Anda di halaman 1dari 3

Nama : Adzra Ariesta Fahmi

NIM : 1804110208
Jurusan : Ilmu Kelautan / A
Mata Kuliah : Mikrobiologi Laut
Dosen : Prof. Dr. Ir. Feliatra, DEA

Asian Jr. of Microbiol. Biotech. Env. Sc. Vol. 19, No. (4) : 2017 : 878-883
© Global Science Publications
ISSN-0972-3005

ISOLATION AND IDENTIFICATION OF PATHOGENIC BACTERIA IN


FRESH TUNA (KATSUWONUS PELAMIS) COLLECTED FROM
FISHERMEN IN AMBON, INDONESIA

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PATOGEN DI TUNA SEGAR


(KATSUWONUS PELAMIS) YANG DIKUMPULKAN DARI NELAYAN DI
AMBON, INDONESIA

MERY PATTIPEILOHY, MOH. AMIN, UMIE LESTARI DAN ENDANG


SUARSINI

PENDAHULUAN

Produk makanan seperti ikan mungkin mengandung mikroorganisme. Ikan


menjadi pusat perhatian karena sering terkontaminasi oleh mikroorganisme
patogen berbahaya. Salah satu hasil perikanan yang paling banyak ditemui di
Maluku, khususnya Ambon adalah ikan tuna (Katsuwonus pelamis).
Dibandingkan jenis ikan lainnya, tuna paling disukai dan menjadi salah satu
komoditas ekspor (Manik, 2007). Nilai gizi ikan seharusnya terbebas dari bahan
berbahaya, zat kimia, mikroba, dan hal-hal perusak lainnya.

Penelitian Kusuma (2008) menemukan bahwa ikan segar yang dikumpulkan dari
teluk Semarang terkontaminasi oleh bakteri patogen yang disebut E. coli, S.
aureus, S. thyposa, V. cholera. Provinsi Maluku didominasi oleh perairan.
Provinsi ini memiliki banyak dataran tinggi dan pulau-pulau kecil yang tersebar di
antara perairan. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan pengendalian dan
pengelolaan yang berkelanjutan.

Ambon memiliki luas daratan 359,45 km2 dan laut 17,55 km2 . Panjang garis
pantainya sekitar 98 km. Oleh karena itu, kota ini memiliki banyak potensi
perikanan. Penting bagi masyarakat untuk mengetahui bahwa bakteri patogen
hidup pada ikan karena ikan telah menjadi sumber protein utama bagi ikan
(Hundson et al., 2005). Di daerah ini, ikan tuna lebih populer dibandingkan ikan
lainnya. Ikan jenis ini mudah membusuk dan menimbulkan alergi.
Mikroorganisme dapat menginfeksi ikan melalui berbagai cara. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah bakteri patogen telah
mencemari ikan segar di Ambon. Penelitian ini juga bertujuan untuk: 1)
mengidentifikasi bakteri patogen pada ikan tuna segar (Katsuwonus pelamis) yang
dikonsumsi masyarakat Ambon, 2) mengenali spesies patogen yang terdapat pada
tuna segar (K. pelamis).

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Data disajikan dalam Tabel dan
gambar. Sampel yang digunakan adalah lendir tuna, insang dan jeroan.
Pengambilan sampel dilakukan langsung dari nelayan tradisional pada pagi hari
(07: 00-08: 00 WIB) saat ikan hendak dipindahkan dari gudang ke pasar
tradisional. Ikan-ikan tersebut dikemas dalam kotak es dan dibawa ke
laboratorium untuk memisahkan sampel untuk dibudidayakan. Bakteri tersebut
ditumbuhkan dan diisolasi di laboratorium Jurusan Pendidikan Biologi
Universitas Pattimura, Ambon. Identifikasi dilakukan di laboratorium
mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya pada bulan Juli sampai
September 2014. Semua peralatan gelas yang digunakan dicuci, dikeringkan dan
disterilkan dalam oven udara panas bersuhu 160 ° C selama 1 jam. Media kultur
yang digunakan disterilkan dalam autoclave pada suhu 121 ° C selama 15 menit.
Loop kawat juga disterilkan menggunakan lampu roh dengan metode yang
dijelaskan oleh Madigan et al., (2000); Perry et al., (2002).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi dilakukan pada setiap isolat bakteri dari lendir tuna, insang, dan
jeroan yang telah ditumbuhkan pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37℃
selama 24 jam seperti yang disajikan pada Gambar 1. Koloni bakteri yang tumbuh
baik pada media TSA adalah beige Staphylococcus saprophyticus, kuning
Planococcus citreus dan kehijauan Micrococcus varians.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel yang diisolasi dari lendir ikan tuna,
insang, dan jeroan memiliki karakteristik yang hampir sama yaitu Staphylococcus
saprophyticus, Planococcuscitreus, dan Micrococcus varians dan ikan telah
terkontaminasi oleh organisme selama manusia menangani panen. Namun jeroan
tuna hanya terdiri dari satu spesies bakteri yaitu M. varians. Diketahui bahwa
habitat alami ketiga bakteri tersebut tidak berada di dalam air atau di dalam ikan.
S. saprophyticus organisme tumbuhan yang tumbuh di dalam saluran kelamin
wanita dan dapat menyebabkan infeksi saluran kemih pada wanita muda
(Colodner et al., 2006). Bakteri ini juga telah diisolasi dari sumber lain antara lain
dari daging, keju, sayuran, lingkungan, dan manusia (Kuroda, 2012). Penelitian
terbaru menemukan bahwa S. saprophyticus dapat menyebabkan infeksi
oportunistik (Widerstrom et al., 2012). Habitat alami utama M. varians adalah
mamalia dan kulit manusia.

Menurut Ibrahim et al., (2014), selama penanganannya ikan akan tercemar oleh
organisme yang berhubungan dengan manusia. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian kali ini yang menemukan bahwa Staphylococcus saprophyticus,
Planococcus citreus dan Micrococcus varians mungkin terkontaminasi oleh
organisme yang berhubungan dengan manusia. Demikian pula dengan Haziyamin
(2012) yang menemukan bahwa ikan segar dan kembung terkontaminasi oleh
Bacillus aureus, S. aureus, proteus mirabilis, Klebsiella sp., S. typhii dan
Streptococcus sp selama penanganan pasca panen.

KESIMPULAN

Hasil identifikasi menunjukkan bahwa terdapat tiga bakteri patogen yang terdapat
pada ikan tuna segar yaitu S. saprophyticus, P. citreus dan M. varians yang
sebenarnya dibawa oleh manusia. Saya tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai bakteri patogen yang terdapat pada tuna segar ini karena tuna segar
sendiri merupakan hasil perikanan yang yang paling banyak ditemui di Maluku,
khususnya Ambon dan salah satu komoditas ekspor yang sering terkontaminasi
oleh mikrorganisme patogen berbahaya. Sebagai protein hewani yang banyak
dikonsumsi tentu nilai gizi ikan harus terbebas dari bahan berbahaya, zat kimia
dan mikroba. Karena pencemaran mikroba dapat berlangsung melalui udara, debu,
tanah, dan media lainnya. Baik selama proses pemindahan dan pasca panen oleh
campur tangan manusia seperti hasil penelitian. Maka dari itu, perlu diteliti untuk
mengetahui apa saja bakteri patogen yang telah mencemari ikan segar di ambon
yang biasa dikonsumsi masyarakat. Ini merupakan bahasan yang menarik selain
menambah wawasan dan dekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai