Anda di halaman 1dari 7

SEKSUALITAS PADA IKAN

Pengetahuan mengenai perbedaan jenis kelamin dalam budidaya ikan sangat penting
dalam penentuan induk jantan dan betina yang akan digunakan dalam proses pemijahan pada
kegiatan pembenihan ikan. Pada umumnya suatu spesies ikan terdiri dari dua jenis kelamin,
betina dan jantan. Penentuan jenis kelamin ikan dapat dilakukan dengan mengetahui perbedaan
ciri kelamin (seksual) pada ikan jantan dan ikan betina. Ciri seksual ikan dapat dibagi menjadi
dua, yaitu ciri seksual sekunder dan ciri seksual primer.

Ciri seksual primer

Ciri seksual primer merupakan ciri seksual yang berhubungan secara langsung dengan proses
reproduksi, dalam hal ini adalah organ-organ reproduksi dan hormon-hormon yang
mempengaruhinya. Organ reproduksi yang menghasilkan sel kelamin disebut gonad. Gonad ikan
meliputi ovarium dan pembuluhnya (oviduk) pada betina; serta testis dan pembuluhnya
(spermduk) pada jantan. Gambar 1. merupakan ilustrasi bentuk umum dari gonad dan saluran
(pembuluh) kelamin pada ikan. Ovarium dan testis, biasanya berjumlah sepasang terletak
membujur didalam rongga perut terhubung dengan saluran gonad (spermduk atau oviduk) yang
selanjutnya ke arah luar melalui lubang genital (genital pore). Dalam hubungan antara gonad dan
salurannya serta ginjal dan salurannya, sebagian kecil spesies ikan tidak memiliki oviduk yang
sempurna contohnya pada ikan-ikan salmonid sehingga telur mengumpul bebas di dalam rongga
perut sebelum dikeluarkan melalui lubang genital. Sebagian besar spesies ikan memiliki oviduk
yang sempurna dapat langsung mengeluarkan telur melalui lubang genital.
Pada umumnya kelamin ikan jantan dan betina dapat dibedakan dengan melihat saluran
kelaminnya. Pada ikan betina, telur dikeluarkan melalui oviduk (saluran telur) yang terpisah dari
saluran kencing (uretra); sedangkan pada ikan jantan, sperma dikeluarkan melalui saluran sperma
yang menyatu dengan saluran kencing (uretra) yang umumnya berbentuk menonjol seperti penis
pada mamalia dan disebut dengan papila genital (Gambar 2.).
Selama tahap awal perkembangan embrio, sel germinal (sel kelamin) tidak mengalami
perkembangan sampai unsur somatik dari gonad (membran eksternal dan jaringan interstitial)
berkembang pada saat tahap akhir organogenesis. Pada ikan, tahap ini berlangsung saat larva
ikan telah menetas dan mulai makan. Selama proses organogenesis sel germinal diduga
bermigrasi ke posisinya untuk membentuk bagian dari gonad dan mulai berkembang menjadi
oogonium atau spermatogonium ketika telah terjadi diferensiasi seksual jantan atau betina.
Seiring dengan perubahan ini, sel-sel interstitial dari gonad (jaringan non germinal) mulai
memproduksi hormon seks yang menentukan karakteristik seksual sekunder berikutnya mulai
dari dimorfisme hingga perilaku seksual.

Secara umum, jaringan interstitial dari gonad menghasilkan hormon seks steroid dalam merespon
pesan hormonal dari kelenjar hipofisis di pangkal otak. Sumbu hipofisis-gonad ini mengontrol
ekspresi seksualitas yang meliputi pengembangan, pematangan dan pelepasan gamet (sperma
dan ovum) sebagai respon terhadap iklim atau isyarat musiman. Melalui cara ini, siklus seksual
ikan erat kaitannya dengan keadaan lingkungan. Sehingga dalam situasi praktis, masalah-
masalah reproduksi yang muncul karena faktor alam dapat diatasi dengan manipulasi lingkungan
(cahaya atau suhu) atau dengan pemberian hormon seks secara langsung.
Sebelum memasuki fase remaja (juvenil), umumnya ikan tidak bisa dikenali jenis kelaminnya.
Hal ini terjadi karena kelamin ikan belum terdiferensiasi secara sempurna. Meskipun secara
genetis ikan terdiri dari jantan dan betina (XX dan XY, WW dan WZ), namun faktor lingkungan
lebih mempengaruhi diferensiasi kelaminnya. Sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan
kelamin ikan secara fungsional dan genetis. Maka dari itu, penentuan jenis kelamin ikan dapat
dianggap plastis. Jenis kelamin ikan tidak dapat diketahui saat ikan tersebut baru menetas.
Kelamin ikan dapat diketahui setelah sel kelamin telah terdiferensiasi sempurna, tidak seperti
pada mamalia yang jenis kelaminnya dapat diketahui sejak lahir. Hal ini dikarenakan adanya
interaksi lingkungan yang menentukan jenis kelamin pada ikan. Bahkan beberapa spesies ikan
memiliki sifat hermaproditisme (kelamin ganda).

Ciri Seksual Sekunder

Ciri seksual sekunder adalah ciri kelamin yang dapat ditandai dengan melihat ciri-ciri fisik untuk
membedakan ikan jantan dan betina. Namun, tidak semua jenis ikan bisa dibedakan jenis
kelaminnya hanya dengan melihat ciri-ciri fisiknya, contohnya ikan ringau (Datnioides
micrrolepis) yang sangat sulit dibedakan jenis kelaminnya sehingga sering kali terjadi kesalahan
dalam pemilihan induk (Sirikul et al., 1994). Jenis ikan yang memiliki morfologi (bentuk dan
ukuran tubuh) yang jelas berbeda antara ikan jantan dan betina maka ikan tersebut memiliki ciri
dimorfisme seksual. Sedangkan jenis ikan yang memiliki perbedaan warna yang jelas antara ikan
jantan dan betina maka ikan tersebut memiliki ciri dikromatisme seksual. Suatu jenis ikan dapat
memiliki kedua ciri tersebut atau hanya salah satunya saja, atau bahkan tidak kedua-duanya.

Ciri seksual sekunder pada ikan jantan dan betina berkembang seiring dengan diferensiasi
seksual yang terjadi. Seiring dengan perkembangan stadia ikan (larva-benih-juvenil-dewasa), ciri
kelamin sekunder akan berkembang menentukan status kelamin ikan tersebut. Ikan jantan
biasanya mengembangkan karakteristrik seksual yang lebih ekstrim dari segi morfologi, warna,
dan agresivitas. Hal ini dipengaruhi oleh hormon androgen yang diproduksi oleh testis. Secara
umum, bentuk sirip ikan jantan lebih panjang, warna ikan jantan lebih cerah dan cemerlang, serta
ikan jantan memiliki tingkat agresivitas yang lebih tinggi. Namun dari segi ukuran, pada
beberapa spesies, ikan betina memiliki ukuran tubuh yang jauh lebih besar dari ikan jantan.
Berdasarkan kemunculannya ciri seksual sekunder dapat dibagi menjadi dua, yaitu ciri seksual
sekunder sementara dan ciri seksual sekunder permanen.

Ciri seksual sekunder sementara.

Ciri seksual sekunder sementara hanya muncul pada waktu musim pemijahan saja. Ciri seksual
sekunder muncul akibat adanya rangsangan lingkungan pada saat musim pemijahan. Secara
umum, ikan yang siap memijah atau birahi menunjukkan beberapa perubahan perilaku dan
penampakan tubuhnya yang muncul karena pengaruh hormonal saat ikan sedang birahi.
Perubahan ini merupakan salah satu bentuk adaptasi reproduksi yang dikembangkan oleh spesies
ikan tersebut untuk kelestarian jenisnya.

Ciri seksual sekunder sementara yang muncul pada beberapa spesies ikan di antaranya adalah
sebagai berikut:

1. Ovipositor pada ikan Europan bitterling (Rhodeus sericeus), yaitu organ pada ikan betina
yang digunakan untuk meletakkan telur pada insang kerang air tawar (Gambar 3.) (Smith
et al., 2004);
2. Adanya semacam jerawat dengan susunan yang khas di atas kepala ikan horny head
(Nocomis biguttatus) jantan pada waktu musim pemijahan (Gunderson et al., 2010).
3. Perubahan warna ikan jantan selama masa pemijahan pada beberapa spesies, misalnya:
warna kebiruan pada ikan Pecos pupfish (Cyprinodon pecosensis); warna kehitaman pada
ikan Mexican pupfish (Cyprinodon beltrani); warna merah pada kepala dan sirip ikan
Duskystripe shiner (Luxilus pilsbryi) (Kodric-Brown, 1998).
Ciri seksual sekunder permanen

Ciri seksual sekunder yang berciri permanen atau tetap, yaitu tanda ini tetap ada sebelum, selama
dan sesudah musim pemijahan. Misalnya tanda bulatan hitam pada ekor ikan Amia calva jantan,
gonopodium pada Gambusia affinis, clasper pada golongan ikan Elasmobranchia, warna yang
lebih menyala pada ikan Lebistes, Beta dan ikan-ikan karang, ikan Photocornycus yang
berparasit pada ikan betinanya dan sebagainya. Biasanya tanda seksual sekunder itu terdapat
positif pada ikan jantan saja. Apabila ikan jantan tadi dikastrasi (testisnya dihilangkan), bagian
yang menjadi tanda seksual sekunder menghilang, tetapi pada ikan betina tidak menunjukkan
sesuatu perubahan. Sebaliknya tanda bulatan hitam pada ikan Amia betina akan muncul pada
bagian ekornya seperti ikan Amia jantan, bila ovariumnya dihilangkan. Hal ini disebabkan
adanya pengaruh dari hormon yang dikeluarkan oleh testis mempunyai peranan pada tanda
seksual sekunder, sedangkan tanda hitam pada ikan Amia menunjukkan bahwa hormon yang
dikeluarkan oleh ikan betina menjadi penghalang timbulnya tanda bulatan hitam.

Anda mungkin juga menyukai