihat pada tabel 2, yaitu :
Tabel 2. Ciri ikan jantan dan betina ikan betok (Anabas testudineus)
Ciri-Ciri Morfologi

Jantan

Betina

Bentuk Tubuh
Ekor
Sirip Dada
Sirip Punggung
Sirip Perut
Warna
Bentuk Kepala
Sisik
Ciri Khusus

lebih kecil
lebih panjang
lebih tebal
lebih kecil
lebih besar
lebih gelap
lebih kecil
lebih kecil
punya labirin

lebih besar
lebih pendek
lebih tipis
lebih besar
lebih kecil
lebih terang
lebih besar
lebih besar
punya labirin

Adanya perbedaan morfometrik ikan jantan dan betina terlihat dalam tabel
di atas yaitu ciri-ciri morfometrik bentuk tubuh pada ikan jantan lebih kecil
sedangkan pada ikan betina terlihat besar di bagian perut. Bentuk ekor pada ikan
jantan agak panjang dan pada betina pendek, sirip dada pada ikan jantan warna
transparan kehitaman dan ikan betina sedikit kehitaman. Sirip punggung ikan
jantan lancip ke belakang sama dengan ikan betina, sirip perut ikan jantan lancip
ke belakang dan ikan betina pun juga. Warna ikan jantan lebih gelap dan betina
agak cerah, bentuk kepala ikan jantan terdapat lekukan dan biasa. Sisik ikan
jantan dan ikan betina sama, ciri khusus ikan jantan tidak ada dan ikan betina
rongga perut lebih besar. Dengan melihat secara kasat mata kita dapat
membedakan antara ikan betok jantan dan ikan betok betina dengan perbedaanperbedaan diatas.
C. Indeks Kematangan Gonad
Dari praktikum yang dilakukan data indeks kematangan gonad dapat
dilihat pada tabel 3, yaitu :
Tabel 3. Indeks Kematangan Gonad ikan betok (Anabas testudineus)
No
1
2
3
4
5

Berat Gonad
(gr)

Berat Tubuh
(gr)
14
10
16
14
20

Indeks Kematangan Gonad


(IKG)
9,57 %
9,4 %

Dari ketiga sampel ikan tersebut didapat gonad pada ikan keempat dan
kelima mempunyai gonad berupa telur dengan nilai IKG 9,57 % dan 9,4 %

D. Tingkat Kematangan Gonad


Dari praktikum yang dilakukan data tingkat kematangan gonad dapat dilihat
pada tabel 4, yaitu :
Tabel 4. Tingkat Kematangan Gonad ikan betok (Anabas testudineus)
No

Jenis Kelamin

1
2
3
4
5

jantan
jantan
Jantan
Betina
Betina

Keterangan
Perkembangan II menurut Kesteven
Pemasakan menurut Nikolsky
pemasakan menurut Nikolsky
Bunting menurut Kesteven
Masak menurut Nikolsky

Tingkat kematangan gonad pada sampel pertama adalah dara menurut


Kesteven, sampel kedua pemasakan menurut Nikolsky, sampel ketiga Pemasakan
menurut Nikolsky, sampel keempat Bunting menurut kesteven dan sampel kelima
masak menurut Nikolsky
E. Fekunditas
Dari praktikum yang dilakukan data fekunditas ikaan betok dapat dilihat
pada tabel 5, yaitu :
Tabel 5. Fekunditas pada ikan betok (Anabas testudineus)
Sampel ikan ke1
2
3
4
5

Nilai Fekunditas (butir)


5700
5232

Fekunditas sampel pertama, kedua, dan ketiga merupakan ikan jantan


sehingga nilai fekunditas telur tidak ada. Pada sampel keempat dan kelima
fekunditasnya tinggi sehingga menyulitkan praktikan untuk menghitungnya, maka
dibagi menjadi empat bagian dan diambil satu bagian sampel untuk dihitung.

Fekunditas ikan sampel keempat tinggi dikarenakan gonadnya yang besar serta
tingkat kematangan gonadnya yang telah mencapai masa reproduksi.
F. Kebiasaan Makan
Dari praktikum yang dilakukan data kebiasaan makan dapat dilihat pada
tabel 6, yaitu :
Tabel 6. Kebiasaan makan pada ikan betok (Anabas testudineus)
No

Jenis Pakan

Keterangan Pakan

Jumlah

1 Omni cenderung Carni


2 Omni cenderung Carni
3 Omni cenderung Carni

serangga kecil
serangga kecil
serangga kecil

banyak
banyak
banyak

Kebiasaan makan ikan betok diamati dari pengambilan isi lambung dan
usus pada tiap ikan sampel yang diencerkan dengan 100 cc air lalu diamati
dibawah kaca mikroskop lalu didapatlah data seperti yang tertera pada tabel. Dari
data tersebut dapat diketahui bahwa ikan betok mempunyai kebiasaan makan
yaitu karnivora.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum biologi perikanan ini adalah :
1. Pada ikan jantan dan betina ikan betok (Anabas tetudineus) mempunyai
perbedaan secara morfologi.
2. Tingkat kematangan gonad pada ikan betok (Anabas tetudineus) betina yaitu
terjadi pada fase Perkembangan II menurut Kesteven dan pada fase masak
menurut Nikolsky, yang ditandai dengan warna telur kekuningan dan berbentuk
bulat dan jika ditekan perutnya akan keluar melalui lubang pelepasan.
3. Kebiasaan makan pada ikan betok ( Anabas testudineus) adalah karnivora
4. Analisis morfometri mempunyai nilai terbesar pada berat tubuh ikan 20 gr,
panjang total ikan 9,5 cm, panjang standar ikan 8,5 cm, lebar mulut ikan 1,5
cm dan tinggi badan ikan sebesar 3 cm.
5. Indeks kematangan gonad pada ikan betok (Anabas tetudineus)

terbesar

mempunyai nilai sebesar 9,57 %.


B. Saran
Saran yang dapat praktikan sampaikan adalah sebaiknya praktikan harus
lebih disiplin waktu ketika akan praktikum serta alat bedah yang digunakan
ketika melaksanakan praktikum lebih lengkap dan sebaiknya ketika melakukan
praktikum harus menggunakan ikan yang masih hidup atau masih dalam keadaan
segar.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Bambang. 2001. Budidaya Ikan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta.


Djaridjah, Abbas Siregar. 1995. Pakan Ikan Alami. Kanisius. Yogyakarta.
Effendie, Ichsan. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara.
Yogyakarta.
Hukamar, Makwin. Tingkat Kematangan Gonad Ikan. Agromedia Pustaka. Jakarta
Iqbal. 2007. Genetika Perikanan Knisius. Yogyakarta.
Murtidjo, Bambang. 2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar.
Kanisius. Jakarta
Pellokila N.A.Y. 2009.Biologi Reproduksi Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch
1792) di Rawa Banjiran DAS Mahakam Kalimantan Timur. Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai